Oleh :
INDRAYANI
NIM. L1A1 14 162
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan yang berasal dari
tanaman atau rumput termasuk leguminosa, baik yang belum dipotong maupun
yang telah dipotong dalam keadaan segar. Di Indonesia hijauan tumbuh atau
hijauan yang dihasilkan rendah, tercermin dari produksi ternak yang dihasilkan
juga rendah. Dalam pembudidayaan hijauan ada kendala yang dihadapi oleh
peternak, dimana kebanyakan lahan yang digunakan adalah lahan tidak subur atau
berdampak buruk terhadap mikroorganisme yang ada di dalam tanah dan apabila
dibiarkan berlarut-larut maka kesuburan alami tanah akan merosot (Triyono dkk.,
produksi dan pemanfaatan lahan marjinal dengan pemberian pupuk hayati berupa
mikoriza.
Menurut Brundrett dkk., (1996), mikoriza merupakan organisme yang
ada dua yaitu Ektomikoriza dan Endomikoriza (FMA). Menurut Smith and Read
ketersediaan dan pengambilan unsur hara seperti fosfor, air dan nutrisi lainnya.
Fungi mikoriza arbuskula dapat ditemukan hampir pada sebagian besar tanah dan
pada umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Setiap ekosistem dapat
mengandung fungi mikoriza arbuskula dengan jenis yang sama atau bisa juga
ekstrem, terutama pada tanah marginal seperti daerah kering, pH rendah, tanah
pada rhizosfer pakan ternak di kebun hijauan makanan ternak Fakultas Peternakan
arbuskula apa saja yang ada pada rhizosfer pakan ternak di kebun hijauan
mikoriza arbuskula pada rhizosfer pakan ternak di kebun hijauan makanan ternak
gambaran jenis-jenis fungi mikoriza arbuskula pada rhizosfer pakan ternak yang
ada di kebun hijauan makanan ternak Fakultas Peternakan serta dapat menjadi
awal bagi peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti tentang pemanfaatan fungi
mikoriza arbuskula.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
musim. Sumber energi yang diperlukan ternak ruminansia terutama berasal dari
komponen serat pada hijauan pakan, yang terdiri atas selulosa, hemiselulosa dan
lignin. Sumber hijauan pakan ternak adalah rumput alam dan daun leguminosa
maupun kualitatif dalam sistem produksi ternak ruminansia. Porsi hijauan pakan
dalam ransum ruminansia mencapai 40-80% dari total bahan kering ransum atau
sekitar 1,5-3% dari bobot hidup ternak. Secara nutrisi hijauan pakan merupakan
mineral dan protein murah bagi ternak ruminansia (Abdullah dkk., 2005).
semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak. Identifikasi hijauan
daun nangka, daun waru dan lain sebagainya (AAK, 1983 dalam Nurlaha, 2014).
Kemampuan produksi ternak yang relatif rendah berkaitan dengan kualitas
dan kuantitas pakan yang tersedia sepanjang tahun. Ketersediaan pakan yang
salah satu tanaman hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas
dan nilai gizinya. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20–30 ton/ha/tahun.
(Kartadisastra, 2001).
Rumput gajah berasal dari Afrika dan mempunyai kadar protein yaitu
9,5% dari bahan keringnya. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m dengan buku
dan kelopak berbulu, helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5 mm
sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan
berikut:
Phylum : Spermatophyta
Sub-phylum : Angiospermae
Class : Monocotyl
Ordo : Glumiflora
Family : Graminae
Sub-family : Panicoldeae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum
Gambar 1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Sumber: Foto Pribadi, 2018
Kandungan nutrisi rumput gajah terdiri atas, bahan kering (BK) 20,29%,
protein kasar (PK) 6,26%, lemak kasar (LK) 2,06%, serat kasar (SK) 32,60%, abu
9,12%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 41,82%, kalsium 0,46%, dan fosfor
kandungan gizinya. Makin tua umur tanaman pada saat pemotongan, makin
bekurang kadar proteinnya dan serat kasarnya makin tinggi. Tanaman pada umur
muda kualitasnya lebih baik karena serat kasarnya lebih rendah, sedangkan kadar
Rumput mulato (Brachiaria hybrid cv. Mulato) adalah salah satu rumput
kondisi tanah dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi, serta toleran
digembalakan atau dipotong, juga kualitas gizinya sangat baik. Di Indonesia jenis
rumput ini telah banyak dikembangkan sebaga pakan ternak ruminansia (Ella,
2002).
Phylum : Spermatophyta
Sub-phylum : Angiospermae
Class : Monocotyl
Ordo : Glumiflora
Family : Graminae
Sub-family : Panicoldeae
Genus : Brachiaria
Spesies : Brachiaria hybrid
Rumput Brachiaria hybrid cv. Mulato merupakan salah satu pakan yang
memiliki nilai mutu pakan yang baik dan mampu mensuplai kebutuhan ternak.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek tertentu diantaranya adalah kemampuan
(Suardin, 2014).
Total produksi bahan kering rumput mulato dari 3 kali panen adalah 12,04
ton/ha. Rumput ini sangat disukai ternak sapi, salah satu penyebabnya adalah
batang dan daunnya yang lembut dan agak berbulu. Selain itu, peternak juga suka
karena untuk potong-angkut tidak membuat tangan dan badan gatal-gatal Rusman
(2010). Hal yang perlu diperhatikan untuk tumbuh dan berkembangnya lebih baik
rumput ini adalah masalah drainase. Pada lahan yang drainasenya buruk, rumput
ini tidak dapat tumbuh dengan baik karena drainase yang buruk mengakibatkan
a. Pengertian FMA
keragaman mikoriza sebagai suatu asosiasi simbiotik yang esensial bagi satu atau
kedalam mitra, antara suatu fungi mikoriza (terspesialisasi untuk hidup dalam
tanah dan tumbuhan) dan akar terutama bertanggung jawab untuk transfer hara.
Menurut Sari dan Dini (2014), mikoriza sesunguhnya berasal dari bahasa
Yunani yaitu Mykes yang artinya cendawan atau fungi, dan Rhiza artinya akar,
sehingga mikoriza berarti cendawan atau fungi akar. Mikoriza disebut juga fungi
tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area perakaran
tanaman (rizhosfer).
Mikoriza terjadi dalam suatu organ tumbuhan yang terspesialisasi dan
dimana hubungan kontak dekat berasal dari perkembangan fungi dan tumbuhan
mutualisme antara fungi dan perakaran tumbuhan tingkat tinggi. Fungi mikoriza
gramineae dan leguminosae serta memiliki tempat hidup yang khusus atau
memiliki inang yang spesifik. Ada beberapa jenis fungi mikoriza arbuskula
b. Klasifikasi Mikoriza
Ektomikoriza. Secara umum endomikoriza terbagi atas 6 (enam) sub tipe yaitu
membentuk bidang infeksi hingga pada jaringan intraseluler akar (Smith and Read
2008).
Menurut klasifikasi dari Morton & Benny (1990) dalam Mekuo (2015),
1. Spora
menyerupai bola dengan diameter 20-100 µm yang terbentuk pada ujung hifa
didalam tanah atau didalam akar (Brundrett 1996). Spora merupakan struktur
FMA yang umumnya dipakai untuk identifikasi jenis FMA dan digunakan sebagai
sumber inokulum terbaik. Spora dapat ditemukan di dalam tanah baik secara
2. Arbuskula
(Brundrett dkk., 1996), menyerupai pohon yang berasal dari percabangan hifa
intraradikal setelah cabang hifa berhasil melakukan penetrasi kedalam dinding sel
pengambilan unsur hara karena tumbuh dan berkembang dalam sel akar, berperan
sebagai penghubung dalam menyalurkan unsur hara antara fungi dengan tanaman
3. Vesikula
bermacam-macam bentuk seperti kotak, bulat telur, dan tidak teratur, mengandung
banyak lemak dan memiliki nukleus atau inti yang terpenting dari arbuskula
memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan dan pertukaran makanan (Smith and
Read, 2008). Vesikel berisi dinding lemak, tipis yang dihasilkan oleh hifa terminal
atau interkalar didalam korteks akar oleh jenis fungi dalam sub ordo Glomineae.
4. Hifa Eksternal
Hifa eksternal merupakan struktur lain dari FMA yang berkembang di luar
akar. Hifa ini berfungsi menyerap air dan hara di dalam tanah. Adanya hifa
perluasan bidang absorpsi akar sehingga memungkinkan akar menyerap hara dan
Mansur (2003) :
Spora Glomus strukturnya relatif sederhana dan tidak ada asesoris khusus.
Tidak berubah warna apabila dilakukan pewarnaan Melzer. Spora ini terbentuk
Kedua spora ini termasuk besar dibandingkan dengan spora yang lain atau
dapat dilihat dengan mata telanjang. Spora terbentuk secara tunggal di tanah,
spora akan berubah warna menjadi merah dalam larutan Melzer. Membentuk
yaitu titik-titik keluarnya hifa pada waktu spora berkecambah. Spora Gigaspora
dalam leher SS. Pada bagian tengan spora akan berubah warna menjadi merah
dalam larutan Melzer, sedangkan dinding spora tidak berubah. Spora terbentuk
berikut:
a. Bioprosesor mampu bertindak sebagai pompa dan pipa hidup karena 1. mampu
membantu tanaman untuk menyerap hara dan air dari lokasi yang tidak
cekaman biotika (patogen, hama, dan gulma) dan abiotika (suhu, lengas,
tanaman; (2) mengurangi kebutuhan akan pupuk dan pestisida; (3) mengurangi
erosi; dan (4) menyuburkan tanah. Dengan demikian fungi MA cocok untuk
fosfat di ikat oleh Al dan Fe. Pada tanah-tanah kapur, fosfat diikat oleh Ca
dari ekosistem.
3. Manfaat mikoriza secara langsung bagi manusia lebih banyak diperankan oleh
Tubuh buah dari cendawan ektomikoriza dapat dijadikan sebagai bahan pangan
juga bermanfaat menghasilkan hormon dan zat pengatur tumbuh auksin dan
Sumber inokulum FMA yang biasa dipakai adalah spora, akar yang
terifeksi dan potongan hifa fungi mikoriza (Mansur, 2003). Dikemukakan pula
bahwa dari ketiga sumber inokulum FMA tersebut, spora merupakan sumber
daya hidup lama, bahan utama pembiakan FMA dengan identitas yang jelas serta
propagul ini dapat dijadikan sebagai bahan identifikasi FMA sampai pada tingkat
spesies. Oleh karena itu spora menjadi perhatian utama dalam mengisolasi,
maupun identifikasi.
g. Proses Kolonisasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
tumbuh maka terjadi kontak antara FMA dengan akar tanaman, dilanjutkan
Setelah itu hifa akan masuk kedalam akar tanaman menembus epidermis sampai
ke sel-sel korteks, dan secara bertahap membentuk struktur internal akar dari
FMA (Arbuskula dan Vesikula). Hifa akan berkembang keluar akar untuk
yaitu kepekaan inang terhadap infeksi, iklim dan tanah. Tanaman yang
dengan mikoriza.
rumputan dan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) menunjukkan bahwa pada
2 tipe spora. Keberadaan spora pada rumput bahia berupa genus Acaulospora
Spora yang ditemukan pada rumput gajah adalah genus Glomus dengan 3 tipe
spora. Spora yang ditemukan pada teki adalah genus Gigaspora dengan 1 tipe
spora dan 2 tipe spora Glomus. Sedangkan keberadaan spora pada tanaman kakao
dan hifa, sedangkan struktur arbuskular dan hifa ditemukan pada akar rumput
internal) terlihat pada akar rumput bahia, sedangkan pada akar rumput teki hanya
mengenai eksplorasi dan identifikasi terhadap FMA yang terdapat pada jenis
hijauan rumput dan leguminosa menunjukkan bahwa pada rumput gajah terdapat
C. Kerangka Pikir
Rumput Leguminosa
Identifikasi FMA
Jenis FMA
III. METODE PENELITIAN
Pengambilan sampel tanah dan akar dilakukan di kebun hijauan pakan ternak di
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo dan proses identifikasi fungi mikoriza
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung sentrifuse, satu set
saringan spora (berukuran 670 µm, 125 µm dan 45 µm), pinset spora, gunting,
gelas ukur, cawan petri, pipet mikro, kaca preparat, kaca obyek, cover glass, gelas
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dan akar
dari area rhizosfer rumput gajah dan mulato, KOH 10%, HCL 2%, trypan blue
Jenis-jenis FMA diperiksa dengan cara mengambil tanah dan akar dari
rhizosfer rumput gajah dan mulato dari permukaan tanah sampai kedalaman tanah
tetapkan 4 titik dengan jarak antar setiap titik 0-20 cm, kemudian pada setiap titik
diambil tanahnya sekitar 250 g sehingga diperoleh 1 kg tanah dari setiap tanaman.
Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diberi kode nama
di laboratorium untuk tujuan isolasi dan identifikasi spora FMA (Husna dkk.,
2014).
tuang-saring dari Pacioni (1992) dan dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi dari
sampel tanah sebanyak 50 g dengan 200-300 ml air dan diaduk, 2) disaring dalam
satu set saringan dengan ukuran 670 µm, 125 µm dan 45 µm secara berurutan dari
atas ke bawah, 3) bahan (suprenatan) yang tersimpan pada saring 125 µm dan 45
60% (w/v), 4) tabung sentrifuse ditutup rapat dan disentrifuse dengan kecepatan
dalam saringan 45 µm, dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan glukosa,
6) endapan yang tersisa dituangkan ke dalam cawan petri dan kemudian diamati di
3. Kolonisasi FMA
oleh Brundrett dkk., (1996) dalam Husna (2015) dengan beberapa modifikasi.
Dipilih akar-akar halus segar dari akar rumput gajah dan mulato, kemudian akar
tersebut dicuci sampai bersih, dimasukkan ke dalam larutan KOH 10% selama 24
jam pada suhu 900C. Larutan KOH kemudian dibuang dan akar dicuci dengan air
mengalir sampai bersih. Kemudian akar direndam pada larutan HCL 2% selama
30 menit lalu larutan HCL dibuang. Selanjutnya akar direndam dalam larutan
staining (trypan blue 0,05% + glyserol 70% + aquades 30%) selama 24 jam.
Setelah itu larutan staining dibuang kemudian akar dimasukkan dalam larutan
kemudian setiap potong akar diamati dibawah mikroskop untuk melihat struktur
D. Variabel Penelitian
E. Analisis data
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai jenis spora pada rhizosfer rumput gajah dan
rumput mulato yang ada di kebun Hijauan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Halu Oleo dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Gambar 4.
Tabel 1. Karakteristik Jenis Fungi Mikoriza Arbuskula yang ada pada rhizosfer
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Bangsa/Suku/Jenis Karakter Utama Spora
Warna Bentuk Ukuran (µm)
Acaulospora tuberculata Janos & Trappe kuning bulat, 150-210 x 165-210
kecoklatan membulat
Gigaspora gregaria N.C. Schenck & T.H. merah gelap bulat 286-372 x 257-357
Nicolson
Gigaspora sp. kuning bulat, 129-159 x 150-165
kecoklatan membulat
dan rumput mulato yang ada di kebun Hijauan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Halu Oleo dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
rhizosfer rumput gajah dan rumput mulato yang ada di kebun Hijauan Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo dapat dilihat pada Tabel 5,
Tabel 5. Persentase Kolonisasi Akar dan Struktur FMA pada Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum)
Rumput Gajah Kolonisasi% Struktur FMA (%)
HI HE V AR
1 80 60,00 40,00 0,00 0.00
2 77 64,29 35,71 0,00 0.00
3 76 66,67 33,33 0,00 0.00
4 70 64,71 35,29 0,00 0.00
5 77 28,57 71,43 0,00 0.00
6 81 38,89 61,11 0,00 0.00
.
7 47 50,00 50,00 0,00 0.00
8 67 80,95 19,05 0,00 0.00
9 73 41,18 58,82 0,00 0.00
10 72 23,53 76,47 0,00 0.00
11 83 85,00 15,00 0,00 0,00
12 88 20,00 80,00 0,00 0,00
13 63 33,33 66,67 0,00 0,00
14 80 25,00 75,00 0,00 0,00
15 60 35,71 64,29 0,00 0,00
Rerata 72,93 47,85 52,15 0,00 0.00
Keterangan: HI= Hifa Internal, HE= Hifa Eksternal, V= Vesikula, AR= Arbuskula
Tabel 6. Persentase Kolonisasi Akar dan Struktur FMA pada Rumput Mulato
(Brachiaria hybrid cv. Mulato)
Rumput Mulato Kolonisasi% Struktur FMA (%)
HI HE V AR
1 71 60,00 40,00 0,00 0.00
2 85 48,57 40,00 11,43 0.00
3 83 45,00 35,00 10,00 10.00
4 70 38,10 42,86 9,52 9,52
5 61 53,85 30,77 15,38 0.00
6 75 52,00 20,00 28,00 0.00
.
7 77 48,48 27,27 24,24 0.00
8 80 52,94 32,35 14,71 0.00
9 69 36,00 36,00 28,00 0.00
10 62 40,00 32,00 28,00 0.00
11 74 35,00 35,00 30,00 0,00
12 81 63,64 22,73 13,64 0,00
13 88 66,67 25,00 8,33 0,00
14 68 50,00 35,00 10,00 0,00
15 49 47,37 36,84 15,79 0,00
Rerata 72,87 49,51 32,72 16,47 1,30
Keterangan: HI= Hifa Internal, HE= Hifa Eksternal, V= Vesikula, AR= Arbuskula
B. Pembahasan
1. Jenis FMA
Berdasarkan hasil penelitian pada rumput gajah yang ada pada tabel 1
Janos & Trappe dan Acaulospora scrobiculata Trappe) dari 3 genus atau marga
(Glomus, gigaspora dan acalauspora). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Astuti (2000) yang menunjukkan bahwa fungi mikoriza arbuskula yang ada pada
rumput gajah adalah genus Glomus, gigaspora dan acaulospora. Namun sedikit
berbeda dengan hasil penelitian Dewi dkk., (2014) yang hanya menemukan
keberadaan genus glomus dan hasil penelitian Ansiga dkk., (2017) yang
Berdasarkan hasil penelitian pada rumput mulato yang ada pada tabel 2
Janos & Trappe dan Acaulospora scrobiculata Trappe) dari 3 genus atau marga
2. Jumlah Spora
Berdasarkan hasil penelitian pada rumput gajah yang ada pada tabel 3
Janos & Trappe dan Acaulospora scrobiculata Trappe) dari 3 genus atau marga
(Glomus, gigaspora dan acalauspora) dengan jumlah spora untuk Glomus sp.
Schenck & T.H. Nicolson sebanyak 48 spora, Acaulospora tuberculata Janos &
jumlah spora terendah yang ditemukan yaitu glomus. Hasil penelitian ini
Berbeda dari beberapa penelitian seperti penelitian Astuti (2000), Dewi dkk.,
(2014) dan Ansiga dkk., (2017) yang menyatakan genus yang paling dominan
Janos & Trappe dan Acaulospora scrobiculata Trappe) dari 3 genus atau marga
(Glomus, gigaspora dan acalauspora) dengan jumlah spora untuk Glomus sp.
Janos & Trappe sebanyak 4 spora dan Acaulospora scrobiculata Trappe sebanyak
jumlah spora terendah yang ditemukan yaitu glomus. Hasil penelitian ini
mengkolonisasi rumput gajah dan rumput mulato yang ada di kebun hijauan
makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo. Hal ini ditandai
dengan ditemukannya struktur FMA pada akar diantaranya (hifa internal, hifa
eksternal, vesikula dan arbuskula). Struktur FMA yang dijumpai pada akar rumput
gajah adalah hifa internal dan hifa eksternal dengan rata-rata untuk hifa internal
adalah 47,85% dan rata-rata untuk hifa eksternal adalah 52,15%. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian Dewi dkk., (2014) yang menunjukkan bahwa struktur
FMA yang ada pada akar rumput gajah yaitu arbuskula dan vesikula. Sementara
yang berbeda. Menurut Souza (2015) dalam Lidia (2019), hifa internal merupakan
struktur FMA yang terbentuk pada fase awal simbiosis FMA dengan tanaman
inang. Hifa internal akan berdiferensiasi menjadi vesikula dan arbuskula bahkan
spora ketika ia berada di dalam korteks. Hifa internal berfungsi sebagai alat
translokasi unsur hara dari fungi ke tanaman atau sebaliknya. Hifa eksternal
merupakan struktur lain dari FMA yang berkembang di luar akar, hifa ini
berfungsi menyerap air dan hara di dalam tanah. Menurut (Dewi, 2007), adanya
hifa eksternal yang berasosiasi dengan tanaman akan berperan penting dengan
perluasan bidang absorpsi akar sehingga memungkinkan akar menyerap hara dan
dari FMA yang berfungsi sebagai tempat pertukaran metabolit antara fungi dan
berkisar 47-88% dengan rata-rata 72,93% sedangkan pada akar rumput mulato
berkisar 49-88% dengan rata-rata 72,87%. Persentase kolonisasi FMA pada akar
A. Kesimpulan
1. Pada rhizosfer rumput gajah ditemukan 5 jenis Fungi Mikoriza Arbuskula yaitu
Glomus sp., Gigaspora sp., Gigaspora gregaria N.C. Schenck & T.H.
Sementara pada rhizosfer rumput mulato ditemukan 5 jenis FMA juga yakni
Glomus sp., Gigaspora gregaria, Gigaspora gregaria N.C. Schenck & T.H.
2. Jumlah spora terbanyak yang ada pada rhizosfer rumput gajah yaitu 57 spora
dari jenis Gigaspora sp., sementara pada rhizosfer rumput mulato jumlah spora
terbanyak berasal dari jenis Gigaspora gregaria N.C. Schenck & T.H.
3. Terjadi kolonisasi akar pada rumput gajah dan rumput mulato ditandai dengan
adanya struktur FMA. Pada akar rumput gajah ditemukan struktur FMA yakni
hifa internal dan hifa eksternal. Sementara pada akar rumput mulato ditemukan
struktur FMA lengkap yakni hifa internal, hifa eksternal, vesikula dan
arbuskula.
B. Saran
yang ada pada rhizosfer rumput gajah dan rumput mulato, mengingat penelitian
ini hanya dilakukan di satu tempat saja yakni kebun Hijauan Makanan Ternak
Bahar, S. 2008. Produktivitas hijauan pakan ternak untuk produksi sapi potong di
sulawesi selatan. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong Sulawesi
Tengah, tanggal 24 November 2008. Kerjasama antara Universitas
Tadulako Palu dengan Dinas Peternakan Sulawesi Tengah, Palu.
Ella, A. 2002. Produktivitas dan nilai nutrisi beberapa jenis rumput dan
leguminosa pakan yang ditanam pada lahan kering iklim basah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih dan S. Tantalo. 2013. Pengetahuan pakan dan
formulasi ransum. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Husna. 2003. Studi diversitas cendawan mikoriza arbuskula (CMA) asal sultra.
Makalah Poster dalam Seminar dan Pameran Teknologi Produksi dan
Pemanfaatan Inokulan Endomikoriza dan Ektomikoriza untuk Tanaman
Pertanian, Pekebunan dan Kehutanan. Bandung, 16 September 2003.
Asosiasi Mikoriza Indonesia Cabang Jawa Barat.
Husna. 2010. Pertumbuhan Bibit Kayu Kuku [Pericopsis mooniana (Thw.) Thw.]
melalui Aplikasi Fungi Mikoriza (FMA) dan Ampas Sagu pada Media
Tanah Bekas Tambang Nikel. Tesis. Pascasarjana Unhalu. Kendari.
Husna. 2015. Potensi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Lokal dalam Konservasi
Ex-situ Jenis Terancam Punah Kayu Kuku [Pericopsis mooniana (Thw.)
Thw.]. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mekuo, S. I. S. 2015. Pengaruh Inang dan Aplikasi Pupuk Hyponex Merah pada
Produksi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula dari Areal Rhizosfer Pohon
Kalapi (Kalappia celebica Kosterm). Skripsi. Jurusan Kehutanan. Fakultas
Kehutanan dan Ilmu Lingkungan. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan
Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen
Pertanian. Jakarta.
Suardin, N. Sandiah dan R. Aka. 2014. Kecernaan bahan kering dan bahan
organik campuran rumput mulato (Brachiaria hybrid cv. Mulato) dengan
jenis legum berbeda menggunakan cairan rumen sapi. JITRO 1 (1) : 16-22.
Triyono, A., Purwanto dan Budiyono. 2013. Efisiensi penggunaan pupuk N untuk
mengurangi kehilangan nitrat pada lahan pertanian. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Program
Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.