Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konsep Ekosistem Sawah

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Hubungan saling
mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem disebut
Ekosistem. Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut
dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau
kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya.
Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia
(Wikipedia, 2013).

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi (Agnez Anitha, 2009).
Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem
pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu.
Unsur-unsur ekosistem terdiri dari komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara,
cahaya matahari, iklim, materi organik dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup dan komponen
biotik yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan mikrobiota yang
tersusun dari unsur autotrof sebagai produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen
dan dekomposer (Elfis, 2010a).

Lebih lanjut Elfis (2010a) menyatakan bahwa ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Ekosistem terbagi atas tiga tipe ekosistem, yaitu ekosistem air, ekosistem darat, dan
ekosistem buatan. Salah satu contoh ekosistem buatan adalah ekosistem sawah.

Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan. Bersawah
merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna
karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk
(Rustiadi, 2007).

Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah yang dijadikan
sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada lahan sawah
bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol (Widowati
et al., 1997).

Lahan untuk sawah bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang rendah dan sangat
rendah. Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya volkan tua dengan
perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan basa rendah bahkan sangat rendah.
Kandungan bahan organik, hara N, P, K dan KTK umumnya rendah (Suharta dan Sukardi, 1994).

Padi (Oryza sativa L) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan
air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang
terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah
yang lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar kemudian
ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu- waktu air dapat dialirkan selama
periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono dan Setyono, 1997).

Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang memberikan kondisi tumbuh tanaman padi.
Kondisi yang baik untuk perumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi
topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat kemasaman
tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia
(Hanafiah, 2005).

Watanabe dalam Litbang Deptan (2010), menyatakan bahwa sawah adalah suatu ekosistem buatan dan
suatu jenis habitat khusus yang mengalami kondisi kering dan basah tergantung ketersediaan air.
Karakteristik ekosistem sawah ditentukan oleh penggenangan, tanaman padi, dan tanaman budidaya
lainnya. Sawah tergenang biasanya merupakan lingkungan air sementara yang dipengaruhi oleh
keanekaragaman sinar matahari, suhum pH, konsentrasi O2, dan unsur hara.

Menurut Aryulina dkk (2007), sawah merupakan ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman, atau
hewan peliharaan yang didominasi karena pengaruh manusia, dan memiliki keanekargaman yang
rendah.

Penyiapan tanah sawah menyebabkan sifat-sifat fisik, kimia, biologi dan morfologi tanah berubah,
keadaan tanah alami berubah menjadi keadaan tanah buatan dan menyimpang dari keadaan yang
dikehendaki oleh pertanaman yang lain. Untuk dapat melaksanakan pergiliran tanaman dengan
pertanaman lain, biasanya palawija, maka sehabis pertanaman padi, keadaan tanah harus diubah
kembali sehingga sesuai dengan yang diperlukan pertanaman palawija. Pengubahan keadaan tanah
secara bolak-balik berarti memanipulasi sumber daya tanah secara mendalam, guna tanah, tata guna air,
dan tata guna lingkungan, sehingga dapat menghambat pencapaian kemaslahatan penggunaan lahan
yang berkelanjutan (Notohadiprawiro, 2006).

Selanjutnya Notohadiprawiro (2006), menyatakan bahwa keanekaragaman hayati pertanian Indonesia


sangat besar. Hal ini memberikan peluang besar memilih macam tanaman yang sesuai untuk tiap wilayah
ekologi yang ada di Indonesia. Dengan demikian pertanian Indonesia kalau dapat dikembangkan secara
merata berpotensi besar menjadi piranti handal dalam tata guna lahan. Di wilayah Indonesia manapun
pertanian dapat dibangun dengan konsep agroekosistem karena didukung oleh keanekaan hayati
pertanian Indonesia yang sangat besar. Konsep agroekosistem membuat pertanian suatu sistem produksi
biomassa berguna yang efektif secara teknologi, efisien secara ekonomi, dan berkelanjutan menurut
wawasan lingkungan.

1.1 Faktor Klimatologis dan Edaphis Ekosistem Sawah

1.1.1 Faktor Klimatologis Ekosistem Sawah

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki tentang iklim. Yang dimaksud dengan iklim
adalah keadaan cuaca pada suatu daerah tertentu pada jangka waktu yang panjang. Sedangkan cuaca
adalah keadaan atmosfer pada suatu waktu (Wikipedia, 2013).

Menurut Elfis (2010) salah satu faktor penting yang mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Unsur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembapan, dan
tekanan uap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Hubungan iklim dengan tumbuhan sangat
erat. Iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan transpirasi),
pertumbuhan dan reproduksi (pembungaan, pembentukan buah dan biji) dan sebagainya. Hubungan
tumbuhan dengan faktor lingkungan iklim merupakan hubungan yang tidak terpisahkan dan bersifat
menyeluruh (holocoenotik).

Menurut Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari :

a. Temperatur

Temperatur merupakan komponen abiotik klimatologi pada suatu ekosistem tumbuhan. Suhu dikatakan
sebagai derajat panas atau dingin yang diukur dengan skala tertentu.

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Suhu berkolerasi positif dengan radiasi matahari. Tinggi rendahnya suhu di sekitar tanaman
ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, dan
kandungan lengas tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting seperti membuka dan
menutup stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi.

b. Curah hujan

Curah hujan adalah banyaknya air yang tersedia di bumi. Kecukupan air disepanjang tahun atau musim
tumbuh menyebabkan pembentukan hutan-hutan. Curah hujan memberi peranan dan konstribusi, jika
curah hujan cukup maka hutan di daerah dengan iklim yang lebih tinggi masih dapat bertahan. Di daerah
yang hujannya turun pada musim panas dan di daerah lain yang periode keringnya panjang disitu
terbentuk rerumputan dengan selingan hutan-hutan pada tempat-tempat yang tanahnya basah.

Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu. Intensitas hujan
menyatakan besarnya hujan yang jatuh dalam suatu waktu yang singkat, setiap hari terdapat kejadian
butir hujan, namun demikian terdapat korelasi yang nyata antara intensitas hujan dengan ukuran
medium butir-butir hujan yang membagi butir-butir besar dan butir-butir kecil dalam kelompok yang
volumenya bervariasi (Arsyad, 2006).

c. Angin

Angin merupakan gerakan atau perpindahan massa udara dari satu tempat ke tempat lain secara
horizontal. Massa udara adalah dalam ukuran sangat besar yang mempunyai sifat fisik (temperatur dan
kelembapan) yang seragam dalam arah yang horizontal. Kecepatan angin penting karena dapat
menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranpirasi dan mempengaruhi kejadian-
kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan adanya gerakan udara lembab yang berlangsung
terus-menerus. Dalam hal ini, gerakan udara berfungsi sebagai penggerak terjadinya gerakan udara
lembab tersebut. Angin juga dapat merugikan ekosistem yang ada. Di bebarapa daerah, angin
merupakan faktor yang menentukan bagi vegetasi. Kadang-kadang angin pada tanaman akan
mengakibatkan layu, karena tanaman tidak dapat mengimbangi jumlah air yang hilang dengan
pengambilan air dari dalam tanah.

d. Kualitas cahaya matahari atau posisi panjang gelombang

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem.
Berdasarkan hasil pengamatan di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat memiliki intensitas
cahaya yang cukup tinggi karena sinar matahari yang datang tidak dihalangi dan juga terletak pada
daerah pegungungan yang memungkinkan sinar matahari tidak terhalangi oleh apapun.

Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang elektromagnetik dengan berbagai


panjang gelombang. Umumnya tumbuhan beradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39-7,6 mikron. Pada ekosistem perairan cahaya merah dan biru di serap oleh
fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akan lewat atau dipenetrasikan ke lapisan
paling bawah. Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan
suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen
untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasa dari dua sumber utama yaitu
temperatur matahari yang tinggi dan radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Beberapa
tumbuhan memiliki karakteristik yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat
cahaya yang terlalu kuat.

e. Lengas udara
Lengas udara atau kelembapan adalah komponen abiotik yang memberikan kontribusi dan peranan
terhadap klimatologi suatu ekosistem

2.2.1 Tanaman yang ditemukan di sawah

a. Padi (Oryza sativa)

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim, berakar serabut, batang sangat
pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun
sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat
daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai
bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe
buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga
lonjong, ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari
disebut sekam, struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis enduspermium.

Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua
berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam waktu yang
bersamaan.Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi
reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari
membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah
pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah
dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang
membentuk embrio dan inti polar menjadi
endosperm. Pada akhir perkembangan, sebagian
besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm.
Bagi tanaman muda, pati dimanfaatkan sebagai
sumber gizi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani


setempat, di lahan sawah tersebut ditanami beberapa jenis padi unggul seperti SPR, IR 66, dan Sitokan.

b. Kelapa (Coconut nucifera)


Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau
Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap
sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah
yang dihasilkan tumbuhan ini.

Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu,
berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila
sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik),
berkayu. Kayunya kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun merupakan daun tunggal dengan
pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun majemuk. Bunga
tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina,
berumah satu, bunga betina terletak di
pangkal karangan, sedangkan bunga jantan
di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar,
diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan
lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat;
buah tersusun dari mesokarp berupa serat
yang berlignin, disebut sabut, melindungi
bagian endokarp yang keras (disebut
batok) dan kedap air; endokarp melindungi
biji yang hanya dilindungi oleh membran yang
melekat pada sisi dalam endokarp.
Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase padatannya mengendap pada
dinding endokarp seiring dengan semakin tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah
siap untuk berkecambah (disebut kentos).

Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir
Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh
hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan
mengalami pelambatan pertumbuhan.

c. Kiambang (Salvinia molesta)


Kiambang (dari ki: pohon, tumbuhan, dan ambang: mengapung) merupakan nama umum bagi paku air
dari genus Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air menggenang, seperti kolam, sawah
dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang.

Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda.


Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping
agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan
permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak
transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi
basah dan juga membantu kiambang mengapung. Daun
tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip
akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari
air seperti akar. Orang awam menganggap ini adalah akar
kiambang. Kiambang sendiri akarnya (dalam pengertian
anatomi) tereduksi. Kiambang tidak menghasilkan bunga
karena masuk golongan paku-pakuan.

Sebagaimana paku air (misalnya semanggi air dan azolla) lainnya, kiambang juga bersifat heterospor,
memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan mikrospora yang
akan tumbuh menjadi protalus jantan.

Paku air ini tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, kecuali sebagai sumber humus (karena tumbuhnya pesat
dan orang mengumpulkannya untuk dijadikan pupuk), kadang-kadang dipakai sebagai bagian dari
dekorasi dalam ruang, atau sebagai tanaman hias di kolam atau akuarium. Karena dapat tumbuh sangat
rapat hingga menutupi permukaan sungai atau danau, muncul pepatah Melayu "biduk berlalu, kiambang
bertaut", yang berarti setelah gangguan berlalu, keadaan akan kembali seperti semula.

d. Genjer (Limnocharis flava)


Genjer adalah spesies tanaman berbunga air yang berasal dari Asia Tenggara. Ini adalah tanaman kira-
kira setinggi 50 cm tumbuh di rumpun. Daun berbentuk segitiga dan batang berongga yang gundul.
Perbungaan yang memiliki bentuk yang sangat khas,
menghasilkan bunga kuning tiga kelopak sekitar 1,5 cm. Buah
berbentuk bola. Meskipun bukan tanaman mengambang, bijinya
terbawa oleh arus.

Genjer tumbuh umumnya di mana pun ada tidak terlalu dalam


air tawar stagnan, di daerah berawa. Kadang-kadang menyerang
sawah di mana ia dapat menjadi gulma. Sebagai spesies invasif
telah menjadi hama di beberapa lahan basah di bagian lain
dunia.

2.1.1 Hewan yang ada di sawah

a. Walang Sangit

Walang sangit merupakan serangga hama tanaman padi. Setiap kali bertelur, serangga betina dapat
menghasilkan 100–200 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan pada daun tanaman padi. Telur yang
telah menetas akan menjadi nimfa yang berwarna hijau dan berangsur-angsur menjadi coklat. Nimfa dan
imago menyerang buah padi yang sedang matang susu dengan cara menghisap cairan buah sehingga
menyebabkan buah menjadi hampa.

a. Ulat bulu hitam (Dasychira Inclusa)


Ulat bulu yang ditemukan berasal dari genus dengan nama latin Dasychira Inclusa. Jenis ulat Dasychira
ini, tidak terlalu berbahaya bagi tanaman karena akan segera menjadi kepompong.

a. Keong Mas (Pomacea canaliculata)


Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan
adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah
pada saat 10 hari setelah tanam atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).

Bila di sawah diketahui terdapat telur berwarna merah muda dan keong mas dengan berbagai ukuran
serta warna, perlu dilakukan pengaturan air, keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air.

Jika petani petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam pindah,
perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila
petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar
benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian.

Bila diperlukan, aplikasi pestisida berbahan aktif niclos amida dan moluska botani dapat dilakukan di
sawah yang tergenang, di caren atau cekungan-cekungan yang ada airnya tempat keong mas berkumpul.

Anda mungkin juga menyukai