Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi merupakan ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu
mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi molekuler. Bioteknologi ini
merupakan penerapan teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian dari
organisme untuk membuat modifikasi, meningkatkan atau memperbaiki sifat
makhluk hidup serta mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus.
Bioteknologi telah banyak sekali membantu manusia dalam meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraannya. terutama di bidang produksi bahan pangan
khususnya bidang pertanian dan perkebunan. Karena dengan adanya bioteknologi
ini manusia bisa meningkatkan nilai bahan mentah dengan bantuan
mikroorganisme. Bioteknologi biasanya dimanfaatkan karena keuntungannya,
namun bioteknologi pada tumbuhan ini berbeda dari bioteknologi yang lain
misalnya : bioteknologi pada perternakan, bioteknologi pada manusia dan lain
sebagainya. Contoh dari Bioteknologi adalah tanaman transgenik.
Dengan adanya perkembangan DNA rekombinan ini maka optimasi
biotransformasi dalam suatu proses bioteknologi dapat diperoleh dengan lebih
terarah dan langsung. Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetik
memungkinkan kita mengkonstruksi, bukan hanya mengisolasi, suatu galur yang
sangat produktif.
Oleh karena itu sangatlah diharapkan agar berbagai disiplin ilmu yang ada
membuka pintu lebar-lebar untuk mendesain kurikulum yang dapat menampung
minat mahasiswa yang bersifat interface ini, yang merupakan aspek intrinsik dari
Bioteknologi Moderen atau Bioteknologi Molekuler salah satunya mengenai
rekayasa genetika, yang perkembangannya harus sesuai dengan bioetika yang ada
di Negara kita ini agar penggunaannya tidak di salah gunakan oleh pihak-pihak
tertentu sehingga pemanfaatannya dapat digunakan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konstribusi bioteknologi dalam bidang pertanian?
2. Bagaimana masa depan pertanian: transgenik?
3. Apa saja metode yang digunakan pada transgenik tumbuhan?
4. Sebutkan contoh aplikasi bioteknologi pada bidang pertanian!
5. Apa dampak bioteknologi tumbuhan terhadap kesehatan dan lingkungan!
6. Bagaimana peraturan bagi produk bioteknologi tumbuhan?
7. Apa sajaContoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat Menjelaskan konstribusi bioteknologi dalam bidang
pertanian.
2. Mahasiswa dapat Menjelaskan masa depan pertanian: transgenic.
3. Mahasiswa dapat Menjabarkan metode yang digunakan pada transgenic
tumbuhan.
4. Mahasiswa dapat Menyebutkan contoh aplikasi bioteknologi pada bidang
pertanian.
5. Mahasiswa dapat Menyebutkan dampak bioteknologi tumbuhan terhadap
kesehatan dan lingkungan.
6. Mahasiswa dapat Menjelaskan peraturan bagi produk bioteknologi
tumbuhan.
7. Mahasiswa dapat Menyebutkan Contoh tanaman transgenik yang
dikembangkan di dunia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kontribusi Bioteknologi dalam Bidang Pertanian


Bioteknologi tumbuhan adalah salah satu bidang bioteknologi yang
memfokuskan diri pada bidang pertanian (Bioteknologi Hijau). Bioteknologi
tumbuhan telah berperan dalam menghasilkan tanaman tahan hama, bahan pangan
dengan kandungan gizi lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan obat atau
senyawa yang bermanfaat. Di zaman yang serba cepat dan mengharuskan segala
sistem yang begitu cepat pula karena didukung oleh populasi menusia yang sangat
cepat pula hal itu berimbas pada dunia pertanian. Sebagai yang utama dalam
masalah hidup ini menuntut sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan
populasi manusia yang tidak terbendung secara cepat dan bagus tidak hanya
kuantitas tetapi kualitasnya juga. Dari hal-hal seperti itulah bioteknologi di bidang
pertanian berusaha untuk menjawab tantangan itu.
Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan
manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan
suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang
pertanian, peternakan dan perikanan hingga kesehatan dan pengobatan.
Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru di bidang pertanian yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara
konvensional. Penggunaan bioteknologi bukan untuk menggantikan metode
konvensional tetapi bersama-sama menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Penggunaan metode konvensional dengan teknologi tinggi memaksimumkan
keberhasilan program perbaikan pertanian. Bioteknologi harus diintegrasikan ke
dalam pendekatan-pendekatan konvensional yang sudah mapan. Bioteknologi
berkembang dengan cepat di berbagai sektor dan meningkatkan keefektifan cara-
cara menghasilkan produk dan jasa.

