Anda di halaman 1dari 14

Laporan I Praktikum Manajemen Pastura

PENGOLAHAN LAHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK

Oleh:

NAMA : LA ODE SARFAN


STAMBUK : L1A121213
KELAS : E
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : FAZLUR IBNUL SALAM

LABORATORIUM UNIT AGROSTOLOGI KEBUN HIJAUAN PAKAN TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pengolahan lahan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengubah

tanah dengan menggunakan alat pertanian baik konvesional maupun modern

sehingga memperoleh lahan pertanian yang memiliki kandungan yang cocok

dengan tanaman yang akan ditanam. Pengolahan lahan bertujuan untuk

menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik.

Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan. Menempatkan sisa-sisa

tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi berjalan dengan baik.

Pastura adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi hijauan dengan

kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia. Padang

penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan dan pakan hijauan lainnya.

Manajemen Pastura yang tepat dapat meningkatkan produksi hijauan, mengurangi

populasi gulma, mencegah erosi, mengurangi pengeluaran untuk pakan, herbisida,

dan pupuk, mencegah pemadatan tanah dan hilangnya unsur hara.

Rumput odot (Pennisetum Purpureum cv.moot) merupakan jenis rumput

unggul karena produktivitas dan kandungan zat gizi cukup tinggi serta memiliki

palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Rumput ini dapat hidup

diberbagai tempat, toleran naungan, respon terhadap pemupukan dan

menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh

membentuk rumpun dengan perakaran serabut yang kompak dan terus

menghasilkan anakan apabila dipanen secara teratur.


Pentingnya praktikum pengolahan lahan hijauan pakan ternak adalah

untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan lahan hijauan pakan ternak yang

baik dan pengukuran hijauan pakan ternak. Berdasarkan latar belakang diatas

maka perlu dilakukan praktikum pengenalan organ pencernaan unggas.

I.2. Tujuan

Adapun tujuan yang dapat diambil dari pratikumpengolahan lahan media

tanah yaitu mahasiswa mampu mengetahui kriteria tanah yang baik untuk

penanaman, mempelajar tata cara pengolahan lahan berdasarkan kebutuhan

tanaman, mengetahui cara perhitungan konfersi dosis pupukataupun zat tambahan

lainnya pada lahan/media tanam.

I.3. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambill dari pratikum pengolahan

lahan/media tanah yaitu, agar mahasiswa mampu mengetahui kriteria tanaman

yang baik untuk penanaman,mempelajari tata cara pengolahan lahan berdasarkan

kebutuhan tanaman,mengetahui cara perhitungan konversi dosis pupukataupun zat

tambahan lainnya pada lahan/media tanam.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Pastura

Pastura alam atau padang rumput alam adalah areal yang ditumbuhi

berbagai jenis hijauan, baik jenis rumput ataupun jenia legume (kacang-

kacangan) yang tergolong sebagai pakan ternak, maupun jenis-jenis hijauan

yang tergolong sebagai gulma ataupu tanaman semak belukar. Hijauan

pakan adalah faktor penting dalam budidaya ternak ruminansia (Pendong dkk,

2022).

Pastura dibiarkan selama 12 bulan agar spesiesnya betul-betul establish.

Pada waktu ini, pembersihan terhadap weed mungkin perlu dilakukan untuk

spesies-spesies yang lambat establishnya. Jika pertumbuhan tidak merata, maka

dapat dilakukan “slashing” atau memapasi ternak dalam waktu singkat untuk

meratakan pertumbuhan. Pada bulan pertama setelah penanaman mungkin perlu

dilakukan penyulaman terhadap spesies yang tidak mau tumbuh, sehingga

keseimbangan rumput dengan legum sesuai dengan yang dikehendaki.

Pemeliharaan yang baik, pastura mampu tahan berproduksi 10 sampai 20 tahun

bahkan lebih (Marta 2019).

Pemotongan dapat dilakukan dengan cara bergilir atau sistem rotasi.

Sistem ini biasanya dilakukan dengan cara membagi-bagi padang penanaman

menjadi petak-petak (paddock). Sesuai dengan maksud peternak sehubungan

dengan jumlah ternak yang digembalakan, pertumbuhan hijauan serta

kelebatannya. Penggembalaan berat (over grazing) dan defoliasi yang terlalu

ringan (under grazing) harus dihindarkan, karena keduanya akan merugikan.

Penggembalaan rendah dapat mengakibatkan produksi berikutnya rendah,


pertumbuhan kembali lemah, banyak tumbuh rumput liar dan bahkan bisa

menimbulkan erosi tanah. Sedangkan under grazing (defoliasi yang terlalu ringan)

dapat mengakibatkan hijauan menjadi terlalu tua, serat kasar tinggi, dan kurang

palatable dan nilai gizinya sangat rendah (Anonimus 2019).

2.2. Hijauan Tanaman Pakan

Hijauan Pakan Ternak merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi

peternakan ruminansia. Tanpa adanya ketersediaan pakan yang cukup baik, ternak

yang di pelihara tidak akan berproduksi secara optimal, dikarenkan makanan yang

diberikan pada ternak tidak dapat tersedia secara tetap. Hijauan adalah suatu

bahan pakan utama ternak ruminansia yang bisa berupa rumput baik itu rumput

lapangan, rumput unggul dan sebagian jenis leguminosa. Untuk pemberian

hijauan makanan ternak dapat diberikan dengan memberikan rumput unggul

seperti rumput raja, rumput gajah dll atau mencampurkan rumput lapangan

dengan tanaman leguminosa seperti gamal, kaliandra, turi dan lain-lain yang

memiliki gizi tinggi. Hal ini sangat perlu dilakukan dikarenakan ketersediaan

sangat dipengaruhi oleh musim dan semakin terbatasnya padang pengembalaan

disamping itu nilai gizi yang dikandung sangat rendah (Sihombing dkk, 2021).

Pakan hijauan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan

tingkat produksi dan produktivitas ternak sapi sehingga penyediaan pakan yang

cukup sangat menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan. Pemberian pakan

hijauan oleh peternak sangat tergantung pada kondisi sosial ekonomi, motivasi

dan tujuan beternak itu sendiri (Marta 2019).

Sumber pakan dalam meningkatkan produktivitas ternak dapat

menggunakan bahan baku pakan berbasis produk samping tanaman dan industri
pertanian. Pasar domestik dan ekspor yang semakin meningkat mendorong luas

lahan tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan tebu makin meningkat.

Demikian juga konsumsi beras yang terus meningkat dan program swasembada

beras yang konsisten mendorong semakin meningkatnya luas panen padi. Ketiga

tanaman tersebut selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan produk

samping tanaman dan industri pertanian yang berpotensi untuk pakan ternak

ruminansia (Sihombing dkk. 2021).

2.3. Rumput Odot

Gambar 1. Rumput odot (Pennisetium purpureum cv. Mott)


Sumber: (Dokumentasi pribadi, 2023)

Susunan Taksonomi Rumput Odot (Pennisetium purpureum cv. Mott)


adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum cv. Mott (Aldina 2018)
Rumput odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) merupakan salah satu jenis

rumput yang unggul dan memiliki produktivitas serta kandungan nutrisi yang

cukup tinggi. Rumput odot memiliki ukuran yang lebih kecil daripada jenis
rumput gajah yang lainnya. Rumput odot dapat tumbuh di berbagai jenis tanah

serta sangat responsif terhadap pemupukan. Rumput odot merupakan rumput yang

tumbuh berumpun dan terus-menerus menghasilkan anakan jika dilakukan

pemangkasan secara teratur (Wati dkk. 2018).

Rumput odot mempunyai karakter perakaran kuat, batang tidak keras,

menghasilkan banyak anakan, ruas daun pendek dan banyak serta struktur daun

tidak keras dan berbulu halus sehingga disukai oleh ternak. Selain itu

menghasilkan banyak anakan mempunyai akar kuat, batang yang tidak keras dan

mempunyai ruasruas daun yang banyak serta struktur daun yang muda sehingga

sangat disukai oleh ternak (Lasamadi dkk. 2017).

Kandungan nutrisi rumput odot terdiri dari 13,55% BK,10-15% PK,

56,74% NDF, 38,23% ADF, 85,55% BO, dan 3.957 kkal/g energi (Rahayu dkk

2021). Persyaratan tumbuh rumput odot yaitu pH tanah yang cocok lebih kurang

6,5, curah hujan sekitar 1000 mm/tahun, dan jenis tanah yang bertekstur ringan,

sedang, sampai berat. Kondisi tanah yang cocok adalah tanah yang lembap dengan

kelembapan optimal 60-70% ( Rahman 2016).

