Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL BELAJAR

MATA KULIAH PENGANTAR AGRIBISNIS

DISUSUN OLEH :

AISYAH NUR JANNAH PUTRI HARIYONO

22024010171

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sistem pertanian terpadu merupakan komponen yang sangat penting di dalam konsep
ecovillage. Karena di dalam sistem pertanian terpadu praktek pertanian yang ramah
lingkungan sangat dikedepankan. Salah satu syarat dalam pelaksanaan pertanian terpadu
adalah harus secara ekologi dapat diterima dan meminimumkan limbah (zero waste).
Ecovillage juga mempunyai prinsip ekologis. Jadi antara pertanian terpadu dan ecovillage
mempunyai prinsip yang sama. Pertanian terpadu adalah praktek pertanian yang
mengintegrasikan pengelolaan tanaman, ternak dan ikan dalam satu kesatuan yang utuh.
Antara ketiga jenis usaha tersebut (tanaman, ternak, ikan) harus terdapat aliran energi
biomasa. Tanaman menghasilkan produk samping berupa hijauan yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak dan pakan ikan. Kotoran ternak dimanfaatkan untuk memupuk
tanaman dan sebagai pakan ikan. Sedangkan kotoran ikan dapat digunakan untuk
memupuk tanaman. Ecovil/age pada prinsipnya adalah mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya yang tersedia di suatu desal village. Jika sumberdaya internal masih belum
mencukupi baru diperkenankan menambahnya dari luar. Demikian juga dengan
ketersediaan input dari satu komponen untuk mensuplai komponen lain di dalam pertanian
terpadu. Semaksimal mungkin memanfaatkan input dari dalam sistem. Apabila dianggap
masih kurang input tersebut bisa ditambah dari luar sistem.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Lahan Sebagai Sistem

Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen


biosfer termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan,
serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang yang
semuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang
dan di masa akan datang (Brinkman dan Smyth, 1973; Vink, 1975; dan FAO, 1976). Lahan
sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara spesifik
dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini
dapat dilihat sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (Worosuprojo, 2007).Sementara itu, sumberdaya tanah
juga merupakan komponen penting dalam sistem lahan. Tanah dapat dipandang sebagai
sebidang lahan dengan permukaan dan bentuk lahannya sendiri, serta mempunyai profil
tanah dan karakteristik internal yang khas, seperti komposisi mineral dan sifat kimiawi, dan
sifat-sifat geofisika.
Tanah juga dapat dipandang sebagai tubuh alam yang gembur yang menyelimuti
sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai peran sangat penting untuk kehidupan
sebagai media tumbuh tanaman yang menjadi sumber makanan manusia (Schaetzl dan
Anderson, 2005 dalam Sartohadi, 2007). Sebagian besar aktivitas kehidupan manusia
telah, sedang, dan akan terus berlangsung di atas tanah bukan di atas batuan,medan es,
udara, ataupun air (Sartohadi, 2007).Demikian pula air sebagai salah satu sumberdaya
lahan juga mempunyai arti penting, sifatnya relatif stabil dan siklis. Sifat siklis tersebut dapat
terlihat dalam berbagai fenomena proses-proses hidrologis. Proses-proses ini pada suatu
saat akan sangat menentukan daya dukung lahan dan degradasi lahan. Air sebagai
sumberdaya pertanian digunakan oleh tanaman, ternak, dan manusia.

Pengertian Atmosfer

Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti dan melindungi sebuah planet di
tata surya dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Atmosfer berfungsi
melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan
mengurangi suhu ekstrim diantara siang dan malam.

Pengertian Hidrosfer

Hidrosfer adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi. Kata hidrosfer berasal
dari dua kata hidros yang berarti air dan sphere yang berarti lapisan. Hidrosfer di permukaan
bumi meliputi danau, sungai, laut, salju, air tanah dan uap air yang terdapat di lapisan udara.

Pengertian Biosfer

Biosfer adalah bagian luar dari planet bumi, mencakup udara, daratan, dan air yang
memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung. Dalam pengertian luas menurut
geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk hidup
dan hubungan antar mereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer, hidrosfer, dan
atmosfer bumi.