B. Masa depan pertanian (Tanaman Transgenik)


Selama 40 tahun terakhir, jumlah penduduk telah berlipat ganda, sementara
jumlah lahan/tanah yang tersedia untuk pertanian telah bertambah sekitar 10%.
Namun kita masih hidup di dunia kelimpahan komparatif. Pada kenyataannya,
produksi pangan dunia telah meningkat 25% selama 40 tahun terakhir. Sebagian
besar produktivitas yang meningkat tergantung pada metode persilangan yang di
kembangkan ratusan tahun yang lalu untuk menghasilkan hewan dan tanaman
dengan sifat-sifat tertentu. Baru-baru ini bagaimanapun juga, perkembangan hasil
pangan yang baru dan lebih produktif telah dipercepat oleh transfer gen secara
langsung.
Tanaman transgenesis (pemindahan gen ke tanaman secara langsung)
memungkinkan inovasi yang sangat tidak mungkin untuk dicapai dengan metode
hibridisasi konvensional. Beberapa perkembangan yang memiliki potensi
komersial yang signifikan adalah tanaman yang menghasilkan pestisida sendiri,
tanaman yang memiliki kemampuan melawan benda beracun (anti racun) dan
bahkan bio-produk seperti vaksin tumbuhan. Karena memproduksi protein nabati
transgenik relatif mudah dan kualitas protein yang cukup baik, penelitian dan
pengembangan yang akan datang di area ini terlihat sangat menjanjikan. Misalnya,
melalui perkembangbiakan klasik, kekuatan rata-rata serat kapas terus meningkat
sekitar 1,5% per tahun. Bioteknologi telah mempercepat langkah ini secara
dramatis. Dengan menyisipkan gen tunggal, kekuatan satu varietas kapas
meningkat sebesar 60 % .

C. Metode yang Digunakan untuk Transgenik Tumbuhan

Bioteknologi memiliki peranan dan manfaat besar bagi kehidupan umat


manusia. Dalam bidang pertanian misalnya, dengan bioteknologi kini ketersediaan
pangan menjadi lebih baik karena prduktivitas tanaman menjadi lebih tinggi. Pada
buku ini akan dibahas teknik-teknik yang mendasari bioteknologi pertanian beserta
beberapa contoh penerapannya dalam pengembangan pertanian di Indonesia
melaluo beberapa rujukan hasil penelitian maupun lembaga yang berkecimpung
dibidang tersebut.
1. Perkawinan Selektif dan Hibridisasi Konvensional

Rekayasa genetik pada tanaman bukanlah suatu hal yang baru. Sejak
berkembanganya bidang pertanian, para petani telah melakukan seleksi benih
sesuai sifat-sifat unggul yang diinginkan. Perkawinan silang dilakukan untuk
menghasilkan tongkol-tongkol jagung yang besar, apel yang mengandung
banyak air, dan bibit unggul yang dioeroleh secara modern, namun cara ini
membutuhkan waktu yang lama dan hasil yang diperoleh tidk dapat dipastikan
sesuai sifat-sifat yang diinginkan dilakukan dengan perkawinan silang antara 2
jenis tanaman dan mengulang kembali perkawinan silang antara keturunan
hibrid dengan salah satu induknya (Thieman, 2004).

teknik hibridisasi konvensional ini memiliki keuntungan dan juga


kelemahan. Keuntungan dari teknik konvensional adalah dapat menghasilkan
bibit unggul, sedangkan kelemahannya adalah hanya bisa dilakukan pada
spesies yang sama. Tujuan lain adalah (1) Menggabungkan semua sifat baik ke
dalam satu genotipe baru;(2) Memperluas keragaman genetik;(3)
Memanfaatkan vigor hibrida; atau (4) Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari
keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki
peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dlam hal memperluas
keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan
efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang
laus. Perbandingan antara hibridasi konvensional dengan transformasi genetik
dapat dijelaskan pada Gambar berikut.
Gambar Perbandingan antara hibridasi konvensional dengan
transformasi genetic

2. Kloning: menumbuhkan tanaman dari sel tunggal

Kloning merupakan suatu teknik untuk menghasilkan banyak salinan dari


satu gen tunggal, kromosom, atau keseluruhan individu. Klon (clone) berasal
dari kata Yunani yang berarti ranting. Jaringan-jaringan non reproduktif
digunakan untuk Pengklonan keseluruhan individu. Sebenarnya, proses kloning
secara alami sering terjadi. Misalnya pada tanaman kentang yang mampu
berkembang biak secara vegetatif, yaitu mampu menghasilkan tanaman baru
dari tuber (umbi). Dalam hal ini, kentang bisa dikatakan mengalami proses
kloning. Thieman (2004) menyatakan bahwa pada umumnya sel-sel tanaman
berbeda dengan hewan, tetapi satu ciri khas tanaman dapat melakukan
regenerasi dari satu sel. Tumbuhan baru yang terbentuk memiliki tiruan baru
(klon) dari sel induk. Kemampuan alami sel tanaman ini membuatnya menjadi
ideal untuk penelitian genetik. Setelah materi genetik yang baru dihasilkan
didalam del tanaman, maka sel tersebut dengan cepat membentuk tanaman
dewasa. Selain itu, para peneliti dapat mengetahui hasil modifikasi genetik pada
waktu yang relatif singkat.

