Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGROSTOLOGI

Disusun oleh :

Muhamad Nur

ROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GARUT

GARUT

2023
1.1 Latar Belakang

Dalam usaha dan upaya meningkatkan produksi ternak ruminansia


seperti sapi, kerbau, kambing dan domba, hiajaun makanan ternak
memegang peranan yang sangat penting dan menentukan. Karena hijauan
merupakan bahan makanan pokok bagi jenis ternak tersebut dan fungsinya
tidak dapat digantikan jenis makanan penguat (konsentrat). Kebutuhan hijauan
makanan ini bisa mencapai

kira-kira 95% dari total kebutuhan bahan makanannya. Untuk


mencapai kebutuhan hijauan tersebut para petani peternak pada umumnya
mendapatkan rumput-rumput dari lahan-lahan non produktif seperti lapangan
umum, daerah pinggiran sungai, tepi jalan ataupun pematang sawah. Di
samping itu, dengan jalan menggembalakan/mengangon ternaknya di areal
padang penggembalaan dan perkebunan yang potensial sebagai sumber
hijauan makanan.

Karakteristik hijauan yang berasal dari tipe lahan tersebut diatas


ditandai dengan adanya fluktuasi yang besar baik yang menyangkut
ketersediaan maupun nilai gizinya. Pada musim kemarau produksi dan
kualitas hijauan sangat rendah, sedangkan dimusim penghujan produksi
biasanya melimpah, namun walaupun kualitas cenderung meningkat belum
mampu untuk mendukung kebutuhan ternak dan fase fisiologis berproduksi
(tumbuh, bunting, laktasi). Oleh karena itu, dalam sistem ini, ketersediaan dan
kualitas pakan sebagai salah satu fungsi produksi sering merupakan faktor
utama yang membatasi produksi ternak.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala


tersebut adalah dengan cara penyediaan hijauan makanan yang bermutu dan
mudah diperoleh (tersedia) melalui pembudidayaan rumput makanan ternak
unggul, guna dapat mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak
ruminansia tersebut. Pemberian hijauan yang cukup dan bermutu akan
memperbaiki penampilan produksi ternak yang pada akhirnya akan
mempercepat pencapaian berat pasar (ternak potong)

2.1 Tujuan
Menentukan jarak tanam jenis hijauan makanan ternak, leguminosa dan hmt
potongan.
BAB

II PEMBAHASAN

2.1 Hijauan Makanan Ternak


Hijauan makanan ternak (pakan hijauan) ialah semua bahan makanan
yang berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang
termasuk batang, ranting dan bunga. Yang termasuk ialah bangsa rumput,
kacang-kacangan (leguminosa) dan tumbuh-tumbuhan lain. Semuanya bisa
diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan hijauan kering.
Hijauan sebagai bahan makanan ternak ruminansia memegang peranan
penting karena hijauan mengandung hampi semua zat yang diperlukan hewan.
Bahan makanan berupa rumput-rumputan bisa dibedakan atas rumput
lapangan (liar) dan rumput pertanian (rumput budidaya).Rumput pertanian
sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk persediaan pakan ternak (rumput
unggul). Rumput atau hijauan jenis unggul ini bisa dibedakan lagi antara
rumput potongan dan rumput gembala. Yang termasuk rumput potongan
adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum
purpureophoides), rumput benggala (Panicum maximum), rumput setaria
(Setaria spacelata), dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk rumput gembala
adalah rumput bede (Brachiaria decumben), rumput Australia (Paspalum
dilatatum) dan lain-lain.
Pakan hijauan digolongkan dalam makanan kasar karena mempunyai
kadar serat yang tinggi. Hewan memamah-biak (ruminansia) justru akan
mengalami gangguan pencernaan bila kandungan serat kasar didalam ransum
terlalu rendah. Kandungan serat kasar yang diperlukan ternak sapi paling
sedikit 13% dari bahan kering di dalam ransum. Pakan hijauan ini berfungsi
menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang (bulk) dan
mendorong keluarnya sekresi kelenjar-kelenjar pencernaan.
Rumput sebagai salah satu sumber hiajaun makanan ternak yang
murah, sangat sesuai sebagai makanan ternak untuk penggembalaan maupun
untuk digunakan sebagai hijauan potongan karena beberapa sebab sebagai
berikut :
 Tumbuhnya batang-batang baru dengan jalan membentuk tunas-tunas yang
merupakan cara penyembuhan terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh pemotongan atau perenggutan langsung oleh ternak.
 Jaringan-jaringan baru yang dibentuk selam pertumbuhan terutama pada
pangkal daun sehingga kecil kemungkinannya menjadi rusak karena
pemotongan atau penggembalaan (perenggutan).
 Banyak rumput yang mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif
terus menerus dan hanya terhenti pada musim kering.
 Banyak rumput berkembang biak dengan rhizome dan stolon, yang dengan
mudah membentuk akar-akar tambahan sehingga permukaan tanah dengan
cepat tertutup.
 Sistem perakarannya mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk
jalinan (sod) serta mengangkut zat-zat hara ke lapisan permukaan yang
telah tercuci oleh hujan lebat ke dalam tanah.

Dalam pemilihan jenis-jenis rumput yang akan digunakan untuk


padang penggembalaan ataupun untuk hijauan potongan, harus diperhatikan
beberapa faktor sebagai berikut :

1. Produktifitas (hasil) cukup tinggi.


2. Palatabilitas cukup baik.
3. Nilai gizi cukup tinggi.
4. Dapat beradaptasi dengan keadaan dan iklim setempat

2.2 Prinsip –Prinsip Pengelolaan Hijauan Makanan Ternak


Mutu dan produktivitas hijauan, disamping ditentukan sifat
pembawaan (genetis) dari hijauan, juga dipengaruhi oleh perlakuan manusia
sendiri sebagai pengelolanya. Sehubungan dengan prinsip-prinsip pengelolaan
ini, beberapa faktor pentiing perlu diperhatikan antara lain :
2.4.1 Pengelolaan tanah
Pengelolaan tanah bertujuan untuk mempersiaokan media
tumbuh yang optimal bagi tanaman. Pengelolaan tanah meliputu
pembajakan dan penggarukan atau penggemburan. Untuk tanah
berstruktur ringan cukup dibajak sekali , sedangkan untuk tanah
berstruktur padat, pembajakan dilakukan dua kali dengan selang antara
kedua bajakan sekitar dua minggu.
Untuk lahan yang sering tergenang air perlu dibuatkan saluran
agar air tidak tergenang. Khusus untuk lahan miring, misalnya di
pegunungan, tak perlu diolah tapi tergenang. Khusus untuk lahan
miring, misalnya di pegunungan, tak perlu diolah cukup dibuat lubang
– lubang tanam mengikuti kontur tanahnya sehingga bisa sekaligus
mencegah erosi. Pada umumnya untuk tanah tampa irigasi,
pengelolaan tanah dilakukan pada akhir musim kemarau, dengan
maksud agar penanaman bisa dilakukan pada musim penghujan.
2.4.2 Bahan tanaman dan penanaman
Bahan tanaman yang digunakan bisa berupa biji, sobekan
rumpun (pols) maupun potongan batang (stek). Dalam pembuatan
kebun hijauan rumput , bahan makanan berupa biji jarang digunakan
karena disamping biji sangat sulit diperoleh, kalapun ada harganya
sangat mahal.
Penanaman dengan sobekan rumpun (pols) Penanaman dengan
bahan pols biasanya dilakukan untuk jenis rumput benggala, rumput
setaria, rumput australia, rumput bede, dan lain – lain. Pols sebaiknya
berasal dari rumpun yang chat dan lain-lain. Karena pada bagian tepi
ini megandung banyak akar dan calion anakan baru. Disamping itu
pada bagian tepi ini mengandung banyak akar dan calon anakan baru.
Disamping itu bagian vegetatif (daun) harus dibuang untuk mencegah
penguapan yang berlebihan sebelum sistem perakarannya bisa
menghisap air. Setiap pols yang ditanam minimal terdiri atas 2-3
batang rumput.
Penanaman dilakukan di tempat yang sudah di lobangi dan
selanjutnya tabah disekitar pols dipadatkat. Jarak tanam bisa
bervariasi, tergantung kepada kesuburan tanah : 90x60; 40x40; 90x90;
atau 100x90 cm. Penanaman dengan potongan batang (stek dan
stolon). Penanaman dengan stek (potongan batang) Stek adalah
potongan batang, stolon adalah potongan batang yang merayap atau
berimpit dengan tanah; sedangkan rhizome adalah bagian batang yang
ada di dalam tanah.
Pada bahan – bahan penanaman ini di temukan buku-buku, ruas
– ruas dan akar dan cabang, Bahan stek dipotong sepanjang 25-30 cm
atau sedikitnya terdiri dari dua nata (buku). Penanaman bahab stek dan
ditanam dengan posisi tegak. Khusus penanaman bahan stek, jangan
sampai terbalik karena akan mempengaruhi pertumbuhannya. Jarak
tanam ; 90x60; 100x50; atau 100x100 cm (ruput raja dan gajah).
Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada awal sampai pertengahan
musim hujan sehingga ketika musim kemarau tiba, akar bibit sudah
kokoh dan dalam.
2.4.3 Pemupukan dan perawatan
Pemupukan sangat pentingga untuk menjamin produktifitas
rumput makanan ternak. Dalam pemupukan bisa digunakan pupuk
kandang maupun pupuk buatan. Kombbinasi yang baik antara N, P dan
K akan menghasilkan hijauan yang cukup, baik kualitas maupun
kwantitasnya. Dalam pemupukan harus diperhitungkan tiingkat
efektifitas dan efesiensinya . Mengingkatkan pemberian pupuk
nitrogen umumnya akan menaikkan jumlah prosuksi (hasil), tetapi
pada dosis tertentu (apabila berlebih) dapat menurunkan produksi
hijauan.
Dalam meningkatkan produksi hijauan makanan ternak, pupuk
kandang juga memegang peranan yang cukup besar. Selain
mengandung unsur hara, pupuk kandang juga berfungsi dalam
perbaikan struktur tanah dan kehidupan jasaf renik di dalam tanah.
Pupuk kandang dapat diberikan 10 ton/ha. Pemupukan awal dimulai
ketika meratakan lahan tanam, yakni sebanyak 100 ton pupuk kandang,
50 kg KCL, 50 kg TSP tiap hektar. Ketiga jenis pupuk ini dalam
jumlah yang sama diberikan kembali setelah tiga jali panen berturut-
turut. Sedangkan pupuk diberikan secara tersendiri. Pertama setelah
tanaman berumur 2 minggu sebanyak 50 kg/ha. Selanjutnya diberikan
setap selesai pemotongan rumput dalam takaran yang sama, khususnya
untuk rumput raja dan rumput gajah. Pemeliharaan tambahan atau
perawatan dilakukan dengan penyiangan terhadap rumput liar atau
gulma agar tidak terjadi persaingan pengambilan unsur hara dari tanah.
Pada saat ini pula dilakukan penggemburan tanah dan pembubunan
disekitar rumpun tanaman
2.4.4 Pemotongan rumput (panen)
Pemotongan daun rumput dilakukan setelah rumput dilakukan
setelah rumput berumur 2-3 bulan. Panen perdana ini dimaksudkan
sekaligus untuk meratakan pertumbuhan dan meransang pertumbuhan
anakan. Panen berikutnya dilakukan setiap 6 minggu sengan jalan
memotong rumput 10-15 cm diatas tanah untuk rumput raja dan
rumput gajah. Hindarkan pemotongan yang terlalu tinggi agar tidak
banyak sisa batang yang mengayu atau pemotongan terlalu pendek
karena kana mengurangi mata tunas muda yang akan tumbuh. Dengan
perlakuan yang baik maka selain bisa dipanen 8-9 kali setahun, rumput
ini akan bisa berproduksi terus menerus selama 5-8 tahun atau bahkan
10 tahun untuk rumput raja.

