OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
4.1 Kesimpulan
3. Metode analisis komposisi botani sendiri terdiri dari metode langsung dan
metode pendugaan.
4.2 Saran
Eoh Marna. 2014. Kapasitas Tampung dan Komposisi Zat-zat Makanan Padang
Penggembalaan Ternak Kerbau Di Pulau Moa.Agrinimal. 4(2) : 77-82.
Putra R. K., Herayanti P. N., Yoakim H. M. 2018. Komposisi Botani dan Prosuksi
Makanan Ternak Padang Penggembalaan Alam Di Desa Letneo Kecamatan
Insana Kabupaten .Jurnal Nukleus Peternakan. 5(1) : 42-48.
Seran, A. D., Manggol, Y. H., dan Temu, S. T. 2019. Komposisi Botani dan Produksi
Hijauan Serta Kapasitas Tampung Padang Penggembalaan Alam di Desa
Bena Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Jurnal Peternakan Lahan Kering. 1(1) : 136-142.
Yoku O., Andoyo S., Trisiwi W., Iriani S. 2015. Komposusu Botani dan Persebaran
Jenis-jenis Hijauan Lokal Padang Penggembalaan Alam Di Papya Barat. Jurnal
Pastura. 4(2) : 62-65.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Rumput gajah merupakan hijauan pakan ternak yang dapat dijadikan bahan
silase pakan lengkap karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Hanya
saja ketersediaan dan fluktuasi yang berbeda pada produksi rumput gajah sebagai
hijauan makanan ternak khususnya pada musim kemarau belum dapat memenuhi
kebutuhan ternak ruminansia akan hijauan pakan tersebut, sehingga perlu adanya
metode pengolahan dan pengawetan pakan ternak yaitu silase komplit dengan
menambahkannya dengan bahan pakan lain yang berkualitas seperti biomassa
murbei yang memiliki kandungan protein kasar yang cukup tinggi sekitar 15–13%.
1.2 Tujuan
Hijauan adalah semua jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan. Terdapat empat golongan pakan yang secara umum telah dikenal sebagai
sumber pakan ternak ruminansia, yakni rerumputan, kacangan ramban dan hijauan
limbah pertanian. Banyaknya jenis tanaman pakan yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pakan. Menurut Suyasa, dkk (2016) hijauan merupakan pakan
utama ternak ruminansia yang mengandung nutrien seperti energi, protein, lemak,
serat, vitamin dan mineral. Secara umum kualitas hijauan di daerah tropis lebih
rendah daripada di daerah sub tropis karena kandungan nitrogen (N) rendah dan
kandungan serat kasar yang tinggi.
Saat musim kemarau datang, ada sebagian peternak yang tidak memiliki
persiapan sama sekali. Biasanya yang tidak punya persiapan akan menunggu sampai
mereka benar-benar kesulitan mendapatkan pakan hijauan baru mereka bertindak
dengan membeli jerami padi atau rumput dari daerah lain untuk pakan
ternaknya. Peternak yang punya inisiatif, biasanya mencoba mencari cara untuk
menghadapi masalah kekurangan pakan di musim kemarau dengan menerapkan
teknologi pakan yang sudah umum sekarang ini, yaitu dengan cara pengawetan
hijauan yang disebut dengan silase. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jasin
(2014) bahwa upaya pengawetan hijauan segar yang disebut silase diharapkan
dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan hijauan
segar pada musim kesulitan pakan.
Karakteristik silase dari rumput gajah yang sudah jadi dan berkualitas yaitu
mempunyai tekstur segar, berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau busuk, disukai
ternak, tidak berjamur, tidak menggumpal dan pH nya asam. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Herlinae, dkk (2015) bahwa secara umum silase rumput gajah
menunjukkan hasil yang baik. Warna hijauan kecoklatan, tekstur lunak, bau harum,
dan sedikit masam.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Herlinae, Yemima, Rumiasih. 2015. Pengaruh Aditif EM4 dan Gula Merah Terhadap
Karakteristik Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Ilmu
Hewani Tropika. 4(1) : 27-30.
Jasin I. 2014. Pengaruh Penambahan Molases dan Isolat Bakteri Asam Laktat dari
Cairan Rumen Sapi PO Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum). Agripet. 14(1) : 50-55.
Kurniawan D., Erwanto, dan Farida F. 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter
Pada Pembuatan Silase Terhadap Kualitas Fisik dan pH Silase Ransum
Berbasis Limbah Pertanian. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(4) : 191-
195.