3. Fusi protoplas

Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut kalus, akan tumbuh
pada tempat yang dilukai tersebut. Sel-sel kalus memiliki kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi tunas dan akar serta keseluruhan tanaman berbunga.
Potensi alami sel-sel tersebut yang terprogram menjadi tunas dan akar serta
keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang terprogram
menjadi calon tanaman baru sangat ideal untuk rekayasa genetik. Seperti pada
sel-sel tanaman, sel-sel kalus dikelilingi oleh dinding selulosa yang tebal, yaitu
menghambat pembentukan DNA baru. Dinding sel tersebut dapat dipecah
dengan enzim sellulase, sehingga menghasilkan sel tanpa dinding sel yang
disebut protoplas. Protoplas ini dapat digabungkan dengan protoplas lain dari
beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi
tanaman hibrid. Metode ini disebut fusi protoplas (Thieman, 2004).

Fusi Protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom


dari spesies yang sama (intra spesies), atau antarspesies dari genus yang sama
(inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan fusi
protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat
heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat keberhasilannya sangat ditentukan
oleh genotipenya (Mollers et al., 1992). Teknologi fusi protoplas juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti ketahanan terhadap
hama dan penyakit serta cekaman abiotik (Purwito, 1999). Dengan demikian,
tanaman hasil fusi dpat berupa tanaman dengan sifat-sifat gabungan dari kedua
tetuanya termasuk sifat-sifat yang tidak diharapkan terutama berasal dari
spesies liar.

Gambar. Fusi Protoplas dan regenerasi dari tumbuhan hibrida


Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatik
atau mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Fusi protoplas dapat
dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar spesies atau galur tanaman
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan biasa karena
adanya masalah inkompatibilitas fisik. Teknik ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari teknik ini aalah dapat mengahsilkan tanaman
dengan sifat tertentu dan dapat dilakuan menghasilkan spesies yang berbeda.
Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan buaya yang mahal serta butuh
ketelitian yang lebih (Thieman, 2004).
4. Teknik Potongan Daun (Leaf Fragment Technique)
Transfer genetik terjadi secara alami pada tanaman dalam merespon
organisme patogen. Conthnya, suatu luka dapat diinfeksi oleh bakteri tanah
Agrobacterium tumefaciens (Agrobacter). Bakteri ini memiliki plasmid yang
besar (molekul DNA double helix yang sirkuler) yang dapat merangsang sel-sel
tanaman untuk tumbuh terus menrus tanpa terkontrol (tumor). Oleh karena itu,
plasmid ini dikenal sebagai Tumor inducing (Ti) plasmid. Sedangkan hasil dari
tumor tersebut crown gall. Tumor Crown Gall adalah jaringan tanaman yang
petumbuhannya tidak terdiferensiasi akibat adanya interaksi akibat adanya
interaksi antra tanaman-tanaman yang rentang dengan strain virulen
Agrobacterium tumefaciens. Selama infeksi, bakteri ini mantransfer sebagian
kecil materi genetik yang dimilikinya (T-DNA) ke dalam genom diekspresi oleh
sel-sel tanaman yang terinfeksi (Thieman, 2004).

Gambar .A. Genom Plasmid Ti, B, Proses Transfer gen dengan teknik
Leaf Fragment Technique
5. Pistol Gen

Teknik modern lain dalam transformasi tanaman adalah penggunaan


metoda gene gun atau “pistol gen”. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan tanaman dengan sifat yang sesuai dengan keinginan. Metode
transfer gen ini dioperasikan secara fisik dengan menembakkan partikel DNA-
coated (logam kecil yang diselubungi DNA) lngsung ke sel atau jaringan
tanaman, dengan cara partikel dan DNA yang ditambahkan menembus dinding
sel dan membran, kemudian DNA melarut dan tersebar dalam secara
independen. Telah didemonstrasikan bahwa teknik ini efektif untuk mentransfer
gen pada bermaca-macam eksplan. Penggunaa particle bombardment membuka
peluang dan kemungkinn lebih mudah dalam memproduksi tanaman transgenik
dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar di tramsformasi dengan
agrobacterium, khusunya tanaman monokotil seperti padi, dan jagung.

Gambar. Teknik Transfer Gen dengan pistol Gen


Pistol gen khusus digunakan untuk menembakkan DNA ke dalam inti sel
tumbuhan, tetapi juga bisa menembakkan DNA ke kloroplas, yaitu bagian sel
yang mengandung klorofil. Tumbuhan masing-masing mempunyai ikatan
DNA. Untuk dapat memastikan apakah target pistol gen tersebut adalah inti sel
atau kloroplas, peneliti harus mengidentifikasi sel yang dimasuki DNA baru
terlebih dahulu. Sebagai contoh, peneliti menggabungkan gen yang diinginkan
dengan sel yang mengandung antibiotik tertentu. Gen ini disebut “marker” atau
gen pelapor. Setelah menggunakan pistol gen, peneliti mengumpulkan sel dan
mencoba menumbuhkan di dalam medium yang mengandung antibiotik.
Hanya sel yang mengalami transformasi saja akan bertahan.
6. Teknik Kloroplas

Kloroplas dapat menjadi target rekayasa genetika, sebagaimana yang telah


dibahas pada bagian pistol gen. Tidak seperti DNA pada inti sel, DNA pada
kloroplas dapat menerima beberapa gen baru dalam satu waktu. Selain
itu,kemungkinan besar gen yang menyisip ke dalam kloroplas akan tetap aktif
saat tumbuhan menjadi dewasa. Keuntungan lainnya adalah bahwa DNA dalam
kloroplas terpisah seluruhnya dari DNA yang dibebaskan pada serbuk sari
tanaman. Penggunaan kloroplas untuk ekspresi gen dapat menghilangkan
bahaya transfer serbuk sari pada tanaman yang tidak dituju, selama kloroplas
tidak ada dalam serbuk sari tanaman. Ketika kloroplas secara genetik
dimodifikasi, ada kemungkinan bahwa gen yang ditransformasi akan terbawa
jauh oleh angin

Gambar. Perbandingan Metode Lama dengan Metode Baru (Teknik


Kloroplas)

Dahulu, ketika lebih dari satu gen di ekspresikan, dua tanaman masing-
masing dengan gen yang dimasukkan sendiri-sendiri, harus dikembangbiakkan.
(a) persilangan standr dengan transfer serbuk sari diperlukan untuk
memproduksi tanaman cangkok (hibris). (b) Sekarang dimungkinkan untuk
memasukkan lebih dari satu gen dengan memasukkan gen-gen tersebut ke dalam
DNA kloroplas. Brandy de Cosa, dkk, telah memasukkan tiga gen resisten
terhadap serangga. Orf1, orf2, dan Cry2Aa2 telah dimasukkan kedalam gen
ribosom 16S-3’ (Sebuah gen aktif yang diekspresikan kloroplas). Tm1 dan TmA
diket[ahui mengapit wilayah antara 16-S-3’ dan aadA yang merupakan wilyah
pemilihan untuk antibiotik resisten yang diperlukan untuk pemilihan
transformasi sel yang berhasil. Prrn merupakan sebuah iatan lokasi untuk
replikasi PCR yang memproduksi DNA secara kuantitas, dan psbA3’ adalah
wilayah yang menstabilkan gen-gen asing pada DNA kloroplas.
7. Teknologi Antisense

Teknologi anti sense merupakan metode rekayasa genetika yang dapat


digunakan untuk mengatasi ,masalah-masalah pascapanen, dimana hal ini
difokuskan pada penggunaan gen-gen yang mengatur pelunakan buah
(membran dan dinging sel) dan kecepatan pemasakn. Pelunakan buah banyak
dipelajari karena sangat berperan dalam kerugian pasca panen selama
penanganan dan distribusi buah-buahan

Gambar. Tomat Flavr Savr. Salh satu Hasil Tanaman Transgenik


Komersil pertama
D. Aplikasi Bioteknologi dalam Bidang Pertanian
1. Vaksin untuk tanaman

Hasil panen lahan pertanian, biasanya sangat rentan terserang penyakit,


terutama penyakit yang disebabkan oleh virus. Dengan adanya infeksi oleh
berbagai macam virus, suatu tanaman akan terganggu pertumbuhannya, kualitas
menurun, dan secara otomatis pasti akan menurunkan penghasilan para petani.
Namun, sekarang para petani telah berhasil membuat pemberantas virus alami.
Seperti halnya vaksin polio, vaksin ini mengandung strain virus yang telah
dilemahkan. Vaksin ini kemudian membuat suatu tanaman kebal terhadap virus
tertentu.

gambar: vaksinasi pada tanaman

Namun, selain menggunakan metode suntikan, sekarang di temukan cara


untuk menghasilakn kekebalan dalam tubuh tanaman., yaitu dengan cara
menyisipkan sebuah gen dari virus TMV (Tobacco Mosaik Virus) ke dalam
tanaman bakau. Kemudian gen ini menghasilkan protein seperti yang ditemukan
pada permukaan tubuh virus TMV, dan kemudian dia bekerja sebagai imun
TMV dalam tubuh tanaman tersebut.. Virus pada tomat cukup mirip dengan
virus ini dan dihentikan dengan teknik ini.