2.4. Pertumbuhan Kembali (Regrowth)

Pertumbuhan didefinisikan sebagai proses pembelahan dan pemanjangan

sel. Pertumbuhan merupakan peristiwa bertambahnya ukuran tanaman, yang dapat

diukur dari bertambah besar dan tingginya organ tumbuhan, Pertumbuhan

tanaman dalam arti terbatas menunjuk pada pertambahan ukuran yang tidak dapat

balik, mencerminkan pertambahan protoplasma dan bobot kering pada tanaman

(Putri 2015).
Pertumbuhan kembali hijauan ialah bahan pakan yang berkualitas yang

dapat menunjang keberhasilan dalam meningkatkan produktuvitas

pengembangan ternak ruminansia. Untuk meningkatkan produksi tanaman

hijauan pakan ternak dibutuhkan pemberian pupuk organik yang sesuai

dengan kebutuhan tanaman. Salah satu jenis pupuk organik yang dapat

membantu meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kerusakan dalam

tanah (Yowa 2018).


III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengolahan lahan hijauan pakan ternak dilaksanakan pada hari

Kamis 24 Mei Pukul 15.00 WITA – selesai, bertempat di Laboratorium Unit

Agrostologi Kebun Hijau Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat dan Kegunaan

Alat yang digunakan pengolahan lahan hijauan pakan ternak dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No Alat Kegunaan
1 Cangkul Untuk menggemburkan tanah
2 Arit Untuk membersihkan gulma
3 Ember Untuk menyimpan pupuk
4 Mistar Untuk mengukur tanaman
5 Alat tulis Untuk menulis hasil pengukuran
76 Camera Untuk dokumentasi

3.2.2. Bahan dan Kegunaan

Bahan yang digunakan dalam pengolahan lahan hijauan pakan ternak

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Bahan dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan
1 Lahan Untuk media pengamatan
2 Rumput Untuk media pengamatan
3 Pupuk Untuk memupuk tanaman
3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pengolahan lahan hijauan pakan ternak yaitu

sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Bersihkan lahan

3. Masing-masing mengukur lahan pada setiap kelompok

4. Pemotongan rumput yang akan di amati selama 3 minggu

5. Pemberian pupuk dan pemberian air

6. Pengukuran tanaman

7. Dokumentasi

8. Pembuatan laporan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum pengolahan lahan hijauan pakan ternak

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan


Indikator
Jumlah Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3
Tanaman TT LD TT LD TT LD
BT BT BT
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. 55 3,5 33 75 4 52 85 5 60
2. 53 3,2 19 70 3,5 35 80 4 30
3. 53 3 16 77 3 25 84 4 36
4. 59 2,5 21 77 3 23 87 4 26
5. 8 1 8 37 2 8 50 3,5 10
6. 46 3,7 28 65 4 26 75 5,5 29
7. 47 3,8 18 74 3 20 90 4,5 24
8. 47 3,3 26 84 3 32 95 5 39
9. 28 2,6 7 46 2 5 55 3,6 11
10. 52 3 34 86 3 40 94 4 47
11. 53 3,5 33 85 3 38 93 4,2 42
Rata-rata 45,54 3,00 22,09 70,54 3,045 27,63 80,72 4,3 32,18

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel diatas dengan parameter tinggi

tanaman rumput odot pada minggu pertaman dengan tinggi 45,54 cm, minggu

kedua 70,54 cm dan minggi ketiga dengan tinggi tanaman 80,72 cm. Hal ini tidak

sesuai dengan pendapat Yowa dan Sudarma (2022) menyatakan bahwa rata-rata

tinggi tanaman defolasi kedua menunjukan bahwa dengan perlakuan

dosis pupuk bokashi sludge biogas dengan level yang berbeda tidak terdapat

pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman rumput odot dari minggu pertama

45,54 cm, minggu kedua 70,54 cm dan minggu ketiga 80,72 cm.
Hasil pengamatan pada tabel diatas dengan parameter lebat daun rumput

odot pada minggu pertaman dengan lebar daun 3,00 cm, minggu kedua 3,045 cm

dan minggi ketiga diperoleh lebar daun 4,3 cm. Hal ini tidak sesuai dengan

pendapat Wahyu dan Basri (2022) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen

berpengaruh terhadap lebar daun, berbeda halnya jika tidak di beri pupuk. Rataan

lebar minggu pertama- minggu ketiga pada kelompok satu 6,48-7,96 cm,

kelompok dua 8,00-7,98 cm, kelompok tiga 11,08-11,30 cm, kelompok empat

8,41-7,87 cm, dan kelompok lima 10,13-9,23.

Hasil pengamatan pada tabel diatas dengan parameter jumlah tunas rumput

odot pada minggu pertaman sebanyak 22,09 tunas, minggu kedua sebanyak 27,63

tunas dan minggi ketiga dengan jumlah tunas 32,18. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wahyu (2017) menyatakan bahwa jumlah tunas atau anakan merupakan

indikator kemampuan hijauan pakan untuk bertumbuh kembali sekaligus sebagai

tanda berpotensi menghasilkan biomassa yang tinggi. Rataan jumlah anakan

paling sedikit ke terbanyak secara berurutan, adalah 3-8 jumlah anakan. Jumlah

anakan ikut mempengaruhi tinggi rendahnya produksi hijauan yang dihasilkan

sehingga berperan penting dalam mengukur tingkat pertumbuhan hijauan pakan.


V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tinggi

tanaman minggu pertama dengan rataan 45,54 cm, lebar 3,00 cm dan jumlah

tunas rumput odot pada minggu pertama 22,09 cm, minggu kedua tinggi tanaman

dengan rataan 70,54 cm, lebar daun 3,045 cm, banyak tunas 27,63 dan tinggi

tanaman minggu ketiga 80,72 cm, lebar daun 4,3 dan banyak tunas 32,18.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum pengolahan lahan hijauan

pakan ternak yaitu asisten harus menjelaskan secara rinci sesuai dengan prosedur

yang ada di panduan agar para praktikan dapat memahaminya dengan baik apa

yang di sampaikan pada saat asistensi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2019. Usaha Peternakan, Perencanaan Usaha, Analisis dan


Pengelolaan. Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengelolaan Hasil
Peternakan.
Lasamadi, RD, SS Malalantang, Rustandi, dan SD Anis. (2017). Pertumbuhan dan
perkembangan rumput gajah dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang
diberi pupuk organik hasil fermentasi em. Jurnal Zootek, vol 32(5):158-
171.
Marta, Y. 2019. Manajemen padang penggembalaan di bptuhpt padang
mengatas. Pastura: Journal of Tropical Forage Science. Vol 2(5):158-171.

Pendong AF, Tuturoong RAV, Tulung YLR, Poli Z dan Sondakh EHB. 2022.
Daya Dukung Pastura Alam Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrien Sapi
Lokal di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Zootec. Vol
42(2):487-495.
Rahman D. 2016. Pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah dwarf
(pennisetrum purpureum cv. Mott) yang diberikan pupuk organik hasil
fermentasi. Jurnal zootek. Vol 32(5):158-171.

Sihombing JM, Berliana Y dan Wahyudi E. 2021. Pengenalan Pengenalan


Hijauan Pakan Ternak dan Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian
Terhadap Anggota Peternak Waringin Center Langkat. Mejuajua. Jurnal
Pengabdian pada Masyarakat. Vol 1(2):31-35.
Wahyu B dan Basri M. 2022. Pertumbuhan Kembali Rumput Odot (Pennisetum
purpureum cv. Mott) yang diberi Perlakuan Pupuk Nitrogen pada
Perkembangan Awalnya. Jurnal Ilmiah AgriSains. Vol 23(3):139-147.
Wati WS, M Mashudi, dan A Irsyammawati. 2018. Kualitas Silase Rumput Odot
(Pennisetum Purpureum Cv. Mott) Dengan Penambahan Lactobacillus
Plantarum dan Molasses pada Waktu Inkubasi yang Berbeda. Jurnal
Nutrisi Ternak Tropis. Vol 1(1): 45-53.
Yowa NK dan Sudarma IMA. 2022. Pertumbuhan Kembali Rumput Odot yang di
Berikan Pupuk Bokasi Sludge Biogas dengan Level 0,10 dan 20
Ton/Hektar di Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Inovasi Penelitian.Vol
2(11):3659-3664.

Anda mungkin juga menyukai