Anda di halaman 1dari 23

KARYA ILMIAH

SISTEM AGROFORESTRI KALIWU DI SUMBA BARAT DAYA

OLEH

MARIA MAGDALENA MINATA

NIM. 1704070005

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS PERTANIAN

KUPANG

2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Sistem Agroforestri Kaliwu Di Sumba Barat Daya

Nama : Maria Magdalena Minata

Nim : 1704070005

Minat : Manajemen Sumberdaya Hutan

Program Studi : Kehutanan

Menyetujui

Pembimbing Ketua Program Studi

Nixon Rammang, S.Hut., M.Si Maria M. E. Purnama, S.Hut., M.Sc

Nip. 198009202006041002 Nip. 197606132006042001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas

berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesikan penulisan karya ilmiah ini, di

mana merupakan salah satu kegiatan akademik wajib mahasiswa program S1 pada Fakultas

Pertanian Universitas Nusa Cendana.

Karya ilmiah ini berjudul “Sistem Agroforestri Kaliwu Di Sumba Barat Daya’’.

Penyelesaian penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan pemikiran dan dorongan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapakan terima kasih yang mendalam

dan setulusnya kepada kepada Bapak Nixon Rammang S.Hut., M.Si sebagai dosen

pembimbing utama yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan karya

ilmiah ini. Teman-teman VIRBIUS 2017 yang telah mendukung dalam penulisan karya

ilmiah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna

untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan

penulisan-penulisan selanjutnya.

Kupang, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Pengertian Agroforestri.................................................................................4
2.2 Fungsi dan Peran Agroforestri......................................................................4
2.3 Tujuan Agroforetri........................................................................................6
2.4 Keunggulan Agroforetri................................................................................7
2.5 Agroforestri Kaliwu......................................................................................8
BAB III METODE...............................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................12
4.1 Sistem Pengelolaan Agroforestri Kaliwu....................................................12
4.2 Komposisi Agroforestri Kaliwu.................................................................13
BAB V PENUTUP................................................................................................16
Kesimpulan........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.2 Pola Agroforestri Kaliwu................................................................14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengelolaan lahan pertanian semakin membutuhkan dukungan yang serius untuk

dapat meningkatkan kesejahteraan petani, sektor kehutanan juga mampu memberikan

sumbangan terhadap pemanfaatan sumber daya untuk mengurangi kemiskinan.

Berbagai macam cara yang dilakukan agar kelestarian hutan tetap terjaga dan kehidpan

masyarakat sekitar hutan sejahtera, salah satu sistem yang diterapkan dalam pengelolaan

hutan berbasis pertanian yaitu agroforestri.

Agroforestri merupakan salah satu solusi ekonomi petani dan ekologi lingkungan.

Agroforestri bisa memberikan hasil bernilai ekonomi seperti biji, daun, getah, kayu dan

lainnya maupun yang bernilai yang bernilai ekologi seperti mengurangi tingkat erosi,

mengurangi aliran permukaan lahan, menjaga kesuburan tanah dan memelihara

ketersediaan air. Hal ini didukung oleh pernyataan Utami dkk, 2003 dalam Umbu

Pati,2020 bahwa agroforestri merupakan salah satu sistem pengolahan lahan yang

berfungsi produktif dan protektif (mempertahankan keanekaragaman hayati, ekosistem

sehat, konservasi air dan tanah), sehingga sering kali dipakai sebagai salah satu contoh

pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

Agroforetri sudah dikenal sejak lama, petani menanam berbagai jenis tanaman di

satu lahan miliknya. Hal ini dipercaya petani sebagai solusi akan permasalahan

ekonomi, waktu panen tanaman agroforestri yang berbeda-beda memberikan

kesempatan untuk petani untuk memperoleh produk pertanian setiap waktu berbeda

pula sehingga bisa mencegah kesenjangan ekonomi.

