Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN

Komponen dalam sistem pendidikan di indonesia

Disusun oleh: kelompok 5

Niken Rizkina_A22120138

Febrianti _A22120164

JURUSAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii

1. BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
2. Latar belakang.........................................................................................................................2
3. Rumusan malah.......................................................................................................................3
4. Manfaat...................................................................................................................................4

BAB 2 PENDAHULUAN.....................................................................................................................5

1. Tujuan pendidikan....................................................................................................................6
2. Lingkungan pendidikan.............................................................................................................7
3. Metode pendidikan..................................................................................................................8
4. Isi pendidikan..........................................................................................................................9
5. Alat pendidikan......................................................................................................................10
6. Pendidik.................................................................................................................................11
7. Peserta didik..........................................................................................................................12

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................................13

Daftar pustaka.....................................................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum wr.wb.

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dan alam seisinya untuk
makhluknya serta mengajari manusia tentang al-qur’an dan kandungannya, yang dengan
akal pikiran sebagai potensi dasar bagi manusia untuk menimbang sesuatu itu baik atau
buruk, menciptakan hati nurani sebagai pengontrol dalam tindak tanduk, yang telah
menciptakan fisik dalam sebagus bagusnya rupa untuk mengekspresikan amal ibadah kita
kepada-Nya. Segala pujibagi Allah sang Maha Kuasa pemberi hidayah, yang semua jiwa
dalam genggaman-Nya, Rahman dan Rahim-Nya telah menyertai kami sehingga dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.

Sholawat bermutiarakan salam senantiasa kita haturkan kepada revolusionar muslim


sejati baginda Muhammad SAW, serta para sahabatnya yang telah membebaskan umat
manusia dari lembah kemusyrikan dan kejahiliyahan menuju alam yang bersaratkan nilai-
nilai tauhid dan bertaburan cahaya ilmu pengetahuan dan kebenaran. Dalam makalah ini,
penulis berupaya semaksimal mungkin menyajikan makalah dalam bentuk yang mudah
dibaca. Namun, penulismenyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.

Tiada yang dapat kami ucapkan sebagai balas budi kami selain untaian ucapan terima kasih
dan doa, agar semua amal kebaikan selama ini penuh dengan iringan rahmat dan ridho Allah
SWT. Sehingga dicatat sebagai amalan makbulan’indallah. Amin. Kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan semuanya, khususnya bagi penulis
sendiri.

Palu 04 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan
dan kebijaksanaan.

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran


dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan
sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya atau ada atau tidaknya
proses pendidikan. Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya
proses pendidikan adalah; tujuan pendidikan, peserta didik, pendidikan,
orang tua, guru/ pendidik, pemimpin masyarakat dan keagamaan, interaksi
edukatif peserta didik dan pendidik, isi pendidikan. Bahkan dapat
dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan
diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut Manusia selama
hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat
pendidikan, yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi.
Lingkungan pendidikan merupakan salah satu komponen dalam
pendidikan (Hardiyanti 2011:1).

Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan anak-anak


bangsa. Tentunya, pendidikan memiliki sistem yang berperan dalam
keberlangsungan pembelajaran agar mampu menggapai tujuan. Sistem
dalam pendidikan memiliki bagian-bagian dengan fungsi tersendir, misal
tujuan pendidikan, alat-alat pendidikan, peserta didik, pendidik, dan
bagian-bagian lain. Semua bagian sistem tersebut dinamakan komponen
pendidikan. Komponen-komponen tersebut mendukung dan menopang
sistem pendidikan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
mencapai hasil maksimal.

1. Rumusan Masalah
2. Apa saja komponen-komponen pendidikan?
3. Bagaimanakah peran komponen-komponen pendidikan dalam
pembelajaran?

4. Manfaat
1. Mengetahui komponen-komponen pendidikan.
2. Mengetahui peran komponen-komponen pendidikan
dalam pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tujuan Pendidikan

Sepanjang sejarahnya, di seluruh dunia ini, pendidikan pada hakikatnya


memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan
pintar (smart), dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good)
(Sudrajat 2011:47).