2.3 Leguminosa
2.3.1 Definisi

Leguminosa merupakan salah satu jenis tumbuhan dikotil yang


mempunyai kemampuan mengikat fiksasi nitrogen langsung dari udara (tidak
melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar
atau batang (Tillman dkk, 1991).
Leguminosa memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai
nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal
dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari
udara. Leguminosa merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar
tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan tanah (Susetyo, 1983).

Menurut Tilman dkk. (1991) hijauan pakan jenis leguminosa memiliki


sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legum umumnya kaya akan
protein, kalsium dan posfor. Legumbedasarkan fungsinya terbagi menjadi 3
macam yaitu ; (1). sebagai bahan pangan dan hijauan pakan (Papilionaceae).
Contohnya : Kacang Tanah (Arachis hipogeae), Kacang Kedele (Glycine
soya), Kacang Panjang (Vigna sinensis), (2). sebagai hijauan pakan ternak
(Mimosaceae). Contohnya : Kacang Gude (Cayanus cayan), Kalopo
(Calopogonium muconoides), Sentrosema (Centrosoma pubescens), (3). multi
fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi),contohnya : Gliricidea
maculata, Albazia falcate.

Reksohadiprodjo (1988) juga menjelaskan apabila dilihat dari


bentuknya, tanaman leguminosa dibagi menjadi 3yaitu ; (1). Pohon adalah
tanaman leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi lebih dari 1,5 meter,
contoh ;Leucaena leucocephala, Sesbania glandiflora, Glyricidia sepium,
Bauhinia sp, (2). Perdu adalah tanaman leguminosa yang berkayu dan
mempunyai tinggi kurang dari 1,5 meter, contoh ;Desmanthus vergatus,
Desmodium gyroides, Flemingia congesta, Indigofera arrecta, (3). Semak
adalah tanaman leguminosa yang tidak berkayu, sifat tumbuhnya memanjat
dan merambat, contoh ; Centrosema pubescens, Pueraria phaseoloides,
Calopogonium mucunoides.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Leguminosa


Menurut Thorne (1979) bahwa air tanah akan mempengaruhi
hasil tanaman, pertumbuhan tanaman untukmenyusun jaringan yang
aktif, perkembangan untuk fotosintesis, pereaksi dalam proses
fotosintesis, dan hidrolisis seperti pencernaan pati, pelarut garam, gula
dan bahan terlarut lain yang bergerak dari sel ke sel lain serta
memelihara suhu daun.
Buckman dan Brady (1982) menjelaskan bahwa banyaknya air
dan lamanya dalam tanah akan berpengaruh terhadap pH tanah. Tanah
yang terlalu jenuh air akan menurunkan pH tanah sehingga mengurangi
ketersediaan unsur-unsur hara yang dapat diambil oleh akar tanaman.
Menurut Ginting (2012) Indigofera sp. memiliki adaptasi yang
baik terhadap kekeringan, namun produksi tetap mengalami penurunan
selama musim kemarau,sedangkan produksi melimpah selama musim
hujan.Indigoferasp. dapat tumbuh dengan baik pada kondisi cahaya
penuh, namun juga cukup toleran terhadap naungan. Tanah yang
diperlukan adalah tanah liat atau lempung berliat dengan pH 5 -7,7
namun beberapa spesies bisa tumbuh baik pada tanah berpasir dan pH
di bawah 4 sampai 8,5. Dalam hal kesuburan tanah, indigofera toleran
terhadap tanah dengan unsur fosfat yang rendah (Ginting, 2012).
Menurut Waters dan Givens (1992), perlakuan interval dan
intensitas pemangkasan mempengaruhi komposisi anatomi dan
morfologi tanaman, antara lain adalah rasio daun dan batang. Kabi dan
Bareba (2008) menyatakan frekuensi pemangkasan tanaman legum
yang tinggi dapat menurunkan produksi bahan kering sehingga dapat
mempengaruhi produksi biomassa tanaman, komposisi morfologi,
komposisi nutrisi dan kecernaan pakan.
2.4 Hijauan Makan Ternak Potongan (Stek dan Stolon)
2.4.1 Hijauan Makan Ternak
Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan
berfungsi tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai
sumber nutrisi, yaitu protein, energi, vitamin dan mineral Hijauan yang
bernilai gizi tinggi cukup memegang peranan penting karena dapat
menyumbangkan zat pakan yang lebih ekonomis dan berhasil guna bagi
ternak (Herlinae, 2003).
Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3
golongan yaitu rumput (Gramineae), leguminosa/legum
(Leguminoseae) dan golongan non rumput dan non leguminosa (Kamal,
1998).
Perbedaan jenis hijauan antara legum dan rumput secara umum
adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada kandungan serat kasar dan
protein kasar. Perry (1980) menyatakan bahwa perbedaan antar legum
dan non legum pada kandungan protein kasar dan serat kasar, legum
juga cendrung menghasilkan lebih banyak bahan kering yang dapat
dicerna (digestible dry matter) per hektar dibanding kebanyakan rumput
tropik padang pengembalaan. Bagaimanapun juga legum lebih
memerlukan tanah yang lebih subur dan memerlukan biaya yang lebih
tinggi untuk menghasilkan per unit berat bahan kering.
Komposisi kimia hijauan bervariasi dan dipengaruhi oleh jenis
dan varietas tanaman, tingkatan umur tanaman, iklim dan musim, tipe
tanah serta pemupukan (input nutrient) kapur, dan sewage sludge,
sementara itu produksi hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh
musim, penggunaan lahan dan topografi (Budiasa, 2005).
Kamal (1998), menyatakan bahwa ketersediaan jenis hijauan 6
pakan yang ada pada lahan pertanian keberadaannya dapat dibagi 2,
yaitu: (1) yang tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia
seperti pastura alami dan (2) yang sengaja ditanam oleh petani seperti
rumput gajah, gamal, dadap, lamtoro dan waru.
Setiana (2000) melaporkan bahwa hijauan makanan ternak
merupakan bagian penting dalam sistem produksi peternakan terutama
