Anda di halaman 1dari 8

1.

Variasi Faktor Biotik dan Abiotik pada Ekosistem


Faktor yang mempengaruhi variasi biotik dan abiotik pada ekosistem adalah lingkungannya, karena
Secara alami ekosistem mempunyai daya tahan yang cukup besar, tetapi daya tahan tersebut akan
mudah berubah oleh aktivitas manusia

Contoh:

Di dalam kasus pertanian, sawah telah mengalami banyak perubahan akibat kegiatan manusia
yang telah menyebkan perubahan komposisi dari unsur-unsur penyusun ekosistem sawah
(biotik dan abiotik). Contoh sawah yaitu persawahan yang berpindah-pindah, persawahan di
rawa-rawa atau bonorowo, persawahan di daerah pasang surut, persawahan di daerah leba, sawah
tadah hujan, dan sawah irigasi

Lingkungan merupakan kesatuan dari segala faktor-faktor baik yang hidup (biotik) maupun
yang mati (abiotik) yang dapat mempenagruhi pertumbuhan, perkembangbiakan, atau
penyebaran dari segala jenis tumbuhan.

Secara umum lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu makro dan mikro.

 Lingkungan yang makro ialah keadaan lingkungan yang meliputi skala daerah yang
luas, termasuk didalamnya ialah segala aspek iklim dan tanah seperti intensitas
cahaya, kelembaban, kecepatan angin dan suhu.
 Lingkungan yang mikro adalah meliputi skala daerah yang kecil dan sempit dimana
lingkungan ini dapat dipengaruhi oleh adanya objek (batuan, pohon, dan sebagainya),
zat kimia (bahan organik atau bahan organik) dan topografi. Meskipun keduanya
dapat diukur dan diekspresikan dalam angka satuan yang sama tetapi yang lebih
banyak pengaruhnya terhadap kehidupan tumbuhan adalah lingkungan yang mikro.

2. Hubungan Variasi Biotik dan Abiotik pada Ekosistem


Variasi biotik dan abiotik memiliki hubungan dengan ekosistem karena merupakan
bagian darisuatuekosistem yang menyusun ekosistem ini sendiri sehingga terbentuk sebuah
ekosistem
Dibagi menjadi 2 yaitu
A. Komponen Biotik
Biotik, memiliki arti “Hidup”. Komponen biotik pada suatu ekosistem adalah makhluk
hidup itu sendiri, sebab ekosistem tak akan pernah terbentuk tanpa adanya makhluk
hidup didalamya. Keberadaan makhluk hidup kemudian membentuk suatu rantai
makanan dalam suatu ekosistem. Beberapa contoh dari komponen biotik yang ada
lingkungan sekitar kita, antara lain:

1) Organisme Autotrof atau Produsen, organik melalui suatu proses yang dinamakan
sebagai fotosistensis.
2) Organisme Heterotrof (Konsumen)
3) Pengurai atau Dekomposer,

B. Komponen Abiotik
Komponen kedua dalam ekosistem adalah komponen abiotik atau komponen yang
tak hidup. Dengan kata lain, komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari
benda-benda bukan makhluk hidup tetapi ada di sekitar kita, dan ikut mempengaruhi
kelangsungan hidup. Beberapa jenis komponen abiotik yaitu  suhu, sinar matahari,
air, angin, udara, kelembapan udara, dan banyak lagi benda mati yang ikut berperan
dalam ekosistem. Berikut beberapa diantaranya:
a) Suhu,
b) Air,
c) Garam
d) Sinar Matahari,

C. Macam-Macam Ekosistem
Ekosistem merupakan satu kesatuan fungsional antara komponen biotik (makhluk
hidup) dan komponen abiotik (komponen tak hidup atau lingkungan) yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam bentuk hubungan timbal balik antara
satu dengan yang lain. Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air,
ekosisten darat, dan ekosistem buatan.
1) Ekosistem Air (Akuatik)
Ekosistem akuatik merupakan ekosistem yang komponen abiotiknya sebagai
besar terdiri atas air. Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem perairan
dibagi lagi menjadi:
- Ekosistem air tawar:
- Ekosistem air laut,
- Ekosistem estuary,
- Ekosistem pantai:
- Ekosistem sungai,
- Ekosistem terumbu karang,
- Ekosistem laut dalam,
- Ekosistem lamun,
2) Ekosistem Darat (Teseterial)
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah
hujan. Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat
penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu
tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir,
kebakaran, atau aktivitas manusia. Berikut beberapa diantaranya ekosistem darat:

- Tundra,
- Karst (batu gamping/gua),
- Hutan hujan tropis,
- Hutan gugur,
- Taiga,
- Sabana,
- Padang rumput,
- Gurun,

3) Ekosistem Buatan
Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan. Ekosistem buatan
merupakan ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan ini kemudian mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman
atau hewan peliharaan yang didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan diantaranya:
a. Bendungan,
b. Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus,
c. Agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
d. Sawah irigasi,
e. Perkebunan sawit,
f. Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa,
g. Ekosistem ruang angkasa, dan
h. Ekosistem kota

3. Peranan Variasi Biotik dan Abiotik pada Ekosistem

a. Peran Variasi Abiotik

Komponen abiotik terdiri dari penyusunan ekosistem yang berupa benda-benda


tidak hidup. Komponen abiotik adalah kondisi fisik dan kimia di sekitar organisme.
Komponen ini memengaruhi kehidupan di bumi. Abiotik memiliki peran penting
dalam mendukung proses ekosistem. Abiotik dapat berpengaruh secara langsung atau
tidak langsung bagi kehidupan makhluk hidup. Keberadaan variasi abiotik dapat
memengaruhi ketersediaan makanan bagi hewan. Hal itu yang membuat ketidak
seimbangan ekosistem. Bahkan bisa membentuk banyak variasi yang bisa dilihat di
antara berbagai ekosistem. Variasi abiotik yang memengaruhi kehidupan di muka
bumi yakni air, tanah, udara, iklim, topografi, garam-garam mineral, atau
kelembaban. Berikut penjelasannya

a) Air
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Air merupakan suatu zat yang
tersusun dari unsur-unsur kimia hidrogen dan oksigen. Unsur-unsur tersebut ada
dalam bentuk gas, cair, dan padat. Itu adalah salah satu senyawa yang paling banyak
dan esensial atau mendasar. Air muncul sebagai cairan di permukaan bumi dalam
kondisi normal yang membuatnya sangat penting untuk transportasi, rekreasi, dan
sebagai habitat bagi tanaman dan hewan.
b) Iklim
Iklim merupakan komponen yang terbentuk dari hasil interaksi berbagai komponen
abiotik lainnya. Seperti kelembaban udara, suhu dan curah hujan. Iklim juga
memengaruhi kesuburan tanan, tapi kesuburan tanah tidak berpengaruh terhadap
iklim.
c) Tanah
Dalam komponen abiotik tanah bertindak sebagai tempat organisme utama di Bumi.
Tanah juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup seperti unsur hara dan mineral.
Berperan sebagai reservoir air dan nutrisi sebagai media untuk penyaringan dan
pemecahan limbah berbahaya. Tanah juga merupakan hasil pelapukan batuan yang
disebabkan oleh iklim dan pembusukan bahan organik. Tanah mempunyai sifat,
tekstur, dan kandungan garam mineral tertentu. Tanah merupakan media berpori yang
aktif secara biologis yang telah berkembang di lapisan paling atas kerak Bumi.
d) Udara
Udara merupakan campuran gas yang terdiri dar atmosfer Bumi. Udara terdiri dari
berbagai gas, yakni nitrogen, oksigen, karbon dioksida. Semua makhluk hidup
membutuhkan nitrogen untuk membentuk protein. Oksigen digunakan untuk bernapas
bagi makhluk hidup. Karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis.

e) Topografi
Topografi memiliki pengaruh besar bagi penyebaran makhluk hidup. Namun, yang
tampak jelas ada pada penyebaran tumbuhan. Karena adanya topografi yang
mengakibatkan intensitas cahaya, suhu, dan curah huhan yang berbeda-beda disetiap
tempat. Pada topografi ada beberapa faktor, yakni altitude dan latitude. Altitude
adalah ketinggian suatu tempat yang diukur dari permukaan lain. Sementara, latitude
adalah letak lintang yang diukur dari garis khatulistiwa.
f) Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik yang berada di udara dan tanah.
Kelembaban adalah kandungan uap air di udara, sedangkan kelembaban di tanah
berati kandungan air dalam tanah.
g) Garam mineral
Garam mineral adalah ion-ion nitrogen, fosfat, sulfur, kalsium, dan natrium yang ada
di dalam tanah dan lingkungan. Komponen garam mineral tertentu menentukan sifat
tanah dan air. Itu semua dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk melakukan
pertumbuhan dan proses metabolisme tubuh.

A. Peran Vriasi Biotik


Komponen biotik pada suatu ekosistem adalah makhluk hidup itu sendiri, sebab
ekosistem tak akan pernah terbentuk tanpa adanya makhluk hidup didalamya.
Keberadaan makhluk hidup kemudian membentuk suatu rantai makanan dalam suatu
ekosistem. Variasi komponen biotik memiliki peran dan fungsi masing-masing untuk
mempertahankan suatu bentuk ekosistem. Manusia sebagai komponen biotik utama
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan, pemusnahan, atau penyebaran
komponen biotik lain. Manusia berperan bagi kelangsungan hidup hewan atau tumbuhan.
Beberapa peran dari variasi komponen biotik, antara lain:
a) Organisme Autotrof atau Produsen
Disebut sebagai produsen karena organisme ini berperan sebagai produsen dalam
suatu ekosistem, ia mampu membuat makanannya sendiri, bahkan ia membuat
makanan bagi organisme lain yang tinggal di ekosistem.
b) Organisme Heterotrof (Konsumen)
Disebut sebagai konsumen karena organisme ini memiliki peran sebagai konsumen
dalam suatu ekosistem. Memiliki sifat yang berbeda dengan organisme pertama.
Organisme heterotrof ini memperoleh makanan dari organisme autotrof atau produsen
dan akan memakan sesama organisme heterotrof lainnya.
c) Pengurai atau Dekomposer
Merupakan Golongan terakhir dari variasi biotik dalam sebuah ekosistem. Pengurai
atau dekomposer ini memiliki perasn sebagai suatu organisme yang menguraikan sisa-
sisa makhluk hidup (heterotrof atau autotrof) yang telah mati.

4. Variasi Biotik dan Abiotik pada Ekosistem di Indonesia

Garis pantai Indonesia kurang lebih 81.791 kilometer, menjadikannya garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang wilayah perairan dangkal
memungkinkan wilayah perairan tersebut tumbuh subur dan menghuni berbagai
makhluk. Organisme ini menyebar ke seluruh subsistem ekosistem laut pesisir tropis
(Ahmad 2018).

. Hewan dapat dikelompokkan menurut jaringan yang menyusun tubuh dan ada tidaknya
kerangka (yaitu, vertebrata (vertebrata) dan invertebrata (bukan kerangka)). Invertebrata
menyumbang 95% dari semua hewan yang diketahui hidup di bumi. Moluska adalah
sejenis invertebrata, terdiri dari lima spesies gastropoda, gastropoda, cephalopoda, amfibi
dan scapulopoda. Gastropoda merupakan salah satu moluska yang paling banyak
dijumpai di Suppaods. Moluska merupakan metode budidaya rumput laut yang paling
umum di perairan Desa Tasiwalie di wilayah Supa (Irnaningtyas, 2013).

Gastropoda biasanya hidup di laut, meski ada juga yang hidup di darat. Tubuhnya
lembut, berlendir, dengan jubah, biasanya dilindungi oleh cangkang batu kapur. Selain
melindungi tubuh, cangkang ini juga melindungi organ isi lambung (Sulistyorini, 2009).
Gastropoda adalah moluska yang berjalan tengkurap dan disebut siput atau siput.
Gastropoda hidup bebas di berbagai habitat (darat, air tawar, dan laut) berupa karnivora
atau herbivora. Karnivora gastropoda memakan alga, rumput laut, tumbuhan air lunak
atau busuk, karnivora gastropoda memakan cacing, ikan atau kerang. Umumnya,
gastropoda memiliki cangkang berbentuk kerucut atau tabung bulat (seperti kepala), dan
kakinya memiliki telapak yang rata dengan silia dan berbagai sel kelenjar penghasil
lendir. Terdapat sekitar 60.000 spesies Gastropoda, antara lain bekicot (Achatina), siput
laut tanpa cangkang (Vaginula dan Chromodiris), dan siput air tawar (Lymnaea)
(Irnaningtyas 2013).

Faktor lingkungan mempengaruhi perlindungan organisme, termasuk jenis gastropoda


yang hidup bersama di tambak rumput laut (Eucheuma sp.). Semua ekosistem, termasuk
ekosistem darat (terestrial) dan ekosistem perairan (akuatik), tersusun dari komponen-
komponen. Menurut struktur dasar ekosistem, komponen ekosistem dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu komponen hayati dan komponen abiotik. Komponen biologis mencakup
semua makhluk hidup di bumi. Antara lain bakteri, fungi, alga, lumut, pakis, tumbuhan
tingkat tinggi, invertebrata dan hewan vertikal termasuk manusia. Menurut tingkat gizi
atau tingkat gizi, komponen hayati dalam ekosistem dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
komponen autotrofik dan komponen heterotrofik. Komponen non hayati adalah
komponen fisik dan kimiawi dalam ekosistem, dan merupakan media atau substrat bagi
terjadinya kehidupan. Komponen abiotik meliputi udara, air, tanah, garam mineral, sinar
matahari, suhu, kelembapan dan derajat keasaman (pH) (Irnaningtyas, 2013).

Pada Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmatullah Djunaid dan Henny Setiawati
dengan judul penelitian Gastropoda di Perairan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma sp.)
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang, mengatakan bahwa Terkait keanekaragaman
gastropoda pesisir, beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya peneliti menemukan
10 famili, 9 genera, dan 15 gastropoda di dekat perairan Kecamatan Soreang, Papepare.
Famili yang paling banyak dijumpai finch (Nassariida) adalah famili yang paling umum,
terdiri dari 6 spesies dan biasanya melimpah. Keanekaragaman gastropoda terletak pada
jenis cangkang yang kuat dan tebal, dengan tulang rusuk atau tonjolan searah. Lubang
kecil yang tipis dan transparan termasuk hewan (Djunaidi, 2018).

Anda mungkin juga menyukai