BAB II
berdaya hasil tinggi, tahan hama gudang dan penyakit bulai serta memiliki
genotip DMR dan QPM, sedangkan DR 11-20 merupakan hasil seleksi pedigree
menggunakan sinar gamma dengan dosis 200 Gy. Perlakuan sinar gamma
Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jakarta (Putri, et al. 2010).
pengelolaan sumber daya yang dinamis dan berbasis ekologi, dengan memadukan
berbagai jenis pohon pada tingkat lahan (petak) pertanian maupun pada suatu
7
8
memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan bagi para pengguna lahan
ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.
Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan,
secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam
sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet,
cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang
bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman
semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung,
menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik
sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan
dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Selain
terdapat beraneka jenis pohon, di dalam sistem ini juga terdapat tanaman perdu,
banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan
9
fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik
hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut
sebagai Agroforest.
model usaha tani yang penting bagi para petani yang umumnya memiliki lahan
panen yang akhirnya mampu memberikan tambahan out put baik berupa fisik
maupun nilai finansial. Agroforestri sebagai salah satu model teknologi usaha tani
memiliki lahan terbatas. Pola usaha tani seperti ini memberikan kemungkinan bagi
pemilik lahan untuk meningkatkan intensitas pengambilan hasil per satuan luas
tertentu. Pola usaha tani agroforestri ini dianggap dapat mengatasi permasalahan
2012).
semua pohon atau semak yang digunakan atau dikelola untuk lebih dari satu
kegunaan produk atau jasa yang penekanannya pada aspek ekonomis dan
ekologis. Saat ini agroforestri diyakini secara luas mempunyai potensi besar
sebagai alternatif pengelolaan lahan yang utama untuk konservasi tanah dan juga
didasarkan pada hipotesa yang didukung data-data ilmiah bahwa pohon dan
10
1993).
utama petani dalam memilih jenis pohon, karena semakin cepat tumbuh, semakin
cepat dibandingkan dengan jenis tanaman kayu lainnya, sehingga masa tebangnya
mudah dan dapat ditanam diberbagai kondisi tanah. Pohon ini berukuran sedang
sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m. tidak berbanir, berwarna kelabu muda,
bulat agak lurus. Diameter bisa mencapai 100 cm, tajuk berbentuk perisai, jarang
dan selalu hijau. Kayu berwarna putih, teksturnya agak kasar, permukaannya agak
licin dan mengkilap. Hasil kayunya digunakan untuk kontruksi ringan, perabot
tanaman tersebut bisa dijadikan salah satu alternatif dalam penerapan sistem
pertanian agroforestri karena umurnya relatif pendek. Selain itu juga mudah dalam
genotipnya sama, dalam lingkungan yang berbeda penampilan dapat berbeda pula.
yang akan berperan dalam reduksi nitrit untuk dijadikan amonia. Reaksi biokimia
dari gugus amonia dengan beberapa tahap akan dihasilkan nitrogen dalam bentuk
siap diserap tanaman diantaranya NO3. Suhu yang optimum akan memperlancar
proses asimilasi nitrogen, baik yang masih berada dalam tanah maupun yang telah
dari oksidasi air dalam proses fotosintesis. Energi yang dihasilkan dapat
berdasarkan cara pembelahan sel induk penjaga yang berhubungan dengan arah
dinding sel yang memotong bagian tersebut dari meristemoid (Fahn, l992).
Sebaliknya tanpa naungan, cahaya terlalu tinggi, suhu juga tinggi sehingga dapat
matahari, tinggi rendahnya suhu, kelembaban udara dan menahan angin. Siang
hari naungan berperan untuk mengurangi tingginya suhu maksimum dengan cara
menahan cahaya matahari yang diterima tanaman dan pada malam hari naungan
mengurangi turunnya suhu minimum dengan cara menghambat radiasi panas dari
luar seperti sinar matahari, suhu, ketersediaan air, hara mineral dan kondisi tempat
matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka, sebaliknya ada
beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/ternaungi.
Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang
rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi
cahaya tinggi dan dapat meningkatkan bobot kering tajuk dan akar secara nyata
bertambah seiring dengan semakin tinggi intensitas cahaya (Gardner et al., 1991).
secara langsung, memiliki habitus tinggi, tegak, dan tidak bercabang dengan
13
tanaman C3. Intensitas cahaya yang diterima tanaman jagung, baik intensitas
yang berfungsi sebagai katalisator dalam fiksasi CO2 (Taiz dan Zeiger, 2002;
Cruz, 1997).
cahaya matahari tinggi, dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah
dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu tinggi, serta kesuburan tanah yang
relatif rendah. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C 4 antara lain
daun mempunyai laju fotosintesis lebih efisien dibandingkan tanaman tipe lain,
Fotorespirasi rendah dan efisien dalam penggunaan air (Salisbury dan Ross,
1995).
memiliki ruas batang tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis,
ruang antar sel lebih besar, jaringan pengangkut dan penguat lebih sedikit. Daun
berukuran lebih besar, lebih tipis, sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih
sedikit, ruang antar sel lebih banyak. Percobaan dengan daun iris yang
dengan jarak yang lebih kurang sama, jarak melebarnya khas bagi spesies
14
tumbuhan tertentu dan sisi daun. Beberapa teori stomata adalah: 1. terhambatnya
perkembangan yang sama, 3. induksi pola stomata oleh pola jaringan dasar yaitu
hal ini disebabkan adanya fotooksidasi klorofil yang akan membatasi fotosintesis
struktur klorofil daun. Resistensi itu terjadi mungkin berbalik (biasanya bersifat
tertentu pada tumbuhan bila cahaya tersebut diabsorbsi. Secara fisiologis cahaya
langsung melalui fotosintesis dan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akibat respons metabolik yang langsung (Fitter dan Hay,
1991).
adalah genotip dengan nilai indeks toleransi tinggi, semakin tinggi nilai indeks
15
toleransi suatu genotip, semakin tinggi potensi hasil dan toleransi genotip tersebut
dengan peningkatan naungan yaitu secara rata-rata 75%, 67% dan 44% dari
cahaya penuh dengan naungan paranet 20%, 40% dan 60%. Intensitas cahaya di
bawah tegakan karet umur dua dan tiga tahun setara dengan intensitas cahaya di
bawah paranet 25% dan 50%, sedangkan pada tegakan karet berumur empat tahun
sudah melebihi intensitas cahaya dalam paranet 75% (Chozin et al., 1998).
tumbuhan yang cocok ternaungi dengan tumbuhan yang bisa tumbuh pada kondisi
sangat rendah pada intensitas cahaya tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok
ternaungi mencapai titik jenuh pada intensitas cahaya yang lebih rendah, laju
fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah, titik
tumbuhan cocok ternaungi dapat bertahan hidup pada kondisi ternaungi (Lakitan,
1993).
Indeks luas daun (ILD) varietas Pioneer 11 semakin rendah seiring dengan
peningkatan naungan, sedangkan ILD varietas Kodok dan Kretek tidak jauh
berbeda. Luas daun spesifik (LDS) menunjukkan interaksi terjadi antara naungan
16
dan varietas pada tanaman jagung. Luas daun spesifik varietas Pioneer 11
ternaungi lebih rendah dari pada tanpa naungan sebaliknya varietas Kodok dan
Kretek, naungan meningkatkan LDS khususnya naungan 40% dan 60%. Makin
rendah intensitas cahaya, laju fotosintesis jagung makin rendah (Purnomo, 2005).
Tingkat naungan yang rapat mengakibatkan indeks luas daun semakin rendah, hal
ini akan berdampak pada penurunan laju fotosintesis, laju asimilasi bersih dan laju
antara luas daun dan bobot kering jagung di bawah naungan pohon kelapa umur 5
tahun dan umur 50 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan irradiasi yang
diserap oleh tanaman jagung yang tidak maksimum pada tanaman jagung di lokasi
merah (660 nm) dan merah jauh (730 nm) (Gardner et al., 1991). Tanaman Jagung
kurus dan tongkolnya ringan bahkan tidak terbentuk buah sehingga produksinya
memadai untuk pertumbuhan tanaman (Sasmita et al., 2006). Hidema et al. (1992)
berkaitan dengan meningkatnya protein klorofil a/b pada light harvesting complex
Umur berbunga jagung akan lebih cepat pada kondisi lahan dengan cahaya
pembungaan tanaman menjadi lebih cepat. Perubahan tunas apikal atau aksilar
dari vegetatif menjadi tunas bunga merupakan hasil dari aktivitas hormonal yang
lingkungan tertentu misalnya suhu dan perubahan panjang hari (lama penyinaran).
Tanaman jagung mempunyai laju fotosintesis yang tinggi dan tidak jenuh
dan Fisher, 1992), karena itu semakin tinggi intensitas penyinaran semakin tinggi
laju produksi bahan kering dan daya hasil tanaman. Intensitas cahaya yang rendah
akan mengurangi fotosintesis daun, bahan kering, jumlah biji, jumlah akar dan
oleh Ruswandi (Ruswandi et al., 2007; Febriani et al., 2008; Ruswandi et al.,
18
terhadap penyakit bulai, hawar pelepah, karat daun, dan toleran kekeringan.
Genotip yang resisten terhadap penyakit bulai, hawar pelepah dan karat
kekeringan seperti MDR 16.1.1 dan MDR 18.2.1 (Ruswandi et al. 2014b).
cekaman), yaitu dengan membandingkan hasil pada kondisi cekaman dengan hasil
pada kondisi normal terhadap hasil rata-rata pada kondisi normal. Tanaman
toleran didefiniskan sebagai tanaman yang berdaya hasil tinggi pada kondisi
lingkungan bercekaman, mendekati, atau sama baiknya serta lebih tinggi dari hasil
2.3 Hipotesis
hasil tinggi.
yang toleran pada taraf naungan 0%, 55%, 65% dan 85%.