sebagai pakan ternak ruminansia, karena lebih dari 75% pakannya
berasal dari hijauan. Keberhasilan produksi suatu peternakan sangat
tergantung kepada kualitas pakan dan jenis ternak yang dipelihara, oleh
karena itu ketersediaan hijauan pakan sepanjang masa dan memilih
hijauan yang berkualitas unggul adalah sangat penting. Keuntungan
utama dari hijauan sebagai makanan ternak ruminansia adalah suatu
pakan yang mudah didapat pada berbagai keadaan, sedangkan
kelemahannya adalah tidak tersedia secara berkelanjutan terutama pada
musim kemarau (Herlinae, 2003).
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Budiasa (2005)
bahwa produksi hijauan pakan ternak sebagai sumber pakan ternak
ruminansia sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan dan topografi.
2.4.2 Stek
Stek merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila ditanam
pada kondisi yang menguntungkan akan beregenerasi dan berkembang
menjadi tanaman yang sempurna. Perbanyakan tanaman secara
vegetatif dapat dilakukan menggunakan stek. Keuntungan perbanyakan
tanaman secara vegetatif antara lain tanaman yang dihasilkan secara
genetik memiliki sifat yang sama dengan tetuanya, bebas penyakit
untuk tanaman komersial tertentu, umur seragam, dan waktu
perbanyakan lebih 7 singkat untuk memperoleh tanaman dalam jumlah
banyak. Stek batang adalah metode tradisional dan menjanjikan untuk
perbanyakan tanaman. Stek batang dapat dibagi menjadi 4 kelompok
berdasarkan tipe jaringannya, yaitu hardwood, semihardwood, softwood
dan herbaceous (Utami dkk., 2020).
Keberhasilan stek dipengaruhi oleh interaksi faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi kandungan cadangan
makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon
induk) dan hormon endogen dalam jaringan stek. Faktor lingkungan
juga mempengaruhi, antara lain media perakaran, kelembaban, suhu,
interaksi cahaya, dan teknik penyetekan (Darwo dan Yeni, 2018).
Menurut penelitian Rohaeni dan Ariyanto (2020) bahan tanam
stek diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan
diperbanyak dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
Gunting stek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi.
Apabila kurang tajam batang akan rusak atau memar. Hal ini
mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memar, sehingga
bisa menyebabkan pembusukkan pangkal stek. Pada saat mengambil
stek batang, pohon induk harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang
bertunas. Bahan tanam yang dijadikan stek biasanya adalah bagian
pangkal dari cabang. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di
bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas
sejauh 1 cm dari mata tunas yang paling atas. Kondisi daun pada
cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan
demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan
menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Kondisi batang pada saat
pengambilan berada dalam keadaan setengah tua dengan warna kulit
batang biasanya coklat muda.
2.4.3 Stolon
Stolon adalah cabang yang ramping lagi panjang, dapat
mencapai lebih satu meter tumbuh ke samping di atas tanah atau di
dalam tanah. kemudian pada ujung stolon ini dibentuk tumbuhan baru.
Bilamana tumbuhan baru ini telah cukup berdaun dan berakar sehingga
dapat berdiri sendiri, maka stolon ini akan mati rusak. Jadi stolon
berfungsi untuk reproduksi secara vegetatif. Stolon yang tumbuh di atas
tanah terdapat misalnya pada tumbuhan arbei atau stroberi (Fragaria
sp). Stolon yang menjalar di bawah tanah misalnya terdapat pada alang-
alang (Imperata cylindrica) (Tjitrosomo, 1983).
KESIMPULAN

