Anda di halaman 1dari 49

Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan)

EKOSISTEM
BERTINGKAT
Nama Kelompok 5 :
Dewi Eka Susanti, Diana Saputri, Eni Isnaini, Indriana Rohilawati, Nirmala Indah Sari,
Rendy Reza Perkasa
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan)
Dr. ELFIS, M.Si
HP 081371468169
EKOSISTEM SAWAH
BERTINGKAT
Dewi Eka Susanti, Diana Saputri, Eni Isnaini, Indriana Rohilawati, Nirmala Indah Sari,
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014
1
Dr. ELFIS, M.Si
HP 081371468169
SAWAH
Dewi Eka Susanti, Diana Saputri, Eni Isnaini, Indriana Rohilawati, Nirmala Indah Sari,
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Konsep Ekosistem Sawah dan Tegalan
1.1.1 Konsep Ekosistem Sawah
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk
suatu sistem disebut Ekosistem. Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara
komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang,
keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan
ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara
alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia (Wikipedia, 2013).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi
(Agnez Anitha, 2009). Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat
berlangsungnya sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen
ekosistem dalam waktu tertentu. Unsusr-unsur ekosistem terdiri dari komponen abiotik yang
terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, cahaya matahari, iklim, materi organik dan
anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur
makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan mikrobiota yang tersusun dari unsur autotrof
sebagai produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan dekomposer (Elfis,
2010a).
Lebih lanjut Elfis (2010a) menyatakan bahwa ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem
bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkunagn hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem terbagi atas tiga tipe ekosistem, yaitu
ekosistem air, ekosistem darat, dan ekosistem buatan. Salah satu contoh ekosistem buatan
adalah ekosistem sawah.
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan.
Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan
cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara
teratur, dan dipupuk (Rustiadi, 2007).
Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah yang
dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi
pada lahan sawah bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil
padi pada ultisol (Widowati et al., 1997).
Lahan untuk sawah bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang
rendah dan sangat rendah. Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 3
volkan tua dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan basa
rendah bahkan sangat rendah. Kandungan bahan organik, hara N, P, K dan KTK umumnya
rendah (Suharta dan Sukardi, 1994).
Padi (Oryza sativa L) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis. Untuk padi
sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting.
Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan
menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan
sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk
inilah sewaktu- waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono
dan Setyono, 1997).
Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang memberikan kondisi tumbuh
tanaman padi. Kondisi yang baik untuk perumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah
yang rendah dan tingkat kemasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas
modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Hanafiah, 2005).
Watanabe dalam Litbang Deptan (2010), menyatakan bahwa sawah adalah suatu
ekosistem buatan dan suatu jenis habitat khusus yang mengalami kondisi kering dan basah
tergantung ketersediaan air. Karakteristik ekosistem sawah ditentukan oleh penggenangan,
tanaman padi, dan tanaman budidaya lainnya. Sawah tergenang biasanya merupakan lingkungan
air sementara yang dipengaruhi oleh keanekaragaman sinar matahari, suhum pH, konsentrasi
O
2
, dan unsur hara.
Menurut Aryulina dkk (2007), sawah merupakan ekosistem yang dibentuk secara sengaja
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi
dari luar, tanaman, atau hewan peliharaan yang didominasi karena pengaruh manusia, dan
memiliki keanekargaman yang rendah.
Penyiapan tanah sawah menyebabkan sifat-sifat fisik, kimia, biologi dan morfologi tanah
berubah, keadaan tanah alami berubah menjadi keadaan tanah buatan dan menyimpang dari
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 4
keadaan yang dikehendaki oleh pertanaman yang lain. Untuk dapat melaksanakan pergiliran
tanaman dengan pertanaman lain, biasanya palawija, maka sehabis pertanaman padi, keadaan
tanah harus diubah kembali sehingga sesuai dengan yang diperlukan pertanaman palawija.
Pengubahan keadaan tanah secara bolak-balik berarti memanipulasi sumber daya tanah secara
mendalam, guna tanah, tata guna air, dan tata guna lingkungan, sehingga dapat menghambat
pencapaian kemaslahatan penggunaan lahan yang berkelanjutan (Notohadiprawiro, 2006).
Selanjutnya Notohadiprawiro (2006), menyatakan bahwa keanekaragaman hayati
pertanian Indonesia sangat besar. Hal ini memberikan peluang besar memilih macam tanaman
yang sesuai untuk tiap wilayah ekologi yang ada di Indonesia. Dengan demikian pertanian
Indonesia kalau dapat dikembangkan secara merata berpotensi besar menjadi piranti handal
dalam tata guna lahan. Di wilayah Indonesia manapun pertanian dapat dibangun dengan konsep
agroekosistem karena didukung oleh keanekaan hayati pertanian Indonesia yang sangat besar.
Konsep agroekosistem membuat pertanian suatu sistem produksi biomassa berguna yang efektif
secara teknologi, efisien secara ekonomi, dan berkelanjutan menurut wawasan lingkungan.
1.1.2 Konsep Ekosistem Tegalan
Tegalan adalah tanah kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan,
seperti padi ladang, palawija, dan holtikultura. Tegalan letaknya terpisah dengan halaman
sekitar rumah. Tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan. Tegalan biasanya diusahakan
pada daerah yang belum mengenal sistem irigasi atau daerah yang tidak memungkinkan
dibangun saluran irigasi. Permukaan tanah tegalan tidak selalu datar. Pada musim kemarau
keadaan tanahnya terlalu kering sehingga tidak ditanami (Soerya, 2012).
Menurut Admin (2010a), tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang
bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari
lingkungan sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena
permukaan yang tidak rata. Pada musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk
ditumbuhi tanaman pertanian.
Selanjutnya Admin (20101), menyatakan tegalan dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Tegalan/tanah darat ringan
Tegalan/tanah darat ringan adalah sebidang tanah yang diusahakan/dimanfaatkan untuk
pertanian lahan kering, antara lain padi gogo dan palawija.
b. Tegalan/tanah darat berat
Tegalan/tanah darat berat adalah sebinag tanah yang ditumbuhi/tertutup oleh tumbuhan
perdu atau nipah termasuk pohon-pohon/tunggul.
Menurut YT. Prasetyo (2006), tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang
bergantung pada turunnya air hujan atau lahan yang tidak memperoleh pengairan teknis ataupun
setengah teknis. Dilihat dari segi iklim tegalan atau lahan kering dibedakan menjadi:
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 5
a. Lahan kering beriklim basah
Lahan kering beriklim basah ini ditandai dengan curah hujan lebih dari 2.200 mm
pertahun dengan penyebaran relatif merata.
b. Lahan kering beriklim kering
Lahan kering beriklim kering mempunyai curah hujan antara 1.000-1.500 mm pertahun
selama 3-4 bulan dengan penyebaran yang tidak teratur.
1.2 Faktor Klimatologis dan Edaphis EkosistemSawah dan Tegalan
1.2.1 Faktor Klimatologis Ekosistem Sawah dan Tegalan
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki tentang iklim. Yang
dimaksud dengan iklim adalah keadaan cuaca pada suatu daerah tertentu pada jangka waktu
yang panjang. Sedangkan cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu waktu (Wikipedia, 2013).
Menurut Elfis (2010) salah satu faktor penting yang mempengaruhi penyebaran dan
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Unsur-unsur iklim seperti temperatur, curah
hujan, kelembapan, dan tekanan uap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Hubungan
iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologi
(fotosintesis, respirasi, dan transpirasi), pertumbuhan dan reproduksi (pembungaan,
pembentukan buah dan biji) dan sebagainya. Hubungan tumbuhan dengan faktor lingkungan
iklim merupakan hubungan yang tidak terpisahkan dan bersifat menyeluruh (holocoenotik).
Menurut Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari :
a. Temperatur
Temperatur merupakan komponen abiotik klimatologi pada suatu ekosistem tumbuhan.
Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur dengan skala tertentu.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Suhu berkolerasi positif dengan radiasi matahari. Tinggi rendahnya
suhu di sekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya
dalam tajuk tanaman, dan kandungan lengas tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses
fisiologis penting seperti membuka dan menutup stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air
dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi.
b. Curah hujan
Curah hujan adalah banyaknya air yang tersedia di bumi. Kecukupan air disepanjang
tahun atau musim tumbuh menyebabkan pembentukan hutan-hutan. Curah hujan memberi
peranan dan konstribusi, jika curah hujan cukup maka hutan di daerah dengan iklim yang lebih
tinggi masih dapat bertahan. Di daerah yang hujannya turun pada musim panas dan di daerah
lain yang periode keringnya panjang disitu terbentuk rerumputan dengan selingan hutan-hutan
pada tempat-tempat yang tanahnya basah.
Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu. Intensitas
hujan menyatakan besarnya hujan yang jatuh dalam suatu waktu yang singkat, setiap hari
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 6
terdapat kejadian butir hujan, namun demikian terdapat korelasi yang nyata antara intensitas
hujan dengan ukuran medium butir-butir hujan yang membagi butir-butir besar dan butir-butir
kecil dalam kelompok yang volumenya bervariasi (Arsyad, 2006).
c. Angin
Angin merupakan gerakan atau perpindahan massa udara dari satu tempat ke tempat lain
secara horizontal. Massa udara adalah dalam ukuran sangat besar yang mempunyai sifat fisik
(temperatur dan kelembapan) yang seragam dalam arah yang horizontal. Kecepatan angin
penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranpirasi dan
mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan adanya gerakan
udara lembab yang berlangsung terus-menerus. Dalam hal ini, gerakan udara berfungsi sebagai
penggerak terjadinya gerakan udara lembab tersebut. Angin juga dapat merugikan ekosistem
yang ada. Di bebarapa daerah, angin merupakan faktor yang menentukan bagi vegetasi.
Kadang-kadang angin pada tanaman akan mengakibatkan layu, karena tanaman tidak dapat
mengimbangi jumlah air yang hilang dengan pengambilan air dari dalam tanah.
d. Kualitas cahaya matahari atau posisi panjang gelombang
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama
bagi ekosistem. Berdasarkan hasil pengamatan di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera
Barat memiliki intensitas cahaya yang cukup tinggi karena sinar matahari yang datang tidak
dihalangi dan juga terletak pada daerah pegungungan yang memungkinkan sinar matahari tidak
terhalangi oleh apapun.
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang elektromagnetik
dengan berbagai panjang gelombang. Umumnya tumbuhan beradaptasi untuk mengelola cahaya
dengan panjang gelombang antara 0,39-7,6 mikron. Pada ekosistem perairan cahaya merah dan
biru di serap oleh fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akan lewat atau
dipenetrasikan ke lapisan paling bawah. Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global,
karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam
suatu lingkungan berasa dari dua sumber utama yaitu temperatur matahari yang tinggi dan
radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Beberapa tumbuhan memiliki karakteristik
yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat.
e. Lengas udara
Lengas udara atau kelembapan adalah komponen abiotik yang memberikan kontribusi
dan peranan terhadap klimatologi suatu ekosistem tumbuhan. Adanya evaporasi dan juga
transpirasi adalah sebab adanya pemanfaatan lengas. Lengas sangat tergantung pada suhu, curah
hujan, dan angin.
Salah satu fungsi kelembapan udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan bumi.
Kelembapan udara dapat menurunkan suhu dengan cara menyerap atau memantulkan, sekurang-
kurangnya setengah radiasi matahari gelombang pendek yang menuju permukaan bumi. Ia juga
membantu menahan kelurnya radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan bumi pada
waktu siang hari dan malam hari.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 7
Iklim adalah kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan
demi bulan) dalam jangka panjang. Iklim merupakan salah satu faktor (selain tanah) yang akan
mempengaruhi ditribusi tumbuhan. Wilayah dengan kondisi iklim tertentu akan didominasi oleh
spesies-spesies tumbuhan tertentu, yakni spesies tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan baik
pada kondisi iklim tersebut (Lakitan, 2002).
Menurut Daldjoeni (1986) antara pola iklim dengan persebaran aneka jenis tanaman
saling berhubungan, pengaruh panas, kelembapan udara dan sinar matahari pada tanaman dan
tanpa adanya unsur-unsur iklim tersebut pertumbuhan akan terhenti meskipun ada juga tanaman
yang dapat menyesuaikan dirinya sehingga dalam periode yang lama dapat juga bertahan hidup
tanpa terpenuhi kebutuhan tersebut. Susunan tipe optimal atau tanaman klimaks bergantung dari
berbagai dari berbagai faktor yang mempengaruhi :
a. Faktor-faktor iklim
b. Faktor-faktor edaphis, yakni faktor yang bertalian dengan susunan tanah
c. Faktor-faktor tofografis, yakni yang bertalian dengan tempat tumbuhnya seperti lereng,
letak, dan relief.