Pengertian Pedosfer

Pedosfer adalah lapisan paling atas permukaan bumi atau yang biasa disebut
dengan tanah. Tanah terbentuk dari batuan atau zat-zat organik yang mengalami
pelapukan.
Pengertian Lithosfer

Litosfer berasal dari dua kata berbahasa Yunani, yaitu Lithos yang berarti berbatu
atau padat. Jadi, secara harfiah lithosfer adalah lapisan bumi yang paling luar atau yang
biasa disebut dengan kulit bumi. Litosfer bumi meliputi kerak bumi dan bagian teratas dari
mantel bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet bumi. Batas antara
litosfer dan astenosfer dibedakan dengan tegangannya. Litosfer tetap pada dalam jangka
waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan,
sedangkan astenosfer berubah seperti cairan kental. Litosfer terpecah menjadi beberapa
lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi
dalam astenosfer.

Pengertian Anthroposfer

Antroposfer adalah lapisan manusia. Karena kajian geografi merupakan tema


sentral, maka kajian geografis, sering disebut juga antroposentris. Kelahiran, kematian dan
keterkaitan satu dengan yang lainnya termasuk dalam anroposfer.

Proses

Lahan adalah sutau wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya terdiri atas biosfer,
atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta
hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, yang boleh dibilang bersifat dapat
diramalkan atau bersifat mendaur, sejauh tanda-tanda pengenal tersebut
berpengaruh signifikan atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa sekarang
dan pada masa yang akan datang. Sebagai komponen lahan, tanah merupakan suatu
hamparan yang dinamakan pedosfer. Komponen lahan yang lain ialah atmosfer,
hidrosfer (bagian yang berada di darat), biosfer, dan litosfer.

Keberadaan lahan ditentukan oleh interaksi yang berkepanjangan antar


komponennya. Interaksi tersebut melangsungkan daur energi dan bahan. Antara
atmosfer dan pedosfer berlangsung daur energi yang bermula dari pancaran energi
matahari yang kemudian dikembalikan ke atmosfer oleh pedosfer lewat pemantulan
cahaya dan emisi pancaran panas, dan daur air yang bermula dari curah hujan yang
kemudian dikembalikan ke atmosfer oleh pedosfer lewat evaporasi dan transpirasi
(kerjasama antara tanah dan vegetasi). Daur energi dan air semacam ini juga terjadi
antara atmosfer dan hidrosfer. Perbedaannya ialah emisi pancaran panas dari tubuh
air ke atmosfer lebih kecil karena panas air lebih besar daripada tanah, sebaliknya
pengembalian ke atmosfer lewat pantulan lebih besar karena albedo (banyak sinar
matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan) tubuh air bebas lebih besar
daripada tanah. Evaporasi dari permukaan air bebas lebih besar daripada dari air
yang tertambat dalam tanah oleh kakas jerapan dan kapiler karena tegangan air (pF)
dalam keadaan bebas adalah nol, sedang dalam bentuk lengas tanah pF air bebas
lebih besar daripada nol.

