Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

“EKOSISTEM AGROFORESTRY”

DOSEN : Dr.MEISANTI,SP,M.P.

NAMA : MUHAMMAD DIYEN ASLIM ZAID

NIM : 2019610094

KELAS : II A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi hutan di Indonesia saat ini sangatlah memperhatikan, karena terus
mengalami penyusutan setiap tahunnya. Setiap tahun terjadi penyusutan hutan, apalagi di
tambah dengan adanya penebangan liar atau illegal logging karena aktivitasnya yang tidak
sah. Bila keadaan seperti ini terus terjadi, maka kawasan hutan akan rusak dan
habitatnyaakan terganggu, tentunya kita semua tidak ingin itu terjadi. Penyebab lain yaitu
kerusakan illegal logging, kerusakan hutan juga di sebabkan oleh lemahnya pemantapan
hutan yang di tandai dengan buruknya pengelolaan sumber daya hutan dan terjadinya alih
fungsi lahan hutan serta pemerintah juga belum tegas menentukan areal hutan mana yang
harus di alih fungsikan.
Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan pemanfaatan hutan karena hutan
merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam tatanan lingkungan dibumi ini.
Hutan memiliki banyak fungsi yang sangat penting dan berguna bagi keberlanjutan
kehidupan manusia. Pemanfaatan hutan yaitu dengan sistem agroforestri.Agroforestri
dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mengubah hutan dengan cara agroforestri berarti menanam pepohonan di
lahan pertanian. Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah
teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu
berubah dari waktu ke waktu, sehingga agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis
dan sangat baik diterapkan pada masyarakat.

1.2 Tujuan Praktikum


Berdasarkan hal diatas, praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi kondisi lingkungan dikawasan hutan baik di dataran rendah maupun di
dataran tinggi. Mahasiswa dapat mengamati dan menjelaskan fungsi hidrologi, fungsi
konservasi dan fungsi ekonomi dari kegiatan agroforestry. Untuk itu fokus praktikum kali
ini adalah mengamati dan menganalisis kegiatan agroforestry di kawasan hutan.
1.3 Metode Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada pukul 13.00 WIB hari kamis, 26 Maret 2020.
Adapun tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di rumah masing-masing
mahasiwa/mahasiswi. Pada praktikum ini metode yang digunakan adalah
mahasiswa/mahasiswi melihat video yang sudah diupload ke youtube oleh kelompok
agroforestry video yang dilihat merupakan hasil dari observasi ke lokasi langsung dan
pengambilan data sekunder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah sistem alam yang terdiri dari komponen-komponen pengada
insani (biota) serta pengada ragawi (abiota) dengan tatanan dalam lingkungan dimana
antara sesamanya berlangsung pertukaran zat dan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan kehidupan.

B. Pengertian Agroforestry
Perhutani (2002a) mendefinisikan agroforestry adalah pemanfaatan lahan secara
optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian
pada unit pengelolaan lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik,
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang berperan serta. Adapun tujuan agroforestry
maupun sistem tumpangsari ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa sekitar hutan, dengan cara memberikan peluang kepada masyarakat desa atau petani
pesanggem untuk bercocok tanam-tanaman pangan guna peningkatan pendapatan
penduduk. Dengan cara demikian penduduk desa sekitar hutan diharapkan dapat berperan
aktif dalam usaha penyelamatan dan pencegahan kerusakan hutan dan lahan.
Menurut de Foresta dan Michon(1997), agroforestry dapat dikelompokkan
menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestry sederhana dan sistem agroforestry
kompleks. Sistem agroforestry sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana
pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.
Bentuk agroforestry sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa adalah tumpangsari.
Sementara sistem agroforestry kompleks merupakan suatu sstem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis pohon baik yang ditanam secara sengaja maupun tumbuh alami.
Ciri utama agroforestry kompleks adalah kenampakan fisik dan dinamika didalamnya
yang mirip dengan ekosistem hutan sehingga disebut pula sebagai agroforest.
C. Intersepsi Air
Intersepsi air hujan oleh tanaman adalah proses tertahannya air hujan pada
permukaan tanaman yang kemudian diuapkan kembali ke atmosfer. Air hujan yang jatuh
di atas tanaman tidak langsung sampai ke permukaan tanah untuk berubah menjadi aliran
permukaan (surface run off), tetapi untuk sementara air hujan akan ditampung oleh tajuk
atau kanopi, batang dan cabang tanaman. Setelah tempat-tempat tersebut jenuh air, air
hujan akan sampai ke permukaan tanah melalui air lolos (throughfall) dan aliran batang
(stemflow). Akibat adanya proses penguapan, ada bagian air hujan yang tidak pernah
sampai permukaan tanah yang disebut sebagai air intersepsi. Jumlah air untuk penjenuhan
bergantung dengan fisiologi dari tanaman seperti tekstur, kelebatan daun dan kerapatan
cabang (Rao, 1986).
Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk, daun
maupun batang, bagian ini disebut tampungan atau simpanan intersepsi yang akhirnya
segera menguap (Suryatmojo, 2006). Selanjutnya, Suryatmojo (2006) juga menyatakan
bahwa, besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan
dan lama hujan), kecepatan angin, dan jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk).
Intersepsi merupakan faktor penting dalam daur hidrologi karena berkurangnya
air hujan yang sampai di permukaan tanah oleh adanya proses intersepsi adalah cukup
besar (Asdak, 2002). Selanjutnya menurut Asdak (2002), dari keseluruhan
evapotranspirasi, besarnya intersepsi bervariasi, yaitu antara 35% hingga 75 %.