Suwitary N. K. E., Luh Suariani, dan Ni Made Y. 2018. Kualitas Silase Komplit Berbasis
Limbah Kulit Jagung Manis Dengan Berbagai Tingkat Penggunaan Starbio.
Jurnal Lingkungan dan Pembangunan. 2(1) : 1-7.
OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan
mengeringkan hijauan baik menggunakan sinar matahari maupun menggunakan
mesin pengering. Kandungan air hay ditentukan maksimal sebesar 15-20%, hal ini
dimaksud agar hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur
akan merusak kualitas hay sehingga tidak disukai ternak dan tidak bisa diberikan
pada ternak karena adanya mikotoksin. Toleransi kandungan air hay tergantung
pada kelembaban, kepadatan gulungan dan sirkulasi udara..
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dalam pembuatan hay.
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam hay.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “Hijauan Kering (Hay)”
dilaksanakan pada hari Senin, 11 Mei 2020 pukul 14.30-selesai yang dilaksanakan
secara daring melalui aplikasi google clasroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Produksi hijauan berlebih, teknologi pengawetan dapat dilakukan sehingga
hijauan dapat disimpan lebih lama dan kualitas nutrisi dapat dipertahankan. Hasil
pengawetan hijauan ini dapat diberikan pada saat diperlukan terutama pada musim
kemarau ataupun pada saat peternak kesulitan mendapatkan hijauan untuk pakan.
Teknologi pengawetan yang dapat dilakukan antara lain dengan pembuatan hay,
silase, dan amoniasi. Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak berupa
rumutrumputan atau leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering dengan kadar
air 20-30%. Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan
cara mengeringkanhijauan, baik secara alami (menggunakan sinar matahari)
maupun menggunakan mesin pengering (dryer). Adapun kandungan air hay
ditentukan sebesar 12-20%, hal ini dimaksud agar hijauan saat disimpan sebagai
hay tidak ditumbuhi jamur (Trisnadewi dkk, 2016).
Potensi Hijauan Makanan Ternak (HMT) tiap tahun sangat tergantung oleh
musim. Pada usim penghujan akan terjadi regrowth dari penghujan ketersediaan
HMT yang melimpah, sedangkan musim kemarau dengan curah hujan rendah HMT
yang dihasilkan juga kurang maksimal. Hal tersebut akan lebih banyak memakan
waktu para peternak dalam menyediakan HMT buat ternaknya. Untuk mengatasi
masalah ketersediaan HMT peternak juga bisa membuat silase, fermentasi,
amoniasi dan hay. Salah satu teknologi yang mudah dilakukan oleh peternak adalah
dengan pembuatan hay (Syahroni dkk, 2019).
Salah satu metode yang paling sesuai dan banyak digunakan untuk
pengawetan hijauan pakan ternak yang produksinya melimpah adalah dengan
membuatnya menjadi hay. Yaitu dengan cara mengeringkan hijauan pakan ternak
tersebut baik dengan sinar matahari langsung maupun dengan menggunakan oven.
Hay dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga sangat sesuai sebagai
penjamin penyediaan pakan sepanjang tahun terutama pada musim kemarau (Ali,
2013).
III. PEMBAHASAN
Hay adalah tanaman makanan ternak yang sengaja ditanam dan dipotong
pada waktu kadar zat nutrisinya maksimal, untuk selanjutnya dikeringkan agar
dapat disimpan lama sehingga nantinya dapat dipergunakan ketika kekurangan
pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syahroni, dkk (2019) bahwa hay
merupakan salah satu hasil pengawetan pakan agar lebih tahan lama selama masa
penyimpanan. Pengolahan pakan bentuk hay ini mempunyai keuntungan, antara
lain adalah meningkatkan daya simpan hijauan segar, dan serta dapat digunakan
sebagai stok pakan hijauan saat musim kemarau.
Prinsip dalam pembuatan hay adalah menurunkan kadar air sampai pada
tingkat tertentu (dikeringkan), sehingga tidak akan membuat mikroorganisme
pembusuk tumbuh. Menurut Trisnadewi, dkk (2016) prinsip dasar dari pengawetan
dengan cara dibuat hay adalah dengan cara mengeringkan hijauan, baik secara
alami (menggunakan sinar matahari) maupun menggunakan mesin pengering
(dryer) sehingga kandungan air hay sebesar 12-20 %.
Kandungan nutrisi hay rumput alam yaitu bahan kering 92,21%, abu 3,85%,
protein kasar 5,01%, bahan organik 96,15% dan NDF 69,82% sedangkan rumput
kume bahan kering 90,69%, abu 3,73%, protein kasar 4,71%, bahan organik 96,27%
dan NDF 70,14%. Menurut Wirawati, dkk (2017) hay mengandung 20-25% protein
kasar di dalam bahan keringnya dengan komposisi asam amino yang baik.
Pemberian hay sebagai pakan sapi menunjukkan tingkat asupan yang cukup tinggi
yaitu 3,2% dari berat badan dan tingkat kecernaan BK sebesar 71%. Hay juga
mengandung kompleks taninprotein yang bertindak sebagai protein by-pass dalam
rumen dan terpecah dalam abomasum (pH asam), protein kemudian dipecah dan
diserap di usus halus. Selain itu, tanin yang terkandung di dalam hay berpengaruh
terhadap perubahan ekologi rumen, terutama perubahan populasi mikroba rumen.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Prinsip dalam pembuatan hay adalah menurunkan kadar air sampai pada
tingkat tertentu (dikeringkan), sehingga tidak akan membuat
mikroorganisme pembusuk tumbuh.
4.2 Saran
Ali Arsyadi. 2013. Teknologi Pengawetan (Hay) dan Kualitas Nutrisi Murbei
(Morusalba) Yang Ditanam Di Lahan Gambut Sebagai Pakan Ternak
Ruminansia. Kutubkhanah. 16(1) : 27-36.
Syahroni R. I., Usman A., M. Farid W. 2019. Pengaruh Aras Penggunaan Hay Daun
Kaliandra Merah (Calliandracalothyrsus) Dalam Pakan Komplit Terhadap
Persentase Karkas Dan Lemak Abdominal Domba Ekor Gemuk. Jurnal
Rekasatwa Peternakan. 2(1) : 155-159.
OLEH :
NAMA : MOHAMMAD RAFI PRATAMA
NIM : D1A019147
KELOMPOK : 4C
ASISTEN : APRILAN PARDAMEAN H
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari pengolahan amoniasi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dari amoniasi.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “Pengawetan Hijauan
Dengan Amoniasi” dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Mei 2020 pukul 14.30-selesai
yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi google clasroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu perlakuan alkali yang dapat meningkatkan kualitas pakan serat
seperti kulit buah jagung adalah dengan proses amoniasi dengan menggunakan
urea. Amonia yang dihasilkan dalam proses hidrolisis urea dengan bantuan enzim
urease akan terikat dalam jaringan dan dapat merenggangkan ikatan lignosellulosa
dan lignohemisellulosa sehingga meningkatkan kandungan protein kasar dan
kecernaan bahan. Penggunaan urea pada proses amoniasi merupakan perlakuan
yang sederhana murah dan mudah diterapkan bagi para peternak di pedesaan,
mengingat urea tersebut mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya yang
banyak (Andayani, 2010).
Untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai gizi dari limbah pertanian
sebagai bahan pakan tersebut, maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dijadikan pakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengolahan
dengan amoniasi urea. Amoniasi dengan urea terhadap pakan serat mampu
meningkatkan nilai manfaat pakan tersebut. Upaya pengolahan dalam
meningkatkan nilai manfaat pakan serat yang berasal dari hasil samping
perkebunan perlu dilakukan. Amoniasi dengan urea merupakan salah satu teknik
pengolahan yang cukup sederhana dan mudah diadopsi oleh masyarakat (Khalil,
2016).
III. PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Andayani J. 2010. Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan
Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum
Ternak Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 13(5) : 252-259.
Badrudin U. 2011. Teknologi Amoniasi Untuk Mengolah Limbah Jerami Padi Sebagai
Sumber Pakan Ternak Bermutu Di Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang. ABDIMAS. 15(1) : 52-58.
Hastuti D., Shofia N. A., Baginda I. M. 2011. Pengaruh Perlakuan Teknologi Amofer
(Amoniasi Fermentasi) Pada Limbah Tongkol Jagung Sebagai Alternatif Pakan
Berkualitas Ternak Ruminansia. Mediagro. 7(1) : 55-65.
Hanum Zuraida dan Yunasri Usman. 2011. Analisis Proksimat Amoniasi Jerami Padi
Dengan Penambahan Isi Rumen. Agripet. 11(1) : 39-44.
Khalil M. 2016. Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Kopi (Coffea sp.) Amoniasi
Sebagai Pakan Alternatif Terhadap Pertambahan Bobot Ayam Boiler. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi. 1(1) : 119-130.
Novaiza A., Armyn H. D., dan Iskandar S. 2012. Pemanfaatan Amoniasi Urea Kulit
Daging Buah Kopi Pada Pakan Domba Terhadap Karkas Domba Jantan Lepas
Sapih. Jurnal Peternakan Integratif. 1(1) : 11-18.