Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEKNOLOGI PENGELOLAAN HAMA

MENGENAI EKOSISTEM
Dosen Pengampu : Chiayatus Solichah, IR,MP.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Muhammad Arief Soehuddin 134200259
Ari Try Kurniawan 134210022
Dhoni Rahmadi Asih 134210023
M. Thifaluddin Iftinan Hidayat 134210028
Triasna Apriliana Delvi 134210039
Afifah Az-zahra Dly 134210049

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ekosistem merupakan sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang saling
mempengaruhi. Hubungan ini dikatakan suatu sistem karena memiliki
komponenkomponen dengan fungsi berbeda yang terkoordinasi dengan baik
sehingga masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik.
Komponen-komponen dalam ekosistem, yaitu komponen biotik (komponen
makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuhan dan mikroba, sedangkan
komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan
energi (Indriyanto, 2006).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan
sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan.
Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan, pakaian,
perumahan, obat dan sebagainya. Selain jenis-jenis tumbuhan tersebut ada
sebagian kecil tumbuhan yang termasuk golongan tumbuhan mengandung zat
racun, walaupun tidak begitu membahayakan bagi kehidupan kita. Banyak
tumbuhan liar lainnya yang sampai saat ini merupakan sumber daya hayati
tetapi belum diketahui manfaat maupun kerugian yang mungkin
ditimbulkanya (Kuncoro, 2006).
Sejak mengenal bercocok tanam, masyarakat sering mengalami gangguan
yang bersifat menghambat, merusak, menghancurkan, atau menggagalkan
panen. Di beberapa lokasi, adanya gangguan hama menyebabkan masyarakat
tidak dapat melakukan budidaya tanaman. Sebenarnya sejak benih disebarkan
hingga tanaman dipanen selalu dihadapkan kepada gangguan alami yang
bersifat biotik maupun abiotik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil
panen yang sesuai dengan kemampuan genetiknya seperti benih induk semula
maka masyarakat harus mampu mencegah atau mengatasi terjadinnya
gangguan pada tanaman tersebut. Di alam ada 2 golongan besar pengganggu
tanaman yaitu biotik (gulma, penyakit tumbuhan, dan hama) dan abiotik
(cuaca) (Sinaga, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekosistem itu?
2. Apa saja macam-macam Ekosistem?
3. Bagaimana peranan ekosistem dalam perkembangan hama?
4. Komponen apa saja yang dimiliki oleh ekosistem?
5. Apa saja factor yang mempengarui ekosistem?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa itu ekosistem.
2. Mengetahui macam-macam ekosistem.
3. Mengetahui peranan ekosistem dalam perkembangan hama.
4. Mengetahui komponen apa saja yang ada dalam sustu ekosiskem.
5. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi ekosistem.
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Ekosistem
Organisme-organisme di alam memiliki hubungan yang tidak
terpisahkan dengan lingkungannya dan hubungan tersebut Saling
mempengaruhi satu sama lain yang dikenal sebagai ekosistem. Menurut
Mulyadi (2010, hlm.1) mengatakan, “Istilah ekosistem pertama kali
diperkenalkan oleh Tansley (1935). Ia mengemukakan bahwa hubungan
timbal balik antara komponen biotik (tumbuhan, hewan, manusia, mikroba)
dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dsb.) di alam, sebenarnya
merupakan hubungan antara komponen yang membentuk suatu sistem”. Pada
pengertian lain mengenai ekosistem, menurut Irwan (2017, hlm. 28)
mengatakan, “Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari
komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan
lingkungannya di mana terjadi antar hubungan”. Berdasarkan pernyataan-
pernyataan di atas mengenai pengertian ekosistem, dapat disimpulkan bahwa
ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya dan akan membentuk suatu sistem yang di mana
merupakan unit utama dalam kajian ekologi.
B. Macam-macam Ekosistem
1. Ekosistem darat atau bioma merupakan daerah yang memiliki sifat, iklim,
dan tempat berkumpulnya berbagai macam makhluk hidup dengan tingkat
geografis yang sama. Berikut ini jenis-jenis ekosistem darat:
a. Ekosistem bioma gurun, terdapat di daerah tropik yang berbatasan
dengan padang rumput. Ekosistem padang rumput, terdapat di
wilayah atau daerah tropis hingga mempunyai iklim sedang.
b. Ekosistem hutan hujan tropis, terdapat di daerah yang memiliki iklim
tropis, yakni negara atau daerah yang dilalui oleh garis khatulistiwa.
c. Ekosistem hutan gugur, terdapat di daerah yeng mengalami empat
musim, yakni musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim
semi.
d. Ekosistem taiga, berada di wilayah atau daerah di antara daerah
pemiliki iklim sub tropis denagan daerah yang memiliki iklim kutub.
e. Ekosistem tundra, berada di daerah terdingin yang ada di bumi,
seperti A,ntartika yang biasanya selama musim dingin tidak adanya
cahaya matahari yang masuk.
f. Ekosistem savana, atau sabana berupa padang rumput dengan
diselingi oleh beberapa pohon serta berada di daerah yang memiliki
iklim tropis.

