Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
Kelompok tani dalam konsepsi departemen pertanian (1997) berfungsi sebagai unit
belajar, unit kerjasama, dan unit produksi. Kemudian, ia diarahkan menjadi suatu unit usaha.
Keberhasilan kelompok tani menjalankan fungsi-fungsi tersebut tidak terlepas dari pengaruh
kerja keras anggota dalam kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama. Sementara itu, Lewin dalam Schultz dan Schultz (1992) menyatakan bahwa
perilaku kelompok untuk mencapai tujuan merupakan fungsi dari total situasi yang ada.
Faktor yang mempengaruhi perilaku kelompok tani berhasil mencapai tujuan dapat berasal
dari dalam kelompok (internal) maupun dari luar kelompok (eksternal).
Perilaku kelompok tani berhasil sebagai unit belajar, kerjasama, produksi, dan usaha
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal kelompok, antara lain motivasi kerja, self
efficacy, kohesi anggota kelompok, sikap anggota terhadap profesi petani, interaksi anggota
kelompok, gaya kepemimpinan kelompok, penyuluh pertanian sebagai expert power dan
informational power, dan pamong desa sebagai legitimate power dan informational power,
serta norma kelompok.
Menurut Usmot (1988), motivasi kerja mempengaruhi kerja keras dalam mencapai
tujuan kelompok sehingga semakin kuat motivasi kerja, maka semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan kelompok sebagai unit belajar, kerjasama, produksi dan unit usaha.
Menurut Shaw (1979), aktivitas dan kerja keras mencapai tujuan dipengaruhi oleh
kohesi anggota kelompok yang berkaitan dengan interaksi. Pada kelompok tani yang
kohesinya tinggi, anggotanya akan tertarik pada kelompok dan bekerja keras dalam setiap
aktivitas untuk mencapai tujuan kelompok. Hasilnya, kelompok dapat berhasil sebagai unit
belajar, kerjasama, produksi, dan unit usaha dibandingkan dengan kelompok yang memiliki
kohesi rendah.
Kohesi anggota kelompok berkaitan dengan interaksi. Cartwright & Zander (1968)
menjelaskan bahwa interaksi adalah bentuk saling ketergantungan dan merupakan
komunikasi interpersonal. Interaksi yang kuat menunjukan adanya keakraban yang
memungkinkan kerjasama yang baik, sehingga interaksi yang kuat dalam kelompok tani akan
meningkatkan keberhasilan kelompok dalam proses belajar-mengajar, kerjasama, produksi
dan usaha.
Perilaku anggota kelompok diarahkan oleh norma-norma kelompok (Kelley &
Thibaut dalam Johnson & Johnson, 2000). Adanya norma yang jelas dan kuat daya
mengikatnya, mengarahkan anggota kelompok untuk berperilaku sesuai dengan fungsi dan
arah tujuan kelompok. Pada kelompok tani, adanya norma yang jelas dan kuat akan
meningkatkan keberhasilan kelompok sebagai unit belajar, kerjasama, produksi, dan unit
usaha.
Menurut Baron & Byrne (1997), sikap mengadung tendensi perilaku yang terarah
pada sesuatu, sikap dapat mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable), sikap
yang mendukung akan cenderung melakukan seperti apa yang didukung. Pada kelompok tani,
anggota kelompok yang memiliki sikap positif terhadap profesi petani menunjukan ia suka
akan pekerjaan itu sehingga akan aktif dalam kegiatan kelompok tani. Dengan demikian,
meningkatkan keberhasilan kelompok sebagai unit belajar, kerjasama, produksi dan usaha.
Aktivitas dan kerja keras anggota kelompok dipengaruhi oleh kepemimpinan
kelompok (Hersey & Blanchard dalam Gibson, 1997). Selain itu, kerja keras anggota
kelompok tani juga dipengaruhi oleh expert power dan informational power (penyuluh) serta
legitimate power dan informational power (pamong desa) (Usmot, 1988). Kepemimpinan
kelompok juga berpengaruh terhadap kerja keras anggota dalam kegiatan kelompok (Johnson
& Johnson, 2000) sehingga gaya kepemimpinan kelompok yang baik akan meningkatkan
keberhasilan kelompok sebagai unit belajar, kerjasama, produksi dan usaha.
Self Efficacy merupakan keyakinan mampu melakukan serta keyakinan berhasil.
Menurut Bandura (1997), semakin tinggi self efficacy menyebabkan semakin giat berusaha
sehingga menyebabkan ia berhasil. Dalam kelompok tani, tingginya self efficacy anggota
kelompok menyebabkan semakin giat usahanya sehingga kelompok tani dapat berhasil
sebagai unit belajar, kerjasama, produksi dan usaha.
BAB II
ISI
Kabupaten bantul mempunyai luas 506,85 km2 terletak pada koordinat 07°44’04’’-
08°00’27’’ Lintang Selatan dan 110°12’34’’-110°31’08’’ Bujur Timur (BPS Bantul,2001).
Wilayah ini mempunyai kontur tanah yang relatif datar, subur, curah hujan teratur, dan juga
mempunyai kesediaan air yang cukup. Kabupaten bantul memiliki sumberdaya alam yang
sangat kaya dan beragam, disamping itu wilayah ini juga memiliki akesibilitas yang sangat
baik untuk berbagai kegiatan ekonomi, seperti transportasi, industri, permukiman, pariwisata
dan pertanian. Kegiatan pertanian di kabupaten bantul memiliki peranan penting dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertanian di kabupaten bantul didominasi oleh
penggunaan lahan kering, permukiman, kawasan pariwisata, tegalan, kebun campuran dan
lahan kosong. Lahan pertanian di Bantul juga masih cukup luas, mencapai 15.910 hektar.
Dengan mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani, maka sektor pertanian
merupakan sektor yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Hasil pertanian di Bantul cukup bervariasi mulai dari beras, cabai merah, kacang,
kedelai, jagung, tembakau, dan juga bawang merah. Dalam hal produksi bawang merah dan
cabai merah di Kecamatan Sanden yang merupakan salah satu sentra produk tersebut. Ketika
harga cabai dan bawang merah tinggi petani memperoleh keuntungan besar, hal ini terlihat
dengan meningkatnya pembelian motor baru oleh petani cabai. Akan tetapi jika harga anjlok,
bawang disawah dibiarkan membusuk tanpa dipanen karena biaya panen lebih tinggi dan
harga jual. Dengan demikian masalah mendasar yang selalu dhadapi para petani adalah
penurunan harga ketika panen raya tiba. Situasi ini membuat petani merugi dan berdampak
pada keberlanjutan usahanya.
Karakteristik petani sasaran di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul didominasi oleh
pendidikan petani yang rendah, usia petani diatas usia produktif, luas kepemilikan lahan,
pengalaman minim, dan keaktifan keanggotaan dalam kelompok tani yang masih kurang.
Karakteristik sosial petani ini yang kemudian mempengaruhi tingkat produktivitas hasil
tanaman cabai dan bawang merah. Dengan adanya kelompok tani dapat menjadi sebuah
wadah untuk meningkatkan produktivitas. Pada dasarnya, kelompok merupakan kumpulan
dua orang atau lebih yang berinteraksi yang memiliki tujuan bersama. Di dalam kelompok
terdapat 3 fungsi; 1) Fungsi belajar 2) Fungsi kerjasama 3) Fungsi Produksi 4) Fungsi bisnis.
Sehingga dengan adanya kelompok tani maka akan lebih efektif dalam memperoleh
informasi tentang pertanian sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Didalam sebuah
kelompok terdapat proses pembelajaran atau social learning, sehingga belajar dapat berasal
dari lingkungan sosial sekitar, terjadi proses melihat sesuatu yang baru kemudian menirunya.
Proses tiru-meniru dalam sebuah kelompok dapat mengembangkan ilmu pengetahuan petani
terhadap adopsi inovasi teknologi pertanian.
Di dalam kelompok tani pasti terdapat suatu permasalahan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, dapat dikenalkan pada kelompok tani tentang ilmu dinamika
kelompok. Dinamika kelompok merupakan kegiatan gerakan kelompok atau perilaku
kelompok untuk mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan baik dari internal
kelompok maupun eksternalnya. Faktor internal yakni, ketua kelompok, norma kelompok,
struktur kelompok, kohesi kelompok, motivasi kelompok, self-efficasy kelompok. Eksternal,
penyuluh, pamong desa, lingkungan, mahasiswa. Dinamika kelompok merupakan gabungan
ilmu antara ilmu psikologi sosial, sosiologi dan antropologi.
Kelompok tani memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
Dinamika kelompok membantu dalam meningkatkan pemberdayaan petani, karena petani
yang berada dalam suatu kelompok akan lebih mudah dan efektif untuk mendapat suatu ilmu
pengetahuan baru terhadap adopsi inovasi teknologi pertanian. Dengan mengetahui tentang
dinamika kelompok maka petani akan dapat mengatur bagaimana agar suatu kelompok tani
tersebut dapat berjalan dengan dinamis dan harmonis, sehingga tujuan dari kelompok tani
tersebut dapat tercapai.
Dalam suatu kelompok terdapat 3 hal yang mempengaruhi bergeraknya suatu
kelompok, yakni :
1. Task role, peran dari anggota kelompok dalam menyelesaikan tugasnya. Pada suatu
kelompok biasanya terdapat peran untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan,
disitulah peran itu berjalan.
2. Blocking role, peran yang menghambat atau mengganggu orang-orang untuk
menyelesaikan tugas yang telah diberikan agar tujuan tersebut tidak tercapai. Alasan
adanya blocking role adalah perasaan kecewa dalam kelompok, tujuan yang diinginkan
tidak ada didalam kelompok tersebut.
3. Maintennese role, peran memelihara kelompok agar tetap berjalan harmonis.
Metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan dinamika kelompok adalah
dengan menggunakan metode Training and Visit Approach yang merupakan metode
pelatihan dan kunjungan yang diberikan kepada penyuluh untuk menambah wawasan dan
keterampilan tentang suatu informasi pertanian yang selanjutnya akan disampaikan kepada
petani untuk mencapai tujuan dalam penyuluhan tersebut. Metode latihan ini mengenalkan
suatu dinamika kelompok sebagai inovasi penyuluhan untuk meningkatkan kualitas dalam
kelompok tani sehingga dapat memperlancar proses kegiatan usaha tani. Teknik yang
digunakan dalam metode ini, yakni ceramah dan games.
Dalam menyampaikan inovasi mengenai dinamika kelompok digunakan alat bantu
berupa folder. Folder dipilih karena alat peraga ini dapat memuat lebih banyak informasi
mengenai dinamika kelompok secara lebih ringkas.

BAB III
KESIMPULAN
1. Faktor yang mempengaruhi perilaku kelompok tani berhasil mencapai tujuan dapat
berasal dari dalam kelompok (internal) maupun dari luar kelompok (eksternal).
2. Perilaku kelompok tani berhasil sebagai unit belajar, kerjasama, produksi, dan usaha
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal kelompok, antara lain motivasi kerja,
self efficacy, kohesi anggota kelompok, sikap anggota terhadap profesi petani, interaksi
anggota kelompok, gaya kepemimpinan kelompok, penyuluh pertanian sebagai expert
power dan informational power, dan pamong desa sebagai legitimate power dan
informational power, serta norma kelompok.
3. Studi kasus dilaksanakan di Kabupaten Bantul karena Kabupaten Bantul memiliki
sumberdaya alam yang sangat kaya dan beragam, disamping itu wilayah ini juga memiliki
akesibilitas yang sangat baik untuk berbagai kegiatan ekonomi, seperti transportasi,
industri, permukiman, pariwisata dan pertanian.
4. Metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan dinamika kelompok adalah dengan
metode Training and Visit Approach yang merupakan metode pelatihan dalam
menyampaikan informasi dengan dua cara, yakni Ceramah, demonstrasi dan Games.
5. Alat peraga yang digunakan ialah folder, dimana folder dapat memuat lebih banyak
informasi mengenai dinamika kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. 1997. Social Learning Theory. Englewood Cliffs. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Baron, R.A. & Byrne, D. 1997. Social Psichology. Allyn Bacon. Boston.
Cartwright, D. & Zander, A. 1968. Group Dynamics : Research and Theory. Row Peterson
and Company. New York.
Departemen Pertanian. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan.
Pusat Penyuluhan Pertanian. Jakarta.
Hariadi, Sunarru Samsi. 2011. Dinamika Kelompok. Sekolah Pascasarjana UGM.
Yogyakarta.
Schultz, D.P. & Schultz, S.E. 1992. A History of Modern Phsichology. Harcourt Brace
Jovanovich, Inc. New York.
Shaw, M.E. 1979. Group Dynamic : The Phsichology of Small Group Behavior. McGraw
Hill, Inc. New York.
Usmot, D. 1988. Understanding Organizational Behavior. West Publishing Company. New
York.

Anda mungkin juga menyukai