1
Penerapan agroforestri merupakan pilihan yang efektif bagi petani dalam memenuhi

kebutuhan mereka baik secara langsung seperti hasilnya bisa langsung dijual maupun

secara tidak langsung seperti memelihara keseimbangan ekologi. Kegiatan agroforestri

dibuat sesuai dengan tradisi petani hutan setempat dan dikelola menggunakan teknik-

teknik dan praktik terpadu yang sederhana.

Sistem agroforestri Kaliwu merupakan salah satu agroforestri tradisional yang

diterapkan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) (Njurumana & Susila, 2006

dalam Umbu Pati, 2020). Seperti sistem - sistem agroforestri pada umumnya, model

pengelolaan Kaliwu memiliki manfaat ekologis, ekonomis dan sosial. Secara ekologis

jumlah tanaman yang beragam pada sistem Kaliwu dapat mencegah erosi dan

meningkatkan cadangan air tanah. Masyarakat memanfaatkan ruang tumbuh vertikal dan

horisontal secara optimal dengan melakukan kombinasi tanaman yang beragam

(tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan) (Njurumana & Susila, 2006).

Secara ekonomi, hasil yang diperoleh dari tanaman perkebunan dan pangan di

Kaliwu dapat memenuhi kebutuhan hidup subsistem maupun dijual ke pasar

(Njurumana., et al 2009). Secara sosial, Kaliwu ditempatkan sebagai bagian dari

proses interaksi sosial di masyarakat dan mengkonstruksi pengetahuan asli masyarakat

secara turun-temurun. Hal ini yang membedakan Kaliwu dengan sistem agroforestri

moderen yang sumber pengetahuannya berasal dari luar masyarakat setempat. Kaliwu

merupakan salah satu sistem pertanian yang sudah menjadi ikon identitas bagi

masyarakat Sumba.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini mengetahui sistem agroforestri Kaliwu di Sumba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Agroforestri

Secara sederhana agroforestri dapat didefenisikan dengan suatau lahan yang di

dalamnya terdapat tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan serta

usaha peternakan. Menurut Guntara (2013), agroforestri merupakan suatu sistem

pengelolaan lahan secara intensif dan terpadu untuk mendapatkan keuntungan ekonomi

sebanyak-banyaknya namun tidak mengabaikan fungsi konservasi, hal ini didukung

oleh pernyataan (Maruapey, 2013) bahwa agroforestri mempunyai beberapa komponen

penyusun utama yaitu pohon (tanaman berkayu), tanaman non pohon, ternak dan

manusia masing-masing komponen saling berinteraksi satu sama lain. Sistem

agroforestri memiliki ciri khas yang berbeda dan unik dibandingkan dengan sistem

pertanian monokultur. Adanya komponen yang berbeda yang saling beriteraksi dalam

satu sistem (pohon, tanaman, atau ternak) membuat sistem ini memiliki karakteristik

yang unik, dalam hal jenis produk, waktu untuk memperoleh produk dan orientasi

penggunaan produk. makanan ternak, kayu bangunan, kayu bakar, daun, kulit, getah)

dan pelayanan jasa lingkungan (Widianto, dkk. 2003).

2.2 Fungsi dan Peran Agroforestri

Agroforestri merupakan pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan

cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan

yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial ekonomi dan

budaya masyarakat yang berperan. Masyarakat menanam dengan berbagai jenis

tanaman dengan menggunakan sistem agroforestri, di bawah tegakan tanaman

kehutanan ditanami dengan aneka macam tanaman perkebunan dan diusahakan


tanaman semusim berupa palawija dan holtikultura (Markantia 2010).

Sistem agroforestri memliliki pola-pola tertentu dalam mengkombinasikan

komponen tanaman penyusun dalam suatu ruang dan waktu yang unik. Pola ini

dibentuk agar tidak terjadi interaksi negatif antar komponen penyusun. Interaksi bisa

terjadi bisa berupa kompotisi yang tidak sehat dalam memperebut unsur hara, cahaya

matahari, air serta ruang tumbuh. Akibat dari kompotisi tersebut yaitu tanaman bisa

tertekan bahkan mati karena pengaruh tanaman lainnya. Tajuk pohon yang terlalu lebat

menyebabkan cahaya matahari tidak sampai kestrata dibawahnya yang menjadi tempat

tumbuh bagi tanaman pertanian, hal ini berdampak negatif bagi tanaman yang intoleran

cahaya. Karakteristik pola tanaman agroforestri sangat tergantung pada pola pikir

pemilik serta karakteristik lahannya, tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu prioritas

produksi sehingga membuat pola tanaman berbeda antara lahan satu dengan lahan

lainnya (Mahendra, 2009). Selain mencapai fungsi prioritas produksi agroforestri juga

memiliki fungsi pada level bentang lahan yaitu kemampuan untuk menjaga dan

mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap

kesesuaian lahan.

Sistem agroforestri dapat mempertahankan sifat fisik lapisan tanah atas yang

diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman, melalui :

1. Adanya tajuk tanaman dan pepohonan yang relatif rapat sepanjang tahun

menyebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh tidak langsung ke permukaan tanah

sehingga tanah terlindung dari pukulan air yang bisa memecahkan dan menghancurkan

agregat tanah menjadi partikel-partikel yang mudah hanyut oleh aliran air.
2. Sistem agroforestri dapat mempertahankan kandungan bahan organik tanah di

lapisan atas melalui pelapukan seresah yang jatuh kepermukaan tanah sepanjang tahun.

Pemangkasan tajuk pepohonan secara berkalah yang ditambahkan kepermukaan tanah

juga mempertahankan atau menambah kandungan bahan orgaik tanah. Kondisi

demikian dapat memperbaiki struktur dan prorsitas tanah serta lebih lanjut dapat

meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menahan air. Tajuk pepohonan yang

menyebabkan kondisi di permukaan tanah dan lapisan tanah lebih lembab, temperatur

dan intensitas cahaya lebih rendah. Kondisi iklim mikro yang sedemikian ini sangat

sesuai untuk perkembangbiakan dan kegiatan organisme, hal inilah yang mempercepat

tersedianya bahan organik sebagai sumber energi. Kegiatan organisme makro dan

mikro dapat berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik tanah seperti terbentuknya

porimakro (biopores) dan pemantapan agregat. Peningkatan jumlah pori dan agregat

pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas infiltrasi dan sifat aerasi tanah (Widianto,

Hairiah, Didik dan Mustofa, 2003).

2.3 Tujuan Agroforetri

Adapun tujuan utama dari agroforestri menurut Martin dan Sherman (1992) dalam

Rauf (2004) adalah:

1. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya lahan dan

hutan. Umumnya kegiatan agroforestri dilaksanakan masyarakat dengan luas

kepemilikan lahan yang terbatas, dengan sistem ini terjadi pemanfaatan ruang/lahan

secara efisien dan optimal (mayoritas lahan terisi baik oleh tanaman kayu maupun

tanaman non kayu atau ternak sehingga meningkatkan produktivitas hasil


agroforestri).

2. Meningkatkan kualitas sumberdaya alam terutama tanah dan air. Berkaitan dengan

point di atas diharapkan dapat meningkatkan pula kualitas tempat tumbuhnya dan

dengan pengelolaan yang baik tingkat kesuburan tanah dan kualitas air dapat terjaga

kualitasnya.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peranan sertanya dalam melindungi

sumber daya alam.

2.4 Keunggulan Agroforetri

Keunggulan agroforestri dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu

dalam hal:

1. Produktivitas : dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem campuran

dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Hal tersebut

disebabkan bukan saja penerimaan (output) dari satu bidang lahan yang beragam, akan

tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya tanaman campuran memberikan

keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh

keberhasilan komponen/jenis lainnya.

2. Diversitas : adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih dari pada sistem

agroforestri menghasilkan diversitas yang tinggi, baik menyangkut produk maupun

jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi resiko kerugian akibat

fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindari kegagalan fatal

pemanen sebagai mana dapat terjadi pada budidaya tunggal (monokultur).

3. Kemandirian : diverifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi

kebutuhan pokok masyarakat, petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari

ketergantungan terhadap produk-produk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan


lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (pupuk, pestisida),

dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur.

3. Stabilitas praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktifitas yang optimal

mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat

menjamin stabilitas dan kesinambungan pendapatan petani (Hairiah dkk, 2003).

2.5 Agroforestri Kaliwu

Agroforestri Kaliwu merupakan pola pemanfaatan lahan untuk optimalisasi

penggunaan lahan yang efektif dan dapat memberikan hasil untuk kebutuhan rumah tangga

serta manfaat yang banyak dengan berbagai campuran tanaman yang beranekaragam pada

lahan yang sempit. Salah satu pemanfaatan lahan secara optimal yaitu agroforestry Kaliwu

di Desa Waimangura dengan pengelolaan petani secara turun temurun. Pada umumnya

pola dan pengembangan yang diterapkan masyarakat pedesaan telah menjadi sebuah tradisi

turun temurun. Kaliwu merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan yang mampu

mengatasi masalah pangan, yang penerapannya mengkombinasikan dua atau lebih jenis

tanaman, baik tanaman kehutanan maupun tanaman pertanian. Bentuk agroforestri Kaliwu,

dalam pengelolaannya petani melakukan penanaman secara tidak teratur (silvikultur)

dengan semua jenis tanaman yang beragam pada satu lahan. Pengelolaan Kaliwu

merupakan salah satu cara petani beradaptasi terhadap tinggi rendahnya pendapatan dan

penerimaan yang diperoleh untuk kebutuhan keluarga. Selain itu juga memberikan

perlindungan terhadap tanah dan menjaga kelestarian lingkungan dengan sistem

pengolahan lahan yang tidak memerlukan alat teknis yang berat.

Kaliwu berada pada bentang lahan yang tidak memiliki kelerengan yang terjal

sehingga upaya penanganan secara manual masih bisa dilakukan oleh petani untuk
mempertahankan keberadaannya. untuk melindungi tanah dari pengikisan erosi, longsor

dan derasnya air hujan yang jatuh dipermukaan tanah, meskipun dalam skala kecil yaitu

dengan pembuatan terasering menggunakan batu sebagai penahan teras pada lahan yang

berada pada kelerengan dengan penanaman tanaman kehutanan dan jenis tanaman

perkebunan pertanian umur pendek di pinggiran Kaliwu.


BAB III
METODE

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan jenis studi dan kepustakaan maka metode

yang digunakan yaitu dengan cara menemukan judul atau topik karya ilmiah kemudian

mengumpulkan berbagai informasi terkait judul karya ilmiah dari berbagai literatur.

Berdasarkan data sekunder yang sudah diperoleh penulis menyajikan kembali dalam bentuk

karya ilmiah dengan tetap memperhatikan metode penulisan karya ilmiah yang berlaku.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sistem Pengelolaan Agroforestri Kaliwu

Pengelolaan Kaliwu tidak dikerjakan sendirian oleh kepala keluarga, melainkan

dilakukan melalui pembagian kerja secara tradisional dengan melibatkan anggota

keluarga. Peran kepala keluarga atau laki-laki usiah produktif sangat sentral dalam

pengelolaan agroforestri. Kepala keluarga melakukan pekerjaan utama bertani mulai dari

persiapan lahan hingga pengelolaan pasca panen. Pada kondisi ini, kultur patriarki terlihat

sangat dominan di masyarakat Sumba. Kultur ini menempatkan kepala keluarga (laki-laki

usia produktif) sebagai orangyang bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan pangan

keluarga melalui sistem agroforestri. Gotong royong juga dilakukan antar masyarakat

untuk mempermudah pekerjaan.

Pengelolaan Kaliwu juga dikenal Oma (lahan terbuka) sebutan masyarakat Sumba

pada lahan yang dikhususkan untuk penanaman umbian dan tanaman pangan seperti padi,

jagung, ubi, dan keladi. Ditengah atau pinggiran oma terlintang terasering berupa

gundukan tanah yang dibuat secara sengaja untuk membatasi petak-petak tanah yang

memiliki kedataran yang tidak sama dan juga mengantisipasi pengikisan tanah oleh air

hujan. Di atas gundukan tanah yang ditanam berbagai macam tanaman dapur hidup dan

juga tanaman umur pendek seperti pisang, pepaya, dan ubi jalar (Umbu Pati. 2020).

Sistem agroforestri dapat didasarkan pada komposisi biologis serta pengaturannya,

tingkat pengelolaan teknis atau ciri-ciri sosial ekonominya. Ditinjau dari komposisi

biologis sistem pengelolaan Kaliwu, contoh sistem agroforestri adalah agrisilvikultur,

silvopastura, agrosilvopastura, agrosilvofissheri yang termasuk dalam komponen

agroforestri. Berdasarkan pola penutupan lahan vegetasi yang terdapat pada agroforestri
Kaliwu dapat digolongkan kedalam agroforestri kompleks karena memiliki ragam jenis

tanaman berkayu maupun nonkayu yang tidak beraturan.

4.2 Komposisi Agroforestri Kaliwu

Pengelolaan Kaliwu merupakan keberhasilan internalisasi nilai-nilai tradisional

untuk menjaga kelestarian Kaliwu yang dilakukan oleh petani di Sumba. Selain untuk

memperoleh kebutuhan dari Kaliwu juga dalam pengelolaan yang berlanjut petani secara

tidak sengaja dapat memberikan manfaat ekologi bagi kelestarikan keanekaragaman jenis

tanaman yang ada, dan melakukan penanaman untuk menambah jenis-jenis tanaman yang

memiliki kerapatan pada lahan yang terbuka, yaitu tanaman kehutanan seperti jati putih,

mahoni dan jenis tanaman lain karena pengetahuan petani memperoleh informasi bahwa

tanaman jati memiliki pertumbuhan cepat dan tidak membutuhkan perawatan yang intensif

serta penggunaan untuk kebutuhan akan lebih cepat.

Sistem agroforestri yang diterapkan oleh petani Desa Waimangura yaitu sistem

agroforestri kompleks yang mengkombinasikan jenis tanaman secara silvikultur (campuran)

dengan pola Trees Along Border (TAB) yaitu penanaman pohon di bagian pinggir lahan dan

tanaman pertanian berada di bagian tengah. Pohon-pohon yang ditanam mengelilingi lahan

biasanya difungsikan sebagai pagar atau batas tanaman.

Jenis-jenis tanaman yang dikembangkan meliputi tanaman kehutanan, tanaman

perkebunan, dan tanaman pertanian (Njurumana et al., 2003). Bentuk dan susunan

komponen jenis tanaman dapat memberikan nilai tambah dari pengelolaan suatu lahan,

agroforestri Kaliwu memiliki jenis kerapatan tanaman kehutanan yang tumbuh bersama

diantara tanaman perkebunan lainnya yaitu Mahoni (Swietania mahagoni), Jati Putih

(Gmelina arborea), Mangga (Mangifira indica), Nangka (Artocarpus heterophyllus),

Lamtoro (Leucaena leucocephala), sedangkan tanaman perkebunan yaitu Kopi (Coffea),


Kakao (Theobroma cacao), Cengkih (Syzigium aromaticum), Pinang (Areca catechu),

Kelapa (Cocos nucifera), Durian (Durio), Pisang (Musa acuminata) dan Porang

(Amorphophallus muelleri). Tanaman holtikultura meliputi Wortel (Daucus carota), Jagung

(Zea mayz), Terung (Solanum melongena) dan Kacang Tanah (Arachis Hypogaes) (Umbu

Pati, 2020).

Pola dan bentuk agroforestry Kaliwu dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Agroforestri Kaliwu. Sumber. Skripsi Umbu Pati, 2020

Bentuk dan susunan pada lahan kaliwu petani memanfaatkan lahan terbuka untuk

menanam berbagai jenis tanaman pertanian. Tanaman umur panjang yang ditanam di dalam

kaliwu yang berada disekeliling lahan pertanian berfungsi sebagai tanaman pelindung bagi

tanaman terhadap angin. Jenis tanaman umur panjang petani menanam berdasarkan tujuan

atau keinginan dari petani tidak memperhatikan manfaat pokoknya, yang diutamakan petani

adalah tersedia ketika dibutuhkan dan dapat membantu memenuhi kebutuhan.


BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
Pola agroforestri Kaliwu yang diterapkan oleh petani Desa Waimangura yaitu sistem

agroforestri kompleks yang mengkombinasikan jenis tanaman secara silvikultur (campuran)

dengan pola Trees Along Border (TAB) yaitu penanaman pohon di bagian pinggir lahan dan

tanaman pertanian berada di bagian tengah. Pohon-pohon yang ditanam mengelilingi lahan

biasanya difungsikan sebagai pagar atau batas tanaman.

Jenis tanaman yang ditanam oleh petani agroforestri Kaliwu yaitu Mahoni

(Swietania mahagoni), Jati Putih (Gmelina arborea), Mangga (Mangifira indica), Nangka

(Artocarpus heterophyllus), Lamtoro (Leucaena leucocephala), sedangkan tanaman

perkebunan yaitu Kopi (Coffea), Kakao (Theobroma cacao), Cengkih (Syzigium

aromaticum), Pinang (Areca catechu), Kelapa (Cocos nucifera), Durian (Durio), Pisang

(Musa acuminata) dan Porang (Amorphophallus muelleri). Tanaman holtikultura meliputi

Wortel (Daucus carota), Jagung (Zea mayz), Terung (Solanum melongena) dan Kacang

Tanah (Arachis Hypogaes).


DAFTAR PUSTAKA

Guntara.2013. Agroforestri Sebagai Pemanfaatan Lahan Bawah Tegakan Untuk


Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Lumajang. Prosiding Seminar
Agroforestri 2013. Lumajang.

Hairiah dkk (2003) Pengantar Agroforestri. Bahan Ajar Agroforestri 1. ICRAF South East
Asia . Bogor

Mahendra (2009) Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Graha Ilmu. Yogyakarta

Markantia (2010) Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai Pola Agroforestri


Lahan Miring Di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Skripsi Program Sarjana/S1

Maruapey A (2013) Analisis Black Box Sistem Dusung (Agroforestri) di Maluku. Jurnal
Agroforestri VIII No 4

Njurumana dan Susila. I (2006). Kajian Rehabilitasi Lahan Kritis Melalui Pengembangan
Hutan Rakyat Berbasis Kaliwu di Pulau Sumba. . Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam 3(1) 473-484

Rauf (2004) Kajian Sistem dan Optimasi Penggunaan Lahan Agroforestri di Kawasan
Penyangga TN. Gunung Leuser: Studi Kasus di Kabupaten Langkat Sumatera
Utara. (Tesis) Bogor. Sekolah Pasca Sarjanan Institut Pertanian Bogor.
Umbu Pati. 2020. Analisis Penerimaan Petani Pengelolah Agroforestri Kaliwu Desa
Waimangura Kecamatan Wewewa Barat Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Skripsi Program Sarjana.

Widianto dkk (2003) Bahan Ajar Agrofrestri 3. Fungsi dan Peranan Agroforestri. ICRAF.
Bogor

Anda mungkin juga menyukai