2. Ekosistem air merupakan ekosistem yang komponen terbesarnya


terdiri dari air. Secara umum, ekosistem air dibedakan menjadi
ekosistem air tawar dan air laut. Berikut ini jenis-jenis ekosistem air:

a. Ekosistem air tawar, memiliki kadar garam yang sedikit dan dapat
dibedakan berdasarkan keadaan air.
b. Ekosistem laut, memiliki kadar garam yang tinggi dan memiliki
pergerakan air yang dapat dipengaruhi oleh arah angin.
c. Ekosistem Estuary, merupakan tempat bersatunya sungai dengan
laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang
luas atau rawa garam.
d. Ekosistem pantai, letaknya berbatasan dengan ekosistem darat dan
daerah pasang surut. Kondisi ekosistem pantai sangat dipengaruhi
oleh siklus harian pasang surut air laut.
e. Ekosistem sungai. Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke
satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit
sedimen dan makanan.
f. Ekosistem terumbu karang, adalah daerah neritik yang perairannya
masih dapat ditembus matahari, sering ditumbuhi suatu komunitas
khusus berupa karang batu dan organisme-organisme tertentu.
g. Ekosistem laut dalam, yang dimaksud ekosistem laut dalam di sini
adalah laut dengan kedalaman lebih dari 6.000 meter. Ekosistem
ini tidak mendapat akses cahaya matahari yang cukup dan sangat
gelap karena berada di kedalaman laut.
3. Ekosistem buatan atau ekosistem artifisial adalah ekosistem yang
diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Definisi
ekosistem buatan juga mencakup ekosistem yang terbentuk karena
aktivitas atau usaha manusia dalam pengelolaan atau untuk
mengadakan perubahan terhadap lahan. Contoh ekosistem buatan,
seperti bendungan, sawah irigasi, perkebunan sawit, hutan tanaman
produksi, dan lain-lain.
C. Peranan Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan yang secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup dan saling
mempengaruhi. Ekosistem sebagai penggabungan dari setiap unit
biosistem. Jadi peranan ekosistem yaitu:
1. Sebagai sumber bahan makanan bagi makhluk hidup lain. Misalnya
produsen menyediakan bahan makanan bagi konsumen primer
(herbivora), konsumen primer menyediakan makanan bagi konsumen
sekunder (karnivora), dan seterusnya.
2. Berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang
dinamis. Contohnya keberadaan harimau (karnivora) di suatu padang
rumput untuk mencegah terjadinya ledakan populasi herbivora di
wilayah tersebut, agar ketersediaan rumput selalu terjaga. Kehadiran
predator dan parasitoid ikut mengontrol populasi hama agar tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar.
3. Menjamin tetap berlangsungnya daur ulang sampah organik di
ekosistem. Contohnya jamur dan bakteri pengurai berperan
menguraikan sampah organik menjadi zat-zat anorganik yang sangat
diperlukan bagi kehidupan tumbuhan dan sekaligus dapat mengatasi
masalah sampah organik.
4. Sebagai sumber senyawa anorganik yang sangat diperlukan bagi
kehidupan. Contohnya tanah merupakan sumber air dan unsur hara
penting bagi kehidupan tumbuhan dan makhluk hidup yang lain. Udara
merupakan sumber CO2 untuk fotosintesis tumbuhan, juga sebagai
sumber O2 bagi semua makhluk hidup.
5. Membantu mengatasi permasalahan polusi. Misalnya tumbuhan
menyerap CO2 udara untuk fotosintesis, menyediakan O2 bagi
organisme lain.

D. Komponen Dalam Ekosistem


Ekosistem adalah suatu kesatuan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan ini saling
memberikan pengaruh di antara keduanya. Ekosistem terdapat di semua
belahan bumi. Ada ekosistem hutan, ekosistem laut, ekosistem padang
rumput, dan lain-lain.Tentunya ekosistem ini mempunyai komponen untuk
melakukan kegiatan timbal balik tersebut. Komponen dalam ekosistem ada
2, yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik adalah komponen
ekosistem yang terdiri dari semua makhluk hidup, sementara komponen
abiotik adalah komponen yang tidak hidup.
1. Komponen biotik
Komponen biotik adalah semua makhluk hidup yang terdapat
dalam sebuah ekosistem, baik itu tumbuhan, hewan, bahkan makhluk
mikroskopik seperti bakteri. Komponen ini nantinya akan membentuk
sebuah rantai makanan yang akan menjaga kestabilan sebuah
ekosistem. Komponen biotik dalam sebuah ekosistem dapat dibedakan
menjadi beberapa macam tergantung dari cara mendapatkan
makanannya, yaitu organisme autotrof atau produsen, heterotrof atau
konsumen, dan dekomposer atau pengurai.
a. Produsen /autotroph
Organisme ini adalah semua makhluk hidup yang mampu
membuat makanannya sendiri. makhluk hidup ini adalah
tumbuhan, tumbuhan dapat menghasilkan makanannya sendiri
karena mempunyai klorofil dan berfotosintesis. Klorofil atau zat
hijau daun adalah salah satu komponen yang digunakan oleh
tumbuhan dalam menghasilkan makanannya, jika suatu mahluk
hidup tidak mempunyai klorofil maka dia tidak dapat disebut
sebagai produsen. Syarat kedua sebagai organisme autotrof adalah
berfotosintesis. Fotosintesis adalah kegiatan memproduksi
makanan yang terjadi pada tumbuhan dengan memanfaatkan sinar
matahari, klorofil dan karbon dioksida, kegiatan ini menghasilkan
makanan yang diperlukan oleh tumbuhan, selain itu kegiatan
fotosintesis ini mengeluarkan hasil berupa oksigen yang berguna
untuk mahluk hidup lain untuk bernapas.
b. Konsumen/heterotroph
Organisme ini adalah organisme yang tidak dapat membuat
makanannya sendiri dan bergantung kepada organisme lain sebagai
bahan makanannya. Contohnya seperti makhluk herbivora,
karnivora, dan omnivora.
1) Herbivora. Herbivora adalah organisme yang sumber
makanannya adalah daun dan tumbuhan, contoh dari herbivora
adalah kambing, sapi, kuda, kerbau, dan lain sebagainya.
2) Karnivora. Karnivora adalah organisme yang sumber
makanannya berupa daging, hewan ini memenuhi kebutuhan
makanannya dengan cara memangsa organisme lain. Misalnya
macan, singa, ikan hiu dan lain sebagaimya.
3) Omnivora. Omnivora adalah organisme yang memenuhi
kebutuhan makanannya dengan daging atau tumbuhan,
organisme ini biasanya menyesuaikan makanan utamanya
tergantung dengan sumber makanan mana yang melimpah,
daging atau tumbuhan. Contohnya adalah beruang, babon, dan
manusia.
c. Pengurai/decomposer
Organisme pengurai adalah tubuh renik yang bertugas
untuk melakukan penguraian jasad organisme. Saat organisme
mati, pengurai menguraikan semua sisa organisme yang mati itu
untuk dijadikan mineral dan unsur hara tanah. Hal ini menjaga
keseimbangan ekosistem karena apa yang diambil akan kembali
lagi untuk memenuhi kebutuhan generasi selanjutnya. Contohnya
adalah, bakteri, jamur, cacing tanah dan lain-lain.

2. Komponen abiotic
Adalah komponen tidak hidup yang mendukung serta menjaga
keseimbangan suatu ekosistem, hal yang termasuk dalam komponen
abiotik adalah:
a) Air
b) Udara
c) Cahaya matahari
d) Jenis Tanah
e) Kelembapan
f) Iklim
g) Ph (derajat keasaman)
komponen abiotik masih banyak lagi, karena seperti yang sudah
disebutkan di atas, komponen ini terdiri dari komponen yang tidak
hidup. Komponen inilah yang menentukan makhluk apa yang bisa
bertahan hidup dan tidak dalam sebuah ekosistem. Maka dari itu peran
komponen biotik dan abiotik sama besarnya dalam menjaga
kelangsungan kehidupan di bumi.

E. Faktor yang Mempengaruhi Ekosistem


Ekosistem terbentuk karena adanya faktor abiotik dan biotik yang
saling berinteraksi di dalamnya. Jika terjadi gangguan pada salah satu
faktor maupun keduanya akan mengakibatkan kerusakan dan ketimpangan
pada ekosistem tersebut. Efek dari kerusakan ekosistem ini sendiri bisa
dapat langsung dirasakan oleh setiap komponen yang bergantung padanya
atau bisa juga efek tersebut akan terasa dalam kurun dan jangka waktu
tertentu secara perlahan.
Pada dasarnya terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi
keseimbangan dari ekosistem sendiri. Faktor yang mempengaruhi
keseimbangan ekosistem sendiri kebanyakan memang akan dipengaruhi
oleh perilaku manusia ada beberapa faktor perusak yang sangat
berpengaruh terhadap ekosistem seperti;
1. Penggunaan pertisida berlebihan
Pestisida adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengusir
hama pada tanaman. Jenis dari pestisida itu sendiri sangat banyak
sekali. Ada yang memang diperuntukan untuk serangga, hewan dan
tanaman. Namun, jika penggunaan pestisida ini dilakukan dalam kurun
waktu lama, maka timbunan bahan kimia yang terkandung akan sangat
berbahaya Penggunaan pestisida yang berlebih bisa mengganggu
siklus rantai makanan pada ekosistem tersebut.

2. Pembakaran lahan
Faktor yang satu ini merupakan salah satu faktor yang bisa
dikatakan sangat berbahaya. Pembakaran hutan adalah faktor perusak
yang membutuhkan waktu lama untuk dapat pulih kembali. Kerusakan
yang terjadi pun akan berlangsung pada skala besar. Pada beberapa
kejadian kebakaran hutan dapat menyebabkan terganggunya beberapa
jenis makhluk hidup didalamnya

3. Pengrusakan terumbu karang


Ekosistem laut adalah salah satu ekosistem yang membutuhkan
waktu lama untuk pulih. Proses pemulihan ini sendiri tidak dapat pulih
dalam hitungan satu atau dua tahun saja Salah satu komponen yang
sangat penting adalah Terumbu karang yang membutuhkan waktu
lama untuk tumbuh.
4. Perburuan yang berlebih
Terkadang manusia melakukan pemburuan secara berlebih pada
satu hama tertentu proses perburuan yang berlebih ini sendiri dapat
berdampak pada munculnya jenis makhluk hidup lain secara berlebih
yang justru akan cukup membahayakan.

5. Pembuangan sampah
Masalah sampah adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi
Setiap haru jumlah penumpukan sampah akan selalu bertambah.
Padahal sampah sendiri memiliki efek yang buruk pada lingkungan itu
sendiri.
6. Faktor alam
Faktor yang satu ini lebih terfokus pada kerusakan yang
ditimbulkan oleh alam Biasanya hal ini berupa tanah longsor gempa
dan beberapa faktor lain yang disebabkan oleh alam Namun, faktor ini
biasanya akan sangat jarang terjadi.

F. Dampak Ketidakseimbangan Ekosistem


Ekosistem tersusun dari komponen biotik dan komponen abiotik
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Keseimbangan ekosistem disebut juga dengan homeostatis, yaitu
kemampuan ekosistem untuk dapat menahan berbagai perubahan dalam
sistem secara menyeluruh. Sistem yang dimaksud meliputi penyimpanan
zat hara, pertumbuhan dan perkembangan organisme yang ada, pelepasan
zat hara di lingkungan, reproduksi organisme dan juga meliputi sistem
penguraian jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati. Ekosistem di
katakan seimbang apabila komposisi di antara komponen komponen
penyusun ekosistem (komponen biotik dan komponen abiotik) dalam
keadaan seimbang atau berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah
maupun peranannya dalam lingkungan. Ekosistem yang seimbang,
keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat
terpelihara. Keseimbangan ekosistem tersebut berdampak signifikan pada
keselerasan serta kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Perubahan yang terjadi pada ekosistem dapat mempengaruhi
keseimbangannya. Ketidakseimbangan ekosistem dapat terjadi apabila

salah satu komponen pada ekosistem tersebut rusak. Apabila


keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami atau dapat juga akibat
aktivitas dan tindakan manusia.

Gambar 1 piramida makanan dari jarring jarring kehidupan

Contoh dari dampak ketidakseimbangan ekosistem dapat dijabarkan


sebagai berikut: seumpama katak pada contoh rantai makanan di atas
dihilangkan, apa yang akan terjadi? Kemungkinan yang terjadi adalah
jumlah belalang akan meningkat karena tidak ada pemangsanya.
Kebalikannya jumlah ular akan berkurang karena tidak ada makanan.
Yang terjadi berikutnya adalah belalang pun akan banyak yang mati
karena jumlah rumput tidak bisa memenuhi kebutuhan makan belalang
yang jumlahnya bertambah banyak.
Berdasarkan ilustrasi di atas, sebuah ekosistem akan seimbang dan
terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih banyak daripada
jumlah konsumen I, jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada
konsumen II, dan seterusnya. Apabila kondisi tersebut digambarkan maka
akan terbentuk suatu piramida makanan. Contoh piramida makanan dari
jaring-jaring kehidupan dapat dilihat pada Gambar 1.

G. Kesimpulan
Jadi dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa: Ekosistem
adalah hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terbagi menjadi 2 yaitu ekosistem
alami dan ekosistem buatan. Komponen utama penyusun ekosistem yaitu
ada faktor biotik, faktor abiotik. Komponen biotik adalah komponen
ekosistem yang terdiri dari makhluk tak hidup atau benda mati. Sedangkan
komponen abiotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari makhluk
hidup yang meliputi hewan, tumbuhan dan manusia. Hubungan saling
ketergantungan ada mencari makanan, berkembang biak, rantai makanan,
jaring- jaring makanan, piramida makanan. Jenis interaksi ada netralisme,
kompetisi, predasi, parasitisme, mutualisme,dan lain sebagainya.
Ketimpangan dalam komponen-komponen ekosistem dapat menyebabkan
ketidakseimbangan ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA

Irwan. (2014). Prinsip-prinsip Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Soemarwanto, Otto. (2014). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.


Jakarta: Djambatan

Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati. Yogyakarta :


Pustaka PelajarZ

Ward, R.D., Friess, D.A., Day, R.H., & MacKenzie, R.A., 2016. Impacts of
Climate Change on Mangrove Ecosystems: A Region by Region
Overview.Ecosystem Health and Sustainability,2(4), pp.e01211.

Anda mungkin juga menyukai