Menurut Langeveld, tujuan pendidikan ada enam macam, yaitu:

a.Tujuan umum

Tujuan ini disebut juga tujuan total, tujuan yang sempurna atau tujuan
akhir. Dalam hal ini Kohnstam dan Gunning mengatakan bahwa tujuan
akhir dari pendidikan adalah untk membentuk insan kamil atau manusia
sempurna. Manusia sempurna adalah manusia yang memiliki tiga hakikat
manusia yaitu, sebagai makhluk individu, makhluk social dan makhluk
susila

b.Tujuan khusus

Untuk menuju tujuan umum , perlu adanya pengkhususan tujuan yang


disesuaikan dengan situasi tertentu yang hendak dicapai berdasar usia,
jenis kelamin, sifat, lingkungan bakat, intelegensi dll.

c.Tujuan tak lengkap

Adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia misalnya tujuan


khusus pembentukan kecerdasan saja tanpa memperhatikan yang lainnya.

d.Tujuan insidentil (sesaat)

Tujuan seperti ini timbul secara mendadak dan hanya bersifat sesaat,
misalnya tuuan untuk mengadakan hiburan maka diadakan kegiatan
darmawisata.

e.Tujuan sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang ingin dicapai dalam fase-fase


tertentu pendidikan. Misalnya anak dimasukan ke sekolah, tujuannya
adalah agar anak dapat membaca dan menulis
f.Tujuan intimedier (perantara)

Tujuan ini merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang
lain. Misalnya kita belajar bahasa inggris atau belanda untuk mempelajari
buku-buku tertulis dalam bahsa Inggris.
Tujuan pendidikan dalam perspektif islam adalah untuk memberikan
bantuan kepada manusia yang belum dewasa agar cakap menyelesaikan
tugas hidupnya yang diridoi Allah SWT, terjalinlah kebahagiaan dunia dan
akhirat atas kuasanya sendiri (Drs. Abd Rahman Sholeh).

2. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan


yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan
sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan,
yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Mengacu pada pengertian
lingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan pendidikan
dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu (1)
lingkungan pendidikan keluarga; (2) lingkungan pendidikan sekolah; (3)
lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa disebut tri pusat Oleh Ki
Hajar Dewantara lingkungan ketiga disebut sebagai perkumpulan pemuda.

Konsep tri pusat pendidikan istilah asal yang dicetuskan dari Ki Hajar
Dewantara adalah “tri sentra pendidikan “ yang mengacu kepada
lingkungan pergaulan yang menjadi pusat pendidikan bagi anak. Dalam
konsep Ki Hajar Dewantara lingkungan pergaulan yang dimaksud adalah
alam keluarga, alam pergaulan (sekolah), dan alam pergerakan
pemuda(masyarakat). Konsep tri pusat pendidikan sangat menekankan
akan pentingnya keterpaduan dan kebersamaan ketiga lingkungan
pendidikan sebagai satu kesatuan sistem pendidikan yang memberikan
pengalaman pendidikan kepada anak atau peserta didik. Upaya pendidikan
tidak cukup hanya disandarkan kepada sikap atau tenaga pendidik, akan
tetapi juga harus disertai suasana atau atmosfir yang sesuai dengan tujuan
pendidikan ( Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes, 1997).

a.Lingkungan Pendidikan Keluarga

Keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang utama yang
dialami oleh anak. Sejak adanya kemanusiaan sampai sekarang ini
kehidupan keluarga selalu mempengaruhi perkembangan budi pekerti
setiap manusia. Pendidikan dalam lingkungan keluarga muncul karena
manusia memiliki naluri asli untuk memperoleh keturunan demi
mempertahankan eksistensinya. Oleh karenanya manusia akan selalu
mendidik keturunannya dengan sebaik – baiknya menyangkut aspek
jasmani maupun rohani. Setiap manusia mempunyai dasar kecakapan dan
keinginan untuk mendidik anak – anaknya, sehingga hakikat keluarga itu
adalah semata – mata pusat pendidikan, meskipun terkadang berlangsung
secara amat sederhana dan tanpa disadari, tetapi jelas bahwa keluarga
memiliki andil yang terlibat dalam pendidikan anak.
Mulai dari pendidikan kesosialan yang diperoleh di dalam keluarga,
nantinya anak bisa hidup baik di masyarakat. Kemampuan dan kemauan
hidup secara bersama, saling membantu, tolong–menolong, gotong–
royong, menjaga saudara yang sakit, menjaga ketertiban, kesehatan,
kedamaian dan kebersihan, dan segala urusan hidup secara bersama dalam
masyarakat.
Kepentingan keluarga sebagai pusat pendidikan tidak hanya disebabkan
adanya kesempatan yang sebaik–baiknya untuk menyelenggarakan
pendidikan diri dan sosial, akan tetapi juga karena orang tua (ibu dan ayah)
dapat menanamkan segala jenis kehidupan batiniah di dalam jiwa anak
yang sesuai dengan kehidupan batiniah dirinya. Inilah hak orang tua yang
utama dan tidak boleh digantikan oleh orang lain. Apabila sistem
pendidikan dapat memasukkan alam keluarga ke dalamnya, maka orang
tua terbawa oleh segala keadaan pendidikan sehingga ia akan berperan
sebagai guru, sebagai pengajar, dan sebagai teladan.

Melalui pendidikan keluarga anak bukan saja diharapkan memiliki pribadi


yang mantap, mandiri dalam menjalani hidup dan kehidupannya, namun
juga dia diharapkan akan mampu menjadi warga masyarakat yang baik.
Melalui pendidikan keluarga anak disiapkan menjadi sosok manusia yang
nantinya akan bisa hidup di masyarakat secara baik. Sehingga dalam hal ini
pendidikan keluarga bisa dikatakan sebagai ‘kawah Candra dimuka’
sebagai persiapan anak untuk kehidupan di masyarakat.
Oleh karena itu pentingnya pendidikan keluarga serta pokoknya kehidupan
keluarga bagi anak, maka keluarga dapat dikatakan memiliki banyak fungsi
yang dirasakan oleh anak. Diantaranya adalah fungsi proteksi, rekreasi,
inisiasi, sosialisasi dan edukasi. Fungsi proteksi dalam arti anak di dalam
keluarga selalu mendapat perlindungan, perawatan, serta selalu dijaga dari
gangguan keamanan yang mengancam keselamatan jiwa dan
raganya. Fungsi rekreasi dalam arti anak di dalam keluarga merasa damai,
tentram, gembira bersama dengan anggota keluarga lainnya sehingga
kehidupan keluarga menjadi sarana hiburan bagi anak. Fungsi
inisiasi dalam arti anak diperkenalkan dengan sejumlah nama – nama
benda, binatang, orang yang ada disekitarnya. Diperkenalkan dengan
sejumlah famili, para tentangga, dan anggota masyarakat lain. Fungsi
sosialisasi dalam arti anak diwarisi nilai – nilai, norma, kebiasaan, dan
adat
– istiadat yang dimiliki keluarga dan masyarakat. Sedangkan fungsi
edukasi dalam arti anak diberi pengalaman belajar untuk bisa berkembang
seluruh daya dan potensinya sehingga nantinya akan menjadi sosok
manusia yang berkepribadian utuh.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang
bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan
baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam
lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan
sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah
berkembang dalam pendidikan keluarga. Melalui pendidikan keluarga anak
buka saja diharapkan memiliki pribadi yang mantap, mandiri dalam
menjalani hidup dan kehidupannya, namun juga dia diharapkan akan
mampu menjadi warga masyarakat yang baik. Melalui pendidikan keluarga
anak disiapkan menjadi sosok manusia yang nantinya akan bisa hidup di
masyarakat secara baik.

Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:

 Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan


anaknya.
 Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
 Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

Pendidikan berfungsi:

 Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.


 Menjamin kehidupan emosional anak.

Keluarga Menanamkan dasar pendidikan moral.

 Memberikan dasar pendidikan sosial.


 Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-

anak. b.Lingkungan Pendidikan Sekolah.

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang
sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena
pendidikan telah berimbas pola piker ekonomi yaitu efektivitas dan
efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideology dalam proses
pendidikan di sekolah.

Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:

 Tanggung jawab formal kelembagaan


 Tanggung jawab keilmuan
 Tanggung jawab fungsional
Fungsi Sekolah antara lain:

 Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan


yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
 Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam
masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
 Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan
seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu
lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
 Di sekolah diberikan pelajaran etika , keagamaan , estetika ,
membedakan moral.
 Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan
jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda,
dalam hal ini tentunya anak didik.

c.Lingkungan Pendidikan Masyarakat

Selain kehidupan keluarga dan sekolah, anak juga mengalami kehidupan di


masyarakat. Kehidupan dalam masyarakat adalah kehidupan yang berbeda
dengan kehidupan keluarga dan sekolah. Dalam keluarga anak selalu
mendapat bimbingan, arahan, pengawasan, dan kasih sayang. Pada
kehidupan sekolah anak memperoleh bimbingan yang teratur, pendidikan
disiplin, pembentukan watak dan kecerdasan. Tetapi kehidupan di
masyarakat adalah kehidupan yang amat luas cakupannya. Aneka karakter
manusia, aneka situasi sosial, aneka wilayah, aneka informasi semuanya
hampir terbentang luas baik positif atau negatif, baik atau buruk, saleh atau
jahat. Tentu lingkungan masyarakat yang baik adalah yang dapat
mendorong anak untuk bisa maju menjadi anak yang baik. Masyarakat
yang baik adalah masyarakat yang para warga di dalamnya mau belajar
untuk semakin menjadi lebih baik. Masyarakat yang mau tetap terus
balajar demi menjadi lebih baik adalah masyarakat pembelajar (learning
society).

Learning society adalah masyarakat yang selalu suka belajar atau


masyarakat pembelajar. Proses menjadikan masyarakat sebagai masyarakat
pembelajar bisa dicapai melalui berbagai cara termasuk di dalamnya adalah
melalui pendidikan formal (persekolahan bagi warganya). Beberapa negara
berusaha menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat belajar dengan
melakukan upaya alternatif seperti program pendidikan untuk semua
anggota masyarakat (education for all), mengimplementasikan konsep
pendidikan sepanjang hayat (lifelong education), learning society,
learning communities. Masyarakat pembelajar (learning society)
menggambarkan masyarakat yang memiliki budaya baca, menulis, dan
bertanya, serta bermoral. Budaya yang demikian menunjukkan bahwa
masyarakat itu memiliki karakter bangsa dan terdidik. Masyarakat yang
demikian akan menghasilkan moral dan etika (Frida Hanum 2005).
Lingkungan kehidupan
masyarakat yang baik dapat mendorong anak untuk berkembang pribadi
kreatifitasnya.

Bila masyarakat menilai tinggi kreatifitas dan membiarkan anak – anak


mengembangkan ekspresi positifnya, maka akan mendorong tumbuhnya
kreatifitas. Tindakan kreatif adalah tindakan yang menghasilkan sesuatu
yang baru (novelty), efektif (effectiveness), dan dapat diterima secara
etis (ethicality),(Cropley 2001).

Nilai kretifitas dan perilaku kreatif yang dihargai dan dijalankan oleh
sebagian besar warga masyarakat tersebut pada gilirannya menjadi iklim
yang dapat mempengaruhi nilai – nilai dan tindakan kreatif individu, yang
dalam jangka panjang akan membentuk kepribadian kreatifnya. Namun
demikian, kepribadian kreatif yang dipengaruhi dan dibentuk oleh iklim
masyaraktnya itu sebenarnya tidaklah bersifat given, tetapi melalui proses
yang pelan – pelan dan interaktif. Proses perkembangan kepribadian
kreatif berjalan melalui interaksi antara kemampuan diri individu dengan
pengaruh dan tantangan eksternal. Masing – masing memiliki irama dalam
mengoptimalkan kemampuan diri dan merespon lingkungan.

Orang yang memiliki kepribadian yang kreatif umumnya memiliki latar


belakang berupa pengalaman hidup yang ‘menantang’. Situasi yang
menantang merupakan stimulasi bagi seseorang untuk mengeluarkan
seoptimal mungkin kemampuan kreatif yang dimilikinya dalam banyak hal.
Bisa dalam hal kemampuan musik, tari, lukis, akting, olahraga, otomotif,
rekayasa gedung, pidato, lobi politik, mengelola organisasi, maupun
kemampuan – kemampuan lain.

Faktor eksternal disamping bersifat menantang juga memberikan


dukungan positif. Beberapa orang mampu sukses hidup karena adanya
faktor pengaruh dukungan soaial. Misalnya sikap positif dan respek dari
masyarakat serta bentuk – bentuk apresiasi terhadap perilaku individu.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan bagian dari lingkungan
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah
mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan
keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian,
berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat


banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-
kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan
minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
3. Metode Pendidikan

Macam-macam metode dapat dilihat dari dua sisi, yaitu metode dari sisi
internal materi dan metode dari sisi eksternal materi.

A..Metode Internal Materi

Yang dimaksudkan disini adalah cara penyampaian bahan materi pelajaran


yang efektif agar cepat dipahami oleh peserta didik. Jadi titik tekan metode
ini adalah pemahaman materi pendidikan yang meliputi teks ataupun non-
teks. Di antara metode-metode tersebut adalah:

a.Metode Induktif

Metode ini bertujuan untuk membimbing peserta didik untuk mengetahui


fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan
kesimpulan atau induksi. Dalam melaksanakan metode ini pendidik
hendaknya memulai dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai pada
undang-undang umum, pendidik memberi contoh detail yang kecil,
kemudian mencoba memandingkan dan menentukan sifat-sifat kesamaan
untuk mengambil kesimpulan dan membuat dasar umum yang berlaku
terhadap bagian-bagian dan contoh-contoh yang sudah diberikan maupun
yang belum diberikan.

b..Metode Deduktif

Metode ini merupakan kebalikan dari metode induktif, dimana


perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang khusus,
jadi metode ini sangat

cocok bila digunakan pada pengajaran sains, dan pelajaran yang


mengandung perinsip-perinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum
yang dibawahnya mengandung masalah-masalah cabang. Metode ini
sebagai pelengkap dari metode induktif, maka sebaiknya seorang guru
menggabungkan diantara dua metode tersebut.

Metode ini juga telah digunakan oleh para tokoh pendidikan Islam
sebelumnya dalam perbincangan dan pembuktian kebenaran pikiran dan
kepercayaan terhadap karya-karya mereka, terutama ketika mereka
menghubungkan dengan ilmu logika.

c.Metode Dialog (Diskusi)

Metode ini biasanya dikemas dalam tanya jawab, hal ini dimaksudkan agar
peserta didik dapat memahami materi secara lebih mendalam. Metode ini
terdapat dalam Al Qur`an surat Al Ankabut ayat 46: “Dan janganlah kamu
berdebat denganAhli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik,
kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154], dan Katakanlah:
“Kami Telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu;
dan kami Hanya kepada-Nya berserah diri”.

Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa diskusi atau dialog harus
dilaksanakan dengan cara yang baik. Cara yang baik ini perlu dirumuskan
lebih lanjut, sehingga timbullah etika berdiskusi, misalnya tidak
memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain,
kedewasaan pikiran dan emosi, berpandangan luas dan sebagainya.[1]

B.Metode Eksternal Materi

Pelaksanaan proses pendidikan tentunya tidak cukup hanya pada


pemahaman materi ‘saja, namun yang terpenting dan yang menjadi esensi
dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah pendemonstrasian dan
transformasi pada kehidupan riil. Maka hal ini yang kami sebut dengan sisi
eksternal materi yang sangat urgen dalam pemilihan metode
penyampaiannya.

Dibawah ini adalah metode yang perlu diperhatikan demi terwujudnya


esensialitas pendidikan:

a.Metode Teladan

Keteladanan merupakan bahan utama dalam pendidikan, karena mendidik


bukan sebatas penyampaian materi saja, melainkan membangun karakter
dalam setiap jiwa peserta didik, oleh karena itu pendidik mempunyai
tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik mengenai tingkah laku
dan perbuatannya yang dapat dibuat contoh dan di ikutinya.

b.Metode Cerita

Metode cerita atau kisah dianggap efektif dan mempunyai daya tarik yang
kuat sesuai dengan sifat alamiah manusia yang menyenangi cerita, oleh
karena itu Islam mengeksplorasikan cerita menjadi salah-satu tehnik
dalam pendidikan

c.Metode Pembiasaan

Menjadikan pembiasaan sebagai sebuah metode pendidikan memang


sangat tepat, dalam pembiasaan peserta didik tidak dituntut secara serta
merta menguasai sebuah materi dan melaksanakannya, memang dalam
pemahaman sangat gampang namun dalam pengamalan yang agak sulit
untuk terealisasikan, maka dari itu dibutuhkan sebuah proses dalam
mencapainya, yaitu, melalui pembisaan.

Disamping macam-macam metode diatas, metode pendidikan juga dapat


digolongkan menjadi 3 macam dilihat dari sudut pandang kewajiban dan
kegunaannya bagi pendidik, yaitu: pertama, metode yang umum (secara
tradisional) dikuasai oleh semua pendidik; kedua metode yang secara
khusus dipelajari oleh pendidik; dan yang ketiga, metode yang khusus
digunakan untuk menilai pelaksanaan program pendidikan.[2]

C.Metode yang Umum

Metode ini sudah dikenal dan dikuasai oleh semua pendidik melalui
pengalaman dan sudah digunakan tanpa ada pendidikan atau diklat
khusus. Metode ini mencakup latihan dan meniru, yaitu, melatih anak
didik menguasai tujuan tertentu dengan disertai peniruan. Dalam metode
ini pendidik sudah menguasi materi yang akan disampaikan pada peserta
didik dan sudah dipraktekkan sendiri.

Metode ini digunakan dalam pendidikan di keluarga, lingkungan tetangga,


dan juga di sekolah dalam rangka pembentukan kebiasaan, pola tingkah
laku, keterampilan, sikap, dan keyakinan.

a.Metode yang secara Khusus Dipelajari oleh Pendidik

Pendidik harus mempunyai kematangan dalam metode-metode. Dia harus


menguasai ilmu pengajaran untuk menguasai metode-metode mengajar
seperti ceramah, diskusi, bermain peran dan sebagainya.

Seorang pendidik tidak serta-merta bisa mentransformasikan materi


pendidikan dengan baik tanpa menguasai metode-metode khusus, dan dia
tidak akan bisa menguasai metode tersebut tanpa adanya spesialisasi
sebuah disiplin ilmu, seperti wawancara, studi kasus, dan observasi yang
harus dipelajari oleh calon konselor sebagai bimbingan dan konseling.

b.Metode yang Khusus Digunakan untuk Menilai Pelaksanaan Program


Pendidikan

Pada umumnya metode ini disebut dengan metode penelitian pendidikan,


jadi metode ini digunakan dalam rangka pengembangan dan kemajauan
pendidikan, antara lain dari metode ini adalah survei, eksperimen yang
menggunakan alat ukur seperti tes, wawancara, observasi, dan sebagainya.
4. Isi Pendidikan

Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik
untuk keperluan pertumbuhan. Isi pendidikan berupa:

1. Nilai

Nilai adalah nilai-nilai kemanusiaan berupa pengalaman dan penghayatan


manusia mengenai hal-hal berharga bagi hidup manusia. Nilai
dikembangkan lewat refleksi dan ekspresi bebas tapi bermartabat.

2. Pengetahuan

Pengetahuan meliputi segala aspek kehidupan manusia, termasuk nilai dan


keterampilan. Pengetahuan berasal dari pengalaman indera dan
pengalaman rasio/budi.

3. Keterampilan

Keterampilan meliputi keterampilan fisik, keterampilan berbicara dan


keterampilan berfikir. Keterampilan diperoleh melalui latihan.

Isi pengajaran berupa:

1. Pengetahuan
2. Keterampilan

Pertimbangan saat melakukan pendidikan :

1. Isi/Materi sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.


2. Urgensi materi.
3. Nilai praktis.
4. Sesuai tuntutan kurikulum.
5. Memberikan sumber materi ke siswa.

5. Alat Pendidikan

Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan


digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu (Sumitro, dkk,
2004).

Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan


ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk melaksanakan tugas
mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis,
melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali dengan pribadi yang
menggunakan alat tersebut. Pendidik yang menggunakan alat itu
hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang teerkandung
dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul
timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu (pendidik).
Untuk memilih alat-alat pendidikan yang baik dan sesuai harus
memperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat
itu. 2.Siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu.
3.Anak (si terdidik) yang mana yang dikenai alat itu.
4.Bagaimana menggunakan alat tersebut.
Adapun alat-alat pendidikan yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pembiasaan

Pengertiannya di sini adalah menanamkan kebiasaan pada peserta didik


agar dapat membentuk watak baik bagi mereka. Agar hasilnya optimal
maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mulailah pembiasaan ini sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
memiliki kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaknya berulang-ulang atau terus menerus
dijalankan secara teratur hingga akirnya menjadi suatu kebiasaan yang
otomatis. Karena hal inilah dibutuhkan adanya
pengawasan.
c. Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh
terhadap pendirian yang telah diambil. Jangan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk melanggar pembiasaan yang telah
ditetapkan.
d. Pembiasaan yang mulanya mekanistis itu harus makin menjadi
pembiasaan yang disertai kata hati peserta didik itu sendiri.
2. Pengawasan

Pembiasaan yang baik memerlukan pengawasan. Demikian pula aturan-


aturan dan larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika
disertai dengan pengawasan yang terus menerus. Tanpa pengawasan
berarti membiarkan peserta didk untuk berbuat sekehendak hatinya hingga
ditakutkan bila mereka menjadi manusia yang tidak dapat membedakan
baik-buruk, pantas-tidak, boleh dilakukan-tidak boleh dilakukan dan hal-
hal sejenis itu.

Pengawasan hendaknya makin dikurangi intensitasnya sejalan makin


tumbuhnya kedewasaan peserta didik. Makin dewasa peserta didik mulai
diberikan kebebasan, karena pada dasarnya tujuan mendidik adalah
membentuk anak agar akhirnya dapat berdiri sendiri dan bertanggung
jawab atas hal-hal yang telah diperbuat.
6. Pendidik

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Guru dalam pandangan masyarakat Islam adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti
dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga dimesjid, disurau/mushala,
di rumah dan sebagainya.
Guru atau pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandari dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt., dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu
yang mandiri.

Guru sebagai sebagai pelaku utama dalam implemetasi atau penerapan


program pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis
dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini guru
dipandang sebagai faktor determinan terhadap pencapaian mutu belajar
peserta didik.

7. Peserta Didik

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat


pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan
atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta
didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan
untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang
peserta didik berada pada usia balita seorang selalu banyak mendapat
bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan demikina
dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mentah (raw
material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk
pendidikan.
BAB III

PENUTUP

Komponen-komponen pendidikan ialah komponen-komponen yang


mendukung dan menopang sistem pendidikan agar pembelajaran dapat
berjalan dengan baik dan mencapai hasil maksimal. Semua komponen
dalam pendidikan merupakan bagian-bagian penting dalam pembangunan
sebuah pendidikan. Setiap komponen-komponen pendidikan memiliki
peran penting dalam proses berjalannya pendidikan. Oleh karena itu, perlu
adanya perhatian khusus dari berbagai pihak untuk menjaga keseimbangan
komponen-komponen pendidikan.

Komponen-komponen pendidikan tidak hanya menjadi perhatian khusus


pihak manajer pendidikan saja. Akan tetapi, hal tersebut menjadi perhatian
khusus bagi sivitas pendidikan serta bagi orangtua yang ikut mendampingi
dan menuntut berjalannya proses pendidikan.
Perlu adanya kesadaran dalam diri masyarakat bahwa pendidikan tidak
hanya menjadi tanggung jawab manajer pendidikan. Namun demikian,
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Hal tersebut berdasarkan
peran setiap komponen-komponen pendidikan dalam membangun
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Ajat. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan


Karakter. I(1). pp: 47-58.
Hardiyanti, Yati. (2011). Komponen Pendidikan. Makalah Filsafat
Pendidikan Program Pascasarjana.

Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan Sisitem dan Metode. Yogyakarta: Andi


Offset, 1997, hal. 54-57.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama,


2005, hal. 21-22.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dalam Pendekatan Baru. Bandung :


Remaja Rosdakarya, 2000,hal.42-45.

Anda mungkin juga menyukai