Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman dahulu diseluruh dunia hampir semua masyarakat hanya
mengetahui cara-cara hidup yang sederhana atau tradisional, tidak terkecuali
dengan masyarakat yang ada di Indonesia. Contohnya, dahulu para petani
hanya mengetahui cara bertani dengan sederhana, yakni dengan cara
mencangkul tanah, kemudian menanam tanaman yang diinginkan lalu disiram
dengan air seperlunya. Hasil dari bertani yang sederhana itupun tidak terlalu
memuaskan baik kualitas maupun kuantitasnya. Jika hal ini terjasi secara
bekelanjutan hingga di zaman sekarang, maka kebutuhan masyarakat akan
pangan tidak akan terpenui secara maksimal. Terlebih lagi jika dilihat dari
populasi masyarakat yang ada di zaman sekarang, mengalami ledakan yang
sangat drastis sehingga membutuhkan pangan yang lebih banyak dan
berkualitas. Maka dari itu diperlukan usaha lebih yang tidak hanya berpusat
pada bagaimana membatasi ledakan populasi penduduk, tetapi juga bagaimana
cara meningkatkan produksi pangan.
Peningkatan produksi pangan, di zaman sekarang tidak terlepas dari
segala macam tehnologi yang ada. Semakin berkembangnya zaman maka
semakin berkembang pula tehnologi. Dengan begitu produksi panganpun
semakin meingkat. Segala jenis perkembangan yang terjadi ini berawal dari
pemikiran manusia yang senantiasa ingin survive atau bertahan hidup dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Namun apabila pemanfaatannya kurang
memperhatikan dampak lingkungan tentu dapat merusak keseimbangan
ekologisnya.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan serta ilmu untuk mengubah
sumber daya yang ada menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berkualitas,

1
terlebih di bidang pangan yang menjadi sumber utama kehidupan. Salah satu
ilmu yang dapat digunakan untuk pemanfaatan sumber daya yang ada adalah
ilmu terapan. Tetapi ilmu terapan tidak dapat dikuasai sebelum ilmu biologi
dikuasi. Maka dari itulah makalah ini dibuat agar menjadi salah satu sumber
ilmu dalam memanfaatkan sumber daya yang ada terkhusus dibidang pertanian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu biologi terapan?
2. Bagaimