Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

“EKOSISTEM DARAT (EKOSISTEM DARAT DAN ALAMI)”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Praktikum IPA di SD”
Dosen pengampu
Septy Suryaningsih., S.Si., M.Pd

Oleh
HAFIZUL HADI : (859148888)

PGSD UNIVERSITAS TERBUKA MATARAM


POKJAR LOMBOK TENGAH PRAYA
2021
A. JUDUL PERCOBAAN
“ekosistem Darat (ekosistem Darat Alami dan Buatan)”

B. TUJUAN PERCOBAAN
“Membandingkan komponen-komponen yang terdapat pada ekosistem darat alami dan
buatan.”

C. ALAT DAN BAHAN


1. Seperangkat alat tulis
2. Loup / kaca pembesar (kami ganti dengan kamera HP atau Canon)
3. Barometer (aplikasi HP)
4. Lingkungan sekitar
D. LANDASAN TEORI
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam (Anonim,
2012):
Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur tangan
manusia. Contoh : padang rumput, gurun,laut. Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang terjadi
karena buatan manusia. Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun.
Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup Sebagai contoh,
ekosistem sawah terdiri atas hewan dan tumbuhan yang hidup bersama-sama. Pada
ekosistem sawah tersebut, terdapat rumput, tanaman padi, belalang, ulat, tikus, burung
pemakan ulat, burung elang,dan masih banyak lagi. Dalam ekosistem, terdapat satuan-satuan
makhluk hidup. Individu, populasi, komunitas, biosfer yang merupakan satuan makhluk hidup
dalam satu ekosistem, dan sinar matahari sangat berperan terhadap kelangsung-an hidup
satuan-satuan ekosistem tersebut ( Sowarno, 2009 ).
Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara
faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah satu
penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses alamiah atau
karena campur tangan manusia (Anonim, 2012)
Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan fisik atau tidak tidak hidup
(komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Berbagai jenis
makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan makhluk hidup dan
ekosistem :
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari
benda-benda tak hidup. Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan fi sik
dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah air,
udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Anonim, 2012).
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari
benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan
kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah air,
udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Anonim, 2012).
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena itu, air merupakan
komponen yang sangat vital bagi kehidupan. Sebagian besar tubuh makhluk hidup
tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air.
Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan
yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara
daerah satu dengan yang lainnya. Komponen abiotik lainnya adalah udara. Kita tidak bisa
menyangkal bahwa peranan udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Oksigen
yang kita gunakan untuk bernapas atau CO2 yang diperlukan tumbuhan untuk
berfotosintesis juga berasal dari udara. Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh atmosfer
yang merupakan lapisan-lapisan udara (Anonim, 2012).
Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban,
dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah
akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya matahari
juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya perbedaan
temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir
atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan pengaruh bagi organisme
(Budiati, 2006).
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup, karena
dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan
mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme
yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya
untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta yang merupakan hewan
khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup di lingkungan yang sangat
dingin, beradaptasi dengan memiliki bulu yang tebal. Selain itu, perbedaan suhu udara
juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga
organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan.
Tumbuhan yang hidup di daerah dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya,
membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis supaya tidak mudah
patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang
(Anonim, 2012).
Selain air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga
dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis
organisme, terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki
berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang me-makan pemakan
tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur
(komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya (Budiati,
2006 ).
Komponen abiotik yang juga tidak kalah penting adalah topografi dan iklim.
Topografi adalah letak suatu tempat dipandang dari ketinggian di atas permukaan air laut
(altitude) atau dipandang dari garis bujur dan garis lintang (latitude). Topografi yang
berbeda menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas cahaya, kelembaban, tekanan
udara, dan suhu udara, sehingga topografi dapat menggambarkan distribusi makhluk
hidup. Sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat yang luas
dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh interaksi berbagai komponen abiotik
seperti kelem baban udara, suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lain sebagainya
(Sulistyorini, 2009 ).
Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas tumbuhan dan
kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah yang beriklim tropis, seperti Indonesia,
memiliki hutan yang lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan
hujan tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai (Kistinnah,
2009 ).
2. Komponen Biotik

Komponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu
ekosistem. Contoh komponen biotik adalah manusia,hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme. Menurut peranannya dalam ekosistem, komponen biotik dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai. Organisme yang
berperan sebagai produsen adalah semua organisme yang dapat membuat makanan
sendiri. Organisme ini disebut organisme autotrof, contohnya adalah tumbuhan hijau.
Sedangkan organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof )
berperan sebagai konsumen ( Sowarno, 2009 ).
Tumbuhan merupakan organisme autotrof karena dapat membuat makanan
sendiri melalui fotosintesis. Dalam proses ini, bahan anorganik diubah menjadi senyawa
organik dengan bantuan sinar matahari. Melalui proses fotosintesis, gas hasil buangan
organisme lain diubah oleh tumbuhan menjadi zat gula, oksigen, dan energy ( Sowarno,
2009).
Selain mampu mencukupi kebutuhannya akan energi, produsen juga berperan
sebagai sumber energi bagi organisme lain. Energi yang dihasilkan produsen akan
dimanfaatkan oleh organisme lain melalui proses makan dan dimakan. Hewan pemakan
tumbuhan memperoleh energi dari tumbuhan yang dimakannya. Sedangkan hewan
pemakan tumbuhan tersebut juga bisa dijadikan sumber energi bagi hewan lain yang
memakannya. Organisme yang memperoleh makanan dengan cara demikian disebut
konsumen. Jadi, organisme yang berperan sebagai konsumen adalah organisme yang
tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut organisme heterotrof ( Subardi, 2009).
Berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsinya, konsumen dibedakan menjadi
tiga macam yaitu ( Subardi, 2009):
a. Herbivora adalah organisme pemakan tumbuhan. Contohnya adalah kerbau, sapi,
kambing, kelinci, dan zebra.
b. Karnivora adalah organisme pemakan hewan (daging). Misalnya singa, serigala,
harimau, kucing, dan elang.
c. Omnivora adalah organisme pemakan segala jenis makanan, baik tumbuhan maupun
hewan. Contoh omnivora adalah ayam, itik, dan manusia.