Dengan edafon (biota tanah) dan akar tumbuhan, tanah melakukan pertukaran
gas dengan atmosfer. Oksigen masuk ke dalam tanah untuk respirasi dan dilepaskan
kembali ke atmosfer lewat proses fotosintesis oleh ganggang foto-ototrof
(Cyanophyta).C02 masuk ke dalam tanah yang dikonsumsi oleh jasad foto-ototrof dan
dikembalikan ke atmosfer lewat proses perombakan bahan organik. N 2 yang masuk
ke dalam tanah diikat oleh jasad renik pengikat nitrogen bebas dan dijadikan berbagai
senyawa nitrogen (amonium, senyawa amino, protein). Oleh bakteri pengurai bahan
organik senyawa nitrogen diubah menjadi NH3 dan selanjutnya oleh bakteri nitrit NH3
diubah menjadi nitirt dan oleh bakteri nitrat nitrit diubah menjadi nitrat. Oleh bakteri
denitrifikasi (proses reduksi nitrat menjadi gas nitrogen) nitrat direduksi menjadi N 2
bebas yang kembali ke atmosfer. Pertukaran CO2 dan O2 juga berlangsung antara
atmosfer dan biosfer yang berada di atas tanah (vegetasi).
Antara tanah dan vegetasi (kumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
Bersama pada suatu tempat) berlangsung pertukaran unsur kimia. Vegetasi menyerap
unsur kimia, khususnya unsur hara dari tanah dan dikembalikan ke tanah berupa
bahan organik (serasah, trubus (shoot) mati, akar mati). Oleh edafon pengurai bahan
organik unsur-unsur kimia terbebaskan kembali. Antara tanah dan hidrosfer
berlangsung pertukaran air dan zat-zat yang terlarut atau tersuspensi di dalam air. Di
daerah estuarin terjadi pertukaran antara tanah dan laut. Di daerah sepanjang sungai
terjadi pertukaran antara tanah dan sungai. Pertukaran antara tanah dan danau terjadi
di jalur tepian danau. Pertukaran terjadi di daerah rawa dan di daerah air tanah
dangkal. Gambut adalah sisa hasil pertukaran antara tanah-vegetasi-hidrosfer.
Hidrosfer yang berupa rembesan air sungai, air tanah atau air laut ke permukaan tanah
menghasilkan gambut topogen. Hidrosfer yang berupa genangan air atmosfer di
permukaan tanah menghasilkan gambut ombrogen.
Gambut topogen mengandung lebih banyak hara daripada gambut ombrogen
karena air laut, air sungai atau air tanah lebih banyak mengandung zat-zat terlarut
atau tersuspensi daripada kandungan zat-zat terlarut air hujan. Gambut topogen
bersifat mesotrofik sampai eutrofik, sedangkan gambut ombrogen bersifat oligotrofik
atau distrofik. Tanah yang terbentuk dari endapan sungai atau secara berkala terkena
banjir sungai juga lebih subur daripada tanah yang terletak lebih tinggi sehingga tidak
terpengaruh oleh air sungai. Tanah yang mempunyai air tanah dangkal juga
mengandung hara lebih banyak daripada tanah yang berair dalam. Air tanah dalam
tidak dapat memberikan bekalan hara kepada tanah dan justru mendorong pelindian
(ekstraksi zat) hara tanah oleh perkolasi (penyarian) air hujan yang tidak tertahan oleh
air tanah.
Keadaan tanah, termasuk kesuburannya dan degradasinya, ditentukan oleh
sifat nasabah antara tanah dan komponen lahan yang lain. Maka dalam pengelolaan
tanah, perbaikan, pembenahan atau pengaturan nasabah tanah dengan komponen
lahan yang lain menjadi asas pokok. Tindakan tersebut bertujuan di satu pihak
memperkuat ketahanan tanah menghadapi gangguan komponen lahan yang lain yang
merugikan atau membahayakan, dan di pihak lain melancarkan daya tanggap tanah
terhadap pengaruh komponen lahan yang lain yang menguntungkan.
Degradasi tanah dapat terjadi karena dampak langsung atas tanah, seperti
pengelolaan tanah berlebihan, pemampatan tanah karena penggunaan alat dan
mesin pertanian berat, pemupukan bertakaran tinggi, pencemaran, dsb. Dapat juga
karena dampak tidak langsung karena gangguan atas nasabah tanah dengan
komponen lahan yang lain, seperti penghilangan vegetasi penutup sehingga tanah
tidak terlindung dari daya hujan mengerosi atau merusak struktur tanah, pengatusan
tanah rawa gambut yang menimbulkan amblesan (subsidence) dan perubahan bentuk
muka tanah serta sifat hidrofobik gambut, dan sebagainya.
Dampak yang menguntungkan tanah misalnya penterasan lereng yang
menurunkan kerentanan tanah terhadap erosi air (mengubah timbulan untuk
membenahi nasabah tanah dengan timbulan), pengaturan tata air (mengubah
hidrologi untuk membenahi nasabah tanah dengan hidrosfer), mengganti vegetasi
alang-alang dengan tumbuhan penutup legum (membenahi nasabah tanah dengan
biosfer), dan sebagainya.
Tanah dapat menerima dampak secara impor dari yang diekspor oleh tanah
tetangga yang berasosiasi. Misalnya, tanah atasan mengekspor bahan erosi yang
diimpor oleh tanah bawahannya menjadi bahan endapan. Tanah atasan juga
mengekspor air limpasan yang diimpor tanah bawahannya menjadi air genangan atau
pengisi lengas tanah atau pengisi air tanah. Ekspor-impor bahan tanah dan air berarti
juga ekspor-impor zat hara. Ekspor zat hara secara berangsur akan memiskinkan
tanah atasan dan impor zat hara secara berangsur menjadikan tanah bawahan.
Proses alih tempat bahan ke samping berlangsung secara alami berkenaan dengan
tanah sebagai komponen lahan.
Nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain dapat bersifat kompensatif
atau antikompensatif. Nasabah tanah bertekstur pasiran dengan iklim basah atau
tanah bertekstur lempungan dengan iklim kering bersifat kompensatif (menetralisir
kelemahan yang terjadi pada pengendalian) dilihat dari segi bekalan (supply) lengas
tanah untuk tumbuhan. Kekurang-mampuan tanah pasiran menyimpan air
dikompensasi oleh iklim basah yang mampu memberikan air banyak sepanjang
tahun. Sebaliknya, kekurangan-mampuan iklim kering memberikan air cukup
sepanjang tahun dikompensasi oleh tanah lempungan yang mampu menyimpan air
banyak. Tanah dengan lereng bernasabah antikompensatif dilihat dari segi erosi
tanah. Makin besar lereng, tanah makin rentan terhadap erosi tanah. Nasabah
antikompensatif ini dapat dikurangi dengan mengubah keadaan salah satu atau kedua
rekan nasabah, atau menyisipkan faktor ketiga di antara kedua rekan nasabah.