D. Drainase Lanskap
Besarnya drainase suatu lansekap (bentang lahan) dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain kekasaran permukaan tanah, relief permukaan tanah yang
memungkinkan air tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga mendorong terjadinya
infiltrasi, tipe saluran yang terbentuk akibat aliran permukaan yang dapat memicu
terjadinya ‘aliran cepat air tanah’ (quick flow).
Dengan demikian, dalam sebuah sistem agroforestry yang dikelola dengan baik,
fungsi lahan agroforestry sebagai penerima, penyimpan, penyalur dan pelepas air dapat
berjalan dengan baik. Selain itu juga bisa mengurangi terjadinya erosi tanah karena
dengan mereduksi sediment yield serta meningkatkan water yield dengan regimen yang
relatif sama sepanjang waktu. Sebagai contoh tentang peranan agroforestry dalam
menjaga drainase lanskap dijelaskan oleh Gopinathan dan Sreedharam (1989) dalam Rauf
(2004) yang meneliti enam bentuk agroforestry, berkesimpulan bahwa agroforestry
Eucalyptus +Cassava mengikuti kontur pengaruhnya lebih baik terhadap pengendalian
erosi dibandingkan dengan Eucalyptus monokultur dan Eucalyptus+Cassava yang
ditanam secara acak(Noordwijk et al.2004).

E. Agroforestry Sebagai Pengurang Daya Pukul Air Hujan


Vegetasi dan lapisan seresah melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung
tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi pemadatan
tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan penyumbatan pori tanah makro
sehingga menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya limpasan permukaan akan
meningkat. Peran lapisan seresah dalam melindungi permukaan tanah sangat dipengaruhi
oleh ketahanannya terhadap pelapukan; seresah berkualitas tinggi (mengandung hara,
terutama N tinggi) akan mudah melapuk sehingga fungsi penutupan permukaan tanah
tidak bertahan lama(Rauf.2004).

F. Agroforestry Sebagai Pelestarian Sumber Daya Genetik Tanaman Dan Habitat


Satwa

Kekayaan jenis dalam areal agroforestry sangat tinggi. Agroforestry yang terletak
dekat hutan alam memiliki komponen jenis tumbuhan hutan yang beragam. Pada
agroforestry di Krui Lampung dan di Maninjau Sumatera Barat terdapat 300 spesies
tumbuhan. Pada agroforestry banyak ditemukan tumbuhan yang membutuhkan sinar
matahari lebih banyak, seperti nangka, sukun, pulai, dan bayur. Masyarakat desa di Gn
Halimun, Jawa Barat banyak memanfaatkan flora hutan untuk kepentingan bangunan,
sumber pakan, obat tradisional, kayu bakar, pakan ternak, dan upacara adat sejumlah 464
jenis, tetapi jenis yang umum dibudidayakan di ladang dalam tiga desa didominasi oleh
20 jenis pohon utama yang bernilai ekonomis tinggi dan cepat tumbuh. Jenis pohon yang
dikembangkan di antaranya adalah Maesopsis eminii, Agathis alba, Swietenia
macrophylla, Durio zibethinus, Melia azedarah, Paraserianthes falcataria, dan Peronema
canescens(Bismark dan R. Sawitri, 2006).
Agroforestry yang sudah tertata dengan keanekaragaman jenis tinggi dan
komposisi tajuk yang baik dapat menjadi habitat dari beberapa jenis satwa, seperti
primata, beruang, dan mamalia teresterial. Peran satwa tersebut dapat sebagai penyebar
biji-bijian yang membantu proses regenerasi dan peningkatan keanekaragaman
tumbuhan. Jumlah spesies mamalia yang ditemukan di agroforestry durian ada 33 jenis,
di hutan karet 39 jenis, dan hutan damar 46 jenis dengan jenis yang dilindungi masing-
masing 14, 15, dan 17 jenis (Bismark dan R. Sawitri, 2006). Dengan demikian,
pengembangan hutan rakyat dengan sistem agroforestry memiliki manfaat sebagai
rehabilitasi kawasan di daerah penyangga sekitar kawasan taman nasional sekaligus
manfaat ekonomis dan ekologis untuk konservasi jenis satwa di luar dan di dalam taman
nasional

G. Biodiversity
Keragaman tanaman yang dusahakan antara tanaman tahunan dan tanaman
pertanian memungkinkan terjadinya rantai makanan dan energi yang lebih panjang.
Kondisi ini selanjutnya akan mendukung terciptanya keragaman hayati yang tinggi
(biodiversitas).
Secara ringkas, (Sabarnurdin, 2004) menyebutkan beberapa manfaat lingkungan
yang dapat diperoleh dari sistem agroforestry:
1. Mengurangi tekanan terhadap hutan, sehingga fungsi kawasan hutan tidak terganggu
(tata air, keanekaragaman hayati dll).
2. Lebih efisien dalam recycling unsur hara melalui pohon berakar dalam di lokasi tsb.
3. Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem ekologi daerah hulu DAS.
4. Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah.
5. Memperbaiki iklim mikro, mengurangi suhu permukaan tanah, mengurangi
evapotranspirasi karena kombinasi mulsa dari tanaman setahun/semusim dan
naungan pohon.
6. Meningkatkan hara tanah dan struktur tanah melalui penambahan yang kontinyu
hasil proses dekomposisi bahan organik.
BAB III

PEMBAHASAN

 Sistem monokultur intensif masa kini dengan cara:


1. Penebangan hutan untuk memperluas lahan pertanian
2. Penggunaan pestisida
 Pemasalahan yang dapat muncul karena Sistem monokultur intensif masa kini
yaitu:
1. Tanaman rentan ancaman alam
2. Tanah dan bahan kimia hanyut terbawa
3. Kekeringan
 Jika monokultur intensif tetap dilakukan maka tidak aka nada masa depan karena
dampak yang ditimbulkan dapat merusak bumi dengan cepat.
 Agroforestry adalah menanam pohon di, dan di sekitar lahan pertanian
 Manfaat dari agroforestry itu sendiri:
1. Dapat mengatur air yang meliputi tangkapan, resapan, dan penyimpanan air.
2. Penyuburan tanah.
3. Pencegah erosi tanah
4. Iklim mikro dapat menyesuaikan terhadap perubahan iklim.
5. Meningkatkan penyerapan karbon melalui batang,cabang,akar.
6. Terdapat keanekaragaman hayati serangga yang bermanfaat untuk
penyerbukan tanaman, kontrol alami terhadap hama, dan penyebaran benih.
7. Tempat untuk habitat satwa liar.
 Keuntungan bagi petani:
1. Kualitas lebih baik.
2. Panen lebih besar.
3. Diversifikasi aktivitas: tanaman kayu, buah-buahan.
4. Pendapat lebih tinggi.
5. Memperoleh pengembangan sosial seperti: kebahgiaan dan warisan alam.
 Agroforestry itu produktif, memulihkan ekosistem, menguntungkan petani,
menguntungkan perusahaan yang mengutamakan kualitas produk terbaik, dan dapat
diterapkan di seluruh dunia kecuali kutub.
 Terdapat tiga fungsi hidrologi yaitu:
1. Fungsi hidrologi:
 Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem ekologi daerah hulu
DAS
 Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah
 Mempertahankan fungsi hidrologi kawasan
 Menahan RunOff
2. Fungsi konservasi:
 Dapat tetap menjalankan pertanian tanpa merusak ekosistem hutan.
 Mempertahankan keanekaragaman hayati.
 Mempertahankan kesuburan tanah.
 Meingkatkan hara dan struktur tanah.
3. Fungsi ekonomi:
 Dapat dimanfaatkan untuk menjamin dan memperbaiki kebutuhan
pangan.
 Memperbaiki kualitas hidup terutama di daerah pedesaan yang
miskin.
 Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara total, yang sering
terjadi pada sistem pertanian monokultur.
 Dapat meningkatkan nilai output pada suatu area lahan tertentu.
 Budidaya Madu
Agus hariya adalah petani asal tulungagung yang memanfaatkan hewan
lebah untuk bunga pohon belimbing supaya menghasilkan madu. Banyaknya bunga
dapat mempengaruhi kapasitas madu yang dihasilkan, semakin banyak bunga maka
madu yang dihasilkan lebih banyak tetapi pada musim hujan bunga dipenuhi air
sehingga dapat menyebakan madu yang dihasilkan sedikit karena lebah sulit
memperoleh nectar. Terdapat 40 pohon belimbing yang dapat menghasilkan panen
sebesar 800 kg dan 3 kotak lebah. Symbiosis mutualisme antara lebah dan pohon
belimbing ini telah berlangsung lebih dari 1 tahun. Penyerbukan ini sangat efektif
karena dapat menghasilkan lebih banyak buah. Sebelum penyerbukan dengan lebah,
buah yang dihasilkan sekitar 60% sementara setelah penyerbukan dengan lebah
menghasilkan 80% - 90% buah yang berkualitas. Selain madu potensi lain yang
dapat dihasilkan yaitu royal jelly yang harganya cukup mahal apabila dijual.

