Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH POLA TANAM

SISTEM PENGGUNAAN LAHAN


AGROFORESTRI DAN LAHAN
PERKEBUNAN

Oleh:
Kelompok 3
Pola Tanam A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Pola Tanam yang disusun oleh :


1 Ririn Ambarwati 19025010001
2 Fidi Rahmawati 19025010013
3 Anisa Qurrotu Aini 19025010197
4 Oki Nur Hidayah 19025010204

Ditujukan untuk memenuhi tugas Pola Tanam


Progam Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.

Surabaya, 22 November 2021

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Didik


NIP.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Pola Tanam dengan
baik. Penyelesaian makalah adalah persyaratan untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah Pola Tanam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
proses pembuatan Makalah Pola Tanam ini,
terkhusus kepada:
1. Dr. Didik Selaku Dosen Pembimbing Mata kuliah
Pola Tanam
2. Seluruh anggota Kelompok 3
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga Allah SWT
memberikan imbalan yang setimpal kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dan dapat
dijadikan sebagai amalan ibadah. Semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 22 November 2021


IV. PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Sistem Penggunaan Lahan


Agroforestry dan Lahan Perkebunan
Agro berarti pertanian sedangkan forestry
berarti kehutanan.  Agroforestry merupakan sistem
pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah
ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas
lahan. Agroforestry dapat diklasifikasikan menurut
fungsi dan struktur penyusunnya yaitu pepohonan,
tanaman semusim, peternakan dan komponen
lainnya.  Pohon dalam agroforestri dapat dalam
bentuk apa saja dan dengan fungsi apa pun, termasuk
kayu, biomassa, atau produksi buah. Komponen
agroforestri meliputi Kehutanan, Pertanian,
Peternakan, Agrisilvikultur, Agropastura,
Silvopastura, Agrosilvopastura.
Sistem agroforestri pada umumnya ialah
pengelolaan lahan dimana akan ditanam bersama-
sama antara pohon dengan tanaman semusim yang
dapat dipanen maupun untuk pakan ternak.  sistem
agroforestri ini harus mempertimbangkan antara
sistem ekonomi dan ekologi atau lingkungan agar
saling berhubungan yang
menguntungkan.  Agroforestri digunakan sebagai
nama kolektif untuk praktik khusus yang melibatkan
petani dan pohon di tingkat plot, seringkali dengan
fokus pada interaksi tanaman tanah pohon.
Sistem agroforestri didefinisikan sebagai unit
lanskap yang terdiri dari penggunaan lahan yang
menggabungkan aspek pertanian dan kehutanan,
termasuk penggunaan pohon untuk pertanian (Van
Noordwijk, 2019). Agroforestry juga dapat diartikan
sebagai serangkaian praktik pertanian di mana pohon
atau spesies berkayu lainnya dibudidayakan bersama
dengan tanaman dan/atau ternak lain. Tergantung
pada kombinasi pohon dan elemen lainnya, sistem
agroforestri dapat diklasifikasikan ke dalam tipe
yang berbeda. Misalnya, penanaman pohon-pohon
turi di persawahan di Jawa.
Sistem agroforestri ini memiliki banyak
manfaat lingkungan dibandingkan sistem pertanian
secara monokultur yaitu salah satunya konservasi
keanekaragaman hayati dan kesuburan tanah.
Keanekaragaman jenis tanaman pada sistem
agroforestri tentu dapat berpengaruh pada
keberagaman fauna tanah sehingga manajemen
keragaman tumbuhan dalam sebuah pola tanam dapat
membantu dalam pengaturan keragaman fauna
tanah.  Sun et al., (2016) berpendapat bahwa
pemilihan jenis yang tepat dalam sistem agroforestri
dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah
melalui hadirnya berbagai mikroorganisme. 
Keragaman vegetasi dapat mempengaruhi
keragaman makrofauna tanah di samping terdapat
faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti kondisi
iklim, sifat tanah dan mikrohabitat (Widyati, 2013;
Burton & Eggleton, 2016; Wang et al., 2019). Sistem
agroforestri secara umum mampu menyediakan
layanan bagi ekosistem tanah dan konservasi fauna
tanah, meskipun pengaruhnya berbeda-beda
(Udawatta, Gantzer, & Jose, 2017; Marsden, Martin-
Chave, Cortet, Hedde, & Capowiez, 2019).
Agroforestri berdasarkan masa
perkembangannya ada dua agroforestri tradisional
dan agroforestri modern. Agroforestri tradisional
terbentuk tanpa mengadopsi teknik dari luar dan
menggunakan benih yang ada atau lokal untuk
mengisi lahan agroforestri tersebut.Selain itu,
agroforestri tradisional masih menggunakan teknik
dan menggunakan tanaman seadanya sejauh petani
tersebut mengetahuinya. 
Sistem dari agroforestri tradisional ialah
pengembangan ilmu dari pengelola lahan sendiri atau
petani dengan memperhatikan kebutuhan pasar dan
kondisi alam yang ada di wilayahnya agar dapat
berkelanjutan dan dapat dikelola oleh generasi
selanjutnya. System tradisional ini dapat disebut
sebagai trial and error (usaha percobaan) untuk
menentukan mana pengelolaan lahan yang cocok
untuk lahannya tanpa penelitian yang lebih lanjut.
Berbeda dengan sistem agroforestri modern, bahwa
pengelolaannya sudah didasarkan pada penelitian-
penelitian yang telah diuji dengan teknologi-
teknologi yang ada.
Sistem agroforestri tradisional, terutama
sistem silvopastoral (Plieninger et al.2015a), masih
ditemukan secara luas di banyak bagian dunia, tetapi
sering menurun baik karena intensifikasi pertanian
atau pengabaian lahan (Godinho et al. 2016; Nerlich
et.al. 2013). Dibandingkan dengan agroforestri
tradisional, sistem agroforestri yang ditingkatkan
seringkali kurang beragam dan cenderung
memberikan layanan ekosistem yang lebih sempit,
meskipun ini tergantung pada sistem, tempat, dan
opsi pengelolaan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Sun, F., Pan, K., Tariq, A., Zhang, L., Sun, X., Li, Z.
Olatunji, O. A. (2016). The response of the soil
microbial food web to extreme rainfall under
different plant systems. Nature Publishing
Group, (November), 1–12.
Udawatta, R. P., Gantzer, C. J., & Jose, S. (2017).
Agroforestry practices and soil ecosystem
services. In Soil Health and Intensification of
Agroecosytems (pp. 305–334).
Marsden, C., Martin-Chave, A., Cortet, J., Hedde,
M., & Capowiez, Y. (2019). How agroforestry
systems influence soil fauna and their functions
- a review. Plant and Soil.
Widyati, E. (2013). Pentingnya keragaman
fungsional organisme tanah terhadap
produktivitas lahan. Tekno Hutan, 6(1), 29–37.
Wang, S., Olatunji, O. A., Guo, C., Zhang, L., Sun,
X., Tariq, A., … Song, D. (2019). Response of
the soil macrofauna abundance and community
structure to drought stress under agroforestry
system in southeastern Qinghai-Tibet Plateau.
Archives of Agronomy and Soil Science, 1–13.
Burton, V. J., & Eggleton, P. (2016). Microhabitat
heterogeneity enhances soil macrofauna and
plant species diversity in an Ash-Field Maple
woodland. European Journal of Soil Biology,
75
Van Noordwijk M (2019) Pembangunan
berkelanjutan melalui pohon di pertanian:
agroforestri dalam dekade kelima. World
Agroforestry Center (ICRAF), Bogor.

Anda mungkin juga menyukai