DISUSUN OLEH :
RIRIN AMBARWATI
19025010001
GOL. A1
FAKULTAS PERTANIAN
JAWA IMUR
SURABAYA
2021
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan jumlah kegiatan
pembangunan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan
di Indonesia. Sering dijumpai pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kaidah penataan ruang dan kemampuan serta kesesuaian lahan, sehingga timbul
masalah seperti lahan kritis, hilangnya lahan pertanian yang subur, dan terjadinya
pencemaran tanah. Pertumbuhan ekonomi dan industri yang menyebabkan
terjadinya kecenderungan kepada perubahan siklus alami, terutama mengenai
perubahan-perubahan sungai dan kegiatan lain yang dapat mengurangi
produktivitas biologis. (Putri & Cintamulya, 2020)
Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup
di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan.
Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Tumbuhan dan hewan yang hidup di laut,
tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab
itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat
mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya
pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia juga.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia
banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak
jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. (Wahyuni et al.,
n.d.)
Salah satu diantaranya, Pencemaran tanah pada lahan pertanian di Desa
Sumberwaru, Gresik yang tercemar air limbah industri tepung beras
mengakibatkan Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu
menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk selain itu pencemaran tanah
juga menyebabkan timbulnya bau di sekitarnya dan menyebabkan lahan pertanian
tercemar. penyelenggaraan pembangunan Pembangunan kawasan industri di
daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal
pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan
manusia atau makhluk hidup lain.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh cemaran terhadap ketersediaan nutrisi air
2. Bagaimana upaya Penanganan cemaran tersebut terhadap lahan sawah yang
yang berada di Desa Sumberwaru, Gresik?
I.3 Tujuan
1. Mengkaji i Pengaruh cemaran terhadap ketersediaan nutrisi air
2. Menganalisis upaya Penanganan cemaran tersebut terhadap lahan sawah yang
yang berada di Desa Sumberwaru, Gresik
.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran tanah pada lahan yang disebabkan adanya air limbah industri
yang mengakibatkan Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu
menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk selain itu pencemaran tanah
juga menyebabkan timbulnya bau di sekitarnya dan menyebabkan lahan pertanian
tercemar, Karena tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan
permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah
terkontaminasi bakteri tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada
musim kemarau oleh karena telah terjadinya pencemaran tanah. Timbunan yang
mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran. Sisa hasil industri
pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal, perak,khrom,
arsen dan boron adalah limbah cair yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian
bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan
tanah dan dalam hal ini pun menyebabkan pencemaran tanah, terutama perubahan
metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil
pertanian . Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman
di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Kandungan Mineral Sangat Sedikit, tanah yang baik dan subur pasti
mengandung banyak mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan tanah
untuk hidup, seperti C-organik, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, nitrogen,
dan oksigen akan berkurang dari struktur tanah apabila sejumlah polutan yang
melakukan penetrasi kedalam tanah melebihi ambang batas normal sehingga
polutan tersebut akan mengambil alih atau merusak kandungan mineral dalam
tanah, jumlah kandungan mineral-mineral tersebut sangat sedikit dan digantikan
oleh zat polutan yang kadarnya melebihi ambang batas.
3.2.1. Alat
1. Cetok
2. Alat tulis
3. Gawai
4. Konduktor dengan sel platina
5. Piala gelas 100 ml
6. Thermometer
7. pH meter
8. Pinggan alumunium
9. Penjepit tahan karat
10. Oven
11. Eksikator
12. Neraca analitik
13. Labu semprot 500 ml
14. Mesin pengocok
3.2.2. Bahan
1. Menyesuaikan tombol suhu pada alat ukur pH dengan suhu larutan yang
diperiksa.
2. Mengkalibrasi pH meter dengan larutan penyangga pH 7,00 dan pH 4,01.
3. Membilas elektrode dengan air bebas ion dan keringkan dengan tisu
sebelum pengukuran setiap contoh/larutan sangga.
4. Memasukkan elektropoda ke dalam contoh (kira-kira 25 ml) baca setelah
mantap.
5. Membilas elektrode dengan air bebas ion dan keringkan dengan tisu
sebelum pengukuran setiap contoh/larutan sangga.
4. HPT
5. Panen dan Pasca Panen Tanaman jagung bisa dipanen sekitar 100
hst, tergantung dari jenis benih yang
digunakan. Secara fisik jagung yang siap
panen akan terlihat dari daun klobotnya
yang mengering berwarna kekuningan.
Setelah panen jagung harus dikeringkan
terlebih dahulu. Cara pengeringan yang
paling umum adalah dengan
menjemurnya di ladang bersama-sama
dengan klobotnya atau bisa juga dengan
mengupas kelobotnya dan menjemurnya
di lantai atau di atas terpal masa
pengeringan kurang lebih 3 hari
bergantung dengan keadaan cuaca.
Kemudian pasca panen langsung
diangkut oleh tengkulak. .
Penilaian
1. Tanah Berat KCL 10,00 -
H2O 10,02 -
DO 6,46 mg/L -
4.2 Pembahasan
Tanah sebagai Sumber Nutrisi Tanaman Nutrisi penyediaan atau suplai dan
absorbsi senyawa-senyawa kimia yg dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme
tanaman, Nutrient adalah senyawa-senyawa kimia yg dibutuhkan oleh organisme
termasuk tanaman. Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman.
Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi yang tersedia
dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka ragam unsur dapat
ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur–unsur
tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Unsur-unsur yang
terdapat di dalam tanah cukup banyak. Seringkali tanah mengandung unsur yang
diperlukan maupun yang tidak diperlukan bagi tanaman. Dalam konsentrasi yang
tinggi unsur-unsur tersebut dapat merusak tanaman. Kesuburan tanah adalah suatu
keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang
dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Widodo,
2013). Kesuburan tanah dapat ditinjau dari kemampuan tanah untuk menyuplai unsur
hara yang tersedia bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman. Kesuburan tanah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah
aktual dan juga kesuburan tanah potensial, kesuburan tanah aktual adalah kesuburan
tanah yang hakiki. Kesuburan tanah potensial adalah kesuburan tanah maksimum
yang dapat dicapai dengan intervensi teknologi yang mengoptimalkan semua faktor
yang mengakibatkan tanah tercemar.
Tanah adalah sebagai tempat tumbuhnya suatu tanaman, oleh sebab itu
kandungan kadar C organik pada tanah haruslah memenuhi standar baku mutu. Dari
hasil analisa tanah perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan spektrofotometer
lambda 25 untuk memperoleh kadar unsur hara C organik di peroleh di laboratorium
Veteran Jawa Timur, kemudian dibandingkan dengan angka kadar hara tanah kelapa
sawit yang menunjukkan defisiensi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat
tinggi pada tanah perkebunan kelapa sawit tersebut. Berdasarkan hasil uji
laboratorium diperoleh C-Organik pada stasiun <2 tergolong pada tingkat kesuburan
tanah rendah,Hal ini sesuai dengan pendapat (Nopsagiarti et al., 2020) yang
mengatakan bahwa kadar C-organik di dalam tanah mencerminkan kandungan bahan
organik tanah yang merupakan tolok ukur pengelolaan tanah, kadar C-Organik
merupakan faktor penting penentu kualitas tanah mineral, semakin tinggi kadar C-
Organik total maka kualitas tanah semakin baik.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
2. Lahan tercemar di Kec. wringinanom berasal dari limbah industri yang yang
menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk selain itu pencemaran tanah
juga menyebabkan timbulnya bau di sekitarnya dan menyebabkan lahan pertanian
tercemar dan menghambat proses budidaya Tanaman jagung dilahan sawah.
3. Hasil analisis pada sempel tanah dan air di lahan tercemar yaitu pH tanah masing-
masing 6,8 dan 7,5 dan pH air 7,4 merupakan pH netral bagi tanah, EC tanah dan
air yaitu 3,361 µs dan 790 µs sangat bik , DO air sebesar 6,46 mg/L ringan dan
C-organik bernilai <2 yang tergolong rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, A., & Hapsari, R. I. (2017). Remediasi Lahan Pertanian yang Tercemar Logam
Berat untuk Menghasilkan Produk Pangan yang Sehat. Seminar Nasional Hasil
Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang, 5(1), 133–139.
Nopsagiarti, T., Okalia, D., & Marlina, G. (2020). Analisis C-Organik , Nitrogen Dan
C / N Tanah Pada Lahan Agrowisata Beken Jaya. Jurnal Agrosaind Dan Teknologi,
5(1), 11–18. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/ftan/article/view/5889/pdf
Prabowo, R., & Subantoro, R. (2017). Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat
Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian Di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Cendekia
Eksakta, 2008, 59–64.
Putri, Y. A., & Cintamulya, I. (2020). Pengendalian pencemaran tanah akibat pestisida
melalui teknik bioremediasi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat, 5(2), 275–280.
Suseno, S., & Widyawati, N. (2020). Pengaruh Nilai EC Berbagai Pupuk Cair Majemuk
Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Kangkung Darat Pada Soilless Culture.
Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi, 22(1), 12.
https://doi.org/10.20961/agsjpa.v22i1.32510
Tahir, R. Bin. (2016). Analisis Sebaran Kadar Oksigen (O ) Dan Kadar Oksigen
Terlarut (Dissolved Oxygen) Dengan Menggunakan Data in Situ Dan Citra Satelit
Landsat 8 ( Studi Kasus : Wilayah Gili Iyang Kabupaten Sumenep ) Distribution
Analysis of Oxygen ( O 2 ) and Dissolved. 2.
Widiyanto, A. F., Yuniarno, S., & Kuswanto, K. (2015). Polusi Air Tanah Akibat
Limbah Industri Dan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
10(2), 246. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3388
Widodo, T. (2013). Kajian Ketersediaan Air Tanah Terkait Pemanfaatan Lahan di
Kabupaten Blitar. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 9(2), 122.
https://doi.org/10.14710/pwk.v9i2.6516