Progam Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Surabaya, 22 November 2021
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Didik
NIP. KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pola Tanam dengan baik. Penyelesaian makalah adalah persyaratan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pola Tanam. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam proses pembuatan Makalah Pola Tanam ini, terkhusus kepada: 1. Dr. Didik Selaku Dosen Pembimbing Mata kuliah Pola Tanam 2. Seluruh anggota Kelompok 3 Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dan dapat dijadikan sebagai amalan ibadah. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 22 November 2021
IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Sistem Penggunaan Lahan
Agroforestry dan Lahan Perkebunan Agro berarti pertanian sedangkan forestry berarti kehutanan. Agroforestry merupakan sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Agroforestry dapat diklasifikasikan menurut fungsi dan struktur penyusunnya yaitu pepohonan, tanaman semusim, peternakan dan komponen lainnya. Pohon dalam agroforestri dapat dalam bentuk apa saja dan dengan fungsi apa pun, termasuk kayu, biomassa, atau produksi buah. Komponen agroforestri meliputi Kehutanan, Pertanian, Peternakan, Agrisilvikultur, Agropastura, Silvopastura, Agrosilvopastura. Sistem agroforestri pada umumnya ialah pengelolaan lahan dimana akan ditanam bersama- sama antara pohon dengan tanaman semusim yang dapat dipanen maupun untuk pakan ternak. sistem agroforestri ini harus mempertimbangkan antara sistem ekonomi dan ekologi atau lingkungan agar saling berhubungan yang menguntungkan. Agroforestri digunakan sebagai nama kolektif untuk praktik khusus yang melibatkan petani dan pohon di tingkat plot, seringkali dengan fokus pada interaksi tanaman tanah pohon. Sistem agroforestri didefinisikan sebagai unit lanskap yang terdiri dari penggunaan lahan yang menggabungkan aspek pertanian dan kehutanan, termasuk penggunaan pohon untuk pertanian (Van Noordwijk, 2019). Agroforestry juga dapat diartikan sebagai serangkaian praktik pertanian di mana pohon atau spesies berkayu lainnya dibudidayakan bersama dengan tanaman dan/atau ternak lain. Tergantung pada kombinasi pohon dan elemen lainnya, sistem agroforestri dapat diklasifikasikan ke dalam tipe yang berbeda. Misalnya, penanaman pohon-pohon turi di persawahan di Jawa. Sistem agroforestri ini memiliki banyak manfaat lingkungan dibandingkan sistem pertanian secara monokultur yaitu salah satunya konservasi keanekaragaman hayati dan kesuburan tanah. Keanekaragaman jenis tanaman pada sistem agroforestri tentu dapat berpengaruh pada keberagaman fauna tanah sehingga manajemen keragaman tumbuhan dalam sebuah pola tanam dapat membantu dalam pengaturan keragaman fauna tanah. Sun et al., (2016) berpendapat bahwa pemilihan jenis yang tepat dalam sistem agroforestri dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah melalui hadirnya berbagai mikroorganisme. Keragaman vegetasi dapat mempengaruhi keragaman makrofauna tanah di samping terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti kondisi iklim, sifat tanah dan mikrohabitat (Widyati, 2013; Burton & Eggleton, 2016; Wang et al., 2019). Sistem agroforestri secara umum mampu menyediakan layanan bagi ekosistem tanah dan konservasi fauna tanah, meskipun pengaruhnya berbeda-beda (Udawatta, Gantzer, & Jose, 2017; Marsden, Martin- Chave, Cortet, Hedde, & Capowiez, 2019). Agroforestri berdasarkan masa perkembangannya ada dua agroforestri tradisional dan agroforestri modern. Agroforestri tradisional terbentuk tanpa mengadopsi teknik dari luar dan menggunakan benih yang ada atau lokal untuk mengisi lahan agroforestri tersebut.Selain itu, agroforestri tradisional masih menggunakan teknik dan menggunakan tanaman seadanya sejauh petani tersebut mengetahuinya. Sistem dari agroforestri tradisional ialah pengembangan ilmu dari pengelola lahan sendiri atau petani dengan memperhatikan kebutuhan pasar dan kondisi alam yang ada di wilayahnya agar dapat berkelanjutan dan dapat dikelola oleh generasi selanjutnya. System tradisional ini dapat disebut sebagai trial and error (usaha percobaan) untuk menentukan mana pengelolaan lahan yang cocok untuk lahannya tanpa penelitian yang lebih lanjut. Berbeda dengan sistem agroforestri modern, bahwa pengelolaannya sudah didasarkan pada penelitian- penelitian yang telah diuji dengan teknologi- teknologi yang ada. Sistem agroforestri tradisional, terutama sistem silvopastoral (Plieninger et al.2015a), masih ditemukan secara luas di banyak bagian dunia, tetapi sering menurun baik karena intensifikasi pertanian atau pengabaian lahan (Godinho et al. 2016; Nerlich et.al. 2013). Dibandingkan dengan agroforestri tradisional, sistem agroforestri yang ditingkatkan seringkali kurang beragam dan cenderung memberikan layanan ekosistem yang lebih sempit, meskipun ini tergantung pada sistem, tempat, dan opsi pengelolaan tertentu. DAFTAR PUSTAKA Sun, F., Pan, K., Tariq, A., Zhang, L., Sun, X., Li, Z. Olatunji, O. A. (2016). The response of the soil microbial food web to extreme rainfall under different plant systems. Nature Publishing Group, (November), 1–12. Udawatta, R. P., Gantzer, C. J., & Jose, S. (2017). Agroforestry practices and soil ecosystem services. In Soil Health and Intensification of Agroecosytems (pp. 305–334). Marsden, C., Martin-Chave, A., Cortet, J., Hedde, M., & Capowiez, Y. (2019). How agroforestry systems influence soil fauna and their functions - a review. Plant and Soil. Widyati, E. (2013). Pentingnya keragaman fungsional organisme tanah terhadap produktivitas lahan. Tekno Hutan, 6(1), 29–37. Wang, S., Olatunji, O. A., Guo, C., Zhang, L., Sun, X., Tariq, A., … Song, D. (2019). Response of the soil macrofauna abundance and community structure to drought stress under agroforestry system in southeastern Qinghai-Tibet Plateau. Archives of Agronomy and Soil Science, 1–13. Burton, V. J., & Eggleton, P. (2016). Microhabitat heterogeneity enhances soil macrofauna and plant species diversity in an Ash-Field Maple woodland. European Journal of Soil Biology, 75 Van Noordwijk M (2019) Pembangunan berkelanjutan melalui pohon di pertanian: agroforestri dalam dekade kelima. World Agroforestry Center (ICRAF), Bogor.