AGROFORESTRY
Disusun Oleh :
Riski Mardiansah
195001516031
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam paper ini adalah :
1. Bagaimana penerapan agroteknologi dalam agroforestry?
2. Apa saja macam-macam agroforestry yang digunakan?
C. Tujuan
Paper ini bertujuan untuk mengetahui berbagai penerapan agroteknologi
dalam agroforestry dan macam-macam agroforestry yang sudah digunakan.
BAB II
ISI/PEMBAHASAN
Dalam jurnal kehutanan yang dibuat oleh Ebedly Lewerissa, Budiadi, Suryo
Hardikusumo, dan Subejo (2020) Di Desa Samuda, Kecamatan Galela Barat,
Kabupaten Halmahera Utara, dalam mengelola lahan awalnya mereka tidak
mengenal sistem pola tanam agroforestri, mereka mengelola lahan di cara yang
sangat sederhana, dan mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka, yaitu sistem
monokultur kelapa yang kemudian berkembang menjadi sistem polikultur atau
dicampur dengan jenis tanaman lain. Namun jika dilihat dari kegiatan pengelolaan
lahannya, ada 2 (dua) pola tanam yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu:
Kedua pola tanam ini mampu memberikan banyak kontribusi. Dari segi
ekologi, petani berpendapat bahwa pola tanam campur dapat meningkatkan
ketahanan terhadap penyakit tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian
Chakraborty et al (2015) yang menyatakan bahwa sistem pertanian agroforestri
mampu mengendalikan serangan hama tanaman dan meningkatkan produksi
tanaman pangan.
Sementara itu, Iryeni Andi Pratiwi, Aryo Fajar Sunartomo, dan Luh Putu
Suciati (2018) Pertanian agroforestri di Kabupaten Lumajang sudah dilakukan
secara turun temurun. Ada dua pola agroforestri di Kabupaten Lumajang, yaitu pola
kebun campur dan pola pohon utuh.
Pola kebun campur adalah pola tanam acak, artinya tanaman pertanian
(tanaman tahunan dan tahunan) dan pohon sengon ditanam secara tidak teratur dan
bercampur. Beberapa tanaman ini ditanam di lahan yang sama. Petani menanam
sengon dan beberapa tanaman di bawah tegakan. Jumlah petani dengan pola kebun
campur sebanyak 300 petai, dengan sampel 30 petani. Pada umumnya alasan petani
memilih pola kebun campur karena mereka meneruskan dari nenek moyang
sehingga dilakukan secara turun temurun. Sehingga sebagian besar petani di
Kabupaten Lumajang menerapkan pola kebun campur pada lahan hutan rakyatnya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pola agroforestri pohon utuh dengan cara menempatkan pohon sengon dan
tanaman pertanian (kapulaga) secara bergantian, sehingga lebih banyak tanaman
kehutanan atau kayu daripada tanaman pertanian. Pada pola pohon utuh, petani
hanya menanam sengon sebagai tanaman tegak dan kapulaga sebagai tanaman
bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Indrianti, A., M., dan Ulfiasih. 2018. Implementasi Sistem Agroforestri Sebagai
Solusi Pertanian Berkelanjutan Di Gorontalo. Seminar Nasional Fakultas
Pertanian Univ. Ichsan Gorontalo.
Lewerissa, E., Budiadi, Hardikusumo, S., dan Subejo. 2020. Penerapan Pola
Agroforestri Berbasis Kelapa dan Pendapatan Petani di Desa Samuda,
Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Penelitian Kehutanan, 14(1), hal 1-
14.