Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL OBSERVASI LAPANG

PRAKTIKUM PENGELOLAAN TANAH DAN AIR


PENGELOLAAN LAHAN SAWAH TERCEMAR LIMBAH INDUSTRI
DI DESA SUMBERWARU GRESIK

DISUSUN OLEH :

RIRIN AMBARWATI

19025010001

GOL. A1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA IMUR

SURABAYA

2021
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan jumlah kegiatan
pembangunan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan
di Indonesia. Sering dijumpai pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kaidah penataan ruang dan kemampuan serta kesesuaian lahan, sehingga timbul
masalah seperti lahan kritis, hilangnya lahan pertanian yang subur, dan terjadinya
pencemaran tanah. Pertumbuhan ekonomi dan industri yang menyebabkan
terjadinya kecenderungan kepada perubahan siklus alami, terutama mengenai
perubahan-perubahan sungai dan kegiatan lain yang dapat mengurangi
produktivitas biologis. (Putri & Cintamulya, 2020)
Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup
di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan.
Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Tumbuhan dan hewan yang hidup di laut,
tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab
itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat
mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya
pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia juga.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia
banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak
jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. (Wahyuni et al.,
n.d.)
Salah satu diantaranya, Pencemaran tanah pada lahan pertanian di Desa
Sumberwaru, Gresik yang tercemar air limbah industri tepung beras
mengakibatkan Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu
menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk selain itu pencemaran tanah
juga menyebabkan timbulnya bau di sekitarnya dan menyebabkan lahan pertanian
tercemar. penyelenggaraan pembangunan Pembangunan kawasan industri di
daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal
pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan
manusia atau makhluk hidup lain.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh cemaran terhadap ketersediaan nutrisi air
2. Bagaimana upaya Penanganan cemaran tersebut terhadap lahan sawah yang
yang berada di Desa Sumberwaru, Gresik?
I.3 Tujuan
1. Mengkaji i Pengaruh cemaran terhadap ketersediaan nutrisi air
2. Menganalisis upaya Penanganan cemaran tersebut terhadap lahan sawah yang
yang berada di Desa Sumberwaru, Gresik
.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan tercemar

Pencemaran tanah adalah kondisi dimana bahan kimia hasil pekerjaan


manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
kebanyakan terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan
sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat. Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari
permukaan tanah, karenanya dia mampu menguap, tersapu air hujan dan atau
masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut mampu
berdampak langsung untuk manusia ketika bersentuhan atau mampu mencemari
air tanah dan udara di atasnya.

Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk


hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan.
Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang
hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan
tanah. Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah
pertanian

Pencemaran tanah pada lahan yang disebabkan adanya air limbah industri
yang mengakibatkan Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu
menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk selain itu pencemaran tanah
juga menyebabkan timbulnya bau di sekitarnya dan menyebabkan lahan pertanian
tercemar, Karena tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan
permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah
terkontaminasi bakteri tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada
musim kemarau oleh karena telah terjadinya pencemaran tanah. Timbunan yang
mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran. Sisa hasil industri
pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal, perak,khrom,
arsen dan boron adalah limbah cair yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian
bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan
tanah dan dalam hal ini pun menyebabkan pencemaran tanah, terutama perubahan
metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil
pertanian . Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman
di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.

2.2 Karakterisitik Lahan Tercemar

karakterisitik pada Lahan Tercemar yaitu tingginya derajat keasaman atau pH


tanah yang tinggi, hal ini menyebabkan tanah tidak dapat menjadi media tanam
sejumlah tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya,
Lahan tercemar memiliki kisaran pH yang tinggi yaitu 7, hal tersebut dikarenakan
kandungan limbah anorganik atau limbah kimia pada tanah karena tercemarnya
tanah. pH yang tinggi justru akan merusak bagian-bagian dari tanaman.
Kemudian Hilangnya unsur hara dari tanah (Hamzah & Hapsari, 2017). Unsur
hara merupakan bagian terpenting dari tanah karena unsur hara ini
memungkinkan adanya pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
mikroorganisme dan mikroba dalam tanah. Penyebabnya dapat berasal dari
kontaminasi pestisida, limbah cair dari rumah tangga dan industri, dan adanya
logam berat dalam tanah. Tidak adanya tanda-tanda pertumbuhan jamur atau
mikroorganisme lain.

Kandungan Mineral Sangat Sedikit, tanah yang baik dan subur pasti
mengandung banyak mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan tanah
untuk hidup, seperti C-organik, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, nitrogen,
dan oksigen akan berkurang dari struktur tanah apabila sejumlah polutan yang
melakukan penetrasi kedalam tanah melebihi ambang batas normal sehingga
polutan tersebut akan mengambil alih atau merusak kandungan mineral dalam
tanah, jumlah kandungan mineral-mineral tersebut sangat sedikit dan digantikan
oleh zat polutan yang kadarnya melebihi ambang batas.

karakteristik tanah yang tercemar tentunya tidak dapat lagi memberikan


pendukung kehidupan bagi mahkluk hidup yang tinggal di dalamnya atau di atas
permukaan tanah. Tanah mengandung plastik dan bahan-bahan yang tidak dapat
diurai. Semakin banyak sampah plastik yang tertimbun di dalam tanah, maka
semakin buruk kondisi tanah tersebut karena plastik dan bahan yang tidak dapat
terurai akan menyebabkan kontaminasi tanah dalam jangka waktu yang lama dan
Tanah yang subur menjadi tempat tinggal yang baik untuk mikroorganisme dan
jamur. Salah satu ciri tanah yang tercemar adalah tidak adanya pertumbuhan
mikroorganisme dan jamur, baik di permukaan maupun di dalam tanah.
(Widiyanto et al., 2015)
III. METODE OBSERVASI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengelolaan Tanah dan Air dengan materi Observasi Lapang


Pengelolaan Tanah dan Air dilakukan pada hari Senin 11 Oktober 2021 jam 7.30-9.40 di
rumah masing-masing secara online dan dilakukan di lahan pertanian di Gresik.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

1. Cetok
2. Alat tulis
3. Gawai
4. Konduktor dengan sel platina
5. Piala gelas 100 ml
6. Thermometer
7. pH meter
8. Pinggan alumunium
9. Penjepit tahan karat
10. Oven
11. Eksikator
12. Neraca analitik
13. Labu semprot 500 ml
14. Mesin pengocok

3.2.2. Bahan

1. Sampel tanah Tercemar


2. Sampel air Drain in dan Drain out
3. Plastik
4. Botol plastic
5. Nampan
6. Air bebas ion
7. KCl
8. Air suling
9. Larutan baku NaCl 692 ppm
10. Larutan sangga pH 7,00 dan pH 4,01

3.3 Langkah Kerja

1. Melakukan Observasi lahan tercemar.


2. Melakukan wawancara dengan petani secara langsung.
3. Mengambil sampel tanah berjumlah 5 titik dalam satu penggunaan lahan.
4. Memasukkan sampel tanah pada plastik kemudian memberikan label nomor
pengambilan.
5. Mengambil sampel air Drain in dan Drain out dalam botol plastik.
6. Melakukan perawatan sapel tanah dengan mengkering anginkan diatas
nampan.
7. Melakukan analisa sampel di laboratorium.
8. Melakukan pembuatan proposal dengan format yang telah diberikan .

3.4 Metode Observasi

1. Mencari gambaran daerah lahan tercemar sesuai arahan asisten praktikum.


2. Melakukan survey secara langsung lahan tercemar.
3. Melakukan wawancara dengan petani yang mengolah lahan tercemar.
4. Mengambil sampel secukupnya untuk analisis sampel tanah.
5. Mengambil sampel air secukupnya.
6. Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan survey lapang lahan tercemar.

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Analisa C-Organik Sampel Tanah Tercemar

1. Menimbang 0,500 g contoh tanah ukuran dan memasukkan ke dalam labu


ukur 100 ml.
2. Menambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N, lalu dikocok.
3. Menambahakan 7,5 ml H2SO4 pekat, dikocok lalu diamkan selama 30
menit.
4. Mengencerkan larutan dengan air bebas ion, biarkan dingin dan
diimpitkan.
5. Mengukur absorbansi larutan jernih dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 561 nm pada keesekon harinya.
6. Membuat pembanding dengan standar 0 dan 250 ppm, dengan memipet 0
dan 5 ml larutan standar 5.000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dengan
perlakuan yang sama dengan pengerjaan contoh.
7. Menghitug kadar C-organik dengan rumus C-organik (%) = ppm kurva ×
ml ekstrak 1.000 ml-1 × 100 mg contoh-1 × fk.

3.5.2. Analisa pH Sampel Tanah Tercemar

1. Menimbang 10,00 g contoh tanah sebanyak dua kali, masing-masing


dimasukkan ke dalam botol kocok.
2. Menambahkan 50 ml air bebas ion ke botol yang satu (pH H2O) dan 50 ml
KCl 1 M ke dalam botol lainnya (pH KCl).
3. Mengocok dengan mesin pengocok selama 30 menit.
4. Mengukur Suspensi tanah dengan pH meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0. Laporkan nilai pH dalam
1 desimal.

3.5.3. Anlisa EC Sampel Tanah Tercemar

1. Menimbang 10,00 g contoh tanah ke dalam botol kocok, menambahkan 50


ml air bebas ion.
2. Mengocok larutan dengan mesin pengocok selama 30 menit.
3. Mengukur EC suspensi tanah dengan konduktometer yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan baku NaCl dan baca setelah angka mantap.
4. Mengukur contoh elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu setiap akan
melakukan kalibrasi.
5. Melaporkan nilai EC dalam satuan dS m-1 menggunakan 3 desimal.

3.5.4. Analisa pH Sampel Air

1. Menyesuaikan tombol suhu pada alat ukur pH dengan suhu larutan yang
diperiksa.
2. Mengkalibrasi pH meter dengan larutan penyangga pH 7,00 dan pH 4,01.
3. Membilas elektrode dengan air bebas ion dan keringkan dengan tisu
sebelum pengukuran setiap contoh/larutan sangga.
4. Memasukkan elektropoda ke dalam contoh (kira-kira 25 ml) baca setelah
mantap.
5. Membilas elektrode dengan air bebas ion dan keringkan dengan tisu
sebelum pengukuran setiap contoh/larutan sangga.

3.5.5. Analisa EC Sampel Air

1. Menyalakan alat konduktometer.


2. Mencuci atau menyemprot electrode dengan air bebas ion lalu dikeringkan
dengan tisu.
3. Mengkalibrasikan alat dengan memasukkan elektrode ke dalam larutan
baku NaCl.
4. Menetapkan pembacaan alat menjadi 1.413 µS/cm.
5. Mencuci dan mengeringkan elektroda setelah kalibrasi usai.
6. Memasukkan elektrode ke dalam contoh yang akan diukur (kira-kira 50
ml) dan baca setelah angka mantap.
7. Mencuci dan mengeringkan elektroda dengan tisu apabila akan dilakukan
pengukuran.
8. Mencuci elektroda dengan air bebas ion dan dilap sampai kering apabila
Analisa telah usai.
9. Mematikan alat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Deskripsi Observasi Lapang (wawancara) pada Lahan Tercemar

1. Lokasi Lahan : Dusun Sumberejo, Desa Sumberwaru, Kecamatan


Winginanom, Kab/ Kota Gresik.
2. Luas Lahan : 250 m2
3. Nama Petani : Pak Sunaryo
4. Jenis Tanaman : Jagung / Varietas Hibrida
5. Sistem pengairan : Irigasi
6. Produksi : 6 kuintal
4.1.1 Tabel Hasil Observasi Lapang pada Lahan Tercemar

No. Bidang Kegiatan Uraian

1. Pengolahan Tanah, Perbaikan lahan Pengolahan tanah dilakukan dengan cara


sesuai faktor pembatas lahan menggemburkan tanah dengan cangkul.

2. Persiapan Bibit : Asal benih didapatkan dengan beli di


toko pertanian. Kemudian Perlakuan
Asal bibit
sebelum ditanam adalah persmaian,
Perlakuan Sebelum
pembuatan bibit umur 20 hari ditanam.
disemai/ditanam

3. Perawatan Tanaman : • pengairan dilakukan secara irigasi


sumur dekat lahan dan alirkan airnya
Pengairan
dengan menggunakan pompa.

Pemupukan • jenis pupuk yang digunakan yaitu


NPK dan Phonska
Jenis pupuk
Waktu pupuk • waktu pemupukan dilakukan 2x
Dosis pupuk yaitu saat tanam dan 3 minggu
Cara memupuk setelah tanam.

Pengendalian • Dosis pupuk NPK phonska


diaplikasikan 2 kali yaitu saat
tanam(250 kg) dan 3 minggu setelah
tanam(150 kg).

• cara memupuk dilakukan dengan


cara ditugal dengan jarak 7-10cm
disamping lubang tanaman dan
ditutup dengan tanah.

4. HPT

Nama hama dan penyakit • Hama yang sering menyerang


tanaman yang sering menyerang tanaman jagung yaitu ulat daun
Keparahan serangan dan lalat bibit
Upaya pengendalian yang biasa
• Keparahan serangan dapat
dilakukan
menyebabkan memiliki bekas
gigitan pada bagian daun, pucuk
daun layu, dan akhirnya tanaman
jagung akan mati karena hama
ulat daun dan lalat bibit.

• Upaya pengendalian yg biasa


dilakukan dengan penerapan
pergiliran tanaman, penanaman
serentak, pemusnahan ulat dan
penyemprotan insektisida cair
atau pemberian insektisida butir
pada pucuk tanaman saat tanaman
berumur 4 minggu

5. Panen dan Pasca Panen Tanaman jagung bisa dipanen sekitar 100
hst, tergantung dari jenis benih yang
digunakan. Secara fisik jagung yang siap
panen akan terlihat dari daun klobotnya
yang mengering berwarna kekuningan.
Setelah panen jagung harus dikeringkan
terlebih dahulu. Cara pengeringan yang
paling umum adalah dengan
menjemurnya di ladang bersama-sama
dengan klobotnya atau bisa juga dengan
mengupas kelobotnya dan menjemurnya
di lantai atau di atas terpal masa
pengeringan kurang lebih 3 hari
bergantung dengan keadaan cuaca.
Kemudian pasca panen langsung
diangkut oleh tengkulak. .

4.1.2 Tabel Hasil Analisis pH, EC, DO dan C-organik

No. Bahan Jenis Penilaian Nilai Keterangan

Penilaian
1. Tanah Berat KCL 10,00 -

H2O 10,02 -

pH KCL 6,8 Netral

H2O 7,5 Netral

EC 3,361 µs Sangat Baik

C-organik <2 Rendah

2. Air pH 7,6 Agak alkalis

EC 790 µs Sangat Baik

DO 6,46 mg/L -

4.2 Pembahasan

Tanah sebagai Sumber Nutrisi Tanaman Nutrisi penyediaan atau suplai dan
absorbsi senyawa-senyawa kimia yg dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme
tanaman, Nutrient adalah senyawa-senyawa kimia yg dibutuhkan oleh organisme
termasuk tanaman. Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman.
Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi yang tersedia
dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka ragam unsur dapat
ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur–unsur
tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Unsur-unsur yang
terdapat di dalam tanah cukup banyak. Seringkali tanah mengandung unsur yang
diperlukan maupun yang tidak diperlukan bagi tanaman. Dalam konsentrasi yang
tinggi unsur-unsur tersebut dapat merusak tanaman. Kesuburan tanah adalah suatu
keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang
dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Widodo,
2013). Kesuburan tanah dapat ditinjau dari kemampuan tanah untuk menyuplai unsur
hara yang tersedia bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman. Kesuburan tanah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah
aktual dan juga kesuburan tanah potensial, kesuburan tanah aktual adalah kesuburan
tanah yang hakiki. Kesuburan tanah potensial adalah kesuburan tanah maksimum
yang dapat dicapai dengan intervensi teknologi yang mengoptimalkan semua faktor
yang mengakibatkan tanah tercemar.

Berdasarkan hasil observasi lapang yang dilakukan di lahan Dusun.


Sumberejo, Desa Sumberwaru, Kecamatan Winginanom, Kab/ Kota Gresik yang
tercemar dengan luas lahan 250 m2 dengan tanaman yang dibudidayakan yaitu tanaan
Jagung pada lahan tercemar dengan Pengolahan tanah dilakukan dengan cara
menggemburkan tanah dengan cangkul. Asal benih yang didapatkan dengan beli di
toko pertanian. Kemudian Perlakuan sebelum ditanam adalah persemaian, pembuatan
bibit umur 20 hari ditanam. Perawatan tanaman, pemupukan dan pengairan yang
dilakukan yaitu pengairan dilakukan secara irigasi sumur dekat lahan dan alirkan
airnya dengan menggunakan pompa.jenis pupuk yang digunakan yaitu NPK dan
Phonska waktu pemupukan dilakukan 2x yaitu saat tanam dan 3 minggu setelah
tanam. Dosis pupuk NPK phonska diaplikasikan 2 kali yaitu saat tanam(250 kg) dan
3 minggu setelah tanam(150 kg). cara memupuk dilakukan dengan cara ditugal
dengan jarak 7-10cm disamping lubang tanaman dan ditutup dengan tanah. Hama
yang sering menyerang tanaman jagung yaitu ulat daun dan lalat bibit. Keparahan
serangan dapat menyebabkan memiliki bekas gigitan pada bagian daun, pucuk daun
layu, dan akhirnya tanaman jagung akan mati karena hama ulat daun dan lalat bibit.
Upaya pengendalian yg biasa dilakukan dengan penerapan pergiliran tanaman,
penanaman serentak, pemusnahan ulat dan penyemprotan insektisida cair atau
pemberian insektisida butir pada pucuk tanaman saat tanaman berumur 4 minggu.
Panen dan pasca panen tanaman jagung bisa dipanen sekitar 100 hst, tergantung dari
jenis benih yang digunakan. Secara fisik jagung yang siap panen akan terlihat dari
daun klobotnya yang mengering berwarna kekuningan. Setelah panen jagung harus
dikeringkan terlebih dahulu. Cara pengeringan yang paling umum adalah dengan
menjemurnya di ladang bersama-sama dengan klobotnya atau bisa juga dengan
mengupas kelobotnya dan menjemurnya di lantai atau di atas terpal masa
pengeringan kurang lebih 3 hari bergantung dengan keadaan cuaca. Kemudian pasca
panen langsung diangkut oleh tengkulak.

Hasil uji pengambilan sampel dilakukan pada lahan tercemar di


laboratorium untuk mengetahui ketersediaan kandungan nutrisi air tanah pada pH,
EC, DO, dan C-Organik. Berdasarkan hasil analisis pH tanah menggunakan larutan
KCl dan H2O menghasilkan pH tanah sebesar pH 6,8 untuk analisis dengan larutan
KCl dan 7,5 untuk analisis menggunakan larutan H2O. PH tanah dengan masing-
masing 6,8 dan 7,5 merupakan pH netral Tingkat keasam-basaan ini merupakan pH 
ideal kandungan senyawa organik, mikroorganisme, unsur hara dan mineral-mineral
dalam kondisi yang optimal bagi tanah (Prabowo & Subantoro, 2017)

pengaruh berbagai nilai EC (Electrical Conductivity) optimal dari nutrisi AB


Mix terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada lahan tercemar.. EC merupakan
parameter yang menunjukkan konsentrasi ion- ion yang terlarut, jika ion yang terlarut
banyak maka semakin tinggi nilai EC. Berdasarkan analisis EC yang dilakukan pada
tanah dan air didapatkan nilai EC pada tanah sebesar 3,361 µs dan nilai EC air
sebesar 790 µs. jika ion yang terlarut banyak maka semakin tinggi nilai EC. Tinggi
rendahnya nilai EC mempengaruhi metabolisme tanaman, aktivitas enzim dan potensi
penyerapan ion-ion larutan oleh akar tanaman. Nilai EC yang rendah menyebabkan
jagung kekurangan nutrisi, ditandai dengan daun selada berwarna hijau kekuningan.
Kenaikan nilai EC berarti bahwa nutrisi pada larutan kemungkinan tidak diserap oleh
tanaman. Kemungkinan ini terjadi pada nutrisi anorganik karena pada nutrisi
anorganik dapat dihitung dengan tepat kandungan nutrisinya. Namun demikian
berbeda dengan nutrisi organik, pada nutrisi organik EC tidak mencerminkan
kelarutannya, karena dalam nutrisi organik terdapat mikroorganisme yang akan
mengurai senyawa-senyawa yang dibutuhkan tanaman sehingga akan terjadi
perubahan pada EC larutan(Suseno & Widyawati, 2020).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad


hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi
dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Tahir, 2016). Kadar DO yang tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut layak
digunakan dan baik untuk biota perairan, jika kadar DO rendah mengindikasikan
bahwa perairan tersebut telah tercemar dan dapat merusak ekosistem dalam suatu
perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar DO pada sampel yaitu 6,46
mg/L, Berdasarkan nilai DO yang di peroleh tersebut maka Sungai Sidoras dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian.

Tanah adalah sebagai tempat tumbuhnya suatu tanaman, oleh sebab itu
kandungan kadar C organik pada tanah haruslah memenuhi standar baku mutu. Dari
hasil analisa tanah perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan spektrofotometer
lambda 25 untuk memperoleh kadar unsur hara C organik di peroleh di laboratorium
Veteran Jawa Timur, kemudian dibandingkan dengan angka kadar hara tanah kelapa
sawit yang menunjukkan defisiensi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat
tinggi pada tanah perkebunan kelapa sawit tersebut. Berdasarkan hasil uji
laboratorium diperoleh C-Organik pada stasiun <2 tergolong pada tingkat kesuburan
tanah rendah,Hal ini sesuai dengan pendapat (Nopsagiarti et al., 2020) yang
mengatakan bahwa kadar C-organik di dalam tanah mencerminkan kandungan bahan
organik tanah yang merupakan tolok ukur pengelolaan tanah, kadar C-Organik
merupakan faktor penting penentu kualitas tanah mineral, semakin tinggi kadar C-
Organik total maka kualitas tanah semakin baik.
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Observasi dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan pengambilan


sampel. Lalu dilakukan uji sampel pada lab untuk mengatahui kandungan pH, EC,
DO, dan C-Organik

2. Lahan tercemar di Kec. wringinanom berasal dari limbah industri yang yang
menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk selain itu pencemaran tanah
juga menyebabkan timbulnya bau di sekitarnya dan menyebabkan lahan pertanian
tercemar dan menghambat proses budidaya Tanaman jagung dilahan sawah.

3. Hasil analisis pada sempel tanah dan air di lahan tercemar yaitu pH tanah masing-
masing 6,8 dan 7,5 dan pH air 7,4 merupakan pH netral bagi tanah, EC tanah dan
air yaitu 3,361 µs dan 790 µs sangat bik , DO air sebesar 6,46 mg/L ringan dan
C-organik bernilai <2 yang tergolong rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, A., & Hapsari, R. I. (2017). Remediasi Lahan Pertanian yang Tercemar Logam
Berat untuk Menghasilkan Produk Pangan yang Sehat. Seminar Nasional Hasil
Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang, 5(1), 133–139.

Nopsagiarti, T., Okalia, D., & Marlina, G. (2020). Analisis C-Organik , Nitrogen Dan
C / N Tanah Pada Lahan Agrowisata Beken Jaya. Jurnal Agrosaind Dan Teknologi,
5(1), 11–18. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/ftan/article/view/5889/pdf

Prabowo, R., & Subantoro, R. (2017). Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat
Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian Di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Cendekia
Eksakta, 2008, 59–64.

Putri, Y. A., & Cintamulya, I. (2020). Pengendalian pencemaran tanah akibat pestisida
melalui teknik bioremediasi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat, 5(2), 275–280.

Suseno, S., & Widyawati, N. (2020). Pengaruh Nilai EC Berbagai Pupuk Cair Majemuk
Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Kangkung Darat Pada Soilless Culture.
Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi, 22(1), 12.
https://doi.org/10.20961/agsjpa.v22i1.32510

Tahir, R. Bin. (2016). Analisis Sebaran Kadar Oksigen (O ) Dan Kadar Oksigen
Terlarut (Dissolved Oxygen) Dengan Menggunakan Data in Situ Dan Citra Satelit
Landsat 8 ( Studi Kasus : Wilayah Gili Iyang Kabupaten Sumenep ) Distribution
Analysis of Oxygen ( O 2 ) and Dissolved. 2.

Wahyuni, N., Muhammad, G., & Rahmadi, A. (n.d.). Pengaruh Pencemaran


Lingkungan Terhadap Kesuburan Dan Produktivitas Tanah. 105.

Widiyanto, A. F., Yuniarno, S., & Kuswanto, K. (2015). Polusi Air Tanah Akibat
Limbah Industri Dan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
10(2), 246. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3388
Widodo, T. (2013). Kajian Ketersediaan Air Tanah Terkait Pemanfaatan Lahan di
Kabupaten Blitar. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 9(2), 122.
https://doi.org/10.14710/pwk.v9i2.6516

Anda mungkin juga menyukai