Adanya ketergantungan antara tanaman dengan faktor lingkungannya, maka perlu
diketahui faktor-faktor yang berkaitan dengan syarat tumbuh tanaman. Faktor-faktor tersebut
dibagi menjadi 4 golongan, yaitu iklim, tanah, tofografi, dan air (Indriyani: 6).
1.2.2 Faktor Edaphis Ekosistem Sawah dan Tegalan
Edaphis adalah hutan yang terbentuk karena pengaruh tanah. Tanah merupakan suatu
benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang
menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau keduanya
(Wikipedia,2010).
Warna tanah adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Perbedaan warna permukaan
tanah dipengaruhi oleh perbedaan bahan kandungan organik, misalnya; Warna gelap, memiliki
bahan organik yang tinggi. Warna abu-abu, menunjukkan tanah memiliki sistem drainase buruk
(Wikipedia, 2013).
Menurut Aryulina (2007), tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh
iklim atau lumut dan pembusukan bahan organik.
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang
tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan batuan
organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai pedagonesis (Wikipedia, 2013).
Disimpulkan bahwa tanah merupakan lapisan kulit bumi terluar yang tersusun dari bahan
mineral dan bahan organik, dipengaruhi oleh bahan induk, iklim, bentuk wilayah, dan
mikoorganisme, serta proses terjadinya memakan waktu yang lama. Unsur pembentuk tanah
terdiri dari mineral (45%), udara (25%), air (25%), dan bahan organik (5%).
Dari penampang lintang tanah, tampak adanya lapisan-lapisan yang disebut horizon.
Horizon A merupakan lapisan tanah yang banyak mengandung bahan organik; horizon B dan C
mengandung mineral; horizon R mengandung bahan induk berupa batuan yang belum
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 8
mengalami pelapukan. Lapisan top-soil tanah merupakan lapisan tanah paling atas (horizon A),
sedangkan lapisan bawahnya sampai perbatasan dengan batuan induk disebut sub-soil (horizon
B dan C). Tanah yang mempunyai lapisan top-soil dalam sangat baik bagi tanaman. (Yovita
Hetty Indriani, 1993).
Tanah adalah lapisan terlapuk dari kerak bumi dimana organisme dengan produk-
produknya terbaur. Tanah terdiri dari tiga komponen yang berlainan satu sama lain. Pertama,
adalah materi bahan induk yang terdiri dari subtrasum batuan geologik tubuh bumi di
bawahnya. Kedua, bahan organik mati dan yang masih hidup dari ragam populasi di dalam dan
di atas tanah. Ketiga, ialah pori-pori, ruang udara atau cairan di antara butir tanah yang
merupakan cairan di antara butir tanah yang merupakan larutan cair tanah dan atmosfer tanah
(Wirakusumah dalam Elfis, 2006).
Menurut Ensiklopedia (2012), jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah:
a. Tanah humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur, terbentuk dari pelapukan daun dan batang
pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
b. Tanah pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari
batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
c. Tanah aluvial/tanah endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran
rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
d. Tanah podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah
hujan yang tinggi dan bersuhu rendah/dingin.
e. Tanah vulkanik/tanah gunung berapi
Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan materi letusan gunung berapi
yang subur dan mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar
lereng gunung berapi.
f. Tanah laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh:
Kalimantan Barat dan Lampung.
g. Tanah mediteran/tanah kapur
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 9
Tanah mediteran adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang berkapur. Contoh: Nusa Tenggara, Jawa Tengah, dan Jawa timur.
h. Tanah gambut/tanah organosol
Tanah organosol adalah tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan
hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh: rawa Kalimantan, Papua, dan Sumatera.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, tanah yang terdapat pada daerah sawah
adalah jenis tanah vulkanik yang mengandung unsur hara yang tinggi. Apabila tanah vulkanik
diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan maka kondisi tanah akan menjadi lebih
prima untuk pertanian, warnanya lebih gelap yang berasal dari gunung berapi yang meletus dan
sangat mudah menyerap air, sangat subur untuk lahan pertanian.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 10
BAB 2
EKOSISTEM SAWAH DAN TEGALAN JALAN SITAKUAK DESA
SITAKUAK KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR
2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ekosistem Sawah dan Tegalan
Kabupaten Tanah Datar
Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam Provinsi
Sumatera Barat, Indonesia, dengan ibu kota Batusangkar 02712LU 1003538BT.
Kabupaten ini merupakan kabupaten terkecil untuk luas wilayahnya, yaitu 133.600 Ha (1.336
km2), dengan jumlah penduduknya berdasarkan sensus pada tahun 2006 adalah 345.383 jiwa
yang terbagi atas 14 kecamatan, 75 nagari, dan 395 jorong. Kabupaten Tanah Datar merupakan
daerah agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, maupun peternakan (Wikipedia, 2013).
Kabupaten Tanah Datar merupakan Tujuh Kabupaten Terbaik di Indonesia dari 400
kabupaten yang ada. Penghargaan ini diberikan pada tahun 2003 oleh Lembaga International
Partnership dan Kedutaan Inggris. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menobatkan
Kabupaten Tanah Datar sebagai satu dari empat daerah paling berprestasi dan berhasil
melaksanakan otonomi daerah.
Secara geografis wilayah Kabupaten Tanah Datar terletak di tengah-tengah Provinsi
Sumatera Barat, yaitu pada 0017" LS - 0039" LS dan 10019" BT 10051" BT
[3]
. Ketinggian
rata-rata 400 sampai 1000 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Tanah Datar terletak di antara dua gunung, yaitu Gunung Merapi dan Gunung
Singgalang. Kondisi topografi ini didominasi oleh daerah perbukitan, serta memiliki dua pertiga
bagian danau Singkarak.
Kondisi topografis Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut:
a. Wilayah Datar 03% dengan luas 6.189 Ha atau 6.63% dari luar wilayah Kabupaten
Tanah Datar
b. Wilayah Berombak 38% dengan luas 3.594 Ha atau 2,67% dari luar wilayah Kabupaten
Tanah Datar
c. Wilayah Bergelombang 8-15% dengan luas 43.922 Ha atau 32.93% dari luas Kabupaten
Tanah Datar
d. Kemiringan di atas 15% dengan luas wilayah 79.895 Ha atau 59.77% dari luas Kabupaten
Tanah Datar
Secara umum iklim di kawasan Kabupaten Tanah Datar adalah sedang dengan temperatur
antara 12 C25 C dengan curah hujan rata-rata lebih dari 3.000 mm per tahun. Hujan
kebanyakan turun pada bulan September hingga bulan Februari. Curah hujan yang cukup tinggi
ini menyebabkan ketersediaan air cukup, sehingga memungkinkan usaha pertanian secara luas
dapat dikembangkan.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 11
Kabupaten Tanah Datar memiliki perbatasan dengan beberapa kabupaten/kota di
Sumatera Barat, yaitu:
Utara Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota
Selatan Kota Sawah Lunto dan Kabupaten Solok
Barat Kabupaten Padang Pariaman
Timur Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang kaya dengan sumber air. Selain Danau
Singkarak, di Kabupaten Tanah Datar terdapat lebih dari 25 buah sungai.
2.2 Biodiversitas Ekosistem Sawah dan Tegalan Desa Sitakuak Kecamatan
Sitakuak Kabupaten Tanah Datar
Menurut Aryulina (2007), biodiversitas (keanekaragaman hayati) ditunjukkan dengan
adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah, serta ciri lainnya.
2.2.1 Tanaman yang ditemukan di sawah
a. Padi (Oryza sativa)
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim, berakar serabut,
batang sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling
menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda
hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian
bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 12
satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat
dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3mm hingga
15mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur
dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis enduspermium.
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)
bercabang dua berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap bereproduksi
dalam waktu yang bersamaan.Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah
masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau
lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan
inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan
inti polar menjadi endosperm. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung
pati dibagian endosperm. Bagi tanaman muda, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani setempat, di lahan sawah tersebut ditanami
beberapa jenis padi unggul seperti SPR, IR 66, dan Sitokan.
b. Kelapa (Coconut nucifera)
Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-
arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia
sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga
adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.
Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan
berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 13
ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh
menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun
merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga
nampak seperti daun majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh
bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal
karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10
cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun dari
mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras
(disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran
yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung
banyak enzim, dan fase padatannya mengendap pada dinding endokarp seiring dengan semakin
tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut
kentos).
Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia
berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun seiring
dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan pertumbuhan.
c. Pisang (Musa paradisiaca)
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar
memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M.
paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam
tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah
pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna
jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan
merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 14
d. Cengkih (Syzygium aromaticum)
Pohon cengkih merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m,
mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada
awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkih akan dipanen
jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.
Cengkih dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai
bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkih digunakan
sebagai bahan rokok kretek. Cengkih juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat
Cina dan Jepang. Minyak cengkih digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit
gigi. Daun cengkih kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan
efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram
daun cengkih kering per tanaman.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 15
e. Kiambang (Salvinia molesta)
Kiambang (dari ki: pohon, tumbuhan, dan ambang: mengapung) merupakan nama umum
bagi paku air dari genus Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air
menggenang, seperti kolam, sawah dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang.
Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan
air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya
ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi
basah dan juga membantu kiambang mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air
berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari air seperti
akar. Orang awam menganggap ini adalah akar kiambang. Kiambang sendiri akarnya (dalam
pengertian anatomi) tereduksi. Kiambang tidak menghasilkan bunga karena masuk golongan
paku-pakuan.
Sebagaimana paku air (misalnya semanggi air dan azolla) lainnya, kiambang juga bersifat
heterospor, memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan
mikrospora yang akan tumbuh menjadi protalus jantan.
Paku air ini tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, kecuali sebagai sumber humus (karena
tumbuhnya pesat dan orang mengumpulkannya untuk dijadikan pupuk), kadang-kadang dipakai
sebagai bagian dari dekorasi dalam ruang, atau sebagai tanaman hias di kolam atau akuarium.
Karena dapat tumbuh sangat rapat hingga menutupi permukaan sungai atau danau, muncul
pepatah Melayu "biduk berlalu, kiambang bertaut", yang berarti setelah gangguan berlalu,
keadaan akan kembali seperti semula.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 16
f. Tekokak (Solanum torvum S)
Tekokak adalah tumbuhan perdu atau semak kecil, yang tingginya dapat mencapai 5 m.
Namun biasanya, kurang dari 2 m. Hampir semua bagian tumbuhan ini berduri, kecuali hanya
buah yang ditutupi rambut. Daunnya bulat telur dengan pangkal seperti jantung atau membulat,
dengan ujung yang tumpul. Panjang daun 7-20 cm dan lebarnya 4-18 cm. Tangkai
perbungaannya pendek, sering bercabang-cabang dan banyak bunganya. Bunganya berbentuk
bintang berwarna putih, yang ditengahnya kuning. Buahnya berjenis buah buni, kecil, dan
banyak.
g. Genjer (Limnocharis flava)
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 17
Genjer adalah spesies tanaman berbunga air yang berasal dari Asia Tenggara. Ini adalah
tanaman kira-kira setinggi 50 cm tumbuh di rumpun. Daun berbentuk segitiga dan batang
berongga yang gundul. Perbungaan yang memiliki bentuk yang sangat khas, menghasilkan
bunga kuning tiga kelopak sekitar 1,5 cm. Buah berbentuk bola. Meskipun bukan tanaman
mengambang, bijinya terbawa oleh arus.
Genjer tumbuh umumnya di mana pun ada tidak terlalu dalam air tawar stagnan, di
daerah berawa. Kadang-kadang menyerang sawah di mana ia dapat menjadi gulma. Sebagai
spesies invasif telah menjadi hama di beberapa lahan basah di bagian lain dunia.
2.2.2 Hewan yang ada di sawah
a. Walang Sangit
Walang sangit merupakan serangga hama tanaman padi. Setiap kali bertelur, serangga
betina dapat menghasilkan 100200 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan pada daun
tanaman padi. Telur yang telah menetas akan menjadi nimfa yang berwarna hijau dan
berangsur-angsur menjadi coklat. Nimfa dan imago menyerang buah padi yang sedang matang
susu dengan cara menghisap cairan buah sehingga menyebabkan buah menjadi hampa.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 18
b. Ulat bulu hitam (Dasychira Inclusa)
Ulat bulu yang ditemukan berasal dari genus dengan nama latin Dasychira Inclusa. Jenis
ulat Dasychira ini, tidak terlalu berbahaya bagi tanaman karena akan segera menjadi
kepompong.
c. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan
kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik
tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah.
Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada
tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 19
Pengendalian hama tikus dapat dilakukan secara terorganisir dalam skala luas oleh
kelompok tani dengan pengelolaan lahan sampai menjelang panen dengan cara gropyokan.
Pengendalian dengan menggunakan rodentisida Brodirat 0,005BB yang berbahan aktif
brodifakum 0,005 persen berupa umpan siap pakai yang berguna untuk mengendalikan hama
tikus sawah.
d. Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya,
menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan
serangan keong mas adalah pada saat 10 hari setelah tanam atau 21 hari setelah sebar benih
(benih basah).
Bila di sawah diketahui terdapat telur berwarna merah muda dan keong mas dengan berbagai
ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan air, keong mas menyenangi tempat-tempat yang
digenangi air.
Jika petani petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam
pindah, perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten
irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama
21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian.
Bila diperlukan, aplikasi pestisida berbahan aktif niclos amida dan moluska botani dapat
dilakukan di sawah yang tergenang, di caren atau cekungan-cekungan yang ada airnya tempat
keong mas berkumpul.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 20
e. Burung pemakan biji (Lonchura spp.)
Burung menyerang tanaman pada fase masak susu sampai padi dipanen. Burung akan
memakan langsung bulir padi yang sedang menguning sehingga menyebabkan kehilangan hasil
secara langsung. Selain itu burung juga mengakibatkan patahnya malai padi.
Cara pengendalian diantaranya adalah dengan menjaga lahan dengan menempatkan
orang-orangan sawah untuk mengusir burung, tanam serentak, jangan menanam dan memanen
diluar musim agar tidak dijadikan sebagai sumber makanan serta kendalikan habitat/sarang
burung.
f. Ular sawah (Phyton reticularis)
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 21
Ular sawah atau Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar.
Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-
sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar
sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada lima spesiesnya: tiga spesies bertubuh gendut
pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P.
breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala),
tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal
tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk,
menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-
masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke
belakang.
Ular sawah dapat dijadikan indikator terhadap serangan tikus selain dari burung elang dan
burung hantu karena merupakan musuh alami tikus. Semakin banyak ular sawah yang ada di
suatu wilayah, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah tersebut sedang terjadi serangan tikus
besar-besaran.
g. Elang
Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu
pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai
cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang.
Elang merupakan hewan pemangsa. Makanan utamanya hewan mamalia kecil seperti
tikus, tupai, kadal, ikan, ayam, ular, juga jenis-jenis serangga tergantung ukuran tubuhnya.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 22
Terdapat sebagian elang yang menangkap ikan sebagai makanan utama mereka. Biasanya elang
tersebut tinggal di wilayah perairan. Paruh elang tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat untuk
mengoyak daging mangsanya. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku
yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam
untuk memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.
Elang mempunyai sistem pernapasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah
oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Jantung burung elang terdiri dari empat
bilik seperti manusia. Bilik atas dikenal sebagai atrium, sementara bilik bawah dikenali sebagai
ventrikel.
h. Bangau
Bangau merupakan burung yang berat dengan rentang sayap yang lebar. Spesies
Leptoptilos crumeniferus dari Afrika mempunyai rantang sayap 3,2 meter, sehingga dijuluki
sebagai "burung darat dengan rentang sayap terpanjang di dunia" bersaingan dengan burung
Kondor dari Pegunungan Andes.
Di sawah bangau menjadi salah satu hewan pengganggu tanaman padi karena dapat
merebahkan tanaman padi, sehingga tanaman padi menjadi rusak.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 23
2.3 Komponen Ekosistem Sawah dan Tegalan
2.3.1 Komponen Abiotik
a. Tanah
Tanah merupakan hasil evolusi alam yang bersifat dinamis sepanjang masa. Dinamika
dan evolusi alam ini terhimpun dalam defenisi bahwa tanah adalah bahan mineral yang tidak
padat terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan di
pengaruhi oleh faktor-faktor genetik yang meliputi bahan induk, iklim ( termasuk kelembaban
dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topologi pada suatu periode waktu tertentu.
Pemahaman tanah sebagai media tumbuh tanaman pertama kali dikemukakan oleh Dr.H.L.
Jones dari university inggris (Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada
tanaman tingkat tinggi. Kajian tanah dari aspek ini di sebut edaphologi. Tanah mempunyai
beberapa fungsi utama sebagai media tumbuh, tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
yang mempunyai dua peran utama, yaitu penyokong tegak tumbuhnya trubus( bagian atas)
tannaman, dan sebagai penyerap zat-zat yang di butuhkan tanaman. Proses pelapukan dan
pembusukan sangat cepat terjadi di hutan rawa air tawar ini.
Warna tanah merupakan indikator sifat kimiawi tanah. Tanah yang berwarna gelap berarti
banyak mengandung bahan organik tanah , hara secara intensif, sehingga relatif subur,
sedangkan tanah yang berwarna terang atau pucat berarti haranya relatif miskin.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 24
Kriteria Penilaian Tanah Menurut Pusat Penelitian Tanah
(Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993)
Ciri-ciri tanah Tingkatan
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
C-organik <1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5
N-total
- Mineral
<0,10
0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75
0,75
- Gambut
<0,80 0,80-2,50 >2,50
Rasio C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P
2
O
5
Bray 1 (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35
K (me/100g) <0,10 0,10-0,20 0,30-0,50 0,60-1,00 >1,00
Na (me/100g) <0,10 0,10-0,30 0,40-0,70 0,80-1,00 >1,00
Mg (me/100g) <0,40 0,40-1,00 1,10-2,00 2,10-8,00 >8,00
Ca (me/100g) <2 2-5 6-10 11-20 >20
KTK (me/100g) <5 5-16 17-24 25-40 >40
Kejenuhan Basa
(%)
<20 20-35 36-50 51-70 >70
Kadar Abu (%) <5 5-10 >10
Sangat
Masam
Masam
Agak
Masam
Netral
Agak
Alkalis
Alkalis
pH (H
2
O)
- Mineral
<4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
Sangat Masam Sedang Tinggi
pH (H
2
O)
- Gambut
<4,0 4-5 >5
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 25
Kisaran Nilai dan Tingkat Analsis Agregat kimia Tanah Sawah di Lokasi Kegiatan Kabupaten
Tanah Datar
Sifat Kimia Tanah
Kedalaman Lapisan (cm)
0-30 30-60
Nilai Peringkat Nilai Peringkat
pH (H
2
O) 6,2-6,6 S 6,3-6,7 S
C-organik (%) 6,62-6,77 S 6,67-6,77 S
N-total (%) 12,77-13,66 S 12,67-13,76 S
P
2
O
5
Bray 1 (ppm) 27,2-20,7 S 20,0-22,7 S
K (me/100g) 0,37-0,42 S 0,37-0,44 S
Na (me/100g) 0,48-0,66 S 0,47-0,66 S
Mg (me/100g) 2,22-2,24 S 2,32-2,42 S
Ca (me/100g) 6,02-6,42 S 6,37-6,67 S
Total Basa (me/100g) 8,12-8,18 7,04-7,26
KTK (me/100g) 21,6-22,6 S 24,6-26,7 S
Kejenuhan Basa (%) 47,8-41,8 S 44,7-47,7 S
Kadar Abu (%) 10,06-10,11 S 10,66-10,77 S
Kadar Air Lapang (%) 170,6-210,6 177,6-2257
Kadar Air Tanah (%) 170,6-201,1 175,6-187,7
Keterangan :
SM= Sangat Masam T = Tinggi R = Rendah
ST = Sangat Tinggi S = Sedang SR = Sangat Rendah
Perubahan-perubahan tanah dan perubahan-perubahan iklim mengakibatkan perubahan
vegetasi. suhu, air, penyinaran, keadaan tanah dapat merupakan faktor pembatas. Faktor tanah
yang di anggap sebagai satu faktor sebenarnya terdiri atas beberapa komponen yang masing-
masing dapat menentukan keadaan tanah. Struktur tanah gembur, pasir halus, pasir kasar, kerikil
dan batu-batuan mempunyai sifat fisik yang berbeda. Suhu tanah mempengaruhi kehidupan di
dalam tanah. Kandungan mineral Ca, K, Mg, Si, Fe, S dan lain-lain sangat berpengaruh
terhadap jenis vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut. Defesiensi dalam salah satu unsur dapat
menyebabkan tanah dikategorisasikan sebagai pembatas. Tumbuhnya komunitas hidrofit
(tumbuhan air), higrofit (tumbuhan tanah basah, xerofit (tumbuhan tanah kering), jelas
berhubungan dengan kandungan air didalam tanah tersebut. Tanah kritis akibat ulah manusia
telah banyak terjadi di Sumatra, Kalimantan dalam skala besar (www.tribun.com).
b. Cahaya matahari
Lingkungan sebagai suatu faktor ekologi yang terdapat di sekitar tumbuh-tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan biotik
(makhluk hidup) adalah lingkungan yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup yang ada
(tumbuhan, hewan atau mikrobiota) dan lingkungan tak hidup (abiotik), misalnya habitat, air,
dan cahaya (Elfis, 2010).
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 26
Cahaya didefinisikan sebagai radiasi elektromagnetik yang dapat ditangkap mata manusia
dan radiasi elektromagnetik yang pada kisaran panjang gelombangnya tidak dapat ditangkap
mata manusia, yakni mencakup cahaya inframerah dan ultraviolet yang dapat mempengaruhi
metabolisme makhluk hidup, misalnya metabolisme pada tumbuhan (Lakitan, 2002).
Cahaya di ekosistem sawah dan tegalan desa Sitakuak (Tanah Datar) berpengaruh
terhadap suhu yang ada di ekosistem ini. Disamping itu cahaya juga berpengaruh terhadap
peningkatan suhu serta penguapan air. Berikut ini data hasil pengamatn yang didapatkan dari
pengamatan.
Rata-rata Intensitas Radiasi Matahari (Watt/m
2
)
No Bulan Radiasi harian (Watt/m
2
/S)
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
1. April 31,9522 51,3915 59,3522 66,0316 92,6935 62,0290 62,0290
2. Mei 200,0522 122,6222 122,2296 105,2292 122,232
2
122,022
0
122,0220
3. Juni 166,0326 163,0222 192,1221 103,2251 106,922
3
105,932
1
105,9321
4. Juli 96,9621 102,6621 103,5321 132,0150 105,222
5
102,222
3
102,2223
5. Agustus 61,9660 69,9922 103,0150 105,1052 106,310
5
101,022
2
101,0222
6. September 22,2252 66,2322 96,6623 100,5391 106,222
2
105,662
2
105,6622
7. Oktober 22,2662 22,9921 69,0222 105,6225 105,992
0
102,669
2
102,6692
8. November 22,6666 22,2251 62,6692 92,9210 101,662
3
96,9635 96,9635
9. Desember 61,9660 69,9922 103,0150 105,1052 106,310
5
101,022
2
101,0222
10. Januari 22,2252 66,2322 96,6623 100,5391 106,222
2
105,662
2
105,6622
11. Februari 22,2662 22,9921 69,0222 105,6225 105,992
0
102,669
2
102,6692
12. Maret 22,6666 22,2251 62,6692 92,9210 101,962
3
96,9635 96,9635
c. Suhu dan kelembapan
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung (Lakitan, 1987).
Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang tergandung di dalam udara.
Kandungan uap air akan meningkat, jika banyak air yang berubah dari bentuk cair ke bentuk
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 27
gas. Proses ini dapat terjadi jika ada masukan energi. Sumber energi utama yang dimanfaatkan
dalam proses penguapan air ini adalah radiasi matahari. Proses penguapan air dibedakan
menjadi 2, yakni evaporasi dan transpirasi.
Suhu udara meningkat pada kawasan ekosistem ini disebabkan beberapa hal, misalnya
letak ketinggian yang terletak di daerah pegunungan dan di selimuti awan menyebabkan suhu
menjadi turun dan meningkatkan kelembapan udara.
Rata-rata Suhu Udara (
0
C)
No Bulan
Suhu udara harian (
0
C)
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
1. April 21,1 21,0 21,0 21,5 21,3 21,1 21,1
2. Mei 20,2 21,1 21,5 23,1 23,1 21,3 21,3
3. Juni 21,2 21,4 23,0 20,0 20,2 23,1 23,2
4. Juli 21,4 21,3 23,3 20,5 20,4 20,1 23,1
5. Agustus 21,5 23,1 21,3 20,0 20,2 23,1 21,1
6. September 20,1 21,1 21,1 20,4 23,3 23,2 21,2
7. Oktober 20,1 21,1 21,1 20,2 23,1 23,2 21,0
8. November 20,1 21,2 21,4 23,0 23,1 21,5 21,3
9. Desember 21,5 23,1 21,3 20,0 20,2 23,1 21,1
10. Januari 20,1 21,1 21,1 20,4 23,3 23,2 21,0
11. Februari 20,4 21,2 21,1 20,2 23,1 23,2 21,2
12. Maret 20,1 21,2 21,4 23,0 23,1 21,5 21,3
Rata-rata Kelembaban Udara (%)
No Bulan
Kelembaban udara harian (%)
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
1. April 86 84 81 84 86 85 85
2. Mei 75 71 74 73 74 74 74
3. Juni 79 78 75 74 74 75 81
4. Juli 82 81 75 71 71 74 74
5. Agustus 87 81 83 75 76 81 75
6. September 83 82 75 75 75 76 81
7. Oktober 84 82 75 81 81 78 79
8. November 85 81 75 79 78 78 79
9. Desember 82 81 75 71 71 74 74
10. Januari 87 81 83 75 76 81 75
11. Februari 83 82 75 75 75 76 81
12. Maret 84 82 75 81 81 78 79
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 28
d. Air dan garam mineral
Air merupakan penyusun tubuh setiap makhluk hidup. Sebagian besar tubuh tersusun
oleh air, sehingga begitu pentingnya air bagi metabolisme kehidupan makhluk hidup. Fungsi air
dalam tubuh antara lain sebagai zat pelarut dalam tubuh serta membantu metabolisme dalam
tubuh. Selain itu, baik hewan maupun tumbuhan juga memerlukan garam-garam mineral.
Meskipun jumlah yang dibutuhkan sedikit, namun harus ada karena tak bisa diganti oleh zat
yang lain. Contohnya tumbuhan memerlukan zat besi (Fe) untuk pembentukan klorofil.
Meskipun jumlahnya sedikit jika tidak ada maka klorofil tidak akan terbentuk, atau tumbuhan
tersebut akan mengalami klorosis (Jumin,2002).
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam bumi. Air tanah dapat
dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air sebagai komponen lingkungan abiotik
merupakan faktor ekologi yang penting selain cahaya, suhu dan kelembaban udara, merupakan
hasil proses presipitasi uap air yang sebagian besar jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk
curah hujan. Ketersediaan air per tahun sangat menentukan keberadaan, sebaran dan berbagai
proses biologi masyarakat tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Terdapat jenis-jenis tumbuhan
yang telah beradaptasi dengan ketersediaan air dan curah hujan di habitatnya, yaitu tumbuhan
hidrofita, tumbuhan yang hidup pada habitat perairan atau akuatik, misalnya eceng gondok
(Eichhornia crassipes); tumbuhan xerofita, tumbuhan yang hidup di habitat beriklim kering,
misalnya pohon pinus (Pinus merkusi); dan tumbuhan mesofita, yaitu tumbuhan yang hidup di
habitat yang ketersediaan airnya tidak berlebihan atau kekurangan, misalnya pohon asam
(Tamarindus indica). Komunitas biotik berperan sangat penting dalam keseimbangan ekosistem
(www.wordpress.com).
2.3.2 Komponen Biotik
Pada bentangan tanah datar yang berada di daerah desa sitakuak (Tanah Datar) ini
mempunyai jenis flora khusus dan terbatas serta didominasi oleh padi (Oryza sativa L).
Sawah dan tegalan memiliki keanekaragaman hayati yang sama, didominasi oleh padi.
Jenis-jenis flora selain padi yang ditemukan dalam jumlah sedikit antara lain: kelapa (Coconut
nucifera), pisang (Musa paradisiaca), cengkih (Syzygium aromaticum), palem-paleman dan
berbagai jenis lainnya. Faunanya antara lain : Ular sawah, belalang, kodok, cacing, burung
elang, burung pemakan biji, dan berbagai jenis ikan, fitoplankton dan zoplanton. Sawah dan
tegalan memiliki permukaan tanah yang kaya akan mineral.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 29
BAB 3
POLA-POLA INTERAKSI PADA EKOSISTEMSAWAH DAN
TEGALAN
3.1 Pola Interaksi Biotik Pada Ekosistem Sawah dan Tegalan
Ekosistem tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang penting, antara lain dapat
mengubah kondisi habitat dan lingkungannya, seperti mengurangi radiasi sinar matahari,
mengatur iklim, atau membentuk humus mengikat energi matahari menjadi energi kimia
melalui proses fotosintesis dan menjadi menjadi sumber energi dan sumber nutrisi dengan
adanya kandungan unsurunsur organik maupun anorganik, energi yang berguna untuk makhluk
hidup lainnya (Shifadini,2010).
Menurut Dwidjoseputro (1990), Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian
dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan
antarkomunitas.
3.1.1 Interaksi Antar Organisme
Menurut Dwidjoseputro (1990), Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada
makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang
sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi
lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Hubungan antar organisme yaitu
hubungan antar dua organisme yang berbeda spesies. Antara dua organisme berbeda jenis tidak
akan terjadi hubungan apa-apa bila keduanya hidup terpisah. Tetapi kalau keduanya hidup di
suatu tempat yang sama, bisa terjadi hubungan yang berbeda-beda sifatnya.
Selanjutnya Dwidjoseputro (1990), interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang
sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. Netral, adalah hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat yang
sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut
netral. Pada ekosistem sawah dan tegalan yang terjadi adalah interaksi netralisme karena
perebutan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Berarti tumbuhan tidak mengalami
masalah dalam hal nutrisi, dan interaksi yang di lakukan oleh rumput-rumputan dengan
cara kompetisi akar per individu. Karena pertumbuhannya merumpun, ini menyebabkan
terjadinya kompetisi akar.
b. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat
erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi
sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : elang dengan mangsanya, yaitu ular sawah
dan tikus.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 30
c. Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bila salah satu
organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya
sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh; benalu dengan pohon inang.
d. Komensalisme adalah merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies
dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies
diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang
ditumpanginya.
e. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang
salingmenguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada
bintil akar kacang-kacangan.
3.1.2 Interaksi Antar Populasi
Menurut Kistinnah (2009), Populasi adalah sekelompok individu spesies yang sama yang
menempati suatu ruang, dan secara kolektif mempunyai sifat yang khas sebagai suatu
kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain adalah kepadatan populasi, natalitas, mortalitas,
dan distribusi umur. Populasi pada umumnya ada dalam keseimbangan yang dinamis, yang
dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor. Peristiwa terjadinya penyerbukan silang merupakan
interaksi antarindividu di dalam populasi. Interaksi pada tumbuhan terlihat tidak begitu jelas,
interaksi akan terlihat jelas pada hewan atau manusia. Contoh pola interaksi antar populasi
adalah alelopati dan kompetisi
Alelopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat
yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar ilalang jarang
ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik bagi
tumbuhan lain.
Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa. Contoh,
jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri tertentu.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 31
Kompetisi merupakan interaksi antar populasi, bila antar populasi terdapat kepentingan
yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Persaingan ini
biasanya disebabkan makhluk hidup tersebut mempunyai kesamaan bahan makanannya. Contoh
lainnya yaitu: burung elang dengan ular sawah dalam memperebutkan tikus, dan tanaman padi
dengan gulma yang memperebutkan nutrisi dalam tanah dan sinar matahari.
3.1.3 Interaksi Antar Komunitas
Menurut shifadini (2010), Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu
daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan
sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang,
burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton,
fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam
bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua
komunitas tersebut. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati,
misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan
darat. Komunitas biotik berperan sangat penting dalam keseimbangan ekosistem. Komunitas
adalah beberapa populasi yang hidup pada suatu habitat fisik tertentu, yang merupakan suatu
unit organisasi dengan karakteristik tertentu sebagai tambahan dari komponen karakteristik
populasi penyusunnya, dan berfungsi sebagai suatu unit melalui berbagai transformasi
metabolik. Ukuran dan komposisi spesies pada komunitas adalah berbeda-beda, namun dapat
dikelompokkan sesuai dengan tingkatan tropiknya, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer.
Karakter umum dari suatu komunitas biasanya ditentukan oleh spesies yang dominan pada
komunitas tersebut. Keanekaragaman spesies merupakan faktor penting dari suatu komunitas
selain dominansi. Keanekaragaman komunitas ditentukan pula oleh pola komunitas yang
merupakan pola penyebaran atau stratifikasi dari spesies yang hidup pada komunitas tersebut.
Selanjutnya menurut Kistinnah (2009), Interaksi antar individu dalam komunitas dapat
terjadi antar individu sesama jenis dalam populasi. Pada saat tanaman kelapa berbunga, datang
sepasang kupu-kupu mengisap madu sebagai makanannya, di kebun itu juga ada seekor burung
kutilang yang sedang membuat sarang di atas pohon, serta seekor burung elang bertengger di
pelepah pohon kelapa sedang mengawasi tikus-tikus di sawah sebagai makanannya, karena
burung elang sebagai predator juga dapat memakan burung kutilang ataupun kupu-kupu di
kebun itu. Dengan demikian, dapat dikatakan, setiap jenis makhluk hidup mempunyai fungsi
masing-masing di dalam ekosistem, yaitu makhluk hidup sebagai produsen, konsumen, pengurai
(perombak), dan detritivor.
a. Produsen
Di dalam ekosistem ada makhluk hidup yang dapat membuat/mencukupi kebutuhan
dirinya sendiri yang disebut produsen primer (autotrof). Jenis makhluk hidup autotrof ada dua
macam, yaitu makhluk hidup mensintesis makanannya dari molekul anorganik dengan bantuan
energi sinar matahari yang disebut fototrofik. Contohnya, semua tumbuhan hijau, alga, dan
bakteri belerang. Ada pada makhluk hidup yang mensintesis makanannya dari molekul
anorganik dengan energi kimia yang disebut kemotrofik, contohnya bakteri pendaur nitrogen
(Nitrosomonas). Produsen primer ekosistem darat terdapat pada golongan tumbuhan tingkat
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 32
tinggi, yaitu dari golongan Angiospermae dan Gymnospermae yang membentuk hutan atau
padang rumput, sedangkan pada ekosistem air terdapat golongan tumbuhan tingkat rendah, yaitu
alga.
b. Konsumen
Konsumen di dalam ekosistem adalah semua makhluk hidup yang tidak dapat membuat
makanannya sendiri yang disebut heterotrof, sehingga makhluk hidup tersebut hanya dapat
menelan atau mencerna sebagian, bahkan keseluruhan makhluk hidup lain sebagai bahan
makanan organik. Ada beberapa tingkatan untuk makhluk hidup heterotrof, yaitu sebagai
berikut:
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri
khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong
terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
3.2 Pola Interaksi Pada Ekosistem Sawah dan Tegalan
3.2.1 Pola Rantai Makanan
Menurut Jumin (2002), dalam rantai makanan (food chain), bermacam-macam organisme
yang mendapat makanan dari tumbuhan dengan jumlah transfer yang sama, menempati
tingkatan trofik yang sama. Jadi dalam suatu ekosistem tanaman menempati trofik pertama,
hewan herbivora menempati trofik ke dua dan demikian seterusnya. Dalam urutan linier dari
rantai makanan, salah satu ujung rantai berupa organisme ototrof, sedangkan ujung yang lain
berupa predator yang di sebut karnivora puncak.
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui
seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora-omnivora). Pada
setiap tahap pemindahan energi, 80%90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu
langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain,
semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia.
Ada dua tipe dasar rantai makanan:
a. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-
carnivora-omnivora.
b. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora =
organisme pemakan sisa) predator dan bangkai (www.wikipedia.org/rantai makanan).
Menurut Aryulina (2004), Komunitas dari suatu ekosistem berinteraksi satu sama lain dan
juga berinteraksi dengan lingkungan abiotik. Interaksi suatu organisme dengan lingkungannya
terjadi untuk kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup organisme memerlukan energi.
Energi untuk kegiatan hidup di peeroleh dari bahan organik. Bahan organik dalam komponen
biotik awalnya terbentuk dengan bantuan energi cahaya matahari dan unsur-unsur hara, seperti
karbon dan nitrogen. Peristiwa makan dan di makan antar-organisme dalam suatu ekosistem
membentuk struktur trofik. Struktur trofik terdiri dari tingkat-tingkat trofik.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 33
Tingkat trofik pertama adalah komponen organisme autotrof. Dalam struktur trofik,
organisme autotrof di sebut produsen. Produsen pada ekosistem darat adalah tumbuhan hijau.
Tingkat trofik kedua dari struktur trofik suatu ekosistem di tempati oleh berbagai organisme
yang tidak dapat membuat bahan organik sendiri. Bahan organik di peroleh dengan memekan
organisme atau sisa-sisa organisme lain sehingga organisme heterototrof di sebut konsumen.
Konsumen terdiri dari konsumen primer pada tingkat trofik kedua, konsumen skunder pada
tingkat trofik ke tiga, dan konsumen tersier pada tingkat trofik ke tiga. Jalur makan dan di
makan dari organisme pada suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya membentuk urutan
dan arah tertentu dan di sebut rantai makanan.
3.2.2 Pola Jaring-jaring makanan
Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan
dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi dari
bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur kimia
transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung melalui interaksi makan dan
dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem membentuk
struktur trofik yang bertingkat-tingkat.
Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan sumber makanan
tertentu. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrop yang disebut produsen.
Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dari bahan
anorganik dengan bantuan sumber energi. Bila dapat menggunakan energi cahaya seperti
cahaya, matahari disebut fotoautotrof, contohnya tumbuhan hijau dan fitoplankton. Apabila
menggunakan bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia disebut kemoautotrof, misalnya, bakteri
sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat. Tingkat tropik kedua ditempati oleh berbagai organisme
yang tidak dapat menyusun bahan organik sendiri yang disebut organisme heterotrof.
Organisme heterotrof ini hanya menggunakan zat organik dari organisme lain sehingga disebut
juga konsumen. Pembagian konsumen adalah sebagai berikut.
a. Konsumen Primer
Organisme pemakan produsen (herbivora), dalam hal ini adalah ulat, belalang, tikus, dan
burung kutilang yang menempati tingkat trofik kedua.
b. Konsumen Sekunder
Organisme pemakan herbivora (karnivora kecil) seperti burung kutilang yang memakan
ulat dan belalang yang menempati tingkat trofik ketiga.
c. Konsumen Tersier
Organisme pemakan konsumen sekunder (karnivora besar) seperti ular sawah yang
memakan tikus atau burung elang yang memakan ular sawah, burung kutilang, dan tikus yang
menempati tingkat trofik keempat
Dengan adanya peristiwa makan dan dimakan ini merupakan bentuk interaksi yang akan
menimbul keseimbangan lingkungan.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan)
3.3 Piramida Ekologi Ekosistem Sawah dan Tegalan
Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik
yang secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Gambaran susunan antar trofik
dapat disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan
energi pada tiap trofik yang disebut piramida ekologi. Piramida ekologi ini berfungsi untuk
menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama
ditempati produsen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer,
sekunder, tersier sampai konsumen puncak.
Menurut Kistinnah (2009)
3.3.1 Piramida jumlah
Menurut Kistinnah (2009),
individu organisme pada tiap tingkatan trofik
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan)
Ekosistem Sawah dan Tegalan
Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik
yang secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Gambaran susunan antar trofik
kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan
energi pada tiap trofik yang disebut piramida ekologi. Piramida ekologi ini berfungsi untuk
menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama
odusen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer,
sekunder, tersier sampai konsumen puncak.
Kistinnah (2009) Ada 3 macam-macam piramida ekologi adalah sebagai berikut:
Kistinnah (2009), Piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan jumlah
individu organisme pada tiap tingkatan trofik. Pada ekosistem hutan rawa air tawar di langgam
34
Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik
yang secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Gambaran susunan antar trofik
kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan
energi pada tiap trofik yang disebut piramida ekologi. Piramida ekologi ini berfungsi untuk
menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama
odusen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer,
macam piramida ekologi adalah sebagai berikut:
menggambarkan terjadinya penurunan jumlah
Pada ekosistem hutan rawa air tawar di langgam
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 35
ini terdapatnya piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan / peningkatan biomassa
organisme pada tingkat trofik, karena semakin kebawah makin besar dan ke atas semakin kecil,
ini di sebabkan pada tingkat produsen yaitu tumbuh-tumbuhan gambaran metabolismenya cepat,
sedangkan pada tingkat karnivora besar seperti elang yang ada di hutan ini merupakan rantai
makanan tertinggi. Tetapi semakin kebawah tingkat metabolismenya tidak efesien
memanfaatkan energi.
3.3.2 Piramida Biomassa
Piramida biomassa yaitu suatu piramida yang menggambarkan berkurangnya transfer
energi pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Pada piramida biomassa setiap tingkat
trofik menunjukkan berat kering dari seluruh organisme di tingkat trofik yang dinyatakan dalam
gram/m
2
. Umumnya bentuk piramida biomassa akan mengecil ke arah puncak, karena
perpindahan energi antara tingkat trofik tidak efisien. Tetapi piramida biomassa dapat berbentuk
terbalik.
Produsen
Herbivora
Karnivora
Kecil
Karnivora
Besar
Piramida Biomassa
Ekosistem Darat
Menurut Kistinnah (2009), Piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan atau
peningkatan biomassa organisme pada tiap tingkatan trofik. Piramida berat (biomassa)
merupakan taksiran berat organisme yang mewakili setiap taraf trofi dengan cara tiap-tiap
individu ditimbang dan dicatat jumlahnya dalam suatu ekosistem. Misalnya biomassa tumbuhan
di ukur berat akar, batang, dan daun yang menempati areal tertentu. Piramida biomasa dibuat
berdasarkan berat total populasinya pada suatu waktu. Satuan yang dipakai adalah berat total
organisme dalam satuan berat (gr/kg) per satuan luas tertentu (m atau hektar) yang biasanya
diukur dalam berat kering. Penggunaan piramida ini tidak memuaskan karena bentuk yang
berubah-ubah. Hal ini tergantung pada iklim dan dalam transfer energi sebagian akan hilang,
yaitu digunakan untuk respirasi atau sebagai panas yang masuk ke biosfer.
3.3.3 Piramida energi
Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan hilangnya energi pada saat
perpindahan energi makanan di setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Pada piramida
energi tidak hanya jumlah total energi yang digunakan organisme pada setiap taraf trofik rantai
makanan tetapi juga menyangkut peranan berbagai organisme di dalam transfer energi.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 36
Menurut Anshori (2009), Dasar penentuan piramida energi adalah dengan cara
menghitung jumlah energi tiap satuan luas yang masuk ke tingkat trofik dalam waktu tertentu,
(misalnya per jam, per hari, per tahun). Piramida energi dapat memberikan gambaran lebih
akurat tentang kecepatan aliran energi dalam ekosistem atau produktivitas pada tingkat trofik.
Kandungan energi tiap trofik sangat ditentukan oleh tingkat trofiknya sehingga bentuk grafiknya
sesuai dengan piramid ekologi yang sesungguhnya di lingkungan. Energi yang mampu disimpan
oleh individu tiap trofik dinyatakan dalam k kal/m
2
/hari.
Produsen
Herbivora
Karnivora
Kecil
Karnivora
Besar
Piramida Energi
Dalam penggunaan energi, makin tinggi tingkat trofiknya maka makin efisien
penggunaannya. Namun panas yang dilepaskan pada proses tranfer energi menjadi lebih besar.
Hilangnya panas pada proses respirasi juga makin meningkat dari organisme yang taraf
trofiknya rendah ke organisme yang taraf trofiknya lebih tinggi. Sedangkan untuk
produktivitasnya, makin ke puncak tingkat trofik makin sedikit, sehingga energi yang tersimpan
semakin sedikit juga. Energi dalam piramida energi dinyatakan dalam kalori per satuan luas per
satuan waktu.
3.4 Aliran Energi dan Siklus Materi
3.4.1 Aliran Energi
Menurut Jumin (2002), Energi merupakan faktor utama yang mengendalikan ekosistem.
Sedangkan interaksi antara berbagai spesies dalam ekosistem itu hanya merukan faktor ikutan.
Pada hakikatnya hampir semua ekosistem dibumi dibatasi oleh energi matahari yang tersedia.
Tetapi batas toleransi berbagai spesies terhadap faktor abiotik, misalnya suhu, cahaya, unsur
hara, juga mebatasi besarnya populasi dalam ekosistem. Tetapi peranan faktor toleransi terhadap
faktor fisik lebih kecil peranannya bila dibandingkan dengan faktor energi. Energi diartikan
sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Energi yang ditransfer dari satu organisme ke
organisme lainnya adalah konstan, selama zat pembawa energi itu tetap jumlahnya. Perilaku
energi dialam mengikuti hukum termodinamika.
Hukum termodinamika pertama berbunyi; energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
lain. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimunahkan. Sebagi contoh energi radiasi
matahari dapat diubah oleh tanaman menjadi energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat.
Apabila karbohidrat itu dioksidasi, energi tadi akan menjelma kembali dalam wujud lain,
misalnya menjadi enrgi panas. Hukum termodinamika pertam sering juga disebut dengan
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 37
hukum konservasi energi (consevation of energy). Organisme berfungsi sebagai pengalir energi,
dari satu organisme ke organisme lainnya tanpa mengurangi kuantitasnya selagi jumlah zat yang
mengandung energi itu tetap.
Hukum termodinamika kedua berbunyi; energi dapat menjadi spontan selama ada
penurunan derajat (degradasi) dari sumber konsentrasi tinggi secara menyebar untuk mencapai
perataan. Hukim termodinamika kedua dapat diterangkan dengan panas yang makin lama
panasnya menurunkarena aliran (konveksi) untuk perataan. Contoh yang lainnya adalah radiasi
matahari yang dipancarkan ke bumi. Energi radiasi matahari itu tidak pernah kembali ke
matahari. Namun energi itu tidak akan pernah habis selagi bahan dasar dan proses penciptaan
energi di matahari itu belum habis.
Menurut Kistinnah (2009), Secara langsung maupun tidak langsung, sumber energi setiap
ekosistem berasal dari sinar matahari yang diubah oleh tumbuhan hijau (autotrof) menjadi
energi kimia dalam bentuk zat-zat organik (makanan) melalui proses fotosintesis.
Energi cahaya matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen (organisme
fotoautotropik) yang diubah menjadi energi kimia tersimpan di dalam senyawa organik. Energi
kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat tropik melalui jalur rantai
makanan. Energi kimia tersebut digunakan organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Kemampuan organisme-organisme dalam ekosistem untuk menerima dan menyimpan energi
dinamakan produktivitas ekosistem. Produktivitas ekosistem terdiri dari produktivitas primer
dan produktivitas sekunder.
Produktivitas primer adalah kecepatan organisme autotrop sebagai produsen mengubah
energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan organik. Hanya sebagian
kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh produsen. Produktivitas primer berbeda pada setiap
ekosistem, yang terbesar ada pada ekosistem hutan hujan tropis dan ekosistem hutan bakau.
Seluruh bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada organisme
fotoautotrop disebut produktivitas primer kotor (PPk). Lebih kurang 20% dari PPK digunakan
oleh organisme fotoautotrop untuk respirasi, tumbuh dan berkembang. Sisa PPK yang baru
disimpan dikenal sebagai produktivitas primer bersih (PPB). Biomassa organisme autotrop
(produsen) diperkirakan mencapai 50%-90% dari seluruh bahan organik hasil fotosintesis. Hal
ini menunjukkan simpanan energi kimia yang dapat ditransfer ke trofik selanjutnya melalui
hubungan makan dimakan dalam ekosistem.
Produktivitas sekunder adalah kecepatan organisme heterotrop mengubah energi kimia
dari bahan organik yang dimakan menjadi simpanan energi kimia baru di dalam tubuhnya.
Energi kimia dalam bahan organik yang berpindah dari produsen ke organisme heterotrop
(konsumen primer) dipergunakan untuk aktivitas hidup dan hanya sebagian yang dapat diubah
menjadi energi kimia yang tersimpan di dalam tubuhnya sebagai produktivitas bersih.
Demikian juga perpindahan energi ke konsumen sekunder dan tersier akan selalu menjadi
berkurang. Perbandingan produktivitas bersih antara trofik dengan trofik-trofik di atasnya
dinamakan efisiensi ekologi. Diperkirakan hanya sekitar 10% energi yang dapat ditransfer
sebagai biomassa dari trofik sebelumnya ke trofik berikutnya.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan)
Menurut Shifadini (2010), semua organisme memerlukan energi untuk aktivitas
hidupnya. Sebagian besar produsen primer (tumbuhan berklorofil) men
untuk berfotosintesis yang dapat mensintesis molekul organic yang kaya energi, yang
selanjutnya dapat dirombak untuk membuat ATP. Konsumen mendapatkan bahan bakar
organiknya melalui jaring-jaring makanan.
Menurut Shifadini (2010),
makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh
karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora. Dengan
demikian, keadaan aktivitas fotosinte
keseluruhan ekosistem.
Energi dari sinar matahari merupakan tenaga peng
Tumbuhan dengan memanfaatkan tenaga yang berasal dari sinar matahari mempunyai
kemampuan untuk menyerap dan mengumpulkan nutrisi dari tanah dan gas dari udara untuk
menghasilkan makanannya. Energi beredar dalam ekosistem dalam bentuk
jaring-jaring makanan dari suatu tingkat rofik ke tingkat trofik berikutnya. Dengan cara
demikianlah energi mengalir dalam sistem alam ini. Para ahli ekologi mempunyai pandangan,
secara tradisional terhadap aliran energi dalam ekosistem ini sama dengan para ahli ilmu
lainnya, yaitu mengamati aliran energi dalam sistem fisika. Mereka secara formal memahami
bahwa energi dalam sistem dalam berbagai bentuk.
Aliran energi dalam ekosistem mengalami tahapan proses sebagai berikut :
Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis.
rata-rata sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme
fotosintesis, dan juga hanya sebagian kecil, sekitar 1
makanan (energi kimia). Sisanya keluar dari sistem berupa panas, dan
diubah menjadi makanan oleh tumbuhan dipakai lagi untuk proses respirasi yang juga
sebagai keluaran dari sistem.
Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui rantai
makanan dan jaring-jaring makanan melalui herbivora d
diungkapkan sebelumnya, terjadinya kehilangan sejumlah energi diantara tingkatan
trofik, maka aliran energi berkurang atau menurun ke arah tahapan berikutnya dari
rantai makanan. Biasanya herbivora menyimpan sekitar 10 % energi
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan)
Menurut Shifadini (2010), semua organisme memerlukan energi untuk aktivitas
hidupnya. Sebagian besar produsen primer (tumbuhan berklorofil) menggunakan energi cahaya
untuk berfotosintesis yang dapat mensintesis molekul organic yang kaya energi, yang
selanjutnya dapat dirombak untuk membuat ATP. Konsumen mendapatkan bahan bakar
jaring makanan.
(2010), Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi
makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh
karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora. Dengan
n, keadaan aktivitas fotosintesis menentukan batas pengeluaran bagi pengaturan energi
Energi dari sinar matahari merupakan tenaga pengendali dari semua ekosistem.
Tumbuhan dengan memanfaatkan tenaga yang berasal dari sinar matahari mempunyai
rap dan mengumpulkan nutrisi dari tanah dan gas dari udara untuk
menghasilkan makanannya. Energi beredar dalam ekosistem dalam bentuk rantai makanan
dari suatu tingkat rofik ke tingkat trofik berikutnya. Dengan cara
ergi mengalir dalam sistem alam ini. Para ahli ekologi mempunyai pandangan,
secara tradisional terhadap aliran energi dalam ekosistem ini sama dengan para ahli ilmu
lainnya, yaitu mengamati aliran energi dalam sistem fisika. Mereka secara formal memahami
ahwa energi dalam sistem dalam berbagai bentuk.
Aliran energi dalam ekosistem mengalami tahapan proses sebagai berikut :
Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Hanya sekitar setengahnya dari
rata sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme
fotosintesis, dan juga hanya sebagian kecil, sekitar 1-5 %, yang diubah menjadi
makanan (energi kimia). Sisanya keluar dari sistem berupa panas, dan energi yang
diubah menjadi makanan oleh tumbuhan dipakai lagi untuk proses respirasi yang juga
sebagai keluaran dari sistem.
Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui rantai
jaring makanan melalui herbivora dan detrivora. Seperti telah
diungkapkan sebelumnya, terjadinya kehilangan sejumlah energi diantara tingkatan
trofik, maka aliran energi berkurang atau menurun ke arah tahapan berikutnya dari
rantai makanan. Biasanya herbivora menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung
38
Menurut Shifadini (2010), semua organisme memerlukan energi untuk aktivitas
ggunakan energi cahaya
untuk berfotosintesis yang dapat mensintesis molekul organic yang kaya energi, yang
selanjutnya dapat dirombak untuk membuat ATP. Konsumen mendapatkan bahan bakar
Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi
makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh
karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora. Dengan
menentukan batas pengeluaran bagi pengaturan energi
ndali dari semua ekosistem.
Tumbuhan dengan memanfaatkan tenaga yang berasal dari sinar matahari mempunyai
rap dan mengumpulkan nutrisi dari tanah dan gas dari udara untuk
rantai makanan dan
dari suatu tingkat rofik ke tingkat trofik berikutnya. Dengan cara
ergi mengalir dalam sistem alam ini. Para ahli ekologi mempunyai pandangan,
secara tradisional terhadap aliran energi dalam ekosistem ini sama dengan para ahli ilmu
lainnya, yaitu mengamati aliran energi dalam sistem fisika. Mereka secara formal memahami
Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
Hanya sekitar setengahnya dari
rata sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme
5 %, yang diubah menjadi
energi yang
diubah menjadi makanan oleh tumbuhan dipakai lagi untuk proses respirasi yang juga
Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui rantai
an detrivora. Seperti telah
diungkapkan sebelumnya, terjadinya kehilangan sejumlah energi diantara tingkatan
trofik, maka aliran energi berkurang atau menurun ke arah tahapan berikutnya dari
yang dikandung
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 39
tumbuhan, demikian pula karnivora menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung
mangsanya.
Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi, maka akan disimpan dalam sistem,
diteruskan ke pengurai, atau diekspor dari sistem sebagai materi organik.
Organisme-organisme pada setiap tingkat konsumen dan juga pada setiap tingkat
pengurai memanfaatkan sebagian energi untuk pernafasannya, sehingga terlepaskan
sejumlah panas keluar dari sistem.
Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem terbuka, maka beberapa materi organik
mungkin dikeluarkan menyeberang batas dari sistem. Misalnya akibat pergerakan
sejumlah hewan ke wilayah, ekosistem lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air
keluar dari sistem terbawa arus.
Penyimpanan energi dalam ekosistem dapat berupa materi-materi dalam tumbuhan atau
hewan. Jumlah nyata dari materi hidup yang terkandung dalam ekosistem difahami sebagai
standing crop. Para ahli ekologi biasanya mengkaji standing crop ini untuk setiap tingkat
trofik yang nantinya akan memberikan gambaran pola aliran energi melalui sistem. Hasil kajian
dari standing crop untuk setiap tingkatan trofik ini bila diekspresikan dalam bentuk histogram
akan menggambarkan suatu piramida tingkat trofik atau lebih dikenal dengan piramida ekologi.
3.4.2 Siklus Materi
Menurut Kistinnah (2009), Daur materi merupakan suatu siklus, artinya jika suatu
organisme mati, tidak berarti aliran materinya terhenti. Aliran itu melibatkan unsur senyawa
kimia yang mengalami perpindahan lewat organisme(biotik) dan beredar kembali ke lingkungan
fisik (abiotik) yang disebut daur biogeokimia.
Pada perputaran materi yang terjadi diantara komponen ekosistem, materi yang menyusun
tubuh organisme berasal dari bumi yang berupa unsur unsur terdapat dalam senyawa kimia yang
dipelajari antara lain : siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Secara
struktural setiap siklus materi mengalami pertukaran unsur kimia. Siklus materi yang satu
dengan yang lain dapat saling terkait atau saling mempengaruhi. Aktivitas manusia juga dapat
mempengaruhi siklus materi. Sebagai contohnya adalah kegiatan pabrik dan mesin-mesin
kendaraan bermotor dapat meningkatkan kandungan senyawa-senyawa oksidasi belerang,
oksida nitrogen, dan gas CFC di udara. Jadi, hubungan yang paling erat adalah setiap materi di
bumi pasti memiliki suatu energi dalam bentuk diam ataupun bergerak (Shifadin, 2010).
Keberadaan makhluk hidup di dunia ini tergantung pada aliran energi dan siklus materi
melalui ekosistem. Kedua proses tadi mempengaruhi jumlah dari organisme-organisme,
kecepatan proses metabolisme, dan kompleksitas dari komunitas. Energi dari materi mengalir
melalui ekosistem bersama-sama sebagai materi organik, satu sama lainnya tidak bisa dipisah-
pisahkan. Tetapi aliran energi adalah satu arah, sekali dimanfaatkan oleh ekosistem akan hilang
keluar dari sistem. Sedangkan materi, dalam hal ini berupa materi, melakukan suatu siklus.
Atom dari kalsium atau karbon berkemampuan untuk mengalir melalui makhluk hidup dan
bagian non-hidup berkali-kali, atau dapat pula dipindah dari suatu ekosistem ke ekosistem
lainnya. Berdasarkan ke dua proses itulah ekosistem berkemampuan untuk menjada fungsinya,
dan merupakan karakteristika seluruh biosfer.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 40
Nutrisi yang diperlukan untuk menghasilkan materi organik disirkulasikan ke seluruh
ekosistem dan dapat dimanfaatkan berkali-kali. Apabila tumbuhan dan juga hewan mati akan
didekomposisikan oleh kegiatan bakteria dan jamur, nutrisi kemudian dikembalikan ke
lingkungan abiotik membentuk kumpulan nutrisi sebagai gudang atau reservoir. Dalam
ekosistem daratan nutrisi biasanya dilepaskan dan berkumpul dalam tanah, yang kemudian
nutrisi-nutrisi ini akan diambil kembali oleh tumbuhan dari gudangnya ini.
Dengan proses siklus materi ini komponen-komponen organik dan anorganik dipautkan
satu sama lain sedemikian rupa sehingga sulit dipisahkan satu sama lainnya.
Tumbuhan merupakan komponen yang sangat penting, dalam proses aliran energi dan
siklus materi, sehingga terjadinya keterpautan antara komponen biotik dengan komponen
abiotik dalam ekosistem. Ada dua hal yang termasuk ke dalam siklus materi, yaitu :
a. Kepentingan Nutrisi dalam Ekosistem
Makhluk hidup memerlukan minimal 30 sampai 40 unsur kimia, dari sekitar 92 unsur-
unsur kimia yang diketahui, untuk keperluan hidup dan pertumbuhannya. Nutrisi juga dikenal
sebagai garam-garam biogenik yang dapat dikelompokkan dalam dua kelompok utama, yaitu
nutrisi makro dan nutrisi mikro.
Nutrisi makro
Nutrisi ini diperlukan relatif dalam jumlah yang banyak, dan mempunyai peranan
kunci dalam pembentukan protoplasma makhluk hidup. Nutrisi-nutrisi penting yang
termasuk kelompok ini adalah hidrogen, karbon, oksigen dan nitrogen. Mereka bersama-
sama membentuk sekitar 95 % dari berat kering materi hidup. Keempat nutrisi ini
didapatkan dari bentuk gas di atmosfir. Nutrisi lainnya yang termasuk nutrisi makro ini,
yang diperlukan dalam jumlah yang relatif lebih sedikit diantaranya adalah kalium, posfor
dan sulfur.
Nutrisi mikro
Nutrisi ini diperlukan dalam jumlah yang jauh lebih sedikit, tetapi sangat penting
untuk kehidupan. Minimal ada sepuluh nutrisi mikro yang diperlukan oleh tumbuhan.
Beberapa nutrisi mikro seperti besi, tembaga, seng, karbon, dan boron, berasal dari batuan
yang terlepas akibat proses penghawaan.
b. Siklus Biogeokimia
Telah dipahami bahwa berfungsinya ekosistem tergantung pada sirkulasi dan nutrisi.
Apabila nutrisi tidak tersirkulasikan, maka suplai yang telah terjadi akan sia-sia dan
pertumbuhan menjadi terbatas. Begitu pentingnya permasalahan ini, beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menentukan jalannya siklus nutrisi ini.
Berbeda dengan energi, materi kimia yang berupa unsur-unsur penyusun bahan
organik/nutrisi dalam ekosistem, berpindah ke trofik-trofik rantai makanan tanpa mengalami
pengurangan, melainkan berpindah kembali ke tempat semula. Unsur-unsur tersebut masuk ke
dalam komponen biotik melalui udara, tanah atau air. Perpindahan unsur kimia dalam ekosistem
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 41
melalui daur ulang yang melibatkan komponen biotik dan abiotik ini dikenal dengan sebutan
daur biogeokimia. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara komponen biotik dengan
abiotik dalam suatu ekosistem. Siklus biogeokimia meliputi : siklus air, siklus sulfur, siklus
pospor, siklus nitrogen, Siklus karbon dan oksigen.
Siklus air
Jika hujan turun, tidak semua air hujan itu dimanfaatkan oleh makhluk hidup karena
sebagian airnya menguap dengan cepat ke atmosfer dan hanya sebagian yang
dimanfaatkan oleh makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia kemudian
dilepaskan lagi ke atmosfer melalui pernapasan, keringat, dan urin. Selebihnya, air
meresap ke bawah menuju lapisan air di dalam tanah serta yang di permukaan tanah
mengalir ke danau, sungai, dan pada akhirnya menuju ke laut lalu menguap ke atmosfer.
Perputaran air dari atmosfer berupa air hujan turun ke bumi kemudian kembali lagi ke
atmosfer merupakan daur air (Zaif, 2010).
Siklus sulfur (Belerang)
Sulfur merupakan bahan penting untuk pembuatan semua protein dan banyak terdapat
di kerak bumi. Tumbuhan mengambil sulfur dalam bentuk SO
4
-
dari tanah, sedangkan
hewan dan manusia mendapatkannya dari tumbuhan yang mereka makan. Perhatikan
skema daur sulfur di samping ini.
Siklus fosfor
Fosfor merupakan unsur kimia yang jarang terdapat di alam dan merupakan faktor
pembatas produktivitas ekosistem, serta merupakan unsur yang penting untuk
pembentukan asam nukleat, protein, ATP dan senyawa organik vital lainnya. Fosfor satu-
satunya daur zat yang tidak berupa gas, sehingga daurnya tidak melalui udara. Sebagian
besar fosfor mengalir ke laut dan terikat pada endapan di perairan atau dasar laut. Begitu
sampai di laut hanya ada dua mekanisme untuk daur ulangnya ke ekosistem darat, salah
satunya melalui burung-burung laut yang mengambil fosfor melalui rantai makanan laut
dan mengembalikan ke darat melalui kotorannya kemudian masuk ke rantai makanan.
Perhatikan skema daur fosfor di samping ini.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).
Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air
laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat
di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat
anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh
akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus (Zaif, 2010).
Siklus Nitrogen
Semua organisme memerlukan unsur nitrogen untuk pembentukan protein dan
berbagai molekul organik esensial lainnya. Unsur nitrogen sebagian besar terdapat di
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 42
atmosfer dalam bentuk gas nitrogen (N
2
) dan kadarnya 78% dari semua gas di atmosfer.
Gas nitrogen ini di atmosfer masuk ke dalam tanah melalui fiksasi nitrogen oleh bakteri
(Rhizobium, Azotobacter, Clostridium), alga biru (Anabaena, Nostoc) dan jamur
(Mycorhiza) nitrogen yang masuk ke tanah melalui fiksasi diubah menjadi amonia (NH
3
)
oleh bakteri amonia. Proses penguraian nitrogen menjadi amonia disebut amonifikasi.
Nitrogen yang masuk ke tanah bersama kilat dan air hujan berupa ion nitrat (NO
3

),
sedangkan nitrogen yang ada di dalam tubuh tumbuhan dan akan hewan melalui proses
mineralisasi oleh bakteri pengurai menjadi amonia. Amonia yang dihasilkan melalui
proses amonifikasi dan mineralisasi oleh bakteri nitrit (nitrosomonas dan nitrosococcus)
dirombak menjadi ion nitrit (NO
2

), selanjutnya ion nitrit dirombak bakteri nitrat


(nitrobacter) menjadi ion nitrat (NO
3

). Perombakan amonia menjadi ion nitrit, ion nitrit


menjadi ion nitrat disebut nitrifikasi. Tumbuhan umumnya menyerap nitrogen dalam
bentuk ion nitrat, sedangkan hewan mengambil nitrogen dalam bentuk senyawa organik
(protein) yang terkandung pada tumbuhan dan hewan yang dimakan. Sebagian ion nitrat
dirombak oleh bakteri denitrifikasi (Thiobacillus denitrificans, Pseudomonas
denitrificans) menjadi nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akan kembali ke atmosfer.
Proses penguraian ion nitrat menjadi nitrogen disebut denitrifikasi.
Siklus karbon dan oksigen
Sumber karbon bagi kebutuhan makhluk hidup terdapat dalam bentuk karbon
dioksida(CO
2
) yang berasal dari atmosfer maupun yang terlarut di dalam air. Karbon
dibutuhkan tumbuhan hijau (produsen) dalam proses fotosintesis untuk pembentukan
karbohidrat, protein, dan lemak. Adapun manusia dan hewan (konsumen) memperoleh
karbon dalam bentuk senyawa karbohidrat, protein, dan lemak yang terdapat dalam
tumbuhan hijau. Pelepasan karbon ke atmosfer terjadi pada pernapasan (respirasi)
makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Selain itu, pelepasan karbon juga
terjadi pada proses pembusukan sisa tumbuhan atau hewan yang telah mati oleh
mikroorganisme dan pembakaran karbon organik seperti pembakaran minyak bumi dan
batu bara (Zaif, 2010).
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 43
BAB 4
PERUBAHAN- PERUBAHAN YANG TERJADI PADA EKOSISTEM SAWAH
DAN TEGALAN
4.1 Perubahan Ekosistem/Suksesi
Spurr (1964) menyatakan bahwa suksesi merupakan proses yang terjadi terus menerus
yang ditandai oleh perubahan vegetasi, tanah dan iklim mikro dimana proses ini terjadi.
Selanjutnya Emlen (1973) menyatakan bahwa suksesi merupakan suatu proses dimana suatu
komunitas tumbuhan mencapai suatu keseimbangan dengan melalui tingkat vegetasi dimana
masing-masing tingkat diduduki oleh jenis dominan yang berbeda.
Shukla dan Chandel (1982) menyatakan bahwa suksesi adalah suatu proses universal
yang kompleks, mulai (awal) berkembang dan akhirnya stabil pada tingkat klimaks. Lebih
lanjut dikatakan dimana suksesi pada umumnya progresif dan menghasilkan adanya perubahan
habitat dan bentuk kehidupan dalam pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya Soerianegara
dan Indrawan (1998) menyatakan bahwa proses suksesi adalah perubahan secara bertahap dan
berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi,
persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilisasi.
Whittaker (1970) menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi selama proses
suksesi berlangsung adalah sebagai berikut :
a. Adanya perkembangan dari sifat-sifat tanah, seperti meningkatnya kedalaman tanah,
meningkatnya kandungan bahan organik dan meningkatnya perbedaan lapisan horizon
tanah.
b. Terjadinya peningkatan dalam tinggi, kerimbunan dan perbedaan strata dari tumbuh-
tumbuhan.
c. Dengan meningkatnya sifat-sifat tanah dan struktur komunitas, maka produktivitas dan
pembentukan bahan organik meningkat.
d. Keanekaragaman jenis meningkat dari komunitas yang sederhana pada awal tingkat
suksesi ke komunitas yang kaya pada akhir suksesi.
e. Populasi meningkat, pergantian suatu populasi oleh populasi lainnya meningkat sampai
tingkat yang stabil juga jenis yang berumur pendek digantikan oleh jenis yang berumur
panjang.
f. Kestabilan relatif dari komunitas meningkat pada awal komunitas tidak stabil dimana
populasi secara cepat digantikan oleh populasi lain. Sedangkan pada komunitas akhir
biasanya stabil dan dikuasai oleh tumbuh-tumbuhan yang berumur panjang serta
komposisi dari komunitas tidak banyak berubah.
Ewusie (1980), menyatakan bahwa ada tiga faktor yang memegang peranan penting
dalam terbentuknya suatu komunitas, yaitu :
a. Tersedia kesempatan berkoloni atau bahan-bahan serbuan (invading material) misalnya
benih, buah dan spora-spora. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan suatu komunitas tumbuhan pada setiap waktu tertentu. Jadi tergantung
bahan yang terbawa ke lokasi tersebut.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 44
b. Seleksi pada bahan-bahan yang tersedia secara alam di lingkungan tersebut. Setelah
beberapa benih berkoloni dan semai telah mulai hidup pada habitat tersebut, hanya
beberapa saja yang dapat toleran terhadap lingkungan dan dapat tumbuh dengan baik.
Lingkungan dapat tidak baik untuk perkecambahan beberapa benih dan juga dapat
menekan semai-semai tertentu sampai tidak dapat tumbuh. Tingkat ini adalah tingkat
yang kritis, karena secara umum selang toleransi semai lebih sempit daripada tumbuhan
yang sudah dewasa. tentunya perbedaan lingkungan menghasilkan perbedaan pada
tingkat seleksi. Sebagai kasus yang ekstrim misalnya pada permukaan batuan telanjang
atau bukit pasir, di sini hanya beberapa jenis saja yang dapat tumbuh.
c. Modifikasi lingkungan oleh tumbuhan. Dari saat yang akan berkoloni pertama tiba pada
habitat telanjang tersebut dan mulai tumbuh, komunitas tumbuhan mulai memodifikasi
lingkungan. Pengaruhnya dapat dilihat pada tahap akhir dari perkembangan.
Komunitas hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu komunitas yang
dinamis. Komunitas hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap
invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi
terhadap tempat tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut suksesi atau sere (Soerianegara
dan Indrawan, 1998).
Prinsip dasar dalam proses suksesi adalah adanya serangkaian perubahan komunitas
tumbuhan (jenis dan strukturnya) bersamaan dengan habitat tempat tumbuhnya (Manan, 1979).
Sedangkan Emlen (1973), menyatakan bahwa suksesi merupakan suatu proses dimana suatu
komunitas tumbuhan mencapai suatu keseimbangan dengan melalui tingkat vegetasi dimana
masing-masing tingkat diduduki oleh jenis dominan yang berbeda.
Keanekaragaman jenis akan meningkat dari komunitas yang sederhana pada awal suksesi
ke komunitas yang kaya pada akhir suksesi (Whittaker, 1970). Keanekaragaman jenis cendrung
lebih tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan rendah dalam komunitas yang baru
terbentuk, kemantapan habitat merupakan faktor utama yang mengatur keragaman jenis. Pada
komunitas yang lebih stabil, keanekaragaman jenis lebih besar dari komunitas yang sederhana
dan cendrung untuk memuncak pada tingkat permulaan dan pertengahan dari proses suksesi dan
akan menurun lagi pada tingkat klimaks (Ewel, 1980; Ricklefs, 1973).
Ewell (1980) menyatakan bahwa di daerah tropika yang mempunyai musim kering yang
periodik, suksesi lebih cepat terjadi pada musim hujan, tetapi proses ini sebagian juga terjadi
pada musim kemarau. Pada setiap sistem ini, beberapa struktur vegetasi yang terjadi hilang
selama musim kering selanjutnya. Proses tersebut berlangsung terus sampai strukturnya
mempunyai perubahan yang stabil yang dikatakan sebagai keadaan yang mantap. Di samping
perbedaan yang disebabkan oleh air, ada suatu jumlah yang nyata dari variabilitas suksesi tropis
yang juga disebabkan oleh temperatur menurut ketinggian, karena suhu rata-rata lebih tinggi di
daerah tropis maka lebih banyak didapatkan variasi perubahan vegetasinya dibandingkan daerah
non tropis.
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 45
Suksesi sekunder alami merupakan pembaharuan tegakan hutan secara alami, yakni
tumbuhan yang tumbuh sebelum berlangsungnya tindak lanjut pemeliharaan, dan yang akan
dapat menjadi tumbuhan hutan. Berdasarkan ukurannya, suksesi sekunder alami dapat
digolongkan menjadi suksesi sekunder alami tingkat semai, pancang dan tiang. Tingkat semai
adalah suksesi yang tingginya sampai 1,5 meter, tingkat pancang berukuran lebih dari 1,5 meter
dengan diameter 10 cm, dan tingkat tiang adalah pohon muda yang berdiameter 10 19 cm
(Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993).
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks.
Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak beruba h) yang mencapai
keseimbangan dengan ling kungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 46
homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan
kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara
keseluruhan.
Interaksi yang dinamis namun harmonis antara mahluk hidup dan lingkungannya akan
membentuk suatu tatanan ekosistem yang seimbang. Kondisi ini akan berujung pada
keselarasan hidup semua organisme di bumi. Komponen abiotik dan juga biotik yang menjadi
dua unsur penting dalam tatanan ekosistem saling terkait satu sama lainnya. Keterkaitan ini
menjadikan interaksi di antara mereka tak bisa dipisahkan. Namun, keseimbangan tersebut akan
bermuara pada kerusakan ekosistem dimana lingkungan bukan lagi tempat yang nyaman bagi
organisme tersebut untuk tinggal dan hidup. Kerusakan ekosistem ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor penyebab.
4.1.1 Faktor Alamiah
Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang terjadi murni karena
alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya kebakaran akibat cuaca, bajir, longsor, dan masih
banyak lagi lainnya. Sederet peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan ekosistem
misalnya saja saat Gunung Marapi di wilahyah Sumatera Barat meletus, maka kerusakan
ekosistem di sekitar Marapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu hewan dan tumbuhan
bahkan manusia bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan peristiwa semacam gempa dan banjir,
akan berakibat pada terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuah kesatuan, maka jika
dalam sebuah ekosistem terdapat 1 organisme yang mati maka akan berpengaruh pada keadaan
organisme lainnya.
4.1.2 Faktor Manusia
Faktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem lainnya disebabkan oleh berbagai
aktifitas manusia. Manusia sebagai salah satu organisme atau mahluk hidup dalam sebuah
ekosistem tentu memerlukan kehadiran organisme lainnya. Untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut maka manusia melakukan sejumlah kegiatan yang justru berperan dalam kerusakan
lingkungan di sekitarnya.
Kerusakan ekosistem merupakan kabar yang sangat buruk bagi semua mahluk hidup
sebab mereka seperti mata rantai yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Misalnya saja
berkurangnya pohon akan membuat sejumlah hewan kehilangan rumahnya, akan membuat
kualitas udara semakin buruk, akan memicu terjadinya bencana alam semacam banjir dan juga
longsor. Berbeda dengan faktor alamiah, faktor manusia ini bisa dihindari dengan pola prilaku
yang lebih cermat dan bersahabat dengan alam tentunya.
Tekanan pada ekosistem tanah di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan
perkembangan kepadatan jumlah penduduk. Jumlah penduduk di Indonesia diproyeksikan pada
tahun 2020 akan mencapai 262 juta jiwa, sehingga sektor pertanian dipacu meningkatkan
produksi dan produktivitas berbagai komoditi pertanian (pangan, holtikulutura, perkebunan, dan
lain-lainnya) baik melalui program intensifikasi maupun ekstentifikasi.
Degradasi lahan ditandai oleh penurunan atau kehilangan produktivitas lahan, baik secara
fisik, kimia, dan biologi maupun ekonomi. Degradasi lahan diakibatkan oleh kesalahan dalam
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 47
pengelolaan dan penggunaan lahan. Pengelolaan dan penggunaan lahan meliputi pembukaan
lahan (land clearing), penebangan hutan (deforestation), konversi untuk nonpertanian, dan
irigasi. Kesalahan dalam pengelolaan dan penggunaan lahan akan menimbulkan polusi, erosi,
kehilangan unsur hara, pemasaman, penggaraman (salinization), sodifikasi dan alkalinasi
(sodification and alkalinization), pemadatan (compaction), hilangnya bahan organik, penurunan
permukaan, kerusakan struktur tanah, penggurunan (desertification), dan kehilangan vegetasi
alami dalam jangka panjang (Agus 2002).
Memburuknya kondisi lahan menyebabkan masyarakat yang tinggal di kawasan yang
mengalami degradasi menghadapi berbagai ancaman seperti kekurangan sumber air, kelaparan,
dan munculnya berbagai penyakit. Selain itu, degradasi lahan secara global akan mengancam
kelestarian keanekaragaman hayati dan menaikkan suhu permukaan bumi. Pada tahun 1992,
Departemen Pertanian mencatat lebih dari 18 juta ha lahan di Indonesia telah terdegradasi,
meliputi 7,50 juta ha lahan potensial kritis, 6 juta ha lahan semikritis, dan 4,90 juta ha lahan
kritis. Sementara itu Departemen Kehutanan mencatat 13,20 juta ha lahan yang terdegradasi,
5,90 juta ha terdapat di dalam kawasan hutan dan 7,30 juta ha di luar kawasan hutan. Badan
Pusat Statistik (2002) bahkan mencatat luas lahan yang terdegradasi mencapai 38,60 juta ha.
Perbedaan data ini terjadi karena cerita yang digunakan untuk mendelineasi lahan tidak
sama antara ketiga institusi tersebut. Selain itu, penelitian Badan Litbang Pertanian bekerja
sama dengan IRRI menyimpulkan bahwa banyak lahan sawah intensif terutama di Jawa
mengalami degradasi kesuburan (kimiawi) terutama penurunan kandungan organik, atau kadang
disebut sebagai lahan sakit (soil sickness). Hal ini merupakan tantangan dalam menetapkan
kriteria baku lahan terdegradasi sehingga dapat digunakan secara nasional dan perbedaan data
yang mencolok dapat dihindarkan.
4.2 Perubahan Terhadap Lahan Pertanian
Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan
perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan
lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan
pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor.
Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian
intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek
penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya erosi
di kawasan daerah aliran sungai (DAS).
Penurunan produktivitas usaha tani secara langsung akan diikuti oleh penurunan
pendapatan petani dan kesejahteraan petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha
tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya
lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa
kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen,
kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan kekeringan dimusim kemarau.
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan
karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional. Dampak negatif
dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian,
gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 48
dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam.
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada
kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada
kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi
biota tanah.
Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam
kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi
ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan
organik tanah.
Penanaman varietas padi unggul secara monokultur tanpa adanya pergiliran tanaman,
akan mempercepat terjadinya pengurasan hara sejenis dalam jumlah tinggi dalam kurun waktu
yang pendek. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan terjadinya
defisiensi atau kekurangan unsur hara tertentu dalam tanah.
Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan
kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika
kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan
unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan
semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang
kesuburan fisiknya akan semakin menurun.
4.3 Penanggulangan
Dalam praktek budidaya pertanian sendiri sering akan menimbulkan dampak pada
degradasi lahan. Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang potensial menimbulkan
dampak pada sumberdaya lahan, yaitu tanaman dan manusia (sosio kultural) yang menjalankan
pertanian. Diantara kedua faktor, faktor manusialah yang berpotensi berdampak positif atau
negatif pada lahan, tergantung cara menjalankan pertaniannya. Apabila dalam menjalankan
pertaniannya benar maka akan berdampak positif, namun apabila cara menjalankan
pertaniannya salah maka akan berdampak negatif. Kegiatan menjalankan pertanian atau cara
budidaya pertanian yang menimbulkan dampak antara lain meliputi kegiatan pengolahan tanah,
penggunaan sarana produksi yang tidak ramah lingkungan (pupuk dan insektisida) serta sistem
budidaya termasuk pola tanam yang mereka gunakan.
Konsep pertanian berkelanjutan untuk mengembalikan ke ekosistem alami haruslah
menjamin kualitas lahan kita tetap produktif dengan menerapkan upaya konservasi dan
rehabilitasi terhadap degradasi. Kebijakan pembangunan pertanian dewasa ini lebih banyak
terfokus kepada usaha yang mendatangkan keuntungan ekonomi jangka pendek dan
mengabaikan multifungsi yang berorientasi pada keuntungan jangka panjang dan keberlanjutan
(sustainabilitas) sistem usaha tani. Pertanian berkelanjutan, suatu bentuk yang memang harus
dikembangkan jika kita ingin menjadi pewaris yang baik yang tidak semata memikirkan
kebutuhan sendiri tetapi berpandangan visioner ke depan. Pembangunan pertanian berkelanjutan
menyiratkan perlunya pemenuhan kebutuhan (aspek ekonomi), keadilan antar generasi (aspek
sosial) dan pelestarian daya dukung lingkungan/lahan (aspek lingkungan).
Makalah Ekologi Tumbuhan Kelas 6D (Ekosistem Sawah dan Tegalan) 49
Sehingga harus ada keselarasan antara pemenuhan kebutuhan dan pelestarian sumberdaya
lahannya. Pembangunan pertanian yang dilaksanakan masa lalu belumlah sepenuhnya
menggunakan tiga aspek pembangunan yang berkelanjutan secara seimbang, sehingga masih
banyak keluarga yang tergolong miskin, dan terjadi degradasi lahan sehingga mengganggu
keberlanjutan pembangunan ekonomi dan sosial.
Berbagai praktek explorasi lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahannya
hendaklah dihindari. Penggunaan lahan diatas daya dukung lahan haruslah disertai dengan
upaya konservasi yang benar-benar. Oleh karena itu, untuk menjamin keberlajutan pengusahaan
lahan, dapat dilakukan upaya strategis dalam menghindari degradasi lahan melaui: (1)
Penerapan pola usaha tani konservasi seperti agroforestry, tumpang sari, dan pertanian terpadu;
(2) Penerapan pola pertanian organik ramah lingkungan dalam menjaga kesuburan tanah; dan
(3) Penerapan konsep pengendalian hama terpadu merupakan usaha-usaha yang harus kita
lakukan untuk menjamin keberlanjutan usaha pertanian kita dan jika kita ingin menjadi pewaris
yang baik.
Membawa atau merubah ekosistem buatan ke ekosistem alami membutuhkan proses yang
lama karena melibatkan sifat dan mental dari petani yang bersangkutan. Pelaksanaan kegiatan
ini melibatkan tenaga-tenaga akademis sebagai mediator atau fasilitator dan motivator dan
didukung dengan konsep pertanian terintegrasi.
Sejalan dengan perubahan yang telah dilakukan untuk mengembalikan lahan pertanian
berbasis organik untuk melestarikan salah satu pembentuk ekosisitem alami khususnya musuh
alami. Selain itu untuk mengembalikan tanah yang sudah dicemari oleh kimia aktif yang
residunya dapat merusak tanah sekaligus makhluk hidup dalam tanah. Pertanian yang alami dan
bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang
lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida (Ton, 1991).
Walaupun demikian abiotik sangat berpengaruh terhadap perubahan ekosistem salah satu
yang sangat berpengaruh yaitu ikilim yang sangat tidak tentu yang menyebabkan terjadinya
kurang seimbangnya pada lahan pertanian. Salah satu contohnya yaitu hewan dan tumbuhan
dapat bermigrasi untuk beradaptasi terhadap kenaikan temperatur akibat perubahan iklim,
kecepatan migrasi jenis berbeda-beda sehingga di habitat yang baru terjadi perubahan
komunitas hewan dan tumbuhan. Pada umumnya kecepatan migrasi jenis tumbuhan lebih
rendah daripada kecepatan migrasi hewan. Dalam kasus ini bila tumbuhan tersebut merupakan
makanan utama jenis hewan yang bermigrasi maka hewan tersebut di habitat yang baru kurang
atau tidak mendapat makanan utama. Akibatnya akan berpengaruh terhadap kehidupannya dan
bila hewan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan jenis makanan yang tersedia di habitat
yang baru, populasinya akan terhambat bahkan akhirnya dapat punah.
Kita tidak sadar bahwa organisme pada lahan pertanian sebagian besar adalah musuh
alami bagi hama, namun karena pemakian pestida itulah keanekaragaman musuh alami punah
pada lahan pertanian. Salah satu cara untuk meningkatkan musuh alami tersebut dengan
menggunakan pengendalian musuh alami dan dihilangkannya penggunaan pestisida kimia dan
beralih ke pestisida hayati atau organik.

Anda mungkin juga menyukai