Selain produsen dan konsumen, terdapat pula organisme yang berperan sebagai
pengurai. Hilangnya tumbuhan dan hewan yang telah mati ini disebabkan oleh aktivitas
organisme pengurai atau dekomposer. Mereka berperan menguraikan (melakukan
dekomposisi) sisa-sisa organisme yang sudah mati (detritus). Karena memakan detritus,
organisme ini disebut juga detritivora (Budiati, 2006).
Organisme pengurai memperoleh makanan dengan cara mserombak sisa produk
organisme dan organisme yang mati dengan enzim pencernaan yang dimilikinya. Hasil
perombakan ini kemudian diserap sebagai makanan. Kegiatan pengurai memungkinkan
senyawa sederhana didaur ulang, sehingga dapat digunakan kembali oleh organisme
autotrof atau produsen. Contoh organisme yang termasuk pengurai adalah cacing tanah,
jamur, dan bakteri, lipan, luing, kutu kayu, rayap, nematoda, dan larva serangga (Budiati,
2006).
Semua rantai makanan mulai dengan organism autrofik, yaitu organism yang
melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau. Organism ini disebut produsen karena
hanya mereka yang dapat membuat makan daari bahan mentah anorganik. Setiap
organism, misalnya sapi atau belalang, yang langsung memakan tumbuhan disebut
konsumen primer atau herbivora. Karnivora seperti katak, yang memakan herbivore
disebut konsumen sekunder. Karnivora sebagaimana ular, yang memakan komponen
sekunder dinamakan konsumen tersier dan seterusnya. Kebanyakan hewan mengonsumsi
makan yang beragam dan pada gilirannya, menyediakan makan untuk berbagai makhluk
lain yang memangsanya. Jadi energy yang terdapat dari hasil bersih dari produsen itu
berlalu kedalam jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan adalah kumpulan berberapa
rantai makanan yang membentuk skema (Kimball, 1983).
Kumpulan dari berbagai komunitas pada suatu zona habitat disebut bioma. Bioma
di bumi bisa dikelompokkan menjadi bioma darat (terestrial) dan bioma perairan (akuatik).
Bioma terestrial terjadi karena daratan memiliki variasi geografi seperti ketinggian di atas
permu-kaan laut dan garis lintang. Di daratan terdapat 6 bioma yaitu bioma gurun, bioma
padang rumput, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan 4 musim, bioma taiga, dan bioma
tundra. Contoh bioma yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis (Budiati, 2006 ).
Kesemua bioma yang ada di bumi atau semua zona kehidupan di bumi disebut
biosfer (lapisan kehidupan). Biosfer meliputi semua lapisan kehidupan, dari dasar laut
yang dalam sampai lapisan udara di mana masih terdapat kehidupan. Biosfer merupakan
kumpulan semua komunitas dan ekosistem yang ada di planet bumi, meliputi semua
bagian dari lapisan bumi yang paling atas yaitu, ait, kulit bumi dan atmosfer (Budiati,
2009).
Terdapat dua model pertumbuhan yaitu model eksponensial dan model logistic
(Campbell, 2000):
a. Model eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan suatu populasi ideal dalam
lingkungan yang tidak terbatas. Model ini memprediksi bahwa semakin besar suatu
populasi akan semakin cepat populasi itu akan tumbuh.
b. Model logistic pertumbuhan populasi menyertakan konsep daya tampung.
Pertumbuhan eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas dalam populasi
apapun. Suatu model yang lebih nyata (realistis) membatasi pertumbuhan dengan
menyertakan daya tampung.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menentukan ekosistem darat alami disekitar tempat tinggal atau sekolah tempat mengajar
yang akan diamati komponen-komponenya.
2. Mengamati komponen-komponen abiotiknya meliputi suhu udara, pencahayaan, angin dan
jenis atau warna tanah.
3. Untuk mengamati suhu udara kami menggunakan barometer, suhu kami memnggunakan
thermometer, sedangkan untuk mengetahui pencahayaan, angin dan tanah kami
menggunakan perlakuan perkiraan kami sendiri.
4. Mencatat semua data pada table 2.1 dalam lembar kerja yang ada di modul.
5. Setelah kami mengamati komponen abiotik. Selanjutnya kami mengamati komponen-
komponen biotik dan mencatat semua yang ada di ekosistem tersebut.
6. Mulai mencatat jenis tumbuhan sebagi produsen lengkap dengan nama latinuya.
7. Mencatat semua jenis hewan sebagai konsumen yang kami lihat baik yang tetap atau
yang bersifat singgah saja (terbang).
8. Mengamati dengan lebih teliti hewan kecil baik yang ada didalam tanah atau di
permukaan/ disela sela daun, dengan mengguna kamera.
9. Semua data yang kami dapatkan dicatat di table 2.2 yang ada dimodul.
10. Sebagai pembandingnya kami menentukan ekosistem darat buatan yang ada disekitar
tempat tinggal atau sekolah tempat mengajar.
11. Melakukan kegiatan dari nomor 2 sampai dengan nomor 8 seperti diatas. Dan semua data
dicatat pada table 2.3 dan table 2.4 dalam lembar kerja di modul.
12. Membuat kesimpulan umum tentang perbedaan kedua tipe ekosistem tersebut.
F. HASIL PENGAMATAN
Table 2.1
Komponen abiotik ekosistem darat alami

No Komponen abiotik Kondisi/keadaan


1 Tanah Subur, lembab
2 Udara/ suhu 280 𝐶
3 Cahaya Terang
4 Angin Semilir
5 Air Sangat cukup
6 Batu Baik
Table 2.2
Komponen biotik ekosistem darat alami
Jenis tumbuhan Jenis hewan
No Nama bahasa Nama bahasa Pengurai
Nama latin Jumlah Nama latin jumlah
indo/daerah indo/daerah
1 Rumput teki Cyperus rotundus L Banyak Kadal Lacertilia 3 Cacing
2 Pegagan Centella asiatica Cukup Belalang sembah Mantodea 1 Lipan
3 Lumut kerak Lichenes Cukup Semut Formicidae Banyak Rayap
4 Pohon Jati Tectona grandis 13 Kupu-kupu Rhopalocera 5 Jamur
Lantana
5 Bunga Lantana 4 Biawak Varanus 1 Bakteri
montevidensis
Malacosoma
6 Ulat bulu americanum
4
7 Burung Aves 5
Table 2.3

Komponen abiotik ekosistem darat buatan

No Komponen abiotik Kondisi/keadaan


1 Tanah Tergenang sedikit air
2 Udara/ suhu 290 𝐶
3 Cahaya Terang
4 Angin Semilir
5 Air Sangat cukup

Table 2.4
Komponen biotik ekosistem darat buatan

Jenis tumbuhan Jenis hewan Pengurai


No Nama bahsa Nama latin jumlah Nama bahsa Nama latin jumlah
indo/daerah indo/daerah

1 Pohon kelapa Cocos nucifera L 1 Bekicot Achatina fulica 2 Bakteri

2 Padi Oryza sativa banyak Keong sawah Pila ampullacea 8 Cacing

3 Pohon mangga Mangifera indica 1 Belut Monopterus albus 1

4 Turi Sesbania grandiflora 5 Belalang Caelifera 5

5 Singkong Manihot esculenta 4


G. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada ekosistem darat alami dan
ekosistem darat buatan memiliki komponen abiotik yang tidak jauh berbeda yaitu terdiri dari
air, udara, batu, suhu, tanah dan cahaya. Akan tetapi pada komponen ekosistem abiotik alami
tanahnya lebih subur, lembab dan suhunyapun lebih rendah yaitu mencapa 280c, sedangkan
cahayanya terang, kondisi air yang ada dibukit tersebut cukup dan anginnya semilir.
Sedangkan pada ekosistem buatan atau sawah kondisi tanahnya tergenang air, suhunya lebih
tinggi yaitu mencapai 290 C. dan kondisi cahaya disawah lebih terang, anginya semilir dan
airnya sangat cukup.
Dari data yang dikumpulkan diatas jumlah biotik yang ada di ekosistem darat alami
dan ekosistem darat buatan jauh berbeda, dimana jumlah ekosistem darat alami, jumlah
biotiknya yang dapat kita temukan dan catat lebih beragam spesiesnya seperti jumlah
tumbuhan yang cukup dan beragam dan jumlah hewanya juga bervariasi mislanya kadal
berjummlah 3, belalang sembah 1, semut banyak, kupu kupu 5, biawak 1, ulat bulu 4 dan
burung 5. Karena jenis biotiknya beragam, jenis penguraipun yang kita temukan banyak sekali
seperti cacing, lipan, rayap, jamur dan bakteri. Sedangkan, ekosistem darat buatan yang
jumlah tumbuhan maupun hewan dan pengurai yang kita temui lebh sedikit jenis spesiesnya
antara lain dari tumbuhan seperti kelapa 1 buah, padi banyak, turi 5 singkong 4. Jika dilihat
dari jumlah hewanya terdapat bekicot 2, siput 8, belut 1 dan belalang 5. Jumlah pengurai yang
kita temukan juga hanya ada dua jenis yaitu bakteri dan cacing.
Perbedaan jumlah biotik pada ekosistem buatan dan alami dikarenakan pada
ekosistem darat alami terjaga kelastarianya oleh penduduk setempat dan begitu juga dengan
komponen biotik yang ada disana terus dijaga oleh penduduk setempat. Sehingga komponen
biotiknya bebas hidup seperti pohon- pohon yang tumbuh tanpa ditebang sembarangan,
begitupun dengan hewan yang mencari makan dan berkembangbiak secara bebas tanpa
adanya usikan dari manusia. Sedangkan pada ekosistem darat buatan disebabkan oleh
aktivitas manusia sperti pengkapan belut yang sengaja ditangkap petani untuk di masak,
sedangkan siput, ulat, begicot itu sengaja dibasmi petani karena bersifat hama perusak
tanaman padi. Jenis tumbuhan yang hidup disawahpun tergantug keinginan dari petani. Jadi
tumbuhan maupun hewan terbatas, tidak dapat hidup secara bebas.
H. KESIMPULAN

Dari pengamatan pada lingkungan sekitar dapat disimpulkan bahwa ekosistem darat
alami dengan ekosistem darat buatan memiliki komponen abiotik yang sama yaitu terdiri dari
air, udara, suhu, tanah, batu dan cahaya. Hanya berbeda pada komponen biotiknya.
Ekosistem darat alami tidak dikendalikan jumlah populasinya. Penyusun ekosistem alami
lebih lengkap karena dalam proses terjadinya tidak ada unsur campur tangan dari makhluk
hidup lainnya sedangkan komponen–komponen didalam ekosistem darat buatan bisa diatur
oleh manusia sehingga jumlah populasinya berkurang seperti, siput, bekicot, belut, ulat,
sengaja di basmi petani karena dapat berpengaruh pada hasil panennya.

I. PERTANYAAN - PERTANYAAN
Menurut pendapat anda ekosisstem manakah yang mempunyai jenis komponen
biotic lebih banyak? Mengapa demikian? Jelaskan secara singkat!
Jawaban ekosistem yang mempunyai komponen biotik lebih banyak adalah Komponen
biotik pada ekosistem darat alami karena pada ekosistem darat alami jenis makhluk hidupnya
tidak dikendalikan oleh manusia sehingga ekosistem yang hidup di darat alami bisa leluasa
hidup, berkembangbiak dan mencari makanan tanpa merasa terganggu dengan adanya
manusia, sedangkan ekosistem darat buatan populasinya masih dikendalikan oleh manusia.

J. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Pengaruh Faktor Biotik Ekosistem. http://novyjuli.blogspot.com. Diakses
tanggal 29 April 2021, pukul 22.00 WITA
Budiati, Herni, 2009. Biologi SMA. Gema Ilmu. Bandung.

Campbell, Neil A. dkk., 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Kimball, John W., 1983. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Sulistyorini, Ari, 2009. Biologi 1. Balai Pustaka. Jakarta.

Subardi, 2009. Biologi. Usaha Makmur. Jakarta.

Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Karya Mandiri Nusantara. Jakarta.


K. KESULITAN YANG DIALAMI
Kesulitan yang dialami adalah ketika kita mencari dan menentukan nama spesies hewan
maupun tumbuhan yang hidup di ekosistem darat alami maupun ekosistem darat buatan.
1. Saran
Bagi peneliti : dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperdalam pengetahuan
tentang ekosistem darat alami dan ekosistem darat buatan yang ada disekitar.
Bagi masyarakat : sebagai informasi untuk mempermudah mengenal mana yang
dimaksud dengan ekosistem darat alami dan ekosistem darat buatan, dan untuk
mengetahui pengaruh atau fungsi dari masing-masing komponen ekosistem.
2. Masukan
Laporan praktikum tentang ekosistem darat alami dan ekosistem darat buatan ini
jauh dari kata sempurna untuk itu peneliti bersifat terbuka jika ada masukan atau saran
bagi kami yang bersifat membangun dan peneliti juga terus melakukan perbaikan.

L. FOTO PRAKTUKUM
a. Tahap awal

b. Proses kegiatan
Komponen biotik ekosistem darat alami (jenis tumbuhan)
Komponen biotik ekosistem darat alami (jenis hewan)

Komponen biotik ekosistem darat alami (pengurai)


Komponen biotik ekosistem darat buatan (jenis tumbuhan)

Komponen biotik ekosistem darat buatan (jenis hewan)

Anda mungkin juga menyukai