Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM IPA

PESAWAT SEDERHANA

NAMA : JANUARIA KRISTI

NIM : 858056475

UPBJJ PONTIANAK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

2023
I. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah alat sederhana yang dipergunakan untuk mempermudah

manusia melakukan usaha. Pesawat sederhana berdasarkan prinsip kerjanya dibedakan

menjadi : tuas/pengungkit, bidang miring, katrol dan roda berporos/roda bergandar.

Pesawat sederhana mempunyai keuntungan mekanik yang didapatkan dari perbandingan

antara gaya beban dengan gaya kuasa sehingga memperingan kerja manusia..

B. Macam-Macam Pesawat Sederhana

1. Tuas atau Pengungkit

Menurut Much. Azam (2008) tuas adalah alat yang digunakan untuk mengungkit

benda yang berat. Tuas atau pengungkit dapat berupa kayu atau besi panjang yang

diberi gaya pada satu sisinya. Gaya yang diberikan pada pengungkit biasa disebut kuasa.

Jadi, kuasa adalah gaya yang diberikan pada suatu benda untuk memindahkannya.

Menurut Muslimin dkk dkk (2013) pada dasarnya sistem kerja sebuah tuas terdiri

dari beban (B), titik tumpu (TP), dan kuasa (K). Beban adalah berat benda, sedangkan

titik tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya, dan kuasa adalah gaya yang

bekerja pada tuas.

Menurut Much. Azam (2008) berdasarkan titik beben, titik tumpu, dan titik kuasa

pengungkit dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Pengungkit jenis Pertama


Pada pengungkit jenis pertama, titik tumpunya terletak diantara titik beban dan titik

kuasa. Contoh alat pengungkit jenis pertama adalah obeng, pemotong kuku, tang,

pencabut paku, linggis dan gunting.

b. Pengungkit Jenis Kedua

Pada pengungkit jenis kedua, titik bebannya terletak diantara titik tumpu dan titik

kuasa. Contohnya pemecah biji-bijian, pembuka tutup botol, dan gerobak roda satu.

c. Pengungkit Jenis Ketiga

Pada pengungkit jenis ketiga, titik kuasanya terletak diantara titik tumpu dan titik

beban. Contohnya sekop, alat penjepit es, stapler, dan pingset.

2. Bidang Miring

Bidang miring merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang digunakan untuk

memindahkan benda dengan lintasan yang miring. Keuntungan mekanik bidang miring

bergantung pada panjang landasan bidang miring dan tingginya. Semakin kecil sudut

kemiringan bidang, semakin besar keuntungan mekanisnya atau semakin kecil gaya

kuasa yang harus dilakukan. Pemanfaatan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari

terdapat pada tangga dan jalan di daerah pegunungan.

3. Katrol

Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya pada katrol juga

terdapat tali atau rantai sebagai penghubungnya. Berdasarkan cara kerjanya, katrol
merupakan jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban. Katrol

digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk.

a. Katrol Tetap

Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak berpindah pada saat digunakan.

Katrol jenis ini biasanya dipasang pada tempat tertentu. Pada katrol tetap, panjang

lengan kuasa sama dengan lengan beban sehingga keuntungan mekanik pada katrol

tetap adalah 1, artinya besar gaya kuasa sama dengan gaya beban. Contoh : katrol yang

digunakan pada tiang bendera dan sumur timba.

b. Katrol Bebas

Berbeda dengan katrol tetap, pada katrol bebas kedudukan atau posisi katrol

berubah dan tidak dipasang pada tempat tertentu. Katrol jenis ini biasanya ditempatkan

di atas tali yang kedudukannya dapat berubah. Salah satu ujung tali diikat pada tempat

tertentu. Jika ujung yang lainnya ditarik maka katrol akan bergerak. Katrol jenis ini bisa

kita temukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan. Pada katrol bebas,

panjang lengan kuasa sama dengan dua kali panjang lengan beban sehingga keuntungan

mekanik pada katrol tetap adalah 2, artinya besar gaya kuasa sama dengan setengah dari

gaya beban

c. Katrol majemuk

Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas. Kedua

katrol ini dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol
bebas. Salah satu ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang

lainnya ditarik maka beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke

atas. Keuntungan mekanik pada katrol majemuk adalah sejumlah tali yang digunakan

untuk mengangkat beban.

4. Roda Berporos

Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah poros yang

dapat berputar bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat

sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda

sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Praktikum I: Pengungkit

1. Alat

a. Tiang neraca

b. Dudukan neraca beralur

c. Lengan neraca beralur

d. Penggantungan piring neraca

e. Piring neraca

f. Neraca pegas

g. Kubus aluminium

h. Kotak KIT IPA


2. Langkah Kerja

a. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan.

b. letakkan tiang neraca tegak lurus (berdiri) di atas meja.

c. Memasukkan lengan neraca beralur ke dalam dudukan neraca beralur.

d. Meletakkan dudukan neraca di atas tiang neraca pada kedudukan yang seimbang.

e. Meletakkan piring neraca pada ujung kiri lengan neraca beralur dengan

menggunakan penggantung piring neraca.

f. Mengaitkan neraca pegas pada ujung lengan kanan neraca beralur.

g. Meletakkan kubus aluminium di atas piring neraca.

h. Menarik neraca pegas agar terjadi keseimbangan antara lengan kanan dan lengan

kiri. Kemudian mencatat panjang regangan pegas.

i. Mengulang kegiatan di atas dengan memindahkan titik tumpu neraca, yakni, yng

pertama bergeser dua lubang kekanan dan yang kedua bergeser dua lubang ke kiri.

Kemudian mencatat panjang regangan pegas masing-masing.

j. Menjawab pertanyaan sesuai hasil pengamatan.

k. Membuat kesimpulan dari percobaan tersebut.

B. Praktikum II: Bidang Miring

1. Alat

a. Tutup kotak resonansi

b. Neraca pegas
c. Kubus kayu

d. Kubus aluminium

e. Kotak KIT IPA

f. Papan plastik

2. Langkah Kerja

a. Menyediakan alat dan bahan

b. Mengangkat kotak resonansi dengan cara mengaitkan pengait pada neraca pegas

pada kaitan kotaak resonansi. Menghitung regangan pegas.

c. Membuat bidang miring dengan cara memiringkan papan plastik dan

meletakkan kotak resonansi yang telah dikaitkan di atas bidang miring tersebut.

Menarik kotak resonansi dari bawah ke atas dan menghitung panjang regangan

pegas.

d. Malandaikan kemiringan papan plastik dan menarik kotak resonansi dari bqwah

ke atas. Menghitung regangan pegas.

e. Meninggikan kemiringan papan plastik dari kondisi awal dan menarik kotak

resonansi dari bawah ke atas. Menghitung panjang regangan pegas.

f. Membuat table pengamatan sesuai krativitas, kemudian mengisi table tersebut

sesuai hasil pengamatan.

g. Membandingkan panjang regangangan pegas pada langkah 1, 2, dan 3, 4, dan 5,

kemudian membuat kesimpulan.


C. Praktikum III: Katrol

1. Alat

a. Piring neraca.

b. Katrol tunggal 2 buah.

c. Penggantung piring.

d. Kubus kayu

e. Gantungan hampa udara

f. Kubus aluminium.

g. Mur baut dudukan.

h. Tali.

2. Langkah kerja

a. Menyediakan alat dan bahan.

b. Menggantung piring neraca pada neraca pegas dan mengisi piring neraca dengan

kubus kayu dan aluminium, kemudian menghitunh panjang regangan neraca

pegas tersebut.

c. Memasang gantungan hampa udara pada dinding yang permukaannya halus,

kemudian menggantung neraca pegas yang telah dibebani piring neraca pada

gantungan hampa udara yang telah dikaitkan dengan katrol. Meletakkan kubus

kayu diatas piring neraca. Menghitung panjang regangan neraca pegas tersebut.
d. Melakukan langkah kerja nomor 2 dan mengaitkan katrol kedua lalu meletakkan

kubus aluminium dan kubus kayu di atas piring neraca. Menghitung panjang

regangan neraca pegas tersebut.

e. Mencari selisih antara langkah 1, 2, dan 3, kemudian membuat kesimpulan pada

percobaan ini.

III. ANALISIS HASIL PRAKTIKUM

A. Analisis Hasil Praktikum I: Pengungkit

Sebelum praktikum I dimulai, terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang

dibutuhkan, seperti tiang neraca, dudukan neraca beralur, lengan neraca beralur,

penggantungan piringan neraca, piring neraca, neraca pegas, kubus aluminium, dan

kotak KIT IPA. Selanjutnya tiang neraca diletakkan tegak lurus di atas meja. Kemudian

lengan neraca beralur dimasukkan ke dalam dudukan neraca beralur, dan dudukan

neraca diletakkan di atas tiang neraca pada kedudukan yang seimbang, serta piringan

neraca diletakkan pada ujung kiri lengan neraca beralur dengan menggunakan

penggantug piring neraca. Setelah itu neraca pegas dikaitkan pada ujung lengan kanan

neraca beralur.

Setelah itu, kubus aluminium diletakkan di atas piring neraca, kemudian neraca

pegas di tarik pada kedudukan yang seimbang. Kegiatan tersebut diulangi dengan

memindahkan titik tumpu neraca yakni, yang pertama bergeser dua lubang ke kanan dan

yang kedua bergeser dua lubang ke kiri. Pada saat seimbang panjang panjang regangan
sebesar 0,3N, pada saat di geser 2 kali ke kanan sebesar 0,4N, sedangkan pada saat

digeser 2 kali ke kiri sebesar 0,2N.

B. Analisis Hasil Praktikum II: Bidang Miring

Sebelum praktikum ke II dimulai terlebih dahulu menyiapkan alat bahan yang

dibutuhkan, seperti tutup kotak resonansi, neraca pegas, kubus kayu, kubus aluminium,

kotak KIT IPA, dan papan plastik. Kemudian kotak resonansi dikaitkan pada neraca

pegas, selanjutnya kotak resonansi di tarik pada bidang miring, dan pada saat papan

dilandaikan, serta pada saat bidang miring ditinggipapan ditinggikakan. Pada saat kotak

resonansi dikaitkan pada neraca pegas panjangnya sebesar 0,9N. Kemudian pada saat di

tarik pada bidang miring panjang pegangan pegas sebesar 0,4N, pada saat papan

dilandaikan panjang pegas sebesar 0,4N, sedangkan pada saat ditinggikan panjang pegas

ssebesar 0,5N.

C. Analisis Hasil Praktikum III: Katrol

Sebelum melakukan pengamatan terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang

dibutuhkan, seperti piring neraca, katrol tunggal 2 buah, penggantung piring, kubus

kayu, gantungan hampa udara, kubus aluminium, mur baut dudukan, dan tali.

Kemudian, piring neraca di gantung pada neraca pegas dan mengisi piring neraca

dengan kubus kayu serta kubus aluminium. Selanjutnya, gantungan hampa uadara di

pasang pada dinding yang permukaannya halus, kemudian menggantung neraca pegas

yang telah dibebani piring neraca pada gantungan hampa udara yang telah dikaitkan
dengan katrol, dan piring neraca di isi dengan kubus kayu. Selanjutnya kubus kayu dan

kubus aluminium di letakkan bersamaan di atas piring neraca. Pada jenis katrol tetap

panjang regangan sebesar 0,3N, pada jenis katrrol majemuk panjang regangan sebesar

0,4, sedangkan jenis katrol bebas panjang regangan sebesar 0,6N.

D. Analisis Hasil Praktikum IV: Roda

Sebelum melakukan pengamatan terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang

dibutuhkan, seperti kereta roda empat, kotak resonansi dan neraca pegas. Selanjutnya

neraca pegas dikaitkan dengan kotak resonansi, kemudian pasanglah kereta roda empat

sebagai alat pengangkut. Pada saat neraca pegas dikaitkan dengan kotak resonansi,

panjang regangannya sebesar 1,0N, sedangkan pada saat dipasangkan kereta beroda

empat diatas papan plastik panjang regangannya sebesar 0,4N, maka didapat selisih

antara keduanya.

IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan Praktikum I: Pengungkit

Dari pengamatan yang telah dilakukun dapat disimpulkan bahwa semakin dekat

titik tumpu terhadap beben, maka panjang regangannya semakin kecil dan semakin jauh

titik tumpu terhadap beban, maka panjang regangannya semakin besar.

B. Kesimpulan Praktikum II: Bidang Miring


Dari pengamatan yang telah dilakukun dapat disimpulkan bahwa semakin tingi

bidang miring yang dilalui oleh kotak resonansi, maka pergerakannya akan lambat dan

panjang regangan pegasnya semakin besar. Begitu pula sebaliknya.

C. Kesimpulan Praktikum III: Katrol

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, apabila

sebuah benda dikaitkan dengan katrol untuk mengangkat beban maka panjang

regangannya semakin kecil. Sedangkan ketika tidak menggunakan katrol, panjang

regangannya akan semakin besar. Maka dari prcobaan tersebut dapat diketahui selisih

antara katrol tetap ke katrol majemuk sebesar 1N, dan selisih dari katrol majemuk ke

katrol bebas sebesar 0,2

D. Kesimpulan Praktikum IV: Roda

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

penggunaan roda mempengaruhi panjang regangan neraca pada kotak resonansi.

Apabila sebuah roda dijadikan titik tumpu, maka regangan pegas akan semakin kecil,

sedangan ketika tidak menggunakan roda, maka panjang regangannya semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai