Anda di halaman 1dari 15

Laporan Fieldtrip Agroforestry Medan , Mei 2023

IDENTIFIKASI JENIS AGROFORESTRY

Dosen Penanggung jawab:


Dr. Ir. Yunasfi M.Si.

Oleh:
Larasati Andri 201201029
Jesica Efrani Simanjuntak 201201128
Muammar Adam Damara Tarigan 201201140
Muhammad Rafli Ananda Harahap 201201143
Surya Nindah Marbun 201201164
Jihan Fitri Aribah Br Nadeak 201201198
Kelompok 2
MNH 6

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Fieldtrip
Agroforestry ini dengan baik. Laporan Fieldtrip Agroforestry yang berjudul
”Identifikasi Jenis Agroforestry” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
Agroforestry pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Dr. Ir. Yunasfi M.Si. selaku dosen penanggung jawab yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan perkuliahan sehingga
dapat terselesaikan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dan kelemahan pada
tulisan ini akibat terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis sangat mengharapkan adanya kritik ataupun saran guna
penyempurnaan tugas-tuFgas selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga
tulisan ini bermanfaat bagi kita semua Terima kasih.

Medan, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................... 1
Tujuan ..................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ................................................................................... 6
Alat dan Bahan ....................................................................................... 6
Prosedur Praktikum ................................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ......................................................................................................... 7
Pembahasan.............................................................................................. 7

KESIMPULAN
Kesimpulan ............................................................................................. 9
Saran ....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Bentuk Sistem Agroforestri di Desa Kuta Tualah .......................................... 7
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman hutan
(parennial) yang dikombinasikan dengan pertanian atau disebut juga sistem
wanatani. International Council for Research in Agroforestry (ICRAF)
mendefinisikan agroforestri sebagai suatu sistem pengelolaan lahan yang
berazaskan kelestarian untuk meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan,
melalui kombinasi produksi (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman
hutan dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama
dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk
setempat. Agroforestri biasanya dibentuk pada lahan bekas hutan alam atau semak
belukar yang biasanya diawali dengan penebangan dan pembakaran semua
tumbuhan. Sebagaimana pemanfaatan lahan lainnya, agroforestri dikembangkan
untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Agroforestri utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan
hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan
memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat (Naharuddin, 2018).
Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan
lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenisjenis
palem, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau
hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau
urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan
ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan. Agroforestri adalah
suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan kombinasi antara produksi
pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau peternakan dengan tanaman
kehutanan. Sistem agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam
yang dinamis dan berbasis ekologi, dengan memadukan berbagai jenis pohon pada
tingkat lahan pertanian maupun pada suatu bentang lahan. Pengelolaan lahan
dengan sistem agroforestri bertujuan untuk mempertahankan lahan dan
keanekaragaman produksi lahan sehingga berpotensi memberikan manfaat sosial
ekonomi dan lingkungan bagi para pengguna lahan (Hamid et al., 2013).
2

Agroforestri pada prinsipnya dikembangkan untuk memecahkan


permasalahan pemanfaatan lahan dan pengembangan pedesaan serta
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia dengan
dukungan kelestarian sumber daya dan lingkungannya. Agroforestri merupakan
salah satu sistem pengelolaan lahan hutan dengan tujuan untuk mengurangi
kegiatan perusakan/perambahan hutan sekaligus meningkatkan penghasilan petani
secara berkelanjutan. Oleh karena itu manusia selalu merupakan komponen yang
terpenting dari sistem agroforestri dalam melakukan pengelolaan lahan agar
bermanfaat baik dari segi ekologi, sosial, dan ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang
berupa kombinasi antara produk pertanian, buah-buahan dan peternakan dengan
tanaman kehutanan (Suek et al., 2021).
Sistem agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang
dinamis dan berbasis ekologi, dengan memadukan berbagai jenis pohon pada
tingkat lahan pertanian maupun pada suatu bentang lahan. Pengelolaan lahan
dengan sistem agroforestri bertujuan untuk mempertahanan lahan dan
keanekaragaman produksi lahan sehingga berpotensi memberikan manfaat sosial
ekonomi dan lingkungan bagi para pengguna lahan. Perhutani mendefinisikan
agroforestr sebagai pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dangan cara
mengombinasikan kegiatan-kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit
pengelolaan lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik,
social, ekonomi dan kebudayaan masyarakat yang berperan serta. Agroforestri
dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan dai masyarakat. Agroforestri utamanya diharapkan
dapat membantu mengoptimalkan hasil dari bentuk penggunaan lahan secara
berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan bagi
masyarakat (Suwarno et al., 2018).

Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan agroforestry yang berjudul “Identifikasi Jenis
Agroforestry” adalah untuk mengetahui bentuk dan pola agroforestri yang
diterapkan oleh masyarakat Desa Kuta Tualah dan mengetahui pengetahuan lokal
masyarakat Desa Kuta Tualah dalam mengelola sistem agroforestri.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh
Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib
disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun
generasi mendatang (UU No 41 tahun 1999). Dewasa ini konversi hutan menjadi
lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan
kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan, perubahan
lingkungan, dan masalah lingkungan lainnya. Oleh karena hal-hal tersebut, perlu
adanya strategi jangka panjang untuk mendukung pengelolaan hutan secara baik
dan berkelanjutan (Andriansyah et al., 2021).
Agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry utamanya diharapkan dapat
membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara
berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat; dan
dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah
pedesaan. Untuk daerah tropis, beberapa masalah (ekonomi dan ekologi) berikut
menjadi mandat agroforestry dalam pemecahannya antara lain adalah menjamin
dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan, yaitu meningkatkan persediaan
pangan baik tahunan atau musiman dan perbaikan kualitas nutrisi, diversifikasi
produk dan pengurangan risiko gagal panen, dan keterjaminan bahan pangan
secara berkesinambungan (Mayrowani dan Ashari, 2011).
Agroforestry telah berhasil dilaksanakan pada berbagai Negara selama
hampir satu abad. Pengalaman yang diperoleh dalam pelaksanaan agroforestry
diuji dan diamati secara serius, diperbaharui dan digunakan sejalan pada tiap
situasi yang ada sehingga pengembangan desa hutan dapat meluas dan dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemerintah lokal pada berbagai tingkat perlu
dilibatkan dengan memanfaatkan pengaruhnya dalam pelaksanaan dan
pengambilan keputusan pada kegiatan-kegiatan perhutanan sosial. Agroforestry
sebagai bentuk penggunaan lahan secara permanen, penggunaannya untuk
4

tanaman pohon dengan di dalamnya ditanam tanaman pertanian secara bersama-


sama sepanjang rotasi dan apabila memungkinkan juga dikombinasi dengan
tanaman hijauan makanan ternak, memberikan kemungkinan adanya modifikasi
sesuai dengan kondisi fisik dan sosial ekonomi (Alfatikha et al., 2020).
Pengelolaan hutan yang baik tentunya berdampak terhadap kondisi
ekonomi masyarakat sekitar hutan. Salah satu bentuk pengelolaan hutan di
Indonesia adalah pola agroforestry. Agroforestry adalah salah satu sistem
pengelolaan lahan yang berfungsi produktif dan protektif sehingga seringkali
dipakai sebagai salah satu contoh sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
Agroforestry mempunyai manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat
langsung dari keberadaan hutan diantaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu
dan satwa, sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan,
baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen,
penyerap karbon, dan manfaat tidak langsung lainnya. Alih guna lahan menjadi
lahan pertanian telah banyak menimbulkan banyak masalah seperti penurunan
kesuburan tanah, erosi maupun perubahan lingkungan global. Agroforestry
merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan yang dapat ditawarkan untuk
mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih guna lahan dan sekaligus juga
untuk mengatasi masalah pangan (Andriansyah et al., 2021).
Penerapan komposisi tanaman agroforestri bertujuan untuk
menjaga fungsi ekologi hutan dan meningkatkan pendapatan petani. Agroforestri
memiliki fungsi ekologis seperti menyediakan sumber air, mencegah terjadinya
erosi dan longsor dari pepohonan di lahan yang dikelola. Selain itu terdapat fungsi
ekonomi untuk jangka panjang dan jangka pendek. Tanaman pepohonan seperti
Multi-Purpose Trees Species (MPTS) bisa menjadi sumber pendapatan jangka
panjang mengingat produknya hanya bisa dipanen setahun sekali. Sumber
pendapatan untuk jangka waktu yang pendek dapat diperoleh dari vegetasi kanopi
rendah yang ditanam diantara MPTS seperti pisang (Musa sp.), kakao
(Theobroma kakao), Cabai (Capsicum sp.), kopi (Coffea arabica), padi (Oryza
sativa), tomat (Solanum lycopersicum), seledri (Apium graveolens), serai
(Cymbopogon nardus), kunyit (Curcuma longa), jahe (Jingiberis rhizoma), dan
lainnya (Wanderi et al., 2019).
5

Agroforestry merupakan sistem bercocok tanam multikultur, yang


mengkombinasikan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian, hewan atau
tanaman lainnya dalam suatu lahan secara bersamaan maupun periodik. Salah satu
sistem agroforestry yang dapat meningkatkan pendapatan petani yang dikenal
secara luas dan dipraktekkan masyarakat adalah kebun campuran, yaitu kebun
yang ditanami dengan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian secara
bersamaan dalam satu lahan. Manfaat dari sistem agroforestry bukan hanya
memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi petani, tetapi juga memberikan
manfaat tersendiri bagi lingkungan hidup. Manfaat yang dapat diperoleh dari
pengelolaan kebun yang berbasis agroforestry dari segi lingkungan adalah
mengurangi aliran permukaan, pencucian zat hara tanah dan laju erosi,
meningkatkan jumlah serasah yang dapat terdekomposisi menjadi bahan organik
tanah, memperbaiki struktur tanah serta meningkatkan keanekaragaman hayati,
sedangkan manfaat sosial ekonomi dari sistem agroforestry adalah meningkatkan
produktivitas karena hasil panen yang beragam sehingga mampu memantapkan
pendapatan petani. (Andriansyah et al., 2021).
Agroforestry dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem
agroforestry sederhana dan sistem agroforestry kompleks. Sistem agroforestry
sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara
tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Bentuk agroforestry
sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa adalah tumpangsari. Sementara
sistem agroforestry kompleks merupakan suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis pohon baik yang ditanam secara sengaja maupun tumbuh
alami. Penciri utama agroforestry kompleks adalah kenampakan fisik dan
dinamika didalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan sehingga disebut pula
sebagai agroforest. Ada tiga model agroforestry yang lazim diterapkan yaitu: (1)
sylvofishery, yaitu seperti empang parit yang banyak dikembangkan pada
berbagai daerah pantai bermangrove di Indonesia; (2) sylvopasture, merupakan
perpaduan kehutanan dan peternakan; dan (3) tumpangsari, yaitu budidaya
komoditas pertanian di kawasan hutan; umumnya program Perhutanan Sosial
Perum Perhutani menggunakan sistem tumpangsari (Latue et al., 2018).
6

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Kegiatan Fieldtrip Agroforestry yang berjudul “Identifikasi Jenis
Agroforestry” dilakukan pada hari Sabtu, 11 Maret 2023 pada pukul 12.00 WIB
sampai dengan selesai. Fieldtrip Agroforestry ini dilaksanakan di Reba Juma,
Desa Kuta Tualah Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah handphone/laptop, alat tulis dan kendaraan.
Bahan yang digunakan adalah foto lapangan dan jurnal pendukung.

Prosedur Praktikum
1. Disiapkan alat bahan.
2. Ditentukan lokasi yang akan diidentifikasi.
3. Didatangi lokasi tersebut bersama 1 kelompok.
4. Diidentifikasi dan diambil foto jenis yang ada pada lokasi tersebut.
5. Dibuat laporan praktikum dengan menambahkan materi dari jurnal
pendukung.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berikut hasil dari fieldtrip Agroforestri yang telah dilakukan di Desa Kuta
Tualah KecamatanNamorambe Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Gambar 1. Bentuk Sistem Agroforestri di Desa Kuta Tualah

Pembahasan
Di Desa Kuta Tualah Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara masyarakat nya rata-rata adalah petani yang mayoritas suku Batak
Karo.Dalam mendapatkan informasi, dilakukan wawancara Langsung terhadap
salah satu warga dan observasi langsung sistem agroforestri yang ada di Desa
Kuta Tualah. Dari hasil informasi wawancara mengenai sistem agroforestri di
Desa Kuta Tualah didapat bahwa sistem agroforestri di Desa ini disebut dengan
Reba Juma. Reba Juma merupakan praktek agroforestri lokal masyarakat Karo
dalam bentuk kebun campuran. Kelestarian Reba Juma hingga saat ini,
memiliki kaitan yang erat dengan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya
masyarakat Karo.
Berdasarkan dari jenisnya, Reba Juma termasuk dalam agroforestri
kompleks. Menurut Henny Mayrowan, dkk., (2011) sistem agroforestry kompleks
merupakan suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pohon
baik yang ditanam secara sengaja maupun tumbuh alami. Di dalam sistem ini,
selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat
(liana), tanaman musiman, dan rerumputan dalam jumlah banyak. Sedangkan
8

berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, Reba Juma termasuk kebun atau
pekarangan berbasis pohon (home garden).
Reba Juma di Desa Kuta Tualah dikembangkan dengan pola agroforestri
Agrosilvopastura. Hal ini dapat dilihat dari komponen penyusun tanaman pada
Reba Juma yang terdiri dari tanaman kehutanan seperti duku, durian, manggis,
rambutan, dan bambu yang dikombinasi dengan tanaman pertanian/perkebunan
seperti coklat, pisang, nenas, kunyit, jagung, dan lain lain dan juga
dikombinasikan dengan adanya peternakan bebek,ayam kampung dan ikan air
tawar. Menurut Eka dkk, (2021) Agrosilvopastura adalah bentuk pemanfaatan
lahan yang mengkombinasikan antara tanaman tahunan berkayu, tanaman
semusim, dan ternak dalam waktu yang sama.
Reba Juma yang merupakan sistem agroforestri, ditanami berbagai jenis
tanaman yang merupakan kombinasi tanaman kehutanan dan tanaman pertanian.
Jenis tanaman keras yang ada di Reba Juma antara lain: duku (Lansium
domesticum) dan durian (Durio Zibethinus), Rambutan (Nephelium
lapaceum),mahoni (Switenia mahagoni), kelapa (Cocos mucifera), dan jambu biji
(Psidium guajava). Sedangkan tanaman pertaniannya berupa: coklat (Theobroma
cacao), nenas (Ananas comunes), pisang (Musa parasidiaca), ubi kayu (Manihot
utilisima). Dan kunyit (Curcuma domestica).
Pada lahan Reba Juma, tanaman semusim disatukan dengan tanaman
tahunan pada lahan yang sama.Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
responden di lokasi penelitian, petani Reba Juma berpendapat salah satu manfaat
dari Reba Juma yakni mempertahankan kondisi tanah agar tidak mudah terjadi
erosi.Reba Juma memiliki lapisan/strata tajuk bertingkat (multi-strata) mirip
dengan yang dijumpai di hutan. Tingkat lapisan tajuk vegetasi Reba Juma dapat
yaitu mulai dari lapisan semak, perdu, hingga lapisan pohon tinggi.Manfaat
ekologis dari agroforestri diantaranya mengurangi laju aliran permukaan dan
pencucian zat hara tanah, mengurangi erosi tanah menciptakan perbaikan kondisi
iklim makro melalui penutupan oleh tajuk pohon dan mulsa, peningkatan kadar
unsur hara tanah karena adanya serasal atau humus, serta perbaikan struktur tanah
karena adanya penambahan bahan organik yang terus menerus dari serasah yang
membusuk.
9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Sistem agroforestri merupakan sistem pengunaan lahan, yang memiliki aspek
sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui kombinasi pepohonan dengan
tanaman pertanian dan atau peternakan (hewan) dan atau perikanan, baik
secara bersama-sama atau bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai
hasil total nabati dan atau hewan yang optimal.
2. Reba Juma di Desa Kuta Tualah dikembangkan dengan pola agroforestri
Agrosilvopastura. Hal ini dapat dilihat dari komponen penyusun tanaman pada
Reba Juma yang terdiri dari tanaman kehutanan,tanaman
pertanian/Perkebunan, dan Terdapat Peternakan ayam kampung, bebek, dan
ikan air tawar.
3. Berdasarkan dari jenisnya, Reba Juma termasuk dalam agroforestri kompleks.
Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu,
tanaman memanjat (liana), tanaman musiman, dan rerumputan dalam jumlah
banyak.
4. Jenis tanaman keras yang ada di Reba Juma antara lain: duku (Lansium
domesticum) dan durian (Durio Zibethinus), Rambutan (Nephelium
lapaceum),mahoni (Switenia mahagoni), kelapa (Cocos mucifera), dan jambu
biji (Psidium guajava). Sedangkan tanaman pertaniannya berupa: coklat
(Theobroma cacao), nenas (Ananas comunes), pisang (Musa parasidiaca), ubi
kayu (Manihot utilisima). Dan kunyit (Curcuma domestica).

Saran
Untuk menjaga kelestarian sistem Agroforestri di Desa Kuta Tualah
Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara perlu dilakukan
penelitian mengenai hama dan penyakit yang meyerang tanaman pada Desa ini
serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek sosial ekonomi
agroforestri di Desa Kuta Tualah.
10

DAFTAR PUSTAKA

Alfatikha M, Herwanti S, Febryano IG, Yuwono SB. 2020. Identifikasi Jenis


Tanaman Agroforestri Untuk Mendukung Ketahanan Rumah Tangga Di
Desa Pulau Pahawang. Journal Of Forestry Research, 3(2) : 56-63.
Amin M, Rachman I, Ramlah S. 2016. Jenis Agroforestri dan Orientasi
Pemanfaatan. Lahan Di Desa Simoro Kecamatan Gumbasa Kabupaten
Sigi. Jurnal Warta Rimba, 4(1) : 97-104.
Andriansyah R, Hidayah AK, Tirkaamiana MT. 2021. Studi Tentang Pemanfaatan
Lahan Dengan Pola Agroforestry Pada Kebun Belimbing Di Desa
Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Sebrang. Jurnal Ilmu Pertanian
dan Kehutanan, 20(1) : 1-15.
Hamid, Ahmad Humam, Romano. 2013. Upaya Pengembangan Agroforestri
Sebagai Langkah Pengamanan Penyangga Hutan Di Kabupaten Pidea
Jaya. Jurnal Agrisep, 14(2) : 28-35.
Latue YA, Pattinama MJ, Lawalata M. 2018. Sistem Pengelolaan Agroforestri Di
Negeri Riring Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Jurnal
Agribisnis Kepulauan, 6(3) : 212-230.
Mayrowani H, Ashari. 2011. Pengembangan Agroforestry Untuk Mendukung
Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Jurnal
Agrifor, 4(2) : 1-9.
Naharuddin N. 2018. Sistem Pertanian Konservasi Pola Agroforestri dan
Hubungannya dengan Tingkat Erosi Di Wilayah Sub-DAS Wuno, Das
Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 6(3) : 183-192.

Puspasari E, Wulandari C, Darmawan A, Banuwa IS. 2017. Aspek Sosial


Ekonomi Pada Sistem Agroforestri Di Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan
(HKm) Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Jurnal Sylva
Lestari, 5(3) : 95-103.
Suek, Johanna, Welhelmus I Mella. 2021. Agroforestri Tradisional Sebagai
Sistem Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan. Jurnal Excellentia, 10(1) :
118-131.

Suwarno, Eno, Eni Suhesti, Nahlumnisa. 2018. Pengembangan Agroforestri


Sederhana Di Sekitar Rumah. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
2(2) : 293-300.

Wanderi, Qurniati R, Kaskoyo H. 2019. Kontribusi Tanaman Agroforestry


Terhadap Pendapatan dan Kesejahteraan Petani. Jurnal Sylva Lestari, 7(1)
: 118-127.
11

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai