Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN PASTURA
(PENGGEMBALAAN TERNAK)

Oleh :

M . Aidil

22014220014

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PAREPARE

2023
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan

melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jika dan kualitas hijauan

dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim didalam suatu wilayah. Ketersediaan

hijaun pakan ternak diIndonesia tidak tersedia sepanjang tahun dan hal ini

merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan. Dimana ternak ruminansia

sebagai penghasil daging dan susu dengan pakan utamanya hijauan memiliki

kendala dalam penyediaannya yang disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan

atau padang penggembalaan dan ketersediaan pakan hijauan sangat dipengaruhi

oleh musim. Berkurangnya lahan atau padang pengembalaan dikarenakan daya

produksi lahan yang berkurang sehingga dibutuhkan penyediaan ladang

pengembalaan yang menampung hijauan dengan kualitas tinggi, kuantitas yang

cukup serta ketersediaannya dapat berkelanjutan.

Penyediaan pada padang pengembalaan dapat dijadikan sebagai tempat

penggembalaan ternak. Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan sebagai

pakan ternak tidak sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat

dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami

sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap. Salah satunya ladang

pengembalaan pastura, yang dimana pastura merupakan suatu sumber hijauan

pakan ternak ruminansia dengan pemeliharaan ternak yang digembalakan

danmemberikan arti kepada ternak untuk memilih dan mengambil sendiri

hijauanyang dimakannya. Dengan demikian jika pastura baik maka diharapkan


produksiternak akan baik pula,akan tetapi jika pastura dalam keadaan buruk,

seperti kebanyakan padang rumput alam maka produksi ternak juga tidak dapat

tinggiserta ada kemungkinan ternak mengkonsumsi hijauan beracun yang dapat

mengganggu proses fisiologis dirinya.Pemanfaatan pastura lebih dikenal dengan

istilah penggembalaan atau grazing.

Pada proses penggembalaan ini banyak faktor yang perlu dipertimbankan

mengingat proses ini sangat komplek. Grazing management sendiri merupakan

suatu pemanfaatan ladang pastura sebagai hijauan pakan ternak yang dimana

produksi atau ketersediaan pakan hijauan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh

musim.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Patterns of Defoliation?

2. Bagaimana pola akumulasi jaringan (tissue turnover in the sward)?

3. Bagaimana pola pertumbuhan pada rumput (herbage grownth)?

4. Apa manfaat rumput setelah didefoliasi?

5. Bagaimana pola musim produksi rumput?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian petterns of defoliation

2. Untuk mengetahui pola akumulasi jaringan (tissue trunover in the sward)

3. Untuk mengetahui pola pertumbuhan pada rumput (herbage growth)

4. Untuk mengetahui manfaat rumput yang setelah didefolisasi

5. Untuk mengetahui pola musim produksi rumput tersebut


II

TINJAUAN PUSTAKA

Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan yang

ditumbuhi tanaman pakan ternak yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dalam

waktu yang singkat (Subagyo dan Kusmartono, 1988). Padang penggembalaan

merupakan suatu areal atau daerah padangan yang ditumbuhi berbagai jenis

rumput dan legum untuk makanan ternak yang tersedia kebutuhannya baik

produksinya maupun nilai gizinya (Muhajirin dkk. 2017). sistem penggembalaan

adalah pemeliharaan ternak ruminansia dengan cara digembalakan disuatu padang

penggembalaan yang luas, padang penggembalaan terdiri dari rumput dan

leguminosa.

Padang penggembalaan merupakan areal untuk menggembalakan ternak

ruminansia dengan manajemen pemeliharaan diliarkan (grazing) dalam

mendukung efiseinsi tenaga kerja dalam budidaya ternak (Tandi, 2010). Hijauan

Makanan Ternak atau HMT adalah hijauan atau rumpu-rumputan yang memiliki

angka kecukupan gizi yang tepat untuk ternak ruminansia, tidak semua rumput

dapat dikategorikan hijauan makanan ternak. Peternak perlu menanam sendiri

rumput-rumput unggul yang dikategorikan sebagai HMT tersebut (Martawidjaja,

2003). 

Kapasitas tampung merupakan kemampuan dalam menganalisis suatu

areal di padang penggembalaan atau kebun rumput untuk menampung sejumlah

ternak, sehingga kebutuhan hijauan rumput terpenuhi dengan cukup dalam satu

tahun. Produksi hijauan makanan ternak dan kapasitas tampung pada lahan

padang penggembalaan dipengaruhi oleh iklim, produktivitas tanah, serta


2

manajemen (Rinaldi dkk, 2012). Kapasitas tampung dapat diartikan sebagai

kemampuan padang rumput dalam menampung ternak atau jumlah ternak yang

dapat dipelihara per satuan luas padang (Kencana, 2000).

Defoliasi adalah pemotongan bagian tanaman yang ada di permukaan

tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan hewan. Faktor yang perlu

diperhatikan dalam defoliasi adalah frekuensi tinggi rendahnya batang tanaman

yang ditinggalkan, pemotongan paksa dan pengaturan dalam blok pemotongan

Defoliasi bertujuan menstimulir pertumbuhan, memperbanyak anakan dan

menyeragamkan pertumbuhan berikutnya (Sosroatmodjo, 1980). Serangga hama

makan pada berbagai lokasi bagian tanaman seperti daun, batang, ranting, kulit

pohon, tunas, bunga, buah, biji, akar dan umbi. Serangan hama ulat mampu

mendefoliasi daun tanaman, sementara belalang menghabiskan daun dan batang

tanaman (Purnomo, 2010).

Pertumbuhan merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang

mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran tanaman serta menentukan hasil

tanaman, pertambahan ukuran tubuh tanaman, secara keseluruhan merupakan

hasil dari pertumbuhan ukuran bagian-bagian atau organ-organ tanaman akibat

dari pertumbuhan jaringan sel (Sitompul dan Guritno, 1995).


III

PEMBAHASAN

3.1 Pola Defoliasi Tanaman Pakan Ternak

Defoliasi merupakan pemotongan bagian tanaman yang ada di atas

ermukaan tanah, pad aproses ini tanaman kehilangan daun dan sebagian dari

batang (Susetyo, 1980). defoliasi yang baik dengan mengadakan masa istirahat

guna memberi kesempatan agar tanaman dapat tumbuh kembali (McIlroy, 1976).

defoliasi sebaiknya dilakukan pada fase vegetatif , karena cadangan makanan

dalam akar cukup tersedia untuk pertumbuhan kembali. (Haryadi, 1996). Faktor

yang perlu diperhatikan adalam defoliasi adalah umur tanaman, interval dan tinggi

defoliasi. perlakuan defoliasi tergantung dari kecepatan pertubuhan tanaman.

waktu defoliasi yang singkat akan mempengaruhi "regrowth" dari tanaman dan

waktu defoliasi yang lama dapat menyebabkan peningkatan bobot batang tanaman

(Setyati, 1979). menurut Kristanto dan Karno (1991) bahwa tinggi pemotongan

memberi pengaruh pada laju pertumbuhan kembali karena cadangan karbohidrat

cukup untuk mendukung pemunculan dan perttumbuhan tunas baru yang

terbentuk. kadar serat kasar meningakt dengan meningkatnya umur defoliasi

(Soetrisno, 1983). menurut Reksohadiprodjo (1985) bahwa defoliasi tanaman

berumur relatif muda akan menghasilkan rasio yang lebih besar antara daun

batang.

Pertumbuhan kembali (regrowth) pada rumput merupakan hasil dari

kegiatan metabolisme tanaman (fotosintesis dan respirasi) setelah mengalami

defoliasi dan akan mempengaruhi produktifitas tanaman (Setyati, 1979).

kecepatan pertumbuhan kembali sangat ditentukan oleh kadar cadangan


2

karbohidrat tanaman, kesuburan tanag, iklim, penerimaan cahaya, interval

pemotongan (defoliasi) serta tinggi pemotongan (Isbandi, 1985).

Tabel Pengaruh perlakuan penggembalaan pada frekuensi dan kekerasan

defoliasi dari individual tillers (anakan) pada padang penggembalaan continuously

stocked dan domba*.

Paddock

1 2 3

Stok Rata-rata (Domba per Ha) 29 77 91

Herbage mass (Kg DM per Ha) 2940 2630 1820

Jarak Antar Defoliasi (Hari) 10 5,5 5,5

Kekerasan defoliasi (% dari total daun yang 13 38 67

dipotong per defoliasi)

% pemotongan daun per hari 1,3 6,1 12,2

Sumber (Hodgson, 1990)

*Pengukuran berdasarkan pada tanaman padang menahun ryegrass dalam

sistem penggembalaan continuous stocking dan domba. Penggembalaan paling

keras pada paddock 3 yang cepat menghabiskan tillers pada lahan. Meskipun pada

lahan penggembalaan tersebut

Kemungkinan defoliasi dari suatu jenis anakan (tillers) dan daun muda

akan lebih mudah dibandingkan dengan daun-daun yang lebih tua, hal ini

disebabkan karena posisi daun muda berada pada bagian atas dari lahan

penggembalaan sehingga lebih mudah terpotong dan termakan oleh ternak.

Karena itu, hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan

daun karena daun yang baru tumbuh merupakan pemberi kontribusi energi

terbesar. Konsekuensi lain dari pola penggembalaan adalah bahwa kesempatan


3

defoliasi bagi daun atau bagian dari daun yang telah berhenti memanjang akan

semakin menurun seiring berjalannya waktu karena akan cenderung terlalu

mengalahkan oleh daun yang lebih muda, dan karena hal tersebut akan segera

menjangkau taraf dimana ternak enggan makan rumput lengkap jika diarahkan.

3.2 Pergantian Jaringan Tanaman

Tanaman makanan ternak merupakan salah satu komponen penting pada

suatu padang penggembalaan. Berbagai jenis hijauan baik berupa rumput-

rumputan, leguminosa, dan jenis hijauan lainnya dapat tumbuh pada suatu padang

penggembalaan. Pemeliharaan padang penggembalaan sangat penting dalam

menentukan kualitas hijauan makanan ternak, sehingga penting adanya sistem

penggembalaan yang sesuai dengan pertumbuhan dan pergantian jaringan

tanaman makanan ternak.

Pertumbuhan rumput padangan dan hijauan yang ada di padang

penggembalaan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan.

Pertumbuhan tanaman hijauan pakan ternak yang baik pertumbuhannya akan

mempengaruhi pertumbuhan ternak itu sendiri. Sebagaimana pendapat Hasan dkk.

(1997; 2005a; 2005b) yang menyatakan bahwa hijauan pakan yang berkualitas

dapat mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga dapat mencapai bobot hidup

tertentu pada umur muda serta merangsang terjadinya proses pertumbuhan yang

optimal.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pakan ternak juga dipengaruhi

oleh berbagai faktor lingkungan. Hal ini dijelaskan oleh Whiteman (1980),

Reksohadiprodjo (1994) dan Subagyo (1988) yang menyatakan bahwa faktor

iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi hijauan atau tanaman

makanan ternak adalah radiasi, panjang hari, suhu, kelembaban dan curah hujan.
4

Klimat adalah kombinasi berbagai faktor/elemen temperatur, kelembaban

udara, curah hujan, aliran/perpindahan udara, kondisi radiasi, tekanan barometrik

dan ionisasi. Dari semua faktor yang mempengaruhi klimat temperatur dan curah

hujan adalah yang terpenting. Pada prakteknya, curah hujan efektif yaitu jumlah

air hujan yang tersedia bagi tumbuh-tumbuhan adalah indeks yang lebih penting

dibanding curah hujan total. Stres klimat terhadap ternak di daerah tropik sangat

mencolok. Secara umum dapat mempengaruhi kondisi dan pola hidup ternak. Di

lain pihak, keadaan klimat memungkinkan tumbuhnya tanaman sehingga hijauan

dapat tersedia spanjang tahun. Pada prakteknya, curah hujan efektif yaitu jumlah

air hujan yang tersedia bagi tumbuh-tumbuhan adalah indeks yang lebih penting

dibanding curah hujan total (Reksohadiprodjo., 1995).

Besarnya proporsi hijauan non pakan atau tanaman lain mengindikasikan

bahwa areal lokasi padang penggembalaan ini secara umum perlu ditangani atau

diperbaiki kembali. Adanya tanaman pengganggu atau gulma yang tumbuh

bersama-sama dengan hijauan pakan, maka tanaman pengganggu ini mampu

berkompetisi untuk mendapatkan space atau ruangan maupun unsur hara dalam

tanah. Apalagi proporsi legum yang ada juga besarannya dibawah 20%.

Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang

tumbuh di daerah dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya

kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu

biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni

jumlah individu sangat melimpah, tetapi jumlah jenis yang ada tidak begitu

banyak.

Mengacu pada standar yang direkomendasikan oleh Crowder dan Chheda

(1982), bahwa kualitas padang penggembalaan tergolong baik apabila proporsi


5

antara rumput dan legum sebesar 3 : 2. Jenis rumput umumnya tumbuh

membentuk rumpun, memiliki sistem perakaran yang kuat sehingga tahan injakan

dan renggutan ternak, pertumbuhan kembali cepat, rhizomanya merayap dan

membentuk tanaman baru yang cepat menyebar jika mengalami pemotongan baik

oleh ternak maupun defoliasi (Crowder dan Chheda, 1982).

3.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Hijauan Pakan.

Rumput merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia seperti sapi,

kambing dan domba. Ketersedian rumput atau hijauan makanan ternak erat

kaitannya dengan tingkat produksi dari ternak tersebut. Secara umum hijauan

makanan ternak yang diberikan pada ternak dibagi menjadi dua macam, yaitu

rumput-rumputan dan polong-polongan (legum). Tanaman akan tumbuh dengan

baik apabila faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi

secara sempurna. Pemberian pupuk yang cukup merupakan hal yang penting

karena tidak semua mineral yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam tanah,

sehingga perlu adanya pemberian zat tambahan dengan dosis yang tepat.

Persyaratan tumbuh juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,

persyaratan tumbuh tersebut meliputi kebutuhan cahaya, nutrisi, air, CO 2, dan gas-

gas lainnya.

Pertumbuhan tanaman rumput. Cara pengembangbiakan utama tanaman

rumput adalah dengan vegetatif, transisi, dan reproduktif. Fase vegetatif, batang

sebagian besar terdiri atas helaian daun. Leher helaian daun tetap terletak di dasar

batang, tidak terjadi pemanjangan selubung daun atau perkembangan kulmus,

sebagai respon terhadap temperatur dan panjang hari kritis, meristem apikal secara

gradual berubah dari tunas vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini disebut induksi

pembungaan. Fase perubahan ini disebut dengan fase transisi. Selama fase transisi
6

helaian daun mulai memanjang. Internodus kulmus juga mulai memanjang. Fase

reproduktif (pembuangan) dimulai dengan perubahan ujung batang dari kondisi

vegetatif ke tunas bunga (Soetrisno dkk., 2008).

Pertumbuhan tanaman legum. Tanaman legum tumbuh dengan cara tipe

semak, tipe berkas, batang bersifat tegak atau decumbent, serambling, dan roset.

Tipe semak yaitu sebuah tangkai sentral dengan cabang-cabang samping muncul

sepanjang batang utama dengan cabang aksiler, Tipe berkas yaitu sebuah tangkai

yang darinya muncul beberapa batang dan tunas baru sehingga sulit

mengidentifikasi batang utama. Batang bersifat tegak atau decumben, merambat

yaitu batang berkembang menjalar di atas permukaan tanah. Serambling adalah

banyak tanaman yang merambat tumbuh memanjat dan malingkari obyek yang

tinggi. Roset adalah bentuk vegetatif beberapa tanaman perennial berkembang

setelah berbunga (Soetrisno dkk., 2008).

Rumput Gajah. Rumput Gajah merupakan jenis rumput yang sering

dibudidayakan sebagai pakan untuk ternak. Berat yang dimiliki oleh rumput gajah

lebih rendah daripada rumput raja. Intensitas pemotongan yang umum dilakukan

untuk rumput gajah yaitu ruas ketiga dari pangkal batang. Interval pemotongan

pada umumnya 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari sekali pada musim

kemarau (Rukmana, 2005).

Tanah merupakan bagian-bagian bumi dimana akar tanaman tumbuh,

tanah juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dan dapat di

manipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman (Harjadi, 1979). Tanah

terdiri dari 3 fase yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan organik), cairan

dan gas disamping jasad-jasad, yang karena pengaruh berbagai macam faktor

lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu tertentu, membentuk


7

berbagai hasil perubah yang memiliki ciri-ciri morfologis yang khas, sehingga

berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Tiga fase penyusun

tanah tersebut tidak berada dalam bagian yang terpisah-pisah, melainkan

merupakan suatu sistem yang saling berinteraksi (Baver dalam Kusharsoyo,

2001).

Tumbuhan merupakan ciptaan Allah swt yang sangat memiliki banyak

manfaat  seperti sebagai bahan pakan untuk semua makhluk hidup dan berguna

bagi tubuh makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT (Q.S. An-

am: 99) yang berbunyi:

‫ َز َل الَّ ِذي‬M‫ َما ِء ِمنَ َأ ْن‬M‫الس‬


َّ ‫ا ًء‬MM‫ضرًا ِم ْنهُ َرجْ نَا فََأ ْخ َش ْي ٍء ُك ِّل نَبَاتَ بِ ِه نَا َرجْ فََأ ْخ َم‬
ِ ‫ا ِكبًا ُمتَ َر َحبًّا ِم ْنهُ نُ ْخ ِر ُج َخ‬
‫َوه َُو‬

‫ ِل‬M‫ا ِم ْن النَّ ْخ‬Mَ‫ان طَ ْل ِعه‬


ٌ ‫ َو‬M‫ةٌ قِ ْن‬Mَ‫ت دَانِي‬ ٍ ‫ا‬Mَ‫ونَ َأ ْعن‬Mُ‫ا ْنظُرُوا ُمتَ َشابِ ٍه َو َغ ْي َر ُم ْشتَبِهًا َوالرُّ َّمانَ َوال َّز ْيت‬
ٍ ‫ب ِم ْن َو َجنَّا‬
َ‫َو ِمن‬
[99 :‫ت َذلِ ُك ْم فِي ِإ َّن َويَ ْن ِع ِه َأ ْث َم َر ِإ َذا ثَ َم ِر ِه ِإلَى]األنعام‬
ٍ ‫يُْؤ ِمنُونَ لِقَوْ ٍم آَل يَا‬

Terjemahnya:

Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan

dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan

dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari

tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma

mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan

(Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak

serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan

(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian

itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.


8

[Al-An'aam:99]

Pada ayat diatas telah memberikan kita penjelasan bahwa  Tumbuh-

tumbuhan itu merupakan kekuasaan Allah SWT yang memiliki berbagai manfaat

bagi seluruh makhluk hidup didunia yang dimana tumbuh-tumbuhan tumbuh

dengan air hujan yang diturunkan Allah SWT ke bumi sebagai bentuk kekuasaan-

Nya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hijauan adalah pakan alami terbaik untuk

ternak dalam hal keekonomisan harga. Hijauan makanan ternak secara umum

lebih sering dibicarakan hanya sebagai bahan pakan sumber serat kasar bagi

ternak jenis ruminansia seperti Sapi, Kambing dan Domba. Padahal sejatinya

fungsi hijauan jauh lebih banyak daripada hanya sekedar pakan sumber serat

kasar. Hijauan pakan ternak secara sederhana merupakan bagian tanaman selain

biji-bijian yang dapat dikonsumsi ternak secara aman dan berkelanjutan atau yang

dipanen untuk pakan. Istilah hijauan diambil dari penampakan fisik bagian

tanaman segar yang berwarna hijau. Istilah hijauan pakan dalam penggunaannya

menjadi lebih luas tidak terbatas pada bahan asal tanaman yang segar, namun juga

meliputi jerami, bahan asal tanaman yang sudah diawetkan baik kering (hay)

maupun awetan basah (silase).

Secara teknis, hijauan pakan sangat berperan dalam menjaga kesehatan

dan fungsi rumen. Keberadaan serat dalam hijauan pakan (selulosa dan

hemiselulosa) menjadi sumber energi bagi mikroba rumen, demikian halnya

dengan mineral serta protein (terutama dari legum) merupakan sumber N bagi

bakteri dan protein produk.

Hijauan pakan memiliki peran penting dalam menjaga mutu produk ternak
9

melalui kandungan beta caroten, vitamin E, tanin, saponin, xantofil dan senyawa

sekunder lain yang memiliki efek herbal, anti oksidan atau anti kualitas yang

bermanfaat sebagai pakan fungsional. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa

ternak ruminansia yang mengkonsumsi hijauan lebih tinggi menghasilkan

kandungan conjugated linole acid (CLA) pada daging dan asam lemak pada susu

lebih tinggi serta trans fatty acid (TFA) susu lebih rendah sehingga produk lebih

sehat untuk dikonsumsi.

3.2.1 Manfaat Strategis Padang Penggembalaan.

Pemeliharaan ternak secara extensif di padang penggembalaan merupakan

sistem pemeliharaan paling efisien dalam sistem produksi peternakan. Luas

padang penggembalaan di Indonesia hanya sekitar 2.1 juta ha jauh dibawah

Australia (99.96 juta ha) atau Mongolia (88.73 juta ha). Luasan padang

penggembalaan ini menurun dibandingkan pada jaman Belanda yang

mengharuskan setiap desa memiliki padang penggembalaan. Penyusutan juga

terjadi secara alami melalui reforestasi di beberapa daerah, invasi gulma, dan

bencana alam maupun konversi lahan untuk pemukiman dan industri.

Meskipun pemanfaatan hijauan di pastura kurang efisien dibandingkan

sistem cut and carry, akan tetapi dengan sistem pengembalaan mempunyai

beberapa kelebihan, misalnya tidak banyak memerlukan tenaga kerja manusia,

sebagian hara dikembalikan lagi dalam pastura baik yang berupa kotoran ternak

maupun bagian tanaman yang tidak terkonsumsi ternak. Oleh karena itu arah dari

pembangunan pastura diharapkan peternak mampu meningkatkan menejemen

yang mengarah pada penggalian potensi untuk mengoptimalkan kelebihan ini dan

memperkecil resiko-resiko dari kekurangan sitem penggembalaan.

3.2.2 Pengaturan Defoliasi/penggembalaan


10

Defoliasi mempunyai arti pemotongan daun,  yang secara luas dapat

diartikan pemotongan bagian-bagian tanaman yang berada di atas permukaan

tanah (bagian aerial) baik dengan sistem cut and carry atau dengan perenggutan

oleh ternak yang digembalakan (grazing).

Dalam sistem penggembalaan, waktu pemanenan hijauan perlu kiranya

mendapatkan perhatian karena waktu pemanenan identik dengan umur tanaman.

Umumnya kadar protein akan turun sesuai dengan meningkatnya umur tanaman

tetapi kadar serat kasar menunjukkan perilaku sebaliknya.

Kecuali pengaruhnya terhadap kandungan nutrisi (protein dan serat), maka

saat pemotongan hijauan sangat erat hubungannya dengan daya cerna dan

konsumsi oleh ternak yang memakannya. Tiga faktor tersebut yaitu kandungan

nutrisi, daya cerna serta jumlah konsumsi sangat menentukan produksi ternak.

Pada kelompok leguminosa maupun rumput, ketiga faktor tersebut pada umumnya

menurun sehubungan dengan meningkatnya umur tanaman, namun demikian

antar spesies dalam kelompok tanaman tersebut juga menunjukan variasi. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa kualitas hijauan di pastura selain dipengaruhi

oleh perlakuan juga dipengaruhi pula oleh faktor genetik tanaman.

Untuk mendapatkan hijauan yang berkualitas tinggi, maka pelaksanaan

dalam praktek berarti hijauan harus lebih sering dipotong (defoliasi) agar

pertanaman selalu dalam keadaan muda. Pertanyaan yang timbul adalah seberapa

jauh ulangan defoliasi pada umur muda tersebut mempengaruhi produksi dan

perlakuan apakah yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan produksi. Seperti

yang dilaporkan Susetyo (1978) pengaruh interval defoliasi baik pada leguminosa

maupun rumput berpengaruh terhadap produksi bahan kering. Ternyata bahwa

makin pendek interval pemotongan produksi tanaman per Ha menurun bahkan


11

nampak timbulnya gangguan oleh tumbuh-tumbuhan pengganggu. Defoliasi yang

berat (frekuensi dan intensitas) akan memperlemah pertumbuhannya dan pada

pertanaman campuran antara leguminosa dan rumput akan dapat menyebabkan

kemusnahannya. Dalam hal inipun nampak bahwa mempertahankan

pertanamanan dalam kondisi muda untuk mendapatkan nilai gizi yang tinggi

dengan jalan mengatur interval defoliasi pendek akan menurunkan produksi bahan

kering, sebagai akibatnya jumlah ternak yang dapat dipelihara juga menurun..

Secara umum karakteristik tanaman pastura mempunyai sifat : kualitas

berbanding terbalik dengan produksi, artinya bila mengharapkan kualitas tinggi,

maka sebagai konsekuensinya produksi menjadi rendah, oleh karena itu sebaiknya

defoliasi dilakukan pada akhir fase vegetatip (perpindahan dari fase vegetatif ke

generatif) agar tanaman mempunyai cukup cadangan makanan berupa karbohidrat

didalam akar/ rhyzoma yang ditinggalkan. Setelah dilakukan defoliasi,

karbohidrat ini dirombak oleh enzim-enzim tertentu menjadi energi yang akan

digunakan untuk tumbuh kembali (regrowth).

Regrowth merupakan sifat fisiologis suatu tanaman makanan ternak

perrenial untuk tumbuh kembali setelah mengalami defoliasi, dimana dalam

sistem penggembalaan hal ini dipengaruhi oleh :

(1). Interval pemanenan

Interval pemanenen yang mengandung pengertian waktu atau umur

tanaman adalah ulangan perenggutan hijauan didalam pastura. Apabila jumlah

ternak yang merenggut hijauan di padangan terlalu besar dan tidak seimbang

dengan luas padangan yang tersedia, maka semakin besar ulangan perenggutan

yang terjadi. Hal ini akan menghambat regrowth hijauan untuk berassimilasi guna

membentuk cadangan makanan.


12

(2). Intensitas pemanenan

Intensitas pemanenan adalah tinggi rendahnya perenggutan hijauan di

pastura akibat penggembalan ternak. Apabila bagian tanaman yang ditinggalkan

di atas permukaan tanah semakin pendek, maka pertumbuhan kembali semakin

terhambat karena cadangan makanan yang terbentuk sedikit mengingat tempat

cadangan makanan berkurang sehingga kesempatan untuk berassimilasi juga

menjadi berkurang. Namun demikian fenomena ini tidak berlaku untuk semua

species, karena ada beberapa species seperti Setaria anceps yang menunjukkan

perilaku semakin pendek pemotongan, maka jumlah anakan yang ditimbulkan

semakin banyak, namun ketegaran tanaman ini pada umur muda bekurang karena

anakan-anakan tersebut tidak tahan terhadap injakan ternak.

Kedua faktor tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan karena defoliasi

yang dilakukan secara terus-menerus tanpa adanya pengaturan rotasi dan

pemberian waktu yang cukup bagi tanaman untuk regrowth, maka akan terjadi

kondisi dimana tanaman-tanaman primer kurang dominan, sebaliknya padangan

akan didominasi oleh tanaman pengganggu sehingga kulitas pastura menjadi

rendah. Meskipun regrowth tanaman dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut,

namun curah hujan atau ketersediaan air tanah mempunyai pengaruh yang besar

pula pada aktifitas regrowth. Pada musim hujan, interval pemotongan yang

pendek tidak menimbulkan pengaruh namun saat kemarau interval pemotongan

pendek menjadi masalah untuk aktifitas regrowth. Dengan demikian pelaksanaan

di lapangan, pada musim hujan pemanenen dapat dilakukan pada umur muda

sedangkan pada musim kemarau umur panen harus ditunda lebih lama.

3.3 Variasi Musim dalam Produksi Rumput-rumputan

Variasi musim terhadap produksi rumput – rumputan di padang rumput


13

penggembalaan cukup berpengaruh. Fluktuasi temperatur dan intensitas cahaya

pada perubahan musim sangat mempengaruhi produksi rumput. Sebagai contoh di

negara 4 musim, produksi rumput penggembalaan pada musim semi lebih tinggi

dibandingkan musim panas. Rendahnya produksi rumput – rumputan padang

penggembalaan lebih rendah di musim panas terkait dengan kekurangan air.

Pertumbuhan yang aktif terlihat pada suhu 5-6 oC pada perennial ryegrass,

sedikit lebih tinggi dibandingkan suhu pertumbuhan clover, dengan demikian

pertumbuhan clover lebih lambat daripada rumput saat musim semi. Tetapi clover

memiliki pertumbuhan yang lebih konsisten saat musim panas dibandingkan

rumput – rumputan.

Reksohadiprodjo (1994) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

hasil pastura adalah tanah dan spesies:

1) Tanah, ada 3 fungsi primer tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman

yaitu, memberikan unsur mineral, sebagai tempat cadangan makanan dan

sebagai tempat bertumpu untuk tegak. Dikatakan lebih lanjuk bahwa

faktor lain yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah adalah tingkatan

bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Tingkatan tersebut tergantung

banyak faktor diantaranya adalah kelarutan zat hara, PH, kapasitas

pertukaran kalori (KPK), tekstur tanah dan jumlah zat organiknya.

2) Spesies, kemampuan suatu tanaman untuk menyesuaiakan diri dengan

lingkungannya dari faktor genetik berpengaruh pada proses pertumbuhan

dan produksi suatu tanaman. Disini dapat dikemukakan suatu contoh

bahwa familia gramineae (rumput-rumputan) mempunyai pembawaan

yang berbeda dibandingkan dengan tanaman dari familia leguminoceae.

Faktor-faktor yang mempengaruhi padang penggembalaan Menurut Susetyo


14

et. al. (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi padang penggembalaan adalah

sebagai berikut:

1) Air

Air yang terbatas mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun

karena tekanan air mempengaruhi pembukaan stomata perluasan sel.

Air berfungsi untuk fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas

ke daun. Jika ketersediaan air terpenuhi maka seluruh proses

metabolisme tubuh berlangsung, berakibat produksi tanaman tinggi.

2) Intensitas Sinar

Intensitas sinar di bawah pohon atau tanaman pertanian tergantung

pada bermacam-macam tanaman, umur, dan jarak tanam, selain waktu

penyinaran. Keadaan musim dan cuaca juga berpengaruh terhadap

intensitas sinar yang jatuh pada tanaman selain yang ada di bawah

tanaman. Peningkatan pertumbuhan tanaman sejalan dengan

peningkatan intensitas cahaya. Jumlah energi matahari yang diterima

seawal mungkin pada saat munculnya sampai periode pemasakan

adalah penting untuk akumulasi berat kering selama periode tersebut.

3) Kompetisi zat-zat makanan

Kompetisi terjadi antara “Companion Crop” dengan tanaman utama.

Kompetisi ini akan nampak jelas pada daerah-daerah yang kekurangan

air atau di waktuwaktu musim kering. Kesulitan ini dapat diatasi

dengan menanam tanaman lain yang berbeda kebutuhan zatzat

makanan seperti nitrogen.

4) Kekompakan tanah

Pastura yang digembala dengan stocking rate yang tinggi (8 sampai 10


15

ekor/ha) akan menyebabkan tanah menjadi kompak, padat dan

berakibat mengurangi aerasi akar dan daya tembus air (Susetyo et al.,

1981). Tanah berhubungan dengan unsur-unsur hara yang terkandung

di dalamnya. Unsurunsur N, P, K diperlukan tanaman dalam jumlah

relatif besar. Jika kandungan ini cukup besar dan seimbang dalam

tanah maka akan mendukung tercapainya produksi pangan dalam

jumlah besar.

5) Inokulasi

Untuk beberapa jenis legum tidak akan tumbuh dan berproduksi

optimal kalau tidak diberikan inokulum yang khusus terutama terjadi

pada tempat-tempat yang belum pernah ditanami legum.

6) Temperatur

Tanaman memerlukan temperatur yang optimum agar dapat

melakukan aktivitas fotosintesis dengan baik, sedangkan pengaruh

temperatur terhadap perluasan daun akan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman secara keseluruhan. Temperatur tanah berpengaruh terhadap

proses biokimia dimana terjadi pelepasan nutrien tanaman atau

memproduksi toksik bagi tanaman, dan berpengaruh juga terhadap

kecepatan absorbsi air dan nutrien. Jadi hanya tanaman yang dapat

menyesuaikan dengan temperatur lingkungan yang akan tumbuh

sehingga menghasilkan produksi tinggi.

7) Angin

Pengaruh angin tergantung dari kelembaban dan kecepatan angin.

Angin dapat merusak tanaman dan mengurangi fotosintesis serta

menyebarkan bakteri penyebar penyakit pada daun. Angin yang kering


16

menyebabkan pengeringan daun dan merusak daundaun tersebut secara

mekanis.

8) Curah Hujan

Merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi bahan kering di daerah tropik dan

subtropik.

3.4 Pengaruh Ternak pada Padang Penggembalaan

Ternak memiliki peran dalam pertumbuhan serta pemanfaatan rumput –

rumputan penggembalaan. Distribusi feses dan urin yang tidak merata

mempengaruhi kondisi penggembalaan. Distribusi feses dan urin yang tidak

merata disebabkan oleh penggembalaan yang sebagian – sebagian (tidak merata)

sehingga menghasilkan ketidakseimbangan pemanfaatan tanaman penggembalaan

dan cenderung menghasilkan rumputan tua yang tidak termanfaatkan, karena

akumulasi rumput – rumputan tua di area yang tidak digembalakan.


IV

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Crowder LV & HR Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman.
London and New York.

Harjadi, S, S. 1979. Pengantar Agronomi. Garmedia, Jakarta.

Haryadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta

Kencana, S. 2000. Habitat Rusa Timor (CervusTimorensis) dan Kapasitas


Tampung Padangan Alam Taman Buru Pulau Rumberpon Manokwari.

Kristanto, B.A dan Karno. 1991. Pertumbuhan Kembali Rumput Raja


(Pennisetum Purpuphoides) Pada Beberapa Tinggi Pemotongan dan
Pemupukan Nitrogen. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro.

Kusharsoyo, 2001. Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius.

Martawidjaja, S. 2003. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropic.


Edisi Kedua. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

McILroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang rumput Tropika. Pradnya


Paramita, Jakarta.

Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. CV. Andi Offset,


Yogyakarta.

Reksohadiprodjo. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.


BPFE. Gadjah Mada, Yogyakarta.
Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
BFFE, Yogyakarta.

Rinaldi, R., B. Hairul., dan Manfarizah. 2012. Bahaya Erosi dan Upaya
Konservasi Padang Penggembalaan Sapi di Aceh Besar. Jurnal
Manajemen Sumber Daya Lahan. 1 (2): 136-145.

Rukmana R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta


Setyati, S.H. 1979. Pengantar Agronomi. Cet. 1 PT Gramedia, Jakarta.

Sitompul, S.M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.


Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Soetrisno, D. 1983. Defoliasi dan Harvesting. Universitas Gadjah Mada.


Yogyakarta.

Sosroatmodjo, P. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. Lembaga


Penunjang Pembangunan, Jakarta.

Subagyo, I. Dan Kusmartono. 1988. Ilmu Kultur Padangan. Nuffic. Universitas


Brawijaya. Malang

Susetyo, S. 1978. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak


Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Tanaman Makanan


Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Whiteman, P.C. 1980. Tropical Pasture Science. Brisbane, Queensland, Australia.

Anda mungkin juga menyukai