Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGROFORESTRY

AGROFORESTRY DI DESA CLAKET KECAMATAN PACET


KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agroforestry

Disusun oleh:

Zulham Yahya (20025010037)


Novita anggraini (20025010066)
Hanifah (21025010037)
Nafisah Dwi Fahmila (21025010040)
Salsabila Abidah Fitria (21025010051)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................II


I. PENDAHUAN ....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3. Tujuan ..........................................................................................................2
II. PEMBAHASAN ................................................................................................3
2.1. Pola Dan Kasifikasi Agrofrestry ..................................................................3
2.2. Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman .................................................................4
2.3. Komponen Agroforestry ..............................................................................5
2.4. Peran Dan Fungsi .........................................................................................7
2.5. Sosial Ekonomi Dan Kelembagaan ..............................................................8
III. PENUTUP ........................................................................................................10
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................11
LAMPIRAN ...........................................................................................................12

II
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Agroforestri merupakan sebuah pendekatan inovatif yang menggabungkan
antara pertanian dengan kehutanan, yang bertujuan untuk menciptakan sistem
pertanian berkelanjutan yang lebih produktif. Agroforestri dalam hal ini juga
merupakan suatu sistem tata guna lahan dominan campuran jenis tanaman
keras/tahunan (perennial crops) dan bercampur dengan tanaman musiman (annual
crops) sehingga memiliki struktur vegetasi yang rimbun menyerupai hutan alami
(Hani, A. W. (2021). Sistem ini diterapkan untuk meningkatkan keuntungan
secara sosial, ekonomis maupun lingkungan yang dilakukan pada waktu
bersamaan atau bergiliran sehingga membentuk interaksi antar komponen. Sistem
ini telah dikembangkan oleh para petani di negara beriklim tropis maupun
subtropis. Selain untuk mencegah penurunan luas tanah, sistem ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk melestarikan sumber daya hutan dan meningkatkan mutu
pertanian. Peluang dari adanya agroforestri ini akan sangat dirasakan oleh petani
guna meningkatkan kesehjateraan hidup. Dengan demikian selain itu juga
diharapkan petani dapat berperan aktif dalam usaha penyelamatan dan pencegahan
kerusakan hutan dan lahan.
Sebaran dan macam agroforestry yang terdapat pada suatu daerah sangat
bervariasi dan saling berinteraksi satu sama lain. Apabila agroforestry telah
terbentuk dan menguntungkan secara ekonomi, kemungkinan untuk dialihgunakan
menjadi bentuk penggunaan lain relatif kecil, kecuali bila ada tawaran lain yang
jauh lebih menarik. Secara fisik agroforestri mempunyai susunan kanopi tajuk
yang berjenjang (kompleks) dengan karakteristik dan kedalaman perakaran yang
beragam pula, sehingga agroforestri merupakan teknik yang bisa ditawarkan
untuk adaptasi karena mempunyai daya sangga (buffer) terhadap efek perubahan
iklim antara lain pengendalian iklim mikro, mengurangi terjadinya longsor,
limpasan permukaan dan erosi serta mengurangi kehilangan hara lewat pencucian,
dan mempertahankan biodiversitas flora dan fauna tanah. Agroforestri tersusun
dari bermacam-macam jenis pohon dan tanaman bawah yang bervariasi umurnya,
sehingga system ini relatif lebih aman dari resiko gagal panen, dan lebih stabil
terhadap goncangan pasar dan akibat perubahan iklim. Bila pendapatan dan

1
lingkungan menguntungkan, peluang masyarakat untuk berpindah lahan garapan
akan menjadi lebih kecil. Jadi kemampuan mem’buffer’ terhadap perubahan
biofisik, ekonomi dan sosial merupakan syarat utama bagi agroforestry untuk
beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Hutan Pinus yang berada di Desa Claket Kecamatan Pacet Mojokerto ini
merupakan salah satu contoh agroforestri yang mampu memainkan peran penting
dalam pelestarian sumberdaya hutan karena struktur dan sifatnya yang telah sesuai
dengan kriteria agroforestry yang baik. Pada Lahan Hutan Pinus ini sering disebut
hutan rakyat atau perhutani yang mana hasil dari tanaman produksi akan
dirasakan oleh masyarakat. Komoditas yang ditanam seperti tanaman kopi dan
tanaman semusim dibawah tegakan pinus.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana klasifikasi dari agroforestri di daerah tersebut?
2. Bagaimana proses Interaksi antara Pohon-Tanah-Tanaman di daerah
tersebut?
3. Apa saja komponen yang menyusun agroforestry tersebut?
4. Bagaimana peran dan fungsi dari agroforestry di daerah tersebut?
5. Bagaimana kelembagaan dari agroforestri yang diambil?

1.3. Tujuan
1. Menentukan klasifikasi dari agroforestri di suatu wilayah.
2. Mengetahui proses interasksi antara Pohon-Tanah-Tanaman yang terdapat
padadaerah tersebut.
3. Mengetahui komponen-komponen penyusun agroforestri.
4. Mengetahui peran dan fungsi dari adanya agroforestry di daerah tersebut.
5. Mengetahui kelembagaan dari agroforestri di suatu wilayah.

2
II. PEMBAHASAN

2.1. Pola dan Klasifikasi Agroforestry


• Pola agroforestry A (Agrisilvikultur Atress Along Borders)
Berdasarkan kombinasi tanaman yang diterapkan oleh petani maka hal ini
sesuai dengan salah satu sistem agroforestri agrisilvikultur yaitu pemanfaatan
lahan untuk produksi tanaman pertanian dan kehutanan secara bersama-sama.
Adapun cara penanaman tanaman kehutanan menggunakan bentuk pagar yaitu
komponen pohon disusun atau diatur pada bagian pinggir lahan dan tanaman
pertanian berada dibagian tengah. Pohon-pohon yang ditanam mengelilingi lahan
biasanya difungsikan sebagai pagar atau pembatas lahan di bawah pohon-pohon
tepi yang ditanam dapat berperan sebagai tanda batas pemilikan lahan yang
ditanam di tanah tepi jurang, hasil yang diperoleh berupa kayu bakar, kayu
bangunan,pupuk hijau.
• Agroforestry B (Agrisilvikultur Alternate Rows)
Pola agroforestry B adalah agrisilvikultur dengan pengaturan penanaman
bentuk baris. Pola agroforestry ini menempatkan pohon dan tanaman pertanian
secara berselang-seling . pola ini dimungkinkan pada lahan yang relatif datar.
Bentuk pola tanam ini digunakan apabila tanaman pangan banyak memerlukan
pupuk organik/pupuk hijau yang berasal dari guguran daun pohon (serasah).
• Pola Agroforestry C (Agrisilvikultur Alley Cropping)
Pola kombinasi terdiri dari tanaman kehutanan dan pertanian. Kombinasi
tanaman diantaranya Jati Putih (Gmelina arborea). Coklat (Theobroma cacao),
Durian (Durio zibetinus), dan Langsat (Lansium domesticum). Pola tanaman
kehutanan atau tanaman pertanian ditanam menyerupai bentuk jalur jalan. Adapun
kegunaan pohon kehutanan atau tanaman pertanian yang digunakan adalah untuk
pengarah jalan dalam suatu lahan .
• Agroforestry D (Agrisilvikultur Mixture Random)
Pola Agroforestri D adalah pola agrisilvikultur pengaturan bentuk acak.
Pada bentuk campuran acak ini meliputi pohon-pohon hutan yang ditanam secara
tidak beraturan (tidak mengikuti larikan atau jalur antara tanaman pangan).
Bentuk ini sering ditemukan pada pertanian tradisional dimana pohon-pohon yang

3
tumbuh berasal dari regenerasi alami (anakan atau trubusan) dan bukan berasal
dari suatu penanaman. kombinasi tanaman kehutanan seperti Jati (Tectona
grandis), Jati Putih (gmelina arborea) dll.
2.2. Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman
Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan secara spasial yang
mengkombinasikan tanaman berkayu dan non kayu atau ternak pada suatu periode
tertentu sehingga terbentuk interaksi di didalamnya (Pradnya dkk, 2016). Interaksi
merupakan proses saling mempengaruhi antar komponen penyusun sistem
agroforestri baik secara menguntungkan maupun merugikan. Setiap komponen
penyusun agroforestri berperan dalam mengubah lingkungannya. Perubahan
lingkungan tersebut dapat merugikan atau menguntungkan komponen lain baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pemilihan jenis tanaman kayu dan
non kayu serta pengelolaan yang tepat dalam sistem agroforestri sehingga dapat
menekan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif.
Lahan agroforestri yang kami amati terletak di Ds. Claket, Kec. Pacet, Kab.
Mojokerto pada skala plot ukuran 10x10 m2 memiliki beberapa komponen
penyusun antara lain tanaman kayu (pohon pinus dan kopi) serta tanaman non
kayu (tanaman pisang dan cabai rawit) yang di dalamnya terjadi interaksi positif
dan negatif. Daun yang gugur dari pohon pinus dapat dijadikan sebagai seresah
untuk penutup tanah (mulsa) tanaman kopi, pisang dan cabai rawit. Penutupan
tanah dengan menggunakan seresah daun pinus dapat mempertahankan
kandungan bahan organik di dalam tanah sehingga memperbaiki kesuburan tanah
serta mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah. Pohon pinus memiliki
perakaran yang kuat dan besar yang dapat berperan sebagai penahan erosi. Selaras
dengan pernyataan Wijayanto dkk (2021) bahwa pohon yang memiliki perakaran
dalam dapat mencengkeram tanah sehingga berperan sebagai penahan erosi.
Pohon pinus memiliki tajuk yang relatif rapat menyebabkan sebagian besar
air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah sehingga dapat
mempertahankan sifat fisik lapisan tanah atas. Naungan dari pohon pinus dapat
memberikan dampak positif serta dampak negatif bagi komponen tanaman lain.
Naungan tersebut dapat memberikan dampak positif karena mendukung
pertumbuhan tanaman kopi, dimana tanaman kopi adalah tanaman C3 yang tidak

4
membutuhkan cahaya penuh untuk tumbuh optimal sehingga tanaman kopi
memerlukan tanaman penaung untuk mendukung pertumbuhan (Andika dan
Wicaksono, 2020). Naungan pohon pinus juga dapat memberikan dampak negatif,
dimana akan mengurangi intensitas cahaya yang digunakan tanaman cabai untuk
berfotosintesis. Pengelolaan dalam sistem agroforestri dapat dilakukan dengan
mengatur tajuk pohon pinus melalui pemangkasan beberapa cabang pohon.
2.3. Komponen Agroforestry
Agroforestry adalah ilmu gabungan antara ilmu kehutanan dan agronomi
atau budidaya sehingga memadukan usaha kehutanan dan usaha tanaman biasa.
Agroforestry pada dasarnya mempunyai tiga komponen dasar yaitu komponen
kehutanan, pertanian dan peternakan, setiap komponen berdiri sendirisendiri
sebagai bentuk penggunaan lahan. Pengklasifikasian agroforestry dapat
didasarkan pada berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan kepentingannya.
Pengklasifikasian dimaksudkan untuk menunjukkan kompleksitas agroforestry
dibandingkan budidaya tunggal (monoculture; baik di sektor kehutanan ataupun di
sektor pertanian). Akan tetapi pengklasifikasian ini justru akan sangat membantu
dalam menganalisis setiap bentuk implementasi agroforestry yang dijumpai di
lapangan secara lebih mendalam, guna mengoptimalkan fungsi dan manfaatnya
bagi masyarakat atau para pemilik lahan. Komponen penyusun utama agroforestry
adalah komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants), pertanian
(atau tanaman non-kayu), dan peternakan (atau binatang ternak/pasture). Berikut
adalah beberapa komponen penyusun agroforestri yaitu:
1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural Systems): Agrisilvikultur adalah sistem
agroforestry yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman
berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-
kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops)
dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops).
2. Silvopastura (Silvopastural Systems): Sistem agroforestry yang meliputi
komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen
peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem
silvopastura. Beberapa contoh silvopastura antara lain: pohon atau perdu
pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi

5
terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals
and wood products).
3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural Systems): Telah dijelaskan bahwa
sistem-sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen
berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus
peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan
alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupun ketiga
komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud.
Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk
mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa (khususnya komponen
berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people).
Dengan memadukan komponen-komponen ini, agroforestri dapat
memberikan manfaat yang beragam, termasuk peningkatan keanekaragaman
hayati, peningkatan hasil pertanian, perlindungan lingkungan, dan peningkatan
keberlanjutan sistem pertanian.
Lahan agroforestry yang terdapat di lokasi Ds. Claket, Kec. Pacet, Kab.
Mojokerto termasuk ke dalam klasifikasi pola agrisilvikultur. Agrisilvikiltur yaitu
sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan dengan
tanaman pertanian /perkebunan (Muthmainnah & Sribianti, 2018). Sistem
agrisilvikultur yang diterapkan oleh petani dengan mengkombinasikan tanaman
kehutanan yaitu pinus (Pinus merkusii) dengan tanaman pertanian / perkebunan
yaitu cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dan kopi (Coffea arabica). Sistem
pemeliharaan yang dilakukan berupa pemupukan, pemangkasan, dan
pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan menggunakan kompos pada
sebelum tanam dan kimia pada masa pertumbuhannya. Pemangkasan dilakukan
pada pohon pinus ketika cabang yang ranting pohon terlalu rimbun, kemudian
hasil pemanagkasan akan digunakan sebagai penutup tanah sehingga terjadi
interaksi.
Jenis komponen penyusun menyebar secara merata, baik untuk tanaman
pohon maupun tanaman pertanian. Akibat kompetisi yang terjadi antara setiap
komponen penyusun menimbulkan hubungan yang saling mendukung (interaksi
positif) maupun hubungan yang saling merugikan (interaksi negatif). Hal ini

6
menjadi dasar dalam pengaturan pola tanam dan pemilihan jenis. Komponen
pohon memiliki fungsi menghasilkan produk, penstabil lingkungan dan
menciptakan kondisi untuk pertumbuhan harmoni ekosistem alam melalui
kehutanan terpadu dan pertanian terpadu, sehingga melalui keharmonisan
hubungan di bidang kehutanan, pertanian dan sosial ekonomi dalam
meningkatkan keseimbangan produktifitas dan pendapatan masyarakat dapat
berjalan dengan baik (Benu dan Pobas, 2014).
2.4. Peran Dan Fungsi Agroforestry
Teknik agroforestri muncul sebagai respon petani atas keterbatasan lahan
yang dimiliki dalam upaya memperoleh hasil secara berkala dan berkelanjutan.
Konsep ini telah lama dipraktekkan oleh petani, karena mempunyai banyak
keunggulan. Selain menguntungkan ekonomi petani, agroforestri ternyata juga
mempunyai manfaat lingkungan yang penting dan berdampak luas. Agroforestri
memiliki beberapa karakteristik yang lebih unggul dibandingkan dengan sistem
pertanian tradisional (monokultur) dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan
(Anugrah, R, 2018). Jika ditinjau dari segi lingkungan, peran dan manfaat dari
agroforestri itu sendiri, adalah mampu untuk menjaga dan mempertahankan
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian
lahan. Antara lain seperti: (a). Konservasi tanah dan air : Mencegah erosi tanah
dengan menanam pohon dan semak di sekitar lahan pertanian dan menyediakan
penahan air alami yang dapat mengurangi limpasan permukaan dan menjaga
kualitas air. (b). Peningkatan produktivitas : Meningkatkan kesuburan tanah
karena adanya bahan organik dan nutrisi yang selalau tersedia dari dedaunan dan
serasah pohon. (c). Menyediakan tempat tinggal bagi serangga yang bermanfaat
untuk polinisasi tanaman. (d). Diversifikasi hasil : Menyediakan berbagai produk,
seperti buah-buahan, kayu, tanaman obat-obatan, dan pangan, yang meningkatkan
keberlanjutan ekonomi petani. (e). Mengurangi risiko kegagalan panen karena
variasi tanaman dalam sistem agroforestri. (f). Konservasi biodiversitas :
Menyediakan habitat bagi flora dan fauna yang beragam, termasuk satwa liar dan
juga memelihara keragaman genetik tanaman dan pohon. (g). Mitigasi perubahan
iklim : Menyimpan karbon dalam pohon dan tanah, membantu mengurangi emisi
gas rumah kaca. (h). Mengurangi kebutuhan energi dan sumber daya lainnya

7
melalui penggunaan produk kayu dan biomassa yang dihasilkan dari pohon. (i).
Jika dilihat secara lanskap, manfaat lingkungan pola agroforestri justru
mempunyai peran penting terhadap manfaat ekonomi karena mampu berperan
sebagai daya dukung lingkungan, terutama pada lahan pertanian di daerah hilir
(downstream).
Dilihat dari segi social dan ekonomi, peran dan manfaat dari adanya
agrofrestri ini antara lain (a). Meningkatkan keberlanjutan mata pencaharian
petani dan masyarakat lokal. (b). Menyediakan pangan, bahan baku, dan sumber
daya alam bagi kebutuhan masyarakat. (c). Pemberdayaan petani: Memungkinkan
petani untuk mengelola lahan mereka dengan cara yang lebih berkelanjutan dan
adaptif terhadap perubahan lingkungan. (d). Meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani melalui pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan.
2.5. Sosial Ekonomi Dan Kelembagaan
Agroforestry menjadi suatu bentuk upaya terwujudnya pertanian yang
berkelanjutan. Agroforestry dapat berpengaruh terhadap keberlanjutan ekonomi
masyarakat terutama para petani. Agroforestry berpengaruh terhadap input untuk
pertanian dan dapat menyediakan lapangan kerja atau penghasilan kepada anggota
rumah tangga. Dengan adanya agroforestry memberikan lapangan pekerjaan untuk
masyarakat daerah dataran tinggi atau daerah pada sekitar perhutanan, dengan
pemanfaatan lahan perhutanan untuk budidaya tanaman pertanian. Selain itu juga
dapat di kombinasikan dengan pertenakan, sehingga petani mendapatkan
pendapatan lebih besar.
Penerapan agroforestry kini cukup banyak di lakukan untuk melesarikan
hutan sekaligus menjadi sumber penghasilan untuk masyarakat pada daerah
sekitar perhutanan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada lahan
agroforstry di Ds. Claket, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto menunjukan adanya
penerapan agroforestry tanaman pinus, tanaman cabai, tanaman pisang dan
tanaman kopi. Lahan agrforestry yang di kelola oleh ibu Mariasih ini merupakan
lahan pehutanan milik Dinas Perhutanan Kabupaten Pasuruan yang diamanahkan
untuk dijaga kelestariannya. Kemudian lahan tersebut yang terdapat tanaman
pinus dikelola dengan cara dikombinasikan dengan tanaman cabai, pisang dan
kopi. Tanaman cabai yang diperoleh dari hasil budidaya pada lahan ini dijual

8
dimasyarakat sekitar. Hasil panen dan penjualan dalam beberapa waktu cukup
besar, namun terkadang juga mengalami penurunan. Kemudian hasil panen
tanaman pisang pada lahan ini tidak dijual belikan, melainkan dikonsumsi sendiri.
Sedangkan untuk tanaman kopi masih dalam proses pertumbuhan. Hasil panen
dari budidaya tanaman cabai, tanaman pisang dan tanaman kopi akan sepenuhnya
menjadi milik petani yang mengelola lahan agroforestry ini, sehingga hasil
penjualan juga sepenuhnya milik petani pengelola lahan. Hal itu cukup membantu
masyarakat petani untuk berbudidaya tanaman dan mendapatan penghasilan
sekaligus menguntungkan lembaga Dinas Perhutanan Kabupaten Pasuruab karena
hutan pada daerah tersebut terjaga, sehingga dapat terus dilestarikan.

9
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan survey lapang agroforestry yang telah dilakukan
antara lain lahan agroforestry yang kami amati terletak di Ds. Claket, Kec. Pacet,
Kab. Mojokerto milik perhutani kota Pasuruan terdiri atas beberapa komponen
tanaman kayu dan non kayu yang tergolong klasifikasi agrisilvikultura dimana
memiliki bentuk pola alternate rows (baris bergantian). Jika ditinjau dari segi
peran dan fungsi, agroforestry ini mampu untuk menjaga dan mempertahankan
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Selain itujuga untuk menyediakan
pangan, bahan baku, dan sumber daya alam bagi kebutuhan masyarakat serta
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pengelolaan sumber
daya hutan yang berkelanjutan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andika, R. dan Wicaksono, K. (2020). Karakter fisiologi dan pertumbuhan


tanamn kopi arabika (Coffea arabica) pada manajemen yang berbeda
di lahan agroforestri. Jurnal Produksi Tanaman, 8(2): 106-111
Anugrah, R. (2018). Konsep dan Implementasi Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan Di Indonesia. Agro Ekonomi, 29(1), 13 – 25.
Benu, Yakub & Pobas, Melkianus. (2014). Pola Penggunaan Lahan dan
Komponen Penyusun Agroforestry Hutan Lindung Mutis Timau.
PARTNER, 25 (2): 1424 – 1434
Hani, A. W. (2021). Peran dan Kunci Sukses Agroforestri. Sebuah Tinjauan. No.2
(4), 69 – 80.
Muthmainnah & Sribianti, Irma. (2018). Pendapatan Masyarakat pada Komponen
Silvopasture dan Agrisilvikultur Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Jurnal Hutan dan Masyarakat. Vol. 10 (1): 136-144.
Pradnya, P., Rendra, R., Sulaksana, N. dan Boy, Y. (2016). Optimalisasi
pemanfaatan sistem agroforestri sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi tanah
longsor. Buletin of Scientific Contribution, 14(2): 117-126
Wijayanto, H.,Anantayu, S. dan Wibowo, A. (2023). Perilaku dalam pengelolaan
lahan pertanian di kawasan daerah aliran sungai hulu Kabupaten
Karanganyar. Jurnal Studi Pertanian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, 2(1): 25-34

11
LAMPIRAN

Sketsa Hutan Pinus yang ada di Daerah Claket

Jenis tanaman yang dominan tumbuh pada lahan tersebut

12

Anda mungkin juga menyukai