Anda di halaman 1dari 19

Laporan praktikum Silvika Medan,Februari 2023

PENGUNDUHAN DAN PENGENALAN


BAGIAN-BAGIAN BIJI

Dosen penanggung jawab


Prof. Mohammad Basyuni S.Hut., M.Si., Ph.D.
Disusun oleh
Ester Deviana Br Sitorus
221201049
BDH 5

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik. laporan yang berjudul “Pengunduhan dan Pengenalan Bagian-Bagian
Biji” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Perlindungan
Hutan Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
penanggungjawab Dasar Perlindungan Hutan yakni Prof. Mohammad Basyuni
S.Hut., M.Si., Ph.D karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua orang yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan
pembelajaran ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu,saran dan kritik dari berbagai pihak dam upaya untuk memperbaiki
isi laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan 2
Tinjauan Pustaka 3
Metode Praktikum 5
Isi
Hasil 6
Pembahasan 9
Lampiran 11
Daftar Pusataka
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana tumbuh
tanaman pakan yang tersedia bagi ternak yang merenggutnya menurut
kebutuhannya dalam waktu tertentu. Padang penggembalaan merupakan suatu
daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi
ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat.
Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa,tetapi
suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan
leguminosa Produktivitas hijauan pakan pada suatu padang penggembalaan
dipengaruhi oleh faktor ketersediaan lahan yang memadai, dimana lahan tersebut
harus mampu menyediakan hijauan pakan yang cukup bagi kebutuhan ternak.
Selain itu faktor kesuburan tanah, ketersediaan air, iklim dan topografi juga turut
berpengaruh. Vegetasi yang tumbuh pada padang penggembalaan terdiri atas
rumput-rumputan, kacang-kacangan, atau campuran keduanya. Fungsi kacang-
kacangan pada padang penggembalaan memberikan nilai gizi pakan yang lebih
baik terutama berupa protein, fosfor dan kalium (Yoku et al., 2014).
Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yan ditanami rumput
unggul dan atau legume (jenis rumput/legume yang tahan terhadap injakan ternak)
yang digunakan untuk menggembalakan ternak. Analisis komposisi botanis
padang penggembalaan mengidentifikasi spesies yang ada serta proporsi masing–
masing spesies. Komposisi botanis pastura terutama legum sangat penting
diperhatikan di padang penggembalaan karena menunjukkan kualitas hijauan.
Keberadaan legum di padang penggembalaan menunjukkan pastura tersebut
kualitasnya baik karena legum lebih tinggi kadar protein, mineral dan daya
cernanya dibanding rumput dan umumnya komposisi legum sampai 50% baik
untuk memperoleh produksi ternak tinggi. Beberapa cara yang dapat digunakan
untuk menentukan komposisi botanis yaitu metode rangking spesies berdasarkan
berat kering, penutupan, jumlah individu dan frekuensi. Komposisi botani padang
penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen dipengaruh 2
2

musim, kondisi tanah dan system penggembalaan. Komposisi botani suatu


padang rumput sebagian besar ditentukan oleh tata laksananya (Siba et al., 2017).
Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi
tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi,
yaitu protein, energi, vitamin dan mineral Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup
memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang lebih
ekonomis dan berhasil guna bagi ternak. Perbedaan jenis hijauan antara legum dan
rumput secara umum adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada kandungan
serat kasar dan protein kasar. menyatakan bahwa perbedaan antar legum dan non
legum pada kandungan protein kasar dan serat kasar, legum juga cendrung
menghasilkan lebih banyak bahan kering yang dapat dicerna (digestible dry
matter) per hektar dibanding kebanyakan rumput tropik padang pengembalaan.
Bagaimanapun juga legum lebih memerlukan tanah yang lebih subur dan
memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk menghasilkan per unit berat bahan
kering (Sema et al., 2021).
Ketersediaan jenis hijauan 6 pakan yang ada pada lahan pertanian
keberadaannya dapat dibagi 2, yaitu: yang tumbuh secara alami tanpa campur
tangan manusia seperti pastura alami dan yang sengaja ditanam oleh petani seperti
rumput gajah, gamal, dadap, lamtoro dan waru. Tanaman rumput mempunyai
adaptasi yang lebih baik terhadap temperatur dan curah hujan dibandingakan
dengan family tanaman yang lainnya, baik di daerah panas (tropik), daerah dingin,
kawasan gersang (kering) maupun di dataran tinggi. Rumput yang digunakan
sebagai pakan ternak berasal dari rumput yang tumbuh bebas (tidak sengaja
ditanam) dan rumput yang sengaja ditanam (rumput unggul). Leguminosa
(Fabaceae) secara umum adalah termasuk tumbuhan semak dan pohon yang dapat
dijumpai di daerah tropic. Berdasarkan sifat tumbuhnya, leguminosa dibedakan
menjadi leguminosa pohon, dan leguminosa menjalar (Putra et al., 2018).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Dasar Perlindungan Hutan yang berjudul
"Pengukuran Komposisi Botani Vegetasi Pastura " ini adalah penaksiran produksi
hijauan, untuk mengenalkan metode analisis koposisi botani, serta untuk
penaksiran produksi rumput potong.
TINJAUAN PUSTAKA

Komposisi botani oleh pakar padang rumput, sering dipandang sebagai


salah satu indikator kualitas suatu padang penggembalaan. Hal ini dapat diketahui
lewat pendeteksian komposisi komponen rumput, legum dan gulma. Lahan
penggembalaan yang terlalu didominasi oleh jenis rumput-rumputan
akanberkurang kualitasnya. Komposisi botani juga dapat digunakan sebagai
indikator terjadinya gangguan pada komunitas vegetasi dengan cara melakukan
pengamatan terhadap pola-pola persebaran vegetasi di dalam komunitas. Salah
satu faktor penting yang perludiperhatikan dalam menjaga ketersediaan hijauan
pakan secara kontinu baik dari segi kualitas dan kuantitas adalah dengan
memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami pada padang penggembalaan
(pasture).Padang penggembalaan menyediakan hijauan berupa rumput dan
leguminosa sebagai sumber pakan utama ternak ruminansia. Potensi produksi
hijauan pakan di padang penggembalaan dihitung berdasarkan luas areal dari
padang penggembalaan itu sendiri (Amalia dan Rusdiana, 2015).
Salah satu kendala yang umum dialami oleh peternak di Indonesia adalah
ketersediaan pakan hijauan yang sangat dipengaruhi oleh musim serta semakin
berkurangnya lahan/padang pengembalaan. Pada musim hujan, hijauan melimpah
sedangkan pada musim kemarau sangat sulit didapatkan. Kecukupan pakan
hijauan bagi ternak yang dipelihara merupakan tantangan yang cukup serius
dalam pengembangan peternakan di Indonesia. Indikasi dari kekurangan pasokan
pakan dan nutrisi ditandai dengan rendahnya tingkat produksi ternak yang
dihasilkan. Hijauan makanan ternak merupakan hal penting yang dapat
mempengaruhi produktivitas ternak, untuk itu hijauan hijauan pakan. Hijauan
yang baik dapat dilihat dari kualitas atau kandungan zat gizinya. Selain itu hijauan
yang baik harus mempunyai jumlah yang cukup dan ketersediaannya secara
kontinyu sepanjang tahun. Pengukuran komposisi botani suatu pastura dapat
dilakukan berdasarkan pendekatan frequensi (frekuensi/keseringan), density
(densitas/kerapatan), area (penutupan tanah) dan weight (berat) (Ayu et al., 2019)
Perubahan spesies tanaman bukan hanya disebabkan oleh faktor ternak
saja, tetapi kondisi perubahan iklim memberikan pengaruh yang besar pula. Pada
4

musim kemarau komposisi vegetasi akan didominasi oleh kelompok


tanaman yang tahan kering, kondisi ini cepat berubah saat musim hujan yang
mana tanaman yang responsif terhadap ketersediaan air dan tanaman yang
membentuk daun lebar akan mendominasi padangan.Proporsi jenis tanaman yang
tumbuh di pastura tersebut digambarkan sebagai komposisi botani suatu areal
pastura. Komposisi botani merupakan sesuatu yang dinamis, artinya mudah sekali
berubah baik yang disebabkan oleh faktor ternak (Broto dan Oktaviani, 2017).
Komposisi botani yang menutup suatu areal pastura menunjukkkan
gambaran tentang adanya spesies-spesies tertentu serta proporsinya di pastura
tersebut. Ternak-ternak yang dibiarkan merumput secara bebas di padangan
nampak adanya kecenderungan bahwa ternak-ternak tersebut melakukan aktifitas
seleksi dengan merenggut bagian-bagian tanaman yang disukai (biasanya bagian
daun). Dengan demikian ternak-ternak telah berupaya untuk mengkonsumsi
bagian tanaman yang berkualitas baik dan menyingkirkan bagian batang yang
rendah kuliatasnya dibanding daun, begitu pula dengan spesies tanaman yang
disukai ternak. Spesies tanaman yang tidak disukai ternak atau mungkin yang
berkualitas rendah cenderung tumbuh dengan baik, karena tidak mengalami
tekanan perengutan (Ikramatoun et al., 2013).
Evaluasi pastura secara langsung merupakan evaluasi yang dilakukan
melalui pengamatan terhadap tanaman sebagai produksi primer padangan, yang
dapat dilakukan melalui pengukuran terhadap komposisi botani, produksi
biomasa, dan komposisi kimia. Untuk mengamati setiap bagian dari pastura
tersebut sangat sulit dan bahkan tidak mungkin dapat dikerjakan, sehingga dapat
dilakukan dengan pengambilan cuplikan sebagai contoh (sampel), baik dalam
pengukuran komposisi botani, produksi biomasa, dan komposisi kimia suatu
pastura. Pendekatan evaluasi pastura selain dapat dilakukan melalui pengamatan
terhadap tanaman sebagai produksi primer padangan, evaluasi tersebut juga dapat
dilakukan pada ternak yang digembalakan, baik pengamatan terhadap produksi
per ekor atau per kelompok ternak dalam suatu areal. Jenis dan kualitas hijauan
dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah (Indah et al., 2014).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar PerlindunganHutan yang berjudul“ RancanganIdentifikasi Dan
Desain Ladang Penggembalaan “ dilaksanakan pada hari Selasa, 22 November 2022,
pukul 08.30 WIB sampaidenganselesai. Praktikuminidilakukansecara Daring
menggunakanaplikasiZoom Meeting, Google Classroom dan WhatsApp Group.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Bingkai Kuadrat (1x1 m2), kantong
plastic, timbangan, sabit, alat tulis.Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
Rumput lapangan.
Prosedur
1. Disiapkan kuadrat (0,5 m x 0,5 m; 1 m x1 m).
2. Dilakukan pengukuran dengan melemparkan kuadran secara acak.
3. Dicatat semua jenis tanaman yang ada di dalam kuadrat.
4. Diulangi beberapa kali.
5. Dihitung tingkat frekuensi dan persentase frekuensi setiap spesies tanaman.
 Langkah-langkah penetuan destinasi :
1. Disiapkan kuadrat (0,5 m x 0,5 m; 1 m x1 m).
2. Dilakukan pengukuran dengan melemparkan kuadran secara acak.
3. Dibitung dan dicatat setiap spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat.
4. Diulangi beberapa kali
5. Dirata-ratakan
6. Ditetapkan kriteria densiti.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari Praktikum Dasar Perlindungan Hutan


yang berjudul “Pengukuran Komposisi Botani Vegetasi Pastura” adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Nama Tanaman
Nama Tanaman
Sampel
1 2 3 4 5
1 Somehus arvensis Cyperus Digitaria Digitaria Cyperus rotundus

2 rotundus sanguinalis sanguinalis


Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Cyperus rotundus
3
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Cyperus rotundus
4
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Cyperus rotundus
5
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
6
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
7
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
8
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum

9 rotundus sanguinalis sanguinalis


Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
10
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
11
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
12
rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
13
rotundus sanguinalis sanguinalis
7

Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum


rotundus sanguinalis sanguinalis
Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
rotundus sanguinalis sanguinalis
15 Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
rotundus sanguinalis sanguinalis
16 Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
rotundus sanguinalis sanguinalis
17 Cyperus rotundus Cyperus Digitaria Digitaria Gymnema indorum
rotundus sanguinalis sanguinalis
18 Cyperus rotundus Cyperus Sicyos angulatus Digitaria Gymnema indorum
rotundus sanguinalis
19 Cyperus rotundus Cyperus Cyperus Gymnema indorum
rotundus rotundus
Sicyos angulatus

20 Cyperus rotundus Cyperus Cyperus Gymnema indorum


rotundus rotundus
Sicyos angulatus

21 Cyperus rotundus Cyperus Cyperus


rotundus rotundus
Sicyos angulatus Sicyos angulatus

22 Cyperus rotundus Cyperus Cyperus


rotundus rotundus
Sicyos angulatus Sicyos angulatus

23 Cyperus rotundus Cyperus Cyperus


rotundus rotundus
Sicyos angulatus Sicyos angulatus

24 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus Sicyos angulatus

25 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus Sicyos angulatus
8

26 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus Sicyos angulatus

27 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus Sicyos angulatus

28 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema indorum Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus

29 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema indorum Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus

30 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema indorum Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus

31 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema indorum Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus

32 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema indorum Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus

33 Cyperus rotundus Cyperus Gymnema indorum Gymnema


rotundus indorum
Sicyos angulatus

Tabel 2. Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi Spesies Tanaman


No Spesies Tanaman Tingkat Frekuensi Persentase Frekuensi (%)
1 Sonehus arvensis 1 0,56
2 Cyperus rotundus 74 0,44
3 Sicyos angulatus 23 0,13
4 Gymnema indorum 32 0,19
5 Digitaria sanguinalis 35 0,21
Jumlah 165 0.30
6
9

Tabel 3. Kriteria Penilaian Density


Kelas Jumlah Tanaman (rata-rata) Kriteria Penilaian
1 1–4 Jarang sekali
2 5 – 14 Jarang
3 15 – 29 Sedang
4 30 – 99 Lebat
5 > 100 Lebat sekali

Tabel 4. Tabel Density Tanaman yang ditemukan


Jumlah Tanaman
A B C D E
Sampel
Sonehus 1 0 0 0 0
arvensis
Cyperus 32 33 0 5 4
rotundus
Sicyos 0 0 10 0 13
angulatus
Gymnema 0 0 6 10 16
indorum
Digitaria 0 0 17 18 0
sanguinali
s
Rata- 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2
rata
Kriteria Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang

Pembahasan

Padang pengembalaan yang baik adalah padang pengembalaan yang


memilki komposisi botani dengan imbangan antara legum dan rumput yang
seimbang. Sehingga dengan demikian penting untuk mengetahui komposisi botani
dari suatu padang pengmbalaan. Dalam penentuan komposisi botani suatu padang
pengembalaan adara beberapa metode yang dapat dipergunakan antara lain :
berdasarkan frequensi, density, area (fliage basal cover, charting, line trnsect, poin
kuadrat) dan berdasarkan weight (list weigiht, estimated % prductivity, relative
weight in situ, actual weight in situ, calibration method, dan dry weight rank
method /DWR). Dalam prakikum ini digunakan metode bedasarkan frekuensi,
area cover, dan Dry Weight Rank Method (DWR). Selain komposisi botani, yang
10

perlu diperhatikan dalam padang penggembalaan adalah besarnya


imbangan antara jumlah ternak dengan persediaan  hijauan. Ini digambarkan oleh
besarnya Stocking Rate (SR). Dengan SR pula digambarkan besarnya beban atau
tekanan penggembalaan terhadap padang gembalaan.
Berdasarkan dari pengamatan hasil praktikum yang dilakukan, antara lain:
pengukuran komposisi botani vegetasi, didapatkan hasil bahwa Kawasan area
Kampus Kehutanan USU-Kuala Bekala ini  termasuk area padang penggembalaan
yang masih baik dan komposisi vegetasinya sangat baik. Dilihat dari pengukuran
berdasarkan frekuensi (keseringan), terlihat bahwa tanaman Sonenhus
arvensis merupakan gulma mendominasi dengan persentase frekuensi sebesar
0,56% dan kemudian disusul oleh Cyperus rotundus dengan persentase frekuensi
0,44%; dan sedangkan tanaman gulma yang tidak mendominasi adalah Sicyos
angulatus dengan persentase frekuensi 0,13%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan
pengukuran berdasarkan area cover (penutupan tanah) terlihat bahwa pastura pada
semua kuadrat mempunyai total area cover, hal tersebut karena tanaman pada
suatu areal cover memiliki tingkat frekuensi yang stabil/produksi hijauan pada
suatu pastura sudah baik (maksimal)/belum di makan oleh ternak sehingga
tanaman dapat menutupi tanah dengan Total Area Cover 100 %.
Menurut Dingu (2015) menyatakan bahwa Komposisi botani padang
penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen selalu terjadi
oleh pengaruh musim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan. Komposisi suatu
padang penggembalaan dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian tempat dan
pengelolaan penggembalaan. Komposisi botani suatu padang rumput sebagian
besar ditentukan oleh tata laksananya (McIlroy, 1976). Dijelaskan lebih lanjut
bahwa penggembalaan berat pada awal musim penggembalaan yang diikuti
dengan periode istirahat cenderung akan menekan jenis tumbuhan yang masak
dini dan menguntungkan jenis-jenis yang tumbuh lambat, sedangkan jika
menunda penggembalaan sampai musim penggembalaan lebih lanjut akan
berpengaruh sebaliknya.
LAMPIRAN

A. Bingkai 0,5 m x 0,5 m


Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan3
Pengulangan 4 Pengulangan 5 Pengulangan6

Pengulangan 7 Pengulangan 8 Pengulangan9


12

Pengulangan 10

B. Bingkai 1 m x 1 m

Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan3

Pengulangan 4 Pengulangan 5 Pengulangan6

Pengulangan 7 Pengulangan 8 Pengulangan 9


13

Pengulangan 10

C. Dokumentasi Kelompok 1
DAFTAR PUSTAKA

Dingu Y D. 2015. Produksi hijauan makanan ternak dan komposisi botani padang
penggembalaan alam pada musim kemarau di Kecamatan Amarasi Barat
Kabupaten Kupang, Skripsi. Fakultas Peternakan Undana, Kupang.
Manu A E. 2013. Produksi padang sabana Timor Barat. Jurnal Pastura3(1):25-29.
Prawiradiputra BR. 2007. Gulma padang rumput yang merugikan. Wartazoa. 17(1):46-
52.
Amalia F dan Rusdiana O. 2015. Pengelolaan dan Potensi Hijauan Makanan Ternak
untuk Produksi Ternak Daging. Jurnal Penelitian dan perkembangan Pertanian,
6(13):45-52.

Ayu U, Henri K, Muhammad N. 2019. Komposisi Botani Dan Produksi Hijauan


Makanan Ternak Musim Hujan Pada Padang Penggembalaan Alam Desa Oesao,
Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal Nukleus Peternakan,
17(1):61-69.

Batoto J dan Oktaviani R. 2017. Pengaruh Tekanan Penggembalaan Terhadap Produksi


Dan Komposisi Botani Padang Rumput Alam Dan Hubungannya Dengan
Pertumbuhan Domba. Jurnal Informasi Penelitian Lahan Kering, 63:322-330.

Ikramatoun S, Khairulyadi, Riduan. 2013. Komposisi Jenis Hijauan Pada Padang Savana
Penggembalaan Di Desa Oelamasi, Timor, NTT. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner, 57:179-188.

Indah A, Tatik S, Sugeng W. 2014. Potensi Tiga Padang Penggembalaan Yang Berbeda
Di Kabupaten Manokwari. Jurnal Pastura, 3(2):1-9.

Yoku, Onesimus, Andoyono S, Trisiwi W, Iriani Sumpe. 2014. Produksi Padang


Pengembalaan Alam Dan Potensi Pengembangan Sapi Bali. Jurnal Pastura, 3(2):
102-105.

Siba F G, I W Suarna, N N Suryani. 2017. Evaluasi Padang Pengembalaan Alami


Maronggela Di Kabupaten Ngada. Jurnal Ilmiah Peternakan, 20(1): 1-4

Sema, Nurjaya, Nurcaya. 2021. Produksi Hijauan, Komposisi Botani dan


Kapasitas Tampung di Padang Pengembalaan Alam Pada Musim Hujan.
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan, 7(2): 124-132.

Putra, R Karya, Herayanti Panca N, Yoakim Harsuto M. 2018. Komposisi Botani


Dan Produksi Hijauan Makanan Ternak Padang Pengembalaan Alam Di
Desa Letneo. Jurnal Nukleus Peternakan, 5(1): 42-48.
.

Anda mungkin juga menyukai