2. Resistensi herbisida

Pemberantasan hama secara tradisional mempunyai beberapa kekurangan,


diantaranya adalah pemberantasan tersebut akan memberantas tanaman yang
terinfeksi sampai ke rumput –rumput liar yang ada di sekitarnya. Namun dengan
adanya bioteknologi, saat ini para petani dapat menggunakan herbisida dengan
mudah tanpa mengkhawatirkan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Hasil
panen dapat menjadi rentan terhadap herbisida tertentu, sebagai contoh yaitu
glyphosate. Herbisisda ini menghalangi enzim yang dibutuhkan untuk
fotosintesis.. Melalui rekayasa biologi , para ilmuwan telah mampu membuat
hasil tanaman transgenik yang menghasilkan enzim alternatif yang tidak
dipengaruhi oleh glyphosohate.Pendekatan ini telah berhasil pada kedelai. Saat
ini kebanyakan kedelai yang di budidayakan untuk digunakan sebagai makanan
hewan,mengandung gen yang kebal terhadap herbisida

3. Penambahan Nutrisi pada tanaman

Semua keuntungan dalam bidang bioteknologi sangat berguna untuk semua


umat manusia. Keuntungan yang sangat lebih berarti adalah mampu
menyelamatkan manusia dari kelaparan. Salah satu alternatif yang di hasilkan
dari bioteknologi adalah dengan Golden rice, yang secara genetik dapat
menghasilkan beta karoten, sebuah provitamin yang dapat memenuhi
kebutuhan vitamin A dalam tubuh.

Nama golden rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna


kuning menyerupai emas. Rekayasa genetika merupakan metode yang
digunakan untuk produksi golden rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada
plsma nutfah padi yang mampun untuk mensintesis karotenoit. Pendekatan
transgenic dapat dilakukan karena adanya perkembangan teknologi
transformasi dengan agrobacterium dan ketersedian informasi molekuler
biosintesis karotenoit yang lengkap pada bakteri dan tanaman . dengan adanya
informasi tersebut terdapat berbagai pilihan cDNA. Produksi prototipe golden
rice dengan menggunakan galur padi japonica (Taipe 309), Teknik transformasi
menggunakan agrobacterium dan beberapa gen penghasil betakaroten tanaman
daffodil hingga bakteri.

Gambar . Golden Rice 1 dan 2 yang mengandung provitamin

4. Vaksin tanaman

Tanaman juga dapat memproduksi vaksin untuk manusia, seperti yang


dilakukan oleh para peneliti di Universitas Comel. Vaksin tersebut berasal dari
tomat dan pisang yang dapat menghasilkan aksin manusia terhadap infeksi virus
hepatitis B. Penggunaan tanaman sebagai bioreaktor untuk menghasilkan
molekul protein disebut pharming molecular. Dihadirkan demikian, karena
banyak hasil yang dapat digunakan sebagai bahan obat terapuetik (farmasi).
Pemilihan tanaman sebagai media vaksin, karena molekuler, tanaman lebih
mudah untuk mengubah darn dapat menghasilkan protein yang lebih besar
dibandingkan dengan beberapa jenis tanaman yang digunakan dalam metode ini
seperti alfalfa, pisang, wortel, kentang dan tomat, serta tanaman yang dapat
digunakan dalam metode ini adalah tembakau. Penelitian tentang farmasi
molekuler ini pertama kali dilakukan oleh C.J Arntzen dari Arizona State
University pada pertengahan 1980an dan pada 1992 berhasil mengklon virus
antigen hepatitis B pada tanaman tembakau. Dengan mempertimbangkan
kemudahan dalam hal aplikasi vaksin untuk masyrakat, Arntzen
mengembangkan penemuannya dengan menggunakan pengalihan dengan
kentang hingga pada akhirnya dapat memproduksi vaksin oral.

Setelah Amtzen dkk. sukses meminjam cobakan pada tikus, pada tahun
1998 vaksin ini mulai diaplikasikan pada manusia. Sebanyak 11 orang sukarela
mengonsumsi kentang yang telah ditransformasi dengan antigen, hasilnya
positif. Sebanyak 10 orang menunjukkan peningkat antibodi sebesar empat kali
lipat, dan orang banyak menunjukkan empat kali lipat peningkatan terhadap
antibodi usus. Hasil dari percobaan ini menggambarkan potensi tanaman untuk
digunakan sebagai penghasil vaksin yang dapat dimakan.

E. Dampak Bioteknologi Pertanian Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan


1. Kekhawatiran terhadap Kesehatan Manusia
Semua jenis tanaman terdiri dari DNA. Ketika Anda mengunyah wortel atau
menggigitnya menjadi beberapa potongan kecil, pada dasarnya anda tidak
menyadari bahwa anda sedang memakan beberapa gen. Para penentang
rekayasa sebenarnya tidak memiliki alasan yang kuat untuk menentang atau
melawan teknologi tersebut. Hanya saja mereka khawatir dan takut terhadap
efek samping dari gen asing yang membentuk potongan – potongan DNA yang
tidak lazim (alami) di temukan di suatu tanaman. Sebuah jurnal penelitian yang
dimuat di salah satu jurnal obat- obatana inggris pada tahun 1996 telah
menginformasikan paling tidak beberapa kekhawatiran atau ketakutan tersebut.
Di dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa kacang kedelai yang
mengandung kacang Brazil dapat memicu alergi pada para konsumen kedelai
yang sensitive pada kacang brazil. Karena penemuan itulah jenis
kacangtransgenik tidak pernah dipasarkan.
Kita dapat melihat kejadian ini dengan dua cara yang berbeda .Para
penentang mengatakan bahwa kasus ini kacang kedelai ini telah menunjukkan
kegagalan bioteknologi. Mereka memprediksi bahwa banyak hal yang akan
terjadi jika protein asing akan memicu reaksi yang berbahaya pada konsumen
yang tidak di duga sebelumnya. Sedangkan para pendukung bioteknologi
menganggap ini adalah sebuah sejarah kesuksesan karena system yang mereka
ciptakan telah berhasil mendeteksi bahaya yang dapat ditimbulkan sebelum
produk tersebut dapat dipasarkan kepada masyarakat. Pada saat ini banyak ahli
menyetujui bahwa produk makana yang dimodifikasi secara genetik tidak
menyebabkan menyebarnya reaksi alergi pada tubuh. Menurut laporan terkini
dari Asosiasi Medis Amerika, hanya sedikit protein yang dapat memicu
munculnya reaksi alergi. Para ilmuan pun sudah mengenali protein – protein
tersebut. Keanehan dari penyebab alergi yang tidak dikenali itu dimana
menelusup pada makanan yang telah dimodifikasi secara genetik sangatlah
jarang terjadi apalagi di tempat grosir. Pada kenyataannya, suatu saat nanti
bioteknologi pasti akan mampu mencegah alergi yang dapat menyebabkan
kematian. Para peneliti sekarang sedang bekerja keras untuk menghasilkan
kacang dengan sedikit kandungan protein yang dapat mengacaukan atau
membrantas reaksi alergi.
Dalam hal ini, alergi bukanlah satu – satunya yang diperbincangkan.
Beberapa ilmuan telah berspekulasi bahwa gen resisten anti biotik yang
digunakan sebagai tanda pada beberapa tanaman transgenic dapat menyebar
melalui penyakit yang disebabkan bakteri pada bakteri pada manusia. Secara
teori bakteri tersebut akan semakin kuat dan sulit dibatasi. Untungnya bakteri –
bakteri tersebut tidak menyerang gen makanan kita secara regular dan terus –
menerus. Menurut sebuah laporan penelitian pada jurnal sains terkini, hanya ada
sedikit kesempatan bagi gen resisten antibiotic untuk berpindah dari tanaman ke
bakteri. Bahkan sudah banyak bakteri yang sudah berkembang menjadi gen
resisten antibiotik.
Jika anda perhatikan mengenai literature anti bioteknologi, anda akan
banyak mendapat kecaman – kecaman. Berita utama seperti “ Makanan hantu
bisa menyebabkan kanker” muncul dimana – mana. Namun smapai saat ini
protes – protes tersebut tidak di dukung oleh sains. Akademi sains akhir –akhir
ini melaporkn bahwa hasil panen pangan transgenic pada pasar sangatlah aman
untuk dikonsumsi oleh manusia.
2. Kekhawatiran terhadap Lingkungan

Kecemasan masyarakat terkait hasil rekayasa genetika Hal ini dikarenakan


oleh sebuah peristiwa bahwa jagung dari hasil rekayasa bioteknologi telah
membunuh sejumlah kupu – kupu monarch. Bagaimanapun juga kekhawatiran
terhadap lingkungan itu tidak bisa hilang. Salah satu hal yang pasti bahwa
perkembangan genetika pada hasil panen terbukti dapat mengembangbiakkan
bibit super. Seperti gen antibiotic resisten, secara teori dapat menyebar dari
tanaman ke bakteri, gen untuk pestisida dan herbisida resisten juga berpotensi
menyebar ke bibit. Beberapa hasil panen seperti squash, canola, dan bunga
matahari adalah benih – benih yang berhubungan dekat dan perkawinan saling
pun sering terjadi sehingga gen dari suatu tanaman bercampur dengan gen
tanaman lainnya. Bagaimanapun juga saat ini beberapa ahli memprediksikan
jenis eksplosi genetic apapun untuk mengembangkan benih. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengukur kemungkinan bahaya yang timbul dan
menemukan cara menimbulkan resikonya.
Potensi kerusakan ekologi yang disebabkan oleh perkembangan
bioteknologi hasil panen harus dipertimbangkan secara hati – hati atas untung
ruginya. Pertama dan yang paling penting adalah bioteknologi harus mampu
mengurangi bahan kimia dalam pestisida. Menurut pusat kebijakan makanan dan
agrikultur nasional petani yang menanam benih kapas bioteknologi pada sekitar
tahun 1998 diberi ganti rugi atas pestisida yang mereka gunakan senilai lebih
dari satu juta pounds.

Secara keseluruhan, bioteknologi tampaknya tidak akan membawa kita ke


jurang bencana ekologis dan benar-benar dapat menawarkan beberapa solusi
untuk masalah Lingkungan. Memang, National Academy of Sciences baru-baru
ini melaporkan bahwa tanaman bioteknologi ditingkatkan tidak menimbulkan
ancaman lingkungan yang lebih besar dibandingkan tanaman tradisional .

F. Peraturan Bagi Produk Bioteknologi Tumbuhan


1. Pengaturan keamanan hayati dan keamanan pangan
Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika
seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan
Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura
telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999. Keputusan tentang
"Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa
Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/ OT.210/9/ 99;790.a/ Kptrs-IX/1999;
1145A/ MENKES/ SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/ 09/1999 tersebut
mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur
pemanfaatan produk tanaman transgenik agar tidak merugikan, mengganggu,
dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan
lingkungan.
Keamanan hayati tanaman transgenik perlu diuji secara bertahap di ruang
terisolir mulai dari tingkat laboratorium, rumah kaca hingga lapangan terbatas,
untuk mengkaji tingkat kemungkinan dampak negatif dari tanaman tersebut.
Untuk mendukung semua itu, Badan Litbang Pertanian dengan dana Proyek
ARM Il membangun Biosafety Containment dan Fasilitas Uji Terbatas di Balai
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. FUT terdiri dari
gedung utama (rumah pusat) dan rumah kaca. Enam rumah kaca dilengkapi
dengan sheldeck, exhaust fan. dan chiller untuk mendapatkan suhu di dalam
ruangan temperatur di luar dan tidak menganggu fungsi penyimpanan yang
memiliki kesamaan lingkungan yang terbuka, serta untuk mengakomodasi
tanaman dataran tinggi. Evaluasi, pengkajian, dan pengkajiar tanaman
transgenik dilakukan secara lengkap melalui studi literatur, evaluasi, dan
pengkajian dokumen keamanan hayati dan keamanan pangan maupun pengujian
difasilitas uji terbatas dan lapangan uji terbatas.
2. Pengaturan pelepasan tanaman transgenic
Herman (2002) menyatakan bahwa diindonesia pelepasan varietas tanaman
diatur melalui Keputusan 902 / Kpts / TP 240/1296 tentang Pengujian, Penilaian
dan Pelepasan varietas. yang berubah pada tahun 1998 menjadi KepMlentan No.
737/Kpts/TP.240/9/98 varietas tersebut dapat terdiri dari galur kultivar,
komposit, mutan, hibrida, dan transgenik. Tanaman transgenik yang
mendapatkan ketetapan aman hayati atau keamanan pangan melaluai
persetujuan dari KKHKP bisa diajukan untuk pelepasan varietas ke Badan Benih
Nasional (BBN) . BBN dalam pengerjaan tugasnya sehari-hari di bidang
penilaian dan pelepasan varietas. Anggota Tim Penilai dan Pelepas Varietas (
TPPS) terdiri dari para ahli dan ditetapkan oleh Menteni Pertanian.
Suatu varietas baru hasil permuliaan atau introduksi dinyatakan sebagai
suatu varietas unggul setelah melalui uji adaptasi untuk tanaman semusim atau
uji observasi bagi tanaman tahunan serta lulus penilaian para ahli . uji adaptasi
dan uji observasi dilakukan dibeberapa musim dan lokasi serta jumlah unit
pengujian disesuaikan dengan jenis tanamannya. Ketentuan mengenai musim,
lokasi, dan jumlah unit pengujian diatur lebih lanjut oleh direktur jendral yang
bersangkutan.
G. Contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia
Jenis Sifat yang telah Modifikasi Foto
tanaman dimodifikasi

Padi Mengandung Gen dari tumbuhan


provitamin A narsis, jagung, dan
(beta-karotena) bakteri Erwinia
dalam jumlah disisipkan pada
tinggi. kromosom padi.

Jagung, Tahan (resisten) Gen toksin Bt dari


kapas, terhadap hama bakteri Bacillus
kentang thuringiensis
ditransfer ke dalam
tanaman.
Tembakau Tahan terhadap Gen untuk
cuaca dingin. mengatur
pertahanan pada
cuaca dingin dari
tanaman
Arabidopsis
thaliana atau dari
sianobakteri
(Anacyctis
nidulans)
dimasukkan ke
tembakau
Tomat Proses Gen khusus yang
pelunakan tomat disebut
diperlambat antisenescens
sehingga tomat ditransfer ke dalam
dapat disimpan tomat untuk
lebih lama dan menghambat enzim
tidak cepat poligalakturonase
busuk. (enzim yang
mempercepat
kerusakan dinding
sel tomat).
Selain
menggunakan gen
dari bakteri E. coli,
tomat transgenik
juga dibuat dengan
memodifikasi gen
yang telah
dimiliknya secara
alami.
Pepaya Resisten Gen yang
terhadap virus menyandikan
tertentu, selubung virus
contohnya PRSV ditransfer ke
Papaya ringspot dalam tanaman
virus (PRSV). pepaya.

Melon Buah tidak cepat Gen baru dari


busuk. bakteriofag T3
diambil untuk
mengurangi
pembentukan
hormon etilen
(hormon yang
berperan dal=am
pematangan buah)
di melon.
Gandum Resisten Gen penyandi
terhadap enzim kitinase
penyakit (pemecah
hawar yang dinding sel
disebabkan cendawan) dari
cendawan jelai (barley)
Fusarium. ditransfer ke
tanaman
gandum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari apa yang telah kami paparkan dalam pembahasan “ Bioteknologi


Tumbuhan” ini maka dapat disimpulkan, bahwa : Bioteknologi
tumbuhan adalah salah satu bidang bioteknologi yang memfokuskan diri pada
bidang pertanian (Bioteknologi Hijau). Bioteknologi tumbuhan telah berperan
dalam menghasilkan tanaman tahan hama, bahan pangan dengan kandungan
gizi lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan obat atau senyawa yang
bermanfaat. Metode yang Digunakan untuk Transgenik Tumbuhan
(pemindahan gen ke tanaman secara langsung) melalui beberapa metode yaitu
Perkawinan Selektif dan Hibridisasi Konvensional, Kloning, Teknik Potongan
Daun, Pistol Gen, Teknik Kroloplas, dan Teknologi Antisense serta Aplikasi
Bioteknologi dalam Bidang Pertanian antara lain vaksin untuk tanaman,
Resistensi herbisida, Penambahan Nutrisi pada tanaman dan vaksin tanaman
yang dapat di manfaatkan sebagai vaksin bagi manusia dan juga terdapat
peraturan bagi produk bioteknologi tumbuhan atau "Keamanan Hayati dan
Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman"
No.998.I/Kpts/ OT.210/9/ 99;790.a/ Kptrs-IX/1999; 1145A/ MENKES/
SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/ 09/1999. Contoh tanaman transgenic
antara lain padi, tomat, melon, gandum, jagung,tembakau, pepeya dan lain-lain.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat membantu pembaca untuk menambah ilmunya
mengenai materi organisasi genom dalam bioteknologi. Semoga untuk
penyusun makalah selanjutnya, referensi yang kami dapatkan bisa diperbanyak
sehingga dasar dari penyusunan makalah akan lebih akurat dan lebih sempurna.
Apabila ada kesalah yang tidak disengaja baik dalam penulisan maupun dari
segi isinya, kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Endik Deni, dkk. 2018. Pengantar (Teori Dan Aplikasi


Bioteknologi).Yogyakarta: Deepublish (Cv Budi Utama)

Bioteknologitumbuhan.https://www.academia.edu/18553784/Bioteknologi_tumbu
-han .Diakses tanggal 08 April 2019.
Ir. Lindung, MP.(anonym). Tanaman trangenik. Jambi : Widyaiswara Balai
Pelatihan Pertanian Jambi

Anda mungkin juga menyukai