1. Hijauan makanan ternak (pakan hijauan) ialah semua bahan makanan yang
berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk
batang, ranting dan bunga. Yang termasuk ialah bangsa rumput, kacang-
kacangan (leguminosa) dan tumbuh-tumbuhan lain
2. Leguminosa merupakan salah satu jenis tumbuhan dikotil yang mempunyai
kemampuan mengikat fiksasi nitrogen langsung dari udara (tidak melalui
cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau
batang
3. Stek merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif
yang dipisahkan dari induknya
4. Stolon adalah cabang yang ramping lagi panjang, dapat mencapai lebih satu
meter tumbuh ke samping di atas tanah atau di dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak. Potong, Kerja dan Perah. Yayasan Aksi
Agraris Kanisius, Yogyakarta.

Ahmad, F. 1981. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Proyek Peningkatan dan


Pengembangan Perguruan Tinggi. Universitas Andalas, Padang.

Albayrak S., Turk M., Yuksel O.,YilmazM. 2011. Forage yield and the quality of
perennial legume-grass mixtures under rainfed conditions. Not Bot Hort
Agrobot Cluj. 39:114-11.

Anam, N. K., R. I. Pujaningsih dan B. W. H. E. Prasetiyono. 2012. Kadar neutral


detergent fiberdan Acid detergent fiber pada jerami padi dan jerami jagung
yang di fermentasi isi rumen kerbau. Animal Agriculture Journal, Vol. 1.
No. 2, 2012, hal. 353.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan V. PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Anis, S.D. 2011. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan vegetative


rumput B. Humidicola pada lahan tegakan kelapa. Laporan Topik Khusus.
Program Studi Agronomi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Aregheore, E. M. 2001. Nutritive value and utilization of three grass species by


crossbred anglo-nubian goats in samoa. Asian-aust. J. Anim. Sci. Vol. 14,
No. 10 : 1389-1393.

Arief, R. 2001. Pengaruh penggunaan jerami pada amoniasi terhadap daya cerna
NDF, ADF dan ADS dalam ransum domba lokal. Jurnal Agroland vol. 8
(2) : 208-215.

Arora. 1989. Pencernaan Mikroba Rumen. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai