Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN

“ANALISIS KOMPOSISI BOTANI”

OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi
dominan famili rumput – rumputan (graminae) serta tumbuhan lainnya seperti
legume yang digunakan sebagai sumber hijauan pakan ternak. Padang
penggembalaan yang baik, mampu menyediakan hijauan berupa rumput dan
leguminosa sebagai sumber pakan utama ternak ruminansia
Peningkatan produksi dan produktivitas ternak terutama ternak ruminansia,
harus seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Hal ini
dikarenakan pakan hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak
ruminansia. Pakan hijauan selain berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok ternak ruminansia, juga merupakan sumber karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral.
Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacang-
kacangan atau campuran keduanya, dimana fungsi kacang-kacangan dalam padang
penggembalaan adalah memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa
protein, phosphor dan kalium. Fungsi padang penggembalaan adalah untuk
menyediakan hijauan pakan bagi ternak ruminansia yang paling murah, karena
hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit serta ternak dapat memilih dan
merenggut sendiri makanannya.
I.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi padang penggembalaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penggolongan-penggolongan padang
penggembalaan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui metode analisis komposisi botani.
I.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “Analisis Komposisi
Botani” dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Mei 2020 pukul 14.30-selesai yang
dilaksanakan secara daring melalui aplikasi google clasroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi botani oleh pakar padang rumput, sering dipandang sebagai salah
satu indikator kualitas suatu padang penggembalaan. Hal ini dapat diketahui lewat
pendeteksian komposisi komponen rumput, legum dan gulma. Lahan
penggembalaan yang terlalu didominasi oleh jenis rumput-rumputan akan
berkurang kualitasnya. Komposisi botani juga dapat digunakan sebagai indikator
terjadinya gangguan pada komunitas vegetasi dengan cara melakukan pengamatan
terhadap pola-pola persebaran vegetasi di dalam komunitas (Hawolambani dkk,
2015).

Kualitas suatu padang penggembalaan berkaitan erat dengan komposisi


botanis (tumbuhan) yang terdapat pada padang penggembalaan. Komposisi botani
padang rumput dapat diketahui lewat pendeteksian komponen rumput, legum dan
gulma. Komposisi botani juga dapat digunakan sebagai indikator terjadinya
gangguan pada komunitas vegetasi dengan cara melakukan pengamatan terhadap
pola-pola persebaran vegetasi di dalam komunitas (Putra dkk, 2018).
Komposisi botani pada padang penggembalan, ternyata di dominir oleh
komponen rumput tanpa adanya komponen kacangkacangan. Pada umumnya
padang penggembalaan lebih banyak ditumbuhi rumput kusu-kusu serei yaitu
47,84%, kemudian rumput sasak 33,97%, rumput lapangan 15,42% dan yang
terakhir rumput merak 2,75%. Keadaan optimum suatu padang penggembalaan
sebaiknya terdiri dari 40% kacangan dan 60% rumput (Eoh, 2014).

Analisis komposisi botani merupakan suatu metode yang digunakan untuk


menggambarkan adanya spesiesspesies tumbuhan tertentu serta proporsinya di
dalam suatu ekosistem padangan. Komposisi suatu padangan tidak konstan, hal ini
disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya pengaruh iklim,
kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak. Padang penggembalaan yang
memiliki spesies hijauan yang bervariasi antara rumput dan leguminosa terutama
spesies tanaman yang berkualitas baik akan meningkatkan kualitas hijauan
pakannya (Yoku dkk, 2015).
III. PEMBAHASAN

Padang penggembalaan atau pastura adalah suatu lapangan terpagar yang


ditumbuhi hijauan dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan
ternak ruminansia (Parakkasi, 1999), sehingga dapat disebut sebagai padang
penggembalaan. Menurut Hanafi, dkk (2017) bahwa pastura alam terdiri dari
beberapa macam, yaitu pastura alam yang sudah ditingkatkan, pastura buatan
(temporer), dan pastura dengan irigasi. Pastura alam merupakan padangan yang
terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada
sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang
penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan
floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan.

Legum sangat berguna karena semua tanaman memerlukan unsur N untuk


tumbuh dan tanaman mengambilnya dari tanah melalui akar. Menurut pendapat
Seran, dkk (2019) legum merupakan bagian yang sangat bermanfaat dan
menentukan keadaan kualitas hijauan secara keseluruhan. Legum juga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam penggunaan padang rumput sebagai sumber
utama hijauan makanan ternak, karena mampu meningkatkan nilai gizi hijauan
padang penggembalaan.

Komposisi botani melakukan evaluasi dengan cara tempatkan kuadran secara


acak. Menurut Hawolambani dkk (2015) komposisi botani adalah angka yang
digunakan untuk menentukan penilaian secara kualitas terhadap padang rumput
atau padang penggembalaan alam yang dapat mempengaruhi aktivitas ternak.
Komposisi botani (kelimpahan jenis) untuk memperoleh gambaran secara detail
jenis vegetasi, dan persebaran jenis formasi yang ada pada padang rumput.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan, dimana


tumbuh tanaman (pakan) yang tersedia bagi ternak menurut kebutuhannya.

2. Padang penggembalaan dapat digolongkan menjadi: padang rumput alam,


padang rumput alam yang sudah ditingkatkan, dan padang rumput buatan
atau padang rumput potongan

3. Metode analisis komposisi botani sendiri terdiri dari metode langsung dan
metode pendugaan.

4.2 Saran

1. Sebaiknya waktu untuk sesi diskusi dan pengumpulan laporan praktikum


diperpanjang lagi.
2. Semoga praktikum dapat terus berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Eoh Marna. 2014. Kapasitas Tampung dan Komposisi Zat-zat Makanan Padang
Penggembalaan Ternak Kerbau Di Pulau Moa.Agrinimal. 4(2) : 77-82.

Hanafi, N. D., M. Tafsin., R. D Lumbangaol., dan R. E. Mirwandhono. 2017. Potensi


Produksi Hijauan pada Pasrtura Alami di Pulau Samosir Kabupaten
Samosir. Jurnal Pertanian Tropik. 4(2) : 130-139.

Hawolambani Y. U., Herayanti P. N., Yoakim H. M. 2015.Produksi Hijauan Makanan


Ternak Dan Komposisi Botani Padang Penggembalaan Alam Pada Musim
Hujan Di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang. Jurnal Nukleus
Peternakan.2(1) : 59-65.

Putra R. K., Herayanti P. N., Yoakim H. M. 2018. Komposisi Botani dan Prosuksi
Makanan Ternak Padang Penggembalaan Alam Di Desa Letneo Kecamatan
Insana Kabupaten .Jurnal Nukleus Peternakan. 5(1) : 42-48.
Seran, A. D., Manggol, Y. H., dan Temu, S. T. 2019. Komposisi Botani dan Produksi
Hijauan Serta Kapasitas Tampung Padang Penggembalaan Alam di Desa
Bena Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Jurnal Peternakan Lahan Kering. 1(1) : 136-142.

Yoku O., Andoyo S., Trisiwi W., Iriani S. 2015. Komposusu Botani dan Persebaran
Jenis-jenis Hijauan Lokal Padang Penggembalaan Alam Di Papya Barat. Jurnal
Pastura. 4(2) : 62-65.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN

“HIJAUAN AWETAN SEGAR (SILASE)”

OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Silase adalah pakan yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan
dengan kandungan air yang tinggi. Keberhasilan pembuatan silase berarti
memaksimalkan nutrien yang dapat diawetkan. Silase yang baik diperoleh dengan
menekan berbagai aktivitas enzim yang berada dalam tanaman dan yang tidak
dikehendaki, mikroba epiphytic (seperti yang biasa terdapat dalam hijauan) serta
mendorong berkembangnya bakteri penghasil asam laktat.
Silase berasal dari hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang
diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %) melalui proses
fermentasi dalam silo. Silo merupakan tempat pembuatan silase, sedangkan
ensilage adalah proses pembuatan silase. Silo dapat dibuat di atas tanah yang
bahannya berasal dari: tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum
bekas, plastik dan lain sebagainya.

Rumput gajah merupakan hijauan pakan ternak yang dapat dijadikan bahan
silase pakan lengkap karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Hanya
saja ketersediaan dan fluktuasi yang berbeda pada produksi rumput gajah sebagai
hijauan makanan ternak khususnya pada musim kemarau belum dapat memenuhi
kebutuhan ternak ruminansia akan hijauan pakan tersebut, sehingga perlu adanya
metode pengolahan dan pengawetan pakan ternak yaitu silase komplit dengan
menambahkannya dengan bahan pakan lain yang berkualitas seperti biomassa
murbei yang memiliki kandungan protein kasar yang cukup tinggi sekitar 15–13%.
1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan pengawetan hijauan dengan pembuatan


silase.
2. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari pembuatan silase.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “Pengawetan Hijauan
Dengan Pembuatan Silase” dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Mei 2020 pukul 14.30-
selesai yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi google clasroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet (tahan lama), tidak
memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat makanan atau gizi
akibat pemanasan serta mengandung asam- asam organik yang berfungsi menjaga
keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut) sapi. Pada pembuatan
silase komplit yang mempergunakan limbah kulit jagung manis, bahan lain yang
ditambahkan adalah dedak, jagung dan molasses. Starbio merupakan salah satu
probiotik (Suwitary dkk, 2018).
Warna silase merupakan salah satu indikator kualitas fisik silase, warna yang
seperti warna asal merupakan kualitas silase yang baik dan silase yang berwarna
menyimpang dari warna asal merupakan silase yang berkualitas rendah. Warna
silase yang baik memiliki warna seperti warna aslinya. Berdasarkan hasil uji
organoleptik terhadap warna silase limbah pertanian dapat diketahui bahwa
terdapat pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) dengan adanya penambahan starter
dalam pembuatan silase (Kurniawan, 2015).
Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan
pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan
ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian
diberikan sebagai pakan bagi ternak. Kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan
pada musim kemarau dapat diatasi dengan teknologi pengawetan ini. Teknologi
silase ini mudah dilakukan dengan harapan dapat diterapkan terutama pada saat
petani peternak tidak cukup waktu untuk mencari hijauan. Dari antusiasme yang
ditunjukkan oleh petani peternak maka petani peternak siap untuk melakukan
teknologi pengawetan khususnya teknologi silase ini secara mandiri (Trisnadewi
dkk, 2016).
III. PEMBAHASAN

Hijauan adalah semua jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan. Terdapat empat golongan pakan yang secara umum telah dikenal sebagai
sumber pakan ternak ruminansia, yakni rerumputan, kacangan ramban dan hijauan
limbah pertanian. Banyaknya jenis tanaman pakan yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pakan. Menurut Suyasa, dkk (2016) hijauan merupakan pakan
utama ternak ruminansia yang mengandung nutrien seperti energi, protein, lemak,
serat, vitamin dan mineral. Secara umum kualitas hijauan di daerah tropis lebih
rendah daripada di daerah sub tropis karena kandungan nitrogen (N) rendah dan
kandungan serat kasar yang tinggi.

Saat musim kemarau datang, ada sebagian peternak yang tidak memiliki
persiapan sama sekali. Biasanya yang tidak punya persiapan akan menunggu sampai
mereka benar-benar kesulitan mendapatkan pakan hijauan baru mereka bertindak
dengan membeli jerami padi atau rumput dari daerah lain untuk pakan
ternaknya. Peternak yang punya inisiatif, biasanya mencoba mencari cara untuk
menghadapi masalah kekurangan pakan di musim kemarau dengan menerapkan
teknologi pakan yang sudah umum sekarang ini, yaitu dengan cara pengawetan
hijauan yang disebut dengan silase. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jasin
(2014) bahwa upaya pengawetan hijauan segar yang disebut silase diharapkan
dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan hijauan
segar pada musim kesulitan pakan.

Silase sendiri berguna untuk memperpanjang masa simpan pakan ternak


sehingga bisa dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lebih panjang selama musim
kemarau sebagai persediaan pakan ternak. Menurut Jasin (2014) selain itu,
pembuatan silase dimaksud untuk mempertahankan kualitas atau bahkan
meningkatkan kualitas hijauan makanan ternak. Hal ini sangat penting karena
produktivitas ternak merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitas.

Karakteristik silase dari rumput gajah yang sudah jadi dan berkualitas yaitu
mempunyai tekstur segar, berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau busuk, disukai
ternak, tidak berjamur, tidak menggumpal dan pH nya asam. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Herlinae, dkk (2015) bahwa secara umum silase rumput gajah
menunjukkan hasil yang baik. Warna hijauan kecoklatan, tekstur lunak, bau harum,
dan sedikit masam.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pengawetan hijauan dengan pembuatan silase bertujuan agar pemberian


hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang
tahun.

2. Manfaat dari pembuatan silase yaitu sebagai persediaan makanan ternak


pada musim kemarau, menampung kelebihan HMT pada musim hujan, dan
untuk mendayagunakan hasil ikutan dari limbah pertanian dan perkebunan.

4.2 Saran

1. Sebaiknya waktu untuk sesi diskusi dan pengumpulan laporan praktikum


diperpanjang lagi.
2. Semoga praktikum dapat terus berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Herlinae, Yemima, Rumiasih. 2015. Pengaruh Aditif EM4 dan Gula Merah Terhadap
Karakteristik Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Ilmu
Hewani Tropika. 4(1) : 27-30.

Jasin I. 2014. Pengaruh Penambahan Molases dan Isolat Bakteri Asam Laktat dari
Cairan Rumen Sapi PO Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum). Agripet. 14(1) : 50-55.

Kurniawan D., Erwanto, dan Farida F. 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter
Pada Pembuatan Silase Terhadap Kualitas Fisik dan pH Silase Ransum
Berbasis Limbah Pertanian. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(4) : 191-
195.

Suwitary N. K. E., Luh Suariani, dan Ni Made Y. 2018. Kualitas Silase Komplit Berbasis
Limbah Kulit Jagung Manis Dengan Berbagai Tingkat Penggunaan Starbio.
Jurnal Lingkungan dan Pembangunan. 2(1) : 1-7.

Suyasa N., Ni Luh G. B., dan I. A. P. Parwati. 2016. Memanfaatkan Ketersediaan


Hijauan Pakan Ternak (HPT) Dalam Berbagai Komposisi Pakan Untuk
Menjaga Produktivitas Sapi Bali. (Studi Kasus Di Desa Belanga, Bangli).
Pastura. 5(2) : 109-113.

Trisnadewi A. A. A. S., I. G. L. O. Cakra, T. G. B. Yadnya, I. K. M. Budiasa, I. W. Suarna,


dan I. D. G. A. Udayana. 2016. Teknologi Pengawetan Hijauan Sebagai
Alternatif Peningkatan Ketersediaan Pakan Di Desa Sebudi Kecamatan Selat
Kabupaten Karangasem. Jurnal Udayana Mengabdi.15(3) : 52-59.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN

“HIJAUAN KERING (HAY)”

OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produksi hijauan disaat berlimpah hendaknya disimpan dengan berbagai
cara pengawetan antara lain dibuat menjadi hay. Hay adalah hijauan atau tanaman
makanan ternak yang sengaja ditanam dan dipotong pada waktu kadar zat
nutrisinya maksimal, untuk selanjutnya dikeringkan agar dapat disimpan lama
sehingga nantinya dapat dipergunakan ketika kekurangan pakan. Di negara negara
maju, hay dibuat dari hijauan dikeringkan dan lalu digulung dengan menggunakan
mesin.
Hay umumnya berasal dari tanaman rumput dan daun-daunan dari tanaman
leguminosa. Di Indonesia dikenal dengan sebutan hijauan kering. Pengertiannya
sering keliru dengan jerami, yang mana keduanya dapat dipergunakan sebagai
makanan ternak. Jerami adalah sisa-sisa hijauan dari tanaman padi dan leguminosa
setelah buahnya dipetik untuk kepentingan manusia, seperti jerami padi, kacang
kedele, dan lainnya. Jadi jerami dan hay berbeda.

Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan
mengeringkan hijauan baik menggunakan sinar matahari maupun menggunakan
mesin pengering. Kandungan air hay ditentukan maksimal sebesar 15-20%, hal ini
dimaksud agar hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur
akan merusak kualitas hay sehingga tidak disukai ternak dan tidak bisa diberikan
pada ternak karena adanya mikotoksin. Toleransi kandungan air hay tergantung
pada kelembaban, kepadatan gulungan dan sirkulasi udara..

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dalam pembuatan hay.
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam hay.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “Hijauan Kering (Hay)”
dilaksanakan pada hari Senin, 11 Mei 2020 pukul 14.30-selesai yang dilaksanakan
secara daring melalui aplikasi google clasroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Produksi hijauan berlebih, teknologi pengawetan dapat dilakukan sehingga
hijauan dapat disimpan lebih lama dan kualitas nutrisi dapat dipertahankan. Hasil
pengawetan hijauan ini dapat diberikan pada saat diperlukan terutama pada musim
kemarau ataupun pada saat peternak kesulitan mendapatkan hijauan untuk pakan.
Teknologi pengawetan yang dapat dilakukan antara lain dengan pembuatan hay,
silase, dan amoniasi. Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak berupa
rumutrumputan atau leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering dengan kadar
air 20-30%. Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan
cara mengeringkanhijauan, baik secara alami (menggunakan sinar matahari)
maupun menggunakan mesin pengering (dryer). Adapun kandungan air hay
ditentukan sebesar 12-20%, hal ini dimaksud agar hijauan saat disimpan sebagai
hay tidak ditumbuhi jamur (Trisnadewi dkk, 2016).

Potensi Hijauan Makanan Ternak (HMT) tiap tahun sangat tergantung oleh
musim. Pada usim penghujan akan terjadi regrowth dari penghujan ketersediaan
HMT yang melimpah, sedangkan musim kemarau dengan curah hujan rendah HMT
yang dihasilkan juga kurang maksimal. Hal tersebut akan lebih banyak memakan
waktu para peternak dalam menyediakan HMT buat ternaknya. Untuk mengatasi
masalah ketersediaan HMT peternak juga bisa membuat silase, fermentasi,
amoniasi dan hay. Salah satu teknologi yang mudah dilakukan oleh peternak adalah
dengan pembuatan hay (Syahroni dkk, 2019).

Salah satu metode yang paling sesuai dan banyak digunakan untuk
pengawetan hijauan pakan ternak yang produksinya melimpah adalah dengan
membuatnya menjadi hay. Yaitu dengan cara mengeringkan hijauan pakan ternak
tersebut baik dengan sinar matahari langsung maupun dengan menggunakan oven.
Hay dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga sangat sesuai sebagai
penjamin penyediaan pakan sepanjang tahun terutama pada musim kemarau (Ali,
2013).
III. PEMBAHASAN

Hay adalah tanaman makanan ternak yang sengaja ditanam dan dipotong
pada waktu kadar zat nutrisinya maksimal, untuk selanjutnya dikeringkan agar
dapat disimpan lama sehingga nantinya dapat dipergunakan ketika kekurangan
pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syahroni, dkk (2019) bahwa hay
merupakan salah satu hasil pengawetan pakan agar lebih tahan lama selama masa
penyimpanan. Pengolahan pakan bentuk hay ini mempunyai keuntungan, antara
lain adalah meningkatkan daya simpan hijauan segar, dan serta dapat digunakan
sebagai stok pakan hijauan saat musim kemarau.

Prinsip dalam pembuatan hay adalah menurunkan kadar air sampai pada
tingkat tertentu (dikeringkan), sehingga tidak akan membuat mikroorganisme
pembusuk tumbuh. Menurut Trisnadewi, dkk (2016) prinsip dasar dari pengawetan
dengan cara dibuat hay adalah dengan cara mengeringkan hijauan, baik secara
alami (menggunakan sinar matahari) maupun menggunakan mesin pengering
(dryer) sehingga kandungan air hay sebesar 12-20 %.

Kandungan nutrisi hay rumput alam yaitu bahan kering 92,21%, abu 3,85%,
protein kasar 5,01%, bahan organik 96,15% dan NDF 69,82% sedangkan rumput
kume bahan kering 90,69%, abu 3,73%, protein kasar 4,71%, bahan organik 96,27%
dan NDF 70,14%. Menurut Wirawati, dkk (2017) hay mengandung 20-25% protein
kasar di dalam bahan keringnya dengan komposisi asam amino yang baik.
Pemberian hay sebagai pakan sapi menunjukkan tingkat asupan yang cukup tinggi
yaitu 3,2% dari berat badan dan tingkat kecernaan BK sebesar 71%. Hay juga
mengandung kompleks taninprotein yang bertindak sebagai protein by-pass dalam
rumen dan terpecah dalam abomasum (pH asam), protein kemudian dipecah dan
diserap di usus halus. Selain itu, tanin yang terkandung di dalam hay berpengaruh
terhadap perubahan ekologi rumen, terutama perubahan populasi mikroba rumen.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Prinsip dalam pembuatan hay adalah menurunkan kadar air sampai pada
tingkat tertentu (dikeringkan), sehingga tidak akan membuat
mikroorganisme pembusuk tumbuh.

2. Hijauan kering atau Hay memiliki bermacam-macam jenis, antara lain


yaitu rumput hay, legum hay, mix hay, barn hay, dehydrated hay, dan salted
hay.

4.2 Saran

1. Sebaiknya waktu untuk sesi diskusi dan pengumpulan laporan praktikum


diperpanjang lagi.
2. Semoga praktikum dapat terus berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Arsyadi. 2013. Teknologi Pengawetan (Hay) dan Kualitas Nutrisi Murbei
(Morusalba) Yang Ditanam Di Lahan Gambut Sebagai Pakan Ternak
Ruminansia. Kutubkhanah. 16(1) : 27-36.

Syahroni R. I., Usman A., M. Farid W. 2019. Pengaruh Aras Penggunaan Hay Daun
Kaliandra Merah (Calliandracalothyrsus) Dalam Pakan Komplit Terhadap
Persentase Karkas Dan Lemak Abdominal Domba Ekor Gemuk. Jurnal
Rekasatwa Peternakan. 2(1) : 155-159.

Trisnadewi A. A. A. S., I. G. L. O. Cakra, T. G. B. Yadnya, I. K. M. Budiasa, I. W. Suarna,


dan I. D. G. A. Udayana. 2016. Teknologi Pengawetan Hijauan Sebagai
Alternatif Peningkatan Ketersediaan Pakan Di Desa Sebudi Kecamatan Selat
Kabupaten Karangasem. Jurnal Udayana Mengabdi.15(3) : 52-59.

Wirawati C. U., MB Sudarwanto, DW Lukman, I. Wientarsih. 2017. Tanaman Lokal


Sebagai Suplemen Pakan untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Susu
Ternak Ruminansia. WARTAZOA. 27(3) : 145-157.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN

“PEMBUATAN AMONIASI JERAMI PADI”

OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pakan kasar masih menjadi pakan utama ternak ruminansia di Indonesia.
Salah satu pakan kasar yang tersedia melimpah adalah jerami, terutama jerami
padi. Hal ini karena jerami padi merupakan limbah pertanian tanaman pangan
sebagian besar penduduk Indonesia.
Produksi jerami padi dapat mencapai 12-15 ton atau hektar tiap panen
tergantung lokasi dan varietasnya. Jerami ini bisa digunakan untuk pakan kasar 2-3
ekor sapi dewasa sepanjang tahun. Penggunaan jerami untuk pakan baru berkisar
31-39% dan 7-16% untuk industri. Dari keseluruhan produksi jerami, sebagian besar
masih dibakar dan dikembalikan ke tanah. Efek negatif dari pembakaran adalah
polusi lingkungan, mempengaruhi ekologi tanah dan hilangnya bahan organik
Amoniasi jerami padi adalah proses pengolahan jerami padi menggunakan
amonia (misalnya urea) sebagai sumber amonia dengan pemeraman pada kondisi
anaerob. Proses ini merubah tekstur jerami menjadi lunak dan rapuh sehingga
mudah dicerna. Peningkatan kandungan protein juga terjadi pada jerami amoniasi
karena peresapan nitrogen dari urea. Proses ini juga menghilangkan aflatoksin/
jamur dalam jerami.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari pengolahan amoniasi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dari amoniasi.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “Pengawetan Hijauan
Dengan Amoniasi” dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Mei 2020 pukul 14.30-selesai
yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi google clasroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pakan yang berkualitas dan tersedia kontinyu sepanjang tahun merupakan


salah satu faktor penting dalam upaya pengembangan peternakan. Upaya
peningkatan produktivitas ternak pun dapat dilakukan dengan penyediaan pakan
yang berkualitas secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan mengingat potensi
pertanian terutama tanaman jagung yang cukup berlimpah, yang belum
termanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Potensi pakan yang ada
tersebut secara optimal belum mampu untuk untuk mendukung produktivitas
ternak yang diusahakan, karena nilai nutrisi yang rendah. Oleh karena itu perlu
dilakukan suplementasi pada proses pengolahan limbah pertanian menjadi bahan
pakan tambahan (Hastuti dkk, 2011).
Untuk meningkatkan kualitas jerami padi perlu dilakuakn penambahan
bahan pakan sumber protein seperti isi rumen. Isi rumen merupakan salah satu
limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pengolahan pakan. Selain itu, sebagai sumber mikrobiadalam fermentasi
pembautan silase karena mengandung karbohidrat, serat kasar dan protein kasar.
Isi rumen yang mengandung protein menunjukkan adanya mikrobia dan berpotensi
memperbaiki mutu pakan. Upaya pemanfaatan kedua limbah tersebut adalah untuk
memperoleh produk yang bermanfaat sebagai pakan, diharapkan produk hasil
pemeraman amoniasi jerami padi dengan penambahan isi rumen akan
menghasilkan pakan dengan kualitas yang lebih baik (Hanum dan Yunasri, 2011).

Salah satu perlakuan alkali yang dapat meningkatkan kualitas pakan serat
seperti kulit buah jagung adalah dengan proses amoniasi dengan menggunakan
urea. Amonia yang dihasilkan dalam proses hidrolisis urea dengan bantuan enzim
urease akan terikat dalam jaringan dan dapat merenggangkan ikatan lignosellulosa
dan lignohemisellulosa sehingga meningkatkan kandungan protein kasar dan
kecernaan bahan. Penggunaan urea pada proses amoniasi merupakan perlakuan
yang sederhana murah dan mudah diterapkan bagi para peternak di pedesaan,
mengingat urea tersebut mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya yang
banyak (Andayani, 2010).
Untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai gizi dari limbah pertanian
sebagai bahan pakan tersebut, maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dijadikan pakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengolahan
dengan amoniasi urea. Amoniasi dengan urea terhadap pakan serat mampu
meningkatkan nilai manfaat pakan tersebut. Upaya pengolahan dalam
meningkatkan nilai manfaat pakan serat yang berasal dari hasil samping
perkebunan perlu dilakukan. Amoniasi dengan urea merupakan salah satu teknik
pengolahan yang cukup sederhana dan mudah diadopsi oleh masyarakat (Khalil,
2016).
III. PEMBAHASAN

Amoniasi adalah cara pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3)


sebagai bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan
berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya). Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Afriani, dkk (2019) bahwa amoniasi adalah cara perbaikan mutu pakan
melalui pemberian urea sebagai Non Protein Nitrogen (NPN) yaitu pemberian urea
yang hanya dimanfaatkan pada ternak ruminansia terutama ternak besar seperti
sapi dan kambing, sedangkan ternak monogastrik seperti kuda tidak cocok diberikan
sebagai pakan.
Amoniasi mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu: sederhana, mudah
dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti
aflatoksin, tidak mencemari lingkungan dan efisien. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Novaiza, dkk (2012) bahwa keuntungan pengolahan ini, selain
meningkatkan daya cerna juga sekaligus meningkatkan kadar protein, dapat
menghilangkan aflatoksin dan pelaksanaannya sangat mudah. Kelemahannya
pengolahan ini utamanya untuk pakan ruminansia.
Kandungan nutrien yang rendah pada jerami merupakan tantangan
tersendiri. Kali ini akan membagikan salah satu teknologi sederhana untuk
meningkatkan kualitas jerami yaitu amoniasi jerami untuk pakan ternak. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Badrudin (2011) bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan nutrien jerami padi adalah dengan teknik amoniasi menggunakan
urea. Proses amoniasi dapat mengubah jerami menjadi pakan ternak yang potensial
dan berkualitas karen melalui amoniasi dapat meningkatkan daya cerna dan
meningkatkan kandungan proteinnya.
Kualitas amoniasi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti asal atau bahan
pakan, temperatur penyimpanan, kepadatan dan kondisi anaerob pada proses
amoniasi langsung. Menurut Sriyani, dkk (2016) dengan teknologi jerami amoniasi
merubah tekstur jerami dari keras menjadi lunak, meningkatkan kadar protein,
bahan organik dan konsumsi bahan kering serta meningkatkan nutrien tercerna.
Teknologi jerami amoniasi ini juga dapat menghambat pertumbuhan jamur pada
jerami sehingga daya simpan jerami sebagai pakan ternak bisa lebih lama.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pengolahan amoniasi yaitu memotong ikatan rantai tadi dan


membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh
tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan
jerami padi. Dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti mengikat NH3, dan
sellulosa serta hemisellulosa lepas. Ini semua berakibat pada kecernaan
meningkat, juga kadar protein jerami padi meningkat, NH3 yang terikat
berubah menjadi senyawa sumber protein.

2. Keuntungan dari amoniasi, yaitu kecernaan meningkat, protein jerami


meningkat, menghambat pertumbuhan jamur, memusnahkan telur cacing
yang terdapat dalam jerami, dan tampaklah bahwa kedua keuntungan yang
terakhir sekaligus merupakan pengawetan.

4.2 Saran

1. Sebaiknya waktu untuk sesi diskusi dan pengumpulan laporan praktikum


diperpanjang lagi.
2. Semoga praktikum dapat terus berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Afriani T. , Ferry L. S., dan Yoga S. 2019.Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pelatihan Pembuatan Pakan Alternatif Amoniasi Jerami Jagung Di Nagari
Palangai Kaciak Kecamatan Ranah Pesisir,Pesisir Selatam.Jurnal Hilirisasi
IPTEKS. 2(2) : 122-129.

Andayani J. 2010. Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan
Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum
Ternak Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 13(5) : 252-259.

Badrudin U. 2011. Teknologi Amoniasi Untuk Mengolah Limbah Jerami Padi Sebagai
Sumber Pakan Ternak Bermutu Di Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang. ABDIMAS. 15(1) : 52-58.

Hastuti D., Shofia N. A., Baginda I. M. 2011. Pengaruh Perlakuan Teknologi Amofer
(Amoniasi Fermentasi) Pada Limbah Tongkol Jagung Sebagai Alternatif Pakan
Berkualitas Ternak Ruminansia. Mediagro. 7(1) : 55-65.

Hanum Zuraida dan Yunasri Usman. 2011. Analisis Proksimat Amoniasi Jerami Padi
Dengan Penambahan Isi Rumen. Agripet. 11(1) : 39-44.

Khalil M. 2016. Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Kopi (Coffea sp.) Amoniasi
Sebagai Pakan Alternatif Terhadap Pertambahan Bobot Ayam Boiler. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi. 1(1) : 119-130.

Novaiza A., Armyn H. D., dan Iskandar S. 2012. Pemanfaatan Amoniasi Urea Kulit
Daging Buah Kopi Pada Pakan Domba Terhadap Karkas Domba Jantan Lepas
Sapih. Jurnal Peternakan Integratif. 1(1) : 11-18.

Sriyani N. L. P., N. T. Ariana, A. A. Oka, I. A. P. Utami. 2016. Pelatihan Teknologi


Jerami Amoniasi Untuk Pakan Ternak Sapi Bali Dalam Rangka Mendukung
Program Simantri Pada Kelompok Ternak “Widhya Semesti” Desa Anturan
Buleleng. Jurnal Udayana Mengabdi. 15(3) : 247-251.

Anda mungkin juga menyukai