Mata kuliah
Dosen
OLEH;
FOFA AROFI
P0100123012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang Desain Agroforestri pada
Wilayah Hulu DAS dengan Masalah Erosi Tinggi Dan Pendapatan Rendah.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang desain agroforestri
pada wilayah hulu DAS dengan permasalahan erosi tinggi dan pendapatan rendah
pada iklim basah dengan ketinggian kurang dari 700 m dpl dengan kemiringan
sampai 45 % kepada pembacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................
1
B. Tujuan...............................................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
3
A. Aspek
Pengembangan
Agroforestry
..........................................................................................................................
3
..........................................................................................................................
B.
Diagnosa
dan
Desain
Sistem
Agroforestri
...............................................................................................................................
5
C Peran Agroforestri dalam Pengelolaan Tata Air DAS.......................................
6
BAB III. PEMBAHASAN.........................................................................................
8
A.Desain
Agroforestri
pada
Kemiringan
<
15
%
..........................................................................................................................
9
B.Desain Agroforestri Mangga dan Tanaman Semusim Pada Kemiringan 15
30
%
..........................................................................................................................
11
C.Desain Agroforestri Kakao Kelapa pada Kemiringan 30 45 %
..........................................................................................................................
15
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................
21
A.
Kesimpulan
...............................................................................................................................
21
B.
Saran
...............................................................................................................................
21
iii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
22
iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut Manan (1977) dalam PPLH
(2007) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi,
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di
atasnya, ke sungai utama yang bermuara ke danau atau laut.
Berdasarkan karakteristik, morfologi, dan aliran sungai, DAS terdiri atas
dua bagian, yaitu hulu dan hilir.
Hulu DAS mempunyai ciri antara lain:berlereng curam, batasannya
jelas, tanahnya tipis, curah hujan tinggi, dan evapotranspirasi rendah.
Lahan di hulu DAS biasanya berupa lahan kering dan berfungsi sebagai
daerah konservasi,
karena
aktivitas
pemanfaatannya
akan
berpengaruh terhadap lingkungan di hilir dan bagian hulu DAS itu
sendiri. Di Indonesia, hulu DAS umumnya termasuk ke dalam iklim
tropika basah yang mudah tererosi oleh air, tergolong kategori I
(Arsyad, 2006). Kerusakan lahan memerlukan penanganan segera
dengan menggunakan teknologi yang telah dikuasai dan pengembangan
teknologi baru untuk mencegah agar kerusakan tanah
dan
lingkungan lainnya tidak berlanjut mencapai tingkat yang semakin kritis.
Ada dua proses alami yang sangat penting di daerah hulu DAS,
yaitu aliran permukaan dan erosi. Aliran permukaan yang terlalu besar di
hulu akan mengakibatkan banjir di hilir dan dapat menimbulkan
kerugian material bahkan jiwa manusia. Erosi yang terjadi dapat
menyebabkan kemerosotan produktivitas tanah, sehingga lahan menjadi
marginal dan pada akhirnya menjadi kritis. Menurut Sitorus (2004),
pada umumnya lahan marginal dikelola tanpa masukan tinggi, sehingga
produktivitasnya rendah dan pendapatan usahataninya juga rendah.
Erosi juga dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk,
sungai, dan badan saluran air lainnya (Arsyad, 2006).
Dampak erosi tidak saja dirasakan oleh warga yang berada
disekitar lokasi (daerah hulu/ditempat kejadian), tetapi dirasakan
juga oleh warga yang berada di bagian tengah dan hilir (di luar
tempat kejadian), baik secara langsung maupun tidak langsung
(Sitorus, 2007). Menurut Arsyad (2006), dampak langsung erosi
di luar tempat kejadian antara lain adalah sedimentasi yang
terakumulasi di sungai, sehingga
mengalami pendangkalan.
Dampak langsung erosi di tempat kejadian adalah kehilangan lapisan
tanah yang
baik tempat berjangkarnya akar tanaman, kerusakan
palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan ternak) dan/atau
ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau
bergiliran
sehingga
terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.
Oleh karena itu untuk mengoptimalkan peran agroforestri dalam menekan erosi
dan meningkatkan pendapatan masyarakat perlu Diagnosis dan Desain
agroforestri yang tepat. Dalam desain yang dibahas pada makalah ini difokuskan
pada DAS hulu pada ketinggian kurang dari 700 m dpl dengan kondisi iklim
basah.
A. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menyusun desain agroforestri pada
lahan hulu DAS sehingga mampu:
1. Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hulu DAS
2. Menekan laju erosi pada hulu DAS
produktivitas
sistem
agroforestri
dilakukan
dengan
produktivitas jangka panjang ternyata juga merupakan salah satu daya tarik bagi
petani. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan petani pada saat mereka
merencanakan untuk menerapkan upaya konservasi, misalnya kepastian status
lahan, pendapatan dalam jangka pendek, dan sebagainya. Dalam sistem
agroforestri terdapat peluang yang cukup besar dan sangat terbuka untuk
melakukan pendekatan yang memadukan sasaran keberlanjutan untuk jangka
panjang dengan keuntungan produktivitas dalam jangka pendek dan menengah.
Kemudahan untuk diadopsi
Kegagalan penyebarluasan praktek agroforestri di kalangan petani
seringkali disebabkan oleh kesalahan strategi, bukan karena keunggulan
komparatif sistem itu sendiri. Oleh sebab itu alasan bahwa petani sangat
konservatif dan ketidak-berhasilan penyuluh sebenarnya kurang tepat. Sebuah
pendekatan yang lebih konstruktif yang bisa dilakukan adalah dengan
memikirkan permasalahan dalam penyusunan rancangan dan memasukkan
pertimbangan kemudahan untuk diadopsi sedini mungkin (sejak tahap
rancangan). Hal ini tidak berarti bahwa kedua alasan di atas tidak benar,
melainkan lebih ditekankan kepada proses penyuluhan dan adopsinya yang
sangat kompleks. Peluang untuk berhasil akan lebih besar apabila proses itu
dimulai dengan dasar teknologi yang dapat diadopsi. Salah satu cara terbaik
adalah dengan melibatkan secara aktif pemakai (user) teknologi tersebut (petani
agroforestri) dalam proses pengembangan teknologi sejak dari tahap penyusunan
rancangan, percobaan, evaluasi dan perbaikan rancangan inovasi teknologi.
Agroforestri bukanlah jawaban dari setiap permasalahan penggunaan
lahan, tetapi keberagaman sistem agroforestri merupakan koleksi opsi
pemecahan masalah yang dapat dipilih oleh petani sesuai dengan keinginannya.
Apa yang dibutuhkan adalah cara yang sistematis untuk memadukan (matching)
kebutuhan teknologi agroforestri dengan potensi sistem penggunaan lahan yang
ada.
kebutuhan
mengakomodasikan
pengembangan
cara
pemeriksaan
sistem
agroforestri,
secara
yang
menyeluruh
dapat
terhadap
mempertahankan
jumlah
lahan
dan
(lansekap). Tujuannya
keragaman produksi.
Jadi
prinsipnya
upaya
mempertahankan
fungsi
DAS
adalah
dipahami dari pengaruh tegakan pohon dalam (a) mengubah pola aliran air
hujan, dan (b) perbaikan sifat tanah. Agroforestri berpotensi mempertahankan
fungsi DAS melalui perannya dalam beberapa hal antara lain tutupan tajuk dapat
mengurangi daya pukul air hujan, menambah jumlah air infiltrasi dan mempertahankan
iklim mikro, seresah berfungsi untuk menyaring partikel tanah dan sumber bahan
organik serta resapan air oleh pohon.
Penggunaan tanaman tahunan mampu mengurangi erosi lebih baik
daripada tanaman komoditas pertanian khususnya tanaman semusim. Tanaman
tahunan mempunyai luas penutupan daun yang relatif lebih besar dalam menahan
energi kinetik air hujan, sehingga air yang sampai ke tanah dalam bentuk aliran
batang (stemflow) dan aliran tembus (throughfall) tidak menghasilkan dampak
erosi yang begitu besar.
memberikan
Sedangkan
tanaman
semusim
mampu
dapat memberi keuntungan ganda baik dari tanaman tahunan maupun dari
tanaman semusim.
Penerapan agroforestri pada lahan dengan lereng curam atau agak curam
mampu mengurangi tingkat erosi dan
memperbaiki kualitas
tanah,
tanaman
semusim yang ideal pada lereng yang berbeda pada sistem wanatani. Secara
umum proporsi tanaman tahunan makin banyak pada lereng yang semakin curam
demikian juga sebaliknya.
Tanaman semusim memerlukan pengolahan tanah dan pemeliharaan
tanaman yang lebih intensif dibandingkan dengan tanaman tahunan. Pengolahan
tanah
Dalam makalah ini dibahas desain agroforestri pada DAS hulu dengan
ketinggian tempat < 700 mdpl dengan iklim basah pada berbagai tingkat
kemiringan lahan. Secara umum sistem pengelolaan lahan lahan pada DAS hulu
menggunakan metode SALT Sloping Agricultural Land Technology. Merupakan
suatu bentuk Alley Cropping (tanaman lorong) pengaturan letak tanaman,
terutama di daerah berlereng, sangat berperan dalam konservasi tanah dan air,
serta produksi hasil pertaniannya. Sistem pertanaman lorong atau alley cropping
adalah suatu sistem dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa barisan
tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk
lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman pagar tersebut
(Gambar 1).
Untuk penanaman pada
lahan miring dengan sistem
alley
terlebih
kontur
cropping
atau
dahulu dibuat
pada
lereng
SALT
garis
dengan
erosi secara efektif. Sekat kontur berjarak vertikal 2 m akan mencapai lebar 10 m pada
kelerengan 20 %. Penanaman pada lorong dengan sistem strip yang mengikuti arah
kontur.
rumput pahit ( P a s
menghasilkan
minyak
atsiri
yang
teras
menghasilkan
pengurangan
10
m dpl serta sesuai untuk iklim basah (paling sesuai untuk dengan jumlah bulan
kering 3 bulan). Sedangkan tanaman semusim yang dipilih adalah yang memiliki
nilai ekonomi tinggi seperti kedelai, jagung, kacang tanah, tomat, tembakau.
Sistem pertanaman lorong atau alley cropping merupakan suatu sistem
dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa barisan tanaman yang ditanam
rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman
semusim berada di antara tanaman pagar. Efektivitas budidaya lorong pada lahan
pertanian berlereng miring dalam pengendalian aliran permukaan dan erosi
ditentukan oleh perkembangan tanaman pagar serta jarak antar barisan tanaman
pagar. Persaingan sinar matahari oleh tajuk tanaman pagar dapat diatasi dengan
memangkas tajuk tanaman pagar secara teratur selama musim pertanaman
komoditas tanaman yang dibudidayakan di lorongnya. Persaingan penyerapan air
dan unsur hara oleh akar tanaman pagar dapat diatasi dengan pengaturan jarak
tanam. Sisa tanaman hasil pangkasan tanaman pagar disarankan untuk
dikembalikan sebagai mulsa disebarkan di antara barisan tanaman budidaya.
Sistem penanaman tanaman pagar searah kontur dilakukan dengan
modifikasi teras gulud dan mulsa vertical. Barisan tanaman pagar berperakaran
dalam yang ditanam pada guludan diharapkan dapat memperkuat guludan untuk
menahan aliran permukaan dan menyerap unsur hara dari subsoil untuk pendaurulangan unsur hara yang lebih efisien. Penanaman tanaman pagar pada guludan
juga dapat berfungsi ganda, antara lain: (1) untuk memperkuat guludan, (2)
menyerap kelebihan air dan unsur hara yang terkumpul di saluran untuk
menghasilkan bahan organik, serta (3) mengurangi volume perakaran tanaman
pagar yang dapat menjangkau dan bersaing dalam pengambilan air dan unsur hara
dengan tanaman budidaya.
Sedangkan saluran bermulsa sangat penting untuk menampung dan
meresapkan air aliran permukaan, sekaligus dapat membatasi persaingan air dan
unsur hara oleh perkembangan akar tanaman pagar ke bidang pertanaman
budidaya. Saluran juga berfungsi untuk mengumpulkan sisa tanaman dan hasil
pangkasan tanaman pagar. Saluran teras gulud lebih didayagunakan untuk tempat
pengomposan, sekaligus dapat menambah permukaan resapan yang berfungsi
11
12
Pemeliharaan
Mangga
Panen
Jagung kacang tanah
Tembakau (pergiliran)
Sayuran
Mangga
Mangga
Mangga
13
5m
5m
9m
5m
10 m
2,5 m
Keterangan:
: Pohon mangga
: Tan. semusim
: Teras gulud
: Sungai
14
15
a. Kelapa tahan terhadap hembusan angin kencang karena memilki tajuk dan
sistem perakaran yang kuat. Oleh karena itu, kelapa merupakan tanaman
pematah angin (windbreak) yang cukup efektif dan ekonomis.
b. Tajuk kelapa termasuk mudah diatur. Hanya dengan memotong sebagian
pelepahnya, jumlah naungan yang dikehendaki mudah disesuaikan. Dalam
keadaan normal, pemangkasan rutin tidak perlu dilakukan karena pelepah
yang sudah tua dan kering akan gugur dengan sendirinya sehingga jumlah
pelepah daun retaif tetap.
c. Kelapa relatif tahan kering dan selama musim kemarau daunnya tidak mudah
gugur.
d. Bila tanaman kelapa sudah dewasa, akan terdapat jarak yang cukup lebar antara
tajuk kelapa dengan tajuk kakao. Keadaan ini akan menciptakan
sirkulasi udara yang baik sehingga membantu sanitasi kebun secara
keseluruhan
e. Tanaman kelapa memberi nilai tambah yang bernilai ekonomi cukup besar
baik, yakni dalam hal hasil buahnya, pelepah kering, maupun batangnya.
f. Secara
tidak
langsung,
tanaman
kelapa berperan
dalam
membantu
16
cocok sebagai tanaman penaung karena cepat tumbuh dan hasil kelapa hibrida lebih
banyak. Kelapa yang tajuknya mengarah ke atas seperti jenis Tenga dari Sulawesi
akan meneruskan sinar matahari lebih banvak dan merata sehingga lebih cocok
dibandingkan dengan jenis kelapa yang tajuknya terbuka. Kelapa dengan jumlah
pelepah sedikit juga lebih sesuai dibandingkan dengan kelapa yang pelepahnya
padat.
Dalam sistem agroforestri, jadwal tanam memegang peranan penting karena
melibatkan banyak tanaman yang menghendaki svarat tumbuh yang berbeda.
Karena sifat fisiologis tanaman kakao menghendaki naungan. sebelum ditanam
pohon pelindung harus sudah berfungsi baik. Peranan pohon pelindung (penaung)
bagi tanaman kakao muda sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan awal dan
produksi. Untuk mendapatkan pelindung yang cukup, minimum satu tahun
sebelum bibit kakao dipindahkan ke kebun.bibit kelapa sudah harus ditanam. Lebih
baik lagi jika kelapa ditanam 34 tahun sebelumnya ( Puslitkoka, 2010).
Penanaman kelapa yang lebih awal bertujuan agar pertumbuhan tajuk kelapa tidak
mengganggu pertumbuhan
Dalam desain ini, kelapa dan papaya ditanam pada tahun pertanama sebagai
naungan dengan penanaman kacang tanah diantara barisan kelapa dan papaya.
Pada tahun kedua kakao ditanam dalam barisan dan antar tanaman papaya dengan
masih memanfaatkan ruang antara barisan papaya dan kelapa untuk menanam
kacang tanah atau sayuran. Pepaya bisa dipanen pada umur 9 14 bulan dengan
usia produktif 3 tahun dengan frekuensi panen 10 hari sekali ditanam dengan
jarak tanam 3 x 3 m. Sedangkan kakao mulai bisa dipanen umur 4 tahun dengan
umur produktif 5 13 tahun namun masih bisa menghasilkan sampai umur lebih
dari 25 tahun. Kakao tersebut dipanen dengan frekuensi 7 14 hari sekali. Kelapa
dapat dipanen pada umur 6 tahun dengan frekuensi pemanenan sebulan sekali.
Untuk mengoptimalkan tutupan lahan, diantara tanaman kelapa dan antar barisan
kelapa dengan kakao bisa ditanami empon emponan seperti kunyit dan jahe.
Kemudian sisa tanaman dikembalikan kelahan sebagai tambahan bahan organik.
Untuk mengendalikan erosi usaha konservasi yang dilakukan adalah dengan
perpaduan teras bangku, pembuatan rorak, sistem penanaman searah kontur,
17
kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200 cm . Jarak
ke samping antara rorak berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m.
Penanaman agroforestri berbasisis kakao dan kelapa disajikan pada Tabel 2.
Tabel 4. Pengaturan Waktu Tanam Sistem Agroforestri Kakao Kelapa
Tahun ke
1
Penanaman
Kelapa
Pepaya
Kacang tanah/ sayuran
Kacang tanah/ sayuran
Kakao
Kacang tanah/ sayuran
kakao
Empon - emponan
Empon - emponan
6+
Empon - emponan
2
3
Pemeliharaan
Panen
Kelapa
Pepaya
Kacang tanah/sayuran
Kelapa
Kacang tanah/sayuran
Pepaya
Kacang tanah/sayuran
Pepaya
Empon emponan
Pepaya
Empon emponan
Kakao
Kakao
Empon emponan
Kelapa
Kelapa
Kakao
Kelapa
Kakao
Kelapa
Kakao
Kelapa
Kakao
18
12
m
3m
Keterangan:
1,5
m
1,5
m
njAKJKJH
: pohon kelapa
: kakao
: papaya
: sungai
Akhir tahun ke 4 pohon pepaya dibongkar.
19
Gambar 8. Teras
Bangku yang
pada kemiringan
30 -45 %
ketebalan solum
> 90.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Abujamin, S., A. Adi, dan U. Kurnia. 1983. Strip rumput permanen sebagai
salah satu cara konservasi tanah. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor
22
2013.
Sukses
Bertanam
Pepaya
Unggul
(Bagian
2)
http://pertaniansehat.com/read/2013/04/04/sukses-bertanam-pepayaunggul-bagian-2.html
23