 Sistem agroforestry yang menggunakan System Kebun Campur

Salah satu Lembaga yang bergerak dalam bidang peningkatan pendapatan


petani mengadakan Projek agfor di Sulawesi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
menghubungkan pengetahuan agroforestry keaksi nyata melalui perbaikan system
kebun campur dan hutan, membantu petani mengakes pasar dan informasi pasar,
memotifasi dan mendukung partisipasi masyarakat dalam tatakelola mengolahan
sumber daya alam yang berkelanjutan. Kegiatan lapangan yang dilakukan yaitu
penyuluhan bagaimana petani mendapatkan informasi proses bembibitan,
penyemaian,okulasi, sampai menanaman bibit.
Sistem kebun campur dipilih dikarenakan memiliki lahan terbatas tetapi tetap
bisa menghasilkan beragam tanaman, Masyarakat terbiasa menanam tanaman
monokultur seperti kakao dengan adanya pembinaan ini dalam satu bentangan dapat
ditanam berbagai jenis tanaman seperti durian, kakao, rambutan dan merica / lada.
Jadi jika terjadi penurunan harga pada satu komoditas tidak bergantung pada satu
jenis tanaman itu dan dapat ditunjang tanaman yang lain. Hal ini yang menjadi
harapan diaadakannya pembinaan ini agar dapat meningkatkan pendapatan petani.
Harapan masyarakat yaitu bisa memetik hasilnya dan bisa bermanfafat sehingga dapat
merubah nasib, tetap mendampingi para petani sampai sukses, pandu terus petani.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari tinjauan pustaka dan pembahsan diatas kita dapat menyumpulkan bahwa tujuan dari
praktikum ini sudah terjawab, yaitu :
1. agroforestry adalah pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara
mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan
yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat yang berperan serta.
2. Terdapat tiga fungsi hidrologi yaitu:
 Fungsi hidrologi:
 Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem ekologi daerah hulu DAS
 Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah
 Mempertahankan fungsi hidrologi kawasan
 Menahan RunOff
 Fungsi konservasi:
 Dapat tetap menjalankan pertanian tanpa merusak ekosistem hutan.
 Mempertahankan keanekaragaman hayati.
 Mempertahankan kesuburan tanah.
 Meingkatkan hara dan struktur tanah.
 Fungsi ekonomi:
 Dapat dimanfaatkan untuk menjamin dan memperbaiki kebutuhan pangan.
 Memperbaiki kualitas hidup terutama di daerah pedesaan yang miskin.
 Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara total, yang sering terjadi pada
sistem pertanian monokultur.
 Dapat meningkatkan nilai output pada suatu area lahan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. 613 hlm.

Bismark, M dan R. Sawitri. 2006. Pengembangan dan Pengeloaan Daerah Penyangga


Kawasan Konservasi. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian :
Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006
De Foresta, H. and G. Michon. 1997. TheAgroforest Alternative to ImperataGrasslands :
when Smallholder Agricultureand Forestry Reach Sustainability.Agroforestry
Systems 36:105-120.

Noordwijk, M.v., F. Agus, K.Hairiah, G. Pasya, B. Verbist dan Farida. 2004. Peranan
Agroforestri dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai
(DAS). Agrivita Vol 26 No 1. Maret 2004. Bogor. Hal 1-8
Perhutani. 2002a.PetunjukPelaksanaan Penge-lolaan Sumberdaya Hutan Bersama
Masyarakat di Unit I Jawa Tengah.Semarang : Biro Pembinaan SumberdayaHutan.

Rao, A.S., 1986, Interception Losses of Rainfall from Cashew Trees, Journal of Hydrologi.

Sabarnudin, M.S. 2004. Agroforestry: Konsep, Prospek dan Tantangan. Presentasi


Workshop Agroforestry. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Soerjani, Mohamad, Arief Yuwono dan Dedi Fardiaz.2007.Lingkungan Hidup(The Living
Environment).Edisi Kedua.Jakarta:Yayasan Institut Pendidikan dan Pengembangan
Lingkungan(IPPL) Jakarta.

Suryatmojo. H. 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan.

Anda mungkin juga menyukai