Pengurangan nasabah antikompensatif dapat dikerjakan dengan memperbesar


laju infiltrasi dan perkolasi air ke dalam tanah, berarti membenahi tanah untuk
menurunkan massa aliran limpas (menurunkan kakas kinetik). Dapat dikerjakan
dengan menteras lereng, berarti membenahi lereng untuk menurunkan laju aliran
limpas (menurunkan kakas kinetik), atau membenahi baik tanah maupun lereng. Dapat
juga nasabah antikompensatif dikurangi dengan cara menanami tanah dengan
vegetasi penutup yang bermaksud “melarai” nasabah antikompensatif antara tanah
dan lereng. Ketiga cara dapat juga diterapkan bersama-sama.
Pandangan tanah sebagai komponen lahan menumbuhkan pengertian tanah
sebagai tampakan (feature) bentang lahan (landscape). Dengan demikian hampiran
(approach) holistik, dinamik dan geogarfi menjadi asas kajian tanah. Dipandang dari
sudut kehidupan manusia, tanah menjadi bagian dari lingkungan hidup.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Lahan adalah sutau wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya terdiri atas biosfer,
atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil
kegiatan manusia masa lalu dan masa kini. Keberadaan lahan ditentukan oleh interaksi
yang berkepanjangan antar komponennya. Interaksi tersebut melangsungkan daur energi
dan bahan. Keadaan tanah, termasuk kesuburannya dan degradasinya, ditentukan oleh
sifat nasabah antara tanah dan komponen lahan yang lain. Maka dalam pengelolaan tanah,
perbaikan, pembenahan atau pengaturan nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain
menjadi asas pokok. Tindakan tersebut bertujuan di satu pihak memperkuat ketahanan
tanah menghadapi gangguan komponen lahan yang lain yang merugikan atau
membahayakan, dan di pihak lain melancarkan daya tanggap tanah terhadap pengaruh
komponen lahan yang lain yang menguntungkan. Pandangan tanah sebagai komponen
lahan menumbuhkan pengertian tanah sebagai tampakan (feature) bentang lahan
(landscape). Dengan demikian hampiran (approach) holistik, dinamik dan geogarfi menjadi
asas kajian tanah. Dipandang dari sudut kehidupan manusia, tanah menjadi bagian dari
lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
https://yuliahanisa.wordpress.com/2018/09/23/pengertian-atmosfer-litosfer-pedosferhidrosfer-
biosfer-dan-antroposfer/

Tejoyuwono Notohadiprawiro (1991) Tanah dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (2006)

Juhadi (2007) Pola-Pola Pemanfaatan Lahan, Kawasan Perbukitan, Degradasi Lingkungan


Unversitas Negeri Semarang

Galih Pangestika (2017) Pesona Alam Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis Institut Seni
Indonesia Yogyakarta.

Memen Surahman dan Sudradjat (2009) Sistem Pertanian Terpadu Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai