Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH
TEKNIK LABORATORIUM
“MIKROTEKNIK TUMBUHAN”
Dosen Pengampu; Drs. Bustamin,M.Si

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 1


Kelas E
✓ Niken Rizkina_A22120138
✓ Mutiara D _A22120128
✓ Asnawar_A22120140
✓ Kerenhapukh Nokas A22120160
✓ Putri m. Cabendo_A22120145
✓ Windi sesilia melubu_A22120249
✓ Vina_ A22120157
✓ Ahsyaban A22120087
✓ Ilma sahira_ A22120114
✓ Marifa Abidjala_A22120163
✓ Ririn joni _A22120130
✓ Eka cahyani Pratiwi_ A22120126
✓ Zahra A22120136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO

1
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berbagi macam
nikmat dan hidayah-Nya terutama nikmat Iman, Islam, kesehatan dan kesempatan
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Mata Kuliah “Teknik
Laboratorium”. Dengan judul “Mikroteknik Tumbuhan”. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurhakan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman gelap gulita menuju zaman yang terang
benderang seperti yang kita rasakan pada saat ini, semoga kita semua
mendapatkan syafaat-Nya di yaumil akhir kelak.

Karena kami masih dalam tahap pembelajaran, tentunya kami secara sadar
mengakui masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan sarannya
untuk membangun kesempurnaan makalah ini. Dan dalam hal ini kami memohon
maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

2
3

DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................i

KATAPENGANTAR............................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................4

I.1 Latar Belakang..................................................................................4

I.2 Batasan Masalah...............................................................................5

I.3 Rumusan Masalah.............................................................................5

I.4 Tujuan................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................6

II.1 Pembuatan Slide Preparat..............................................................6

II.2 Langkah-Langkah..........................................................................7-15

BAB III PENUTUP.............................................................................16

III.1 Kesimpulan................................................................................16-17

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................18

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Ada banyak cara yang dapat digunakan dalam pembuatan preparat jaringan

tumbuhan, diantaranya yaitu dengan menggunakan metode paraffin.Metode

paraffin banyak digunakan karena, metode ini memiliki keunggulan – keunggulan

diantaranya yaitu dapat digunakan untuk memotong pada hampir semua macam

jaringan dan hasilnya baik.

Metode ini, dapat menghasilkan irisan yang jauh lebih tipis bila dibandingkan

dengan menggunakan metode beku atau metode seloidin. Dengan metoda beku,

tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat

mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan

dengan mudah bila menggunakan metode ini.

Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun

metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut

dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila

menggunakan metode ini

4
5

I.2.BATASAN MASALAH

• Keunggulan metode Paraffin

• Kelemahan Metode Paraffin

• Langkah – langkah membuat slide preparat jaringan tumbuhan dengan

menggunakan metode paraffin.

I.3. RUMUSAN MASALAH

• Apakah keunggulan dari metode paraffin ?

• Apakah kelemahan dari metode Paraffin ?

• Bagaimanakah langkah – langkah dalam membuat slide preparat jaringan

tumbuhan dengan menggunakan metode paraffin ?

I.4. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

• Melengkapi tugas mata kuliah mikroteknik hewan dan tumbuhan

• Mengetahui Apa keunggulam dari metode paraffin

• Mengetahui apa kelemahan dar metode paraffin

• Mengetahui bagaimana langkah – langkah dalam membuat slide preparat

jaringan tumbuhan dengan metode paraffin.

5
6

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. PEMBUATAN SLIDE PREPARAT TUMBUHAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PARAFFIN

Banyak cara dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan, diantaranya

adalah dengan metode paraffin. Metoda ini sekarang banyak digunakan, karena

hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan

metoda ini.

Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis

dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku,

tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat

mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan

dengan mudah bila menggunakan metode ini.

Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun

metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut

dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila

menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan medode

6
7

ini (Suntoro, 1983).Metode paraffin merupakan cara pembuatan sediaan dengan

menggunakan paraffin sebagai media penanaman (embedding).

II.2. LANGKAH – LANGKAH PEMBUATAN SLIDE PREPARAT

TUMBUHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PARAFFIN

Langkah-langkah dalam pembuatan sediaan tersebut adalah (Tim MITEK

Tumbuhan, 2002):

1. Pengambilan sampel

Tahapan ini dimaksudkan adalah untuk menentukan sampel apa yang akan

kita jadikan slide preparat, misalnya organ akar, batang, ataupun daun.

2. Pematian dan fiksasi

7
8

Banyak larutan yang dapat digunakan untuk fiksasi, diantaranya adalah

larutan FAA (Formaldehyde Acetic-acid Alcohol), dengan komposisi sebagai

berikut:

a. 50% atau 70% etilalkohol 90 cc,

b. Asam asetat glacial 5 cc

c. Formalin 40 % 5 cc.

Setelah bahan dipotong kira-kira 0,5 cm segera dimasukkan ke dalam

larutan FAA dengan perbandingan 1: 20 (bahan 1 : 20 volume FAA), tidak boleh

lebih delapan potong didalam vial. Lama fiksasi dalam FAA bagi bahan yang kecil

atau tipis minimum 12 jam sedangkan untuk bahan yang besar atau tebal 24 jam.

3. Aspirasi

Aspirasi dilakukan dengan menggunakaan vakum (aspirator) dan digunakan

dengan interval waktu yang pendek dan berkali-kali. Setelah bahan dimasukkan ke

8
9

dalam larutan fiksasi, udara dalam jaringan tumbuhan dikeluarkan agar penetrasi

dari larutan tersebut tidak terhalang .

4. Pencucian

Pencucian dilakukan 2 kali dalam waktu 3 jam dengan akohol 50%. Jumlah

larutan dipakai hannya tepat menutupi bahan.

5. Dehidrasi dengan TBA (Tertier Butil Alkohol), serta infiltrasi

Dehidrasi dilakukan dengan campuran etilalkohol dan TBA dalam

konsentrasi tertentu yang masing-masing dinamai larutan Johansen I sampai V.

9
10

0
58 C ( 3 X 2 JAM )

6. Penanaman (Embedding)

Buat kotak keras yang agak tebal dengan ukuran kira-kira 5 X 2,5 X 2 cm

(panjang X lebar X tinggi), lalu isi dengan paraffin keras yang cair dalam vial tadi,

kemudian sebelum paraffin membeku masukkan bahan. Atur bahan tersebut dalam

kotak kertas dengan menggunakan jarum yang dipanaskan dengan lampu alcohol

atau spritus dan beri label. Setelah paraffin membeku dan bahan tidak bergoyang,

letakkan kotak kertas dalam air dingin. Biarkan permukaan paraffin membeku,

kemudian tekanlah seluruh kotak kedalam air sampai paraffin membeku, atau dapat

juga dimasukkan kedalam freezer sampai seluruh paraffin sama sekali membeku.

Baru setelah itu paraffin dapat dikeluarkan dari kotaknya.

10
11

7. Penyayatan

Potong balok paraffin menjadi balok-balok kecil yang masing-masing

mengandung sebuah bahan. Balok-balok paraffin itu ditempelkan pada balok kayu

menurut arah sayatan yang dikehendaki. Penempelan dilakukan dengan mencairkan

sebagian balok paraffin dengan jarum yang telah dipanasi, kemudian meletakkan

balok paraffin pada kayu. Lakukan hal itu beberapa kali sehingga balok paraffin

menempel dengan kuat pada balok kayu. Permukaan dari balok paraffin yang telah

ditempelkan sebaiknya empat persegi atu bujur sangkar. Perhatikan bahwa sisi

horizontal harus benar-benar sejajar. Bahan yang ada dalam balok paraffin disayat

dengan mikrotom putar (rotary microtome).

11
12

Sebelum dipotong balok yang telah ditempeli bahan dan pisau didinginkan

dahulu dengan air dingin (kulkas), sehingga suhu paraffin sama dengan suhu pisau.

Balok kayu yang telah ditempel dengan balok paraffin dipasang pada pemegang

yang terdapat pada mikrotom. Aturlah tebal sayatan (biasanya antara 6-15 mikron)

dengan memutar skrup pada sisi kanan mikrotom. Pasang pisau pada mikrotom.

Pada waktu pemutar mikrotom dijalankan, bahan dalam paraffin yang telah

diletakkan pada pemegang bergerak naik turun dan maju kedepan. Peganglah

sayatan-sayatan paraffin yang berbentuk pita itu dengan kuas halus. Pita paraffin

hasil sayatan disimpan pada kotak karton atau baki preparat. Sebaiknya

pemotongan dilakukan di ruangan ber-AC.

12
13

8. Penempelan sayatan

Cara penempelan adalah sebagai berikut:

▪ Teteskan larutan perekat pada kaca obyek sebesar tetesan kecil, gosok perekat

tersebut sampai rata pada kaca obyek dengan ujung jari hingga membentuk

lapisan tipis.

▪ Teteskan larutan formalin diatas kaca obyek yang telah diberi perekat tadi.

Letakkan sayatan diatasnya, dan letakkan kaca obyek tersebut diatas papan

pemanas selama 30 menit. Usahakan agar sayatan paraffin merata pada

permukaan kaca obyek. Amati dibawah mikroskop diseksi. Periksa apakah

sayatan bahan telah rata benar.Isaplah kelebihan larutan formalin yang

terdapat pada sisi sayatan dengan kertas pengisap.

13
14

9. Pewarnaan

Untuk mewarnai bahan yang telah ditempel tersebut adalah dengan cara

merendamkan kaca obyek tersebut kedalam bejana pewaarna (bejana coplin),

biasanya dibutuhkan bejana coplin tersebut kira-kira 12 buah, tergantung

dengan pewarna yang kita pakai. Masing-masing bejana diberi label dengan

nama zat yang berada didalamnya, demikian pula dengan tutupnya.

Pewarnaan Safranin - Fast Green:

Xilol 100 % : 2 -5 menit

Alkohol 100 % : 2 -5 menit

Alkohol 95 % : 2 -5 menit

Alkohol 70 % : 2 -5 menit

Safranin 1 % dalam Alkohol 70 % : 12 jam – 1 malam

14
15

Alkohol 95 % : 2 -5 menit

Fast green 0,1 % dalam Alkohol 95 % : 5 – 15 detik

Alkohol 100 % I : 2 -5 menit

Alkohol 100 % II : 2 -5 menit

Alkohol 100 % : Xilol 100 % 1: 1 : 2 – 5 menit

Xilol I : 2 – 5 menit

Xilol I : 2 – 5 menit

10. Pengamatan dan Penutupan

Setelah proses pewarnaan selesai, selanjutnya diperiksa dan diamati

dengan mikroskop, lalu jika warnanya sudah terlihat baik kontrasnya, beri

canada balsem, lalu ditutup dengan kaca penutup.

15
16

BAB III
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa :

1. Metode Paraffin adalah metode yang banyak digunakan dalam pembuatan

preparat jaringan tumbuhan, karena hampir semua macam jaringan dapat

dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini.

2. Kebaikan-kebaikan metoda paraffin adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih

tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda

beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal

irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat

dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.

3. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun

metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras,

mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat

dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan

larut dengan medode ini (Suntoro, 1983).

16
17

4. Langkah-langkah dalam pembuatan sediaan tersebut adalah (Tim MITEK

Tumbuhan, 2002):

1. Pengambilan sampel

2. Pematian / Fiksasi

3. Aspirasi

4. Pencucian

5. Dehidrasi dengan TBA (Tertier Butil Alkohol), serta

infiltrasi

6. Penanaman (Embedding)

7. Penyayatan

8. Penempelan sayatan

9. Pewarnaan

10. Pengamatan dan Penutupan.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, J.D. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis .University Press: IKIP.


Surabaya.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Darmawan, J. dan J. S. Baharsjah. 2010. Dasar – dasar Fisiologi Tanaman. SITC.
Jakarta.
Dawes, C.J. 1971. Botanical Techniques in electron Microscopy. Bames and
Noble Inc. New York.
Dwidjoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tanaman. Gramedia. Jakarta.
Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Semarang.
Lianury, Robby N. 2000. Histologi. Universitas Hasanuddin Press : Makassar.
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan.Universitas Negeri Malang : Malang.
Widjajanto dan Susetyoadi Setjo. 2001. Mikroteknik Tumbuhan. Universitas Negeri
Malang : Malang.

18
19

19

Anda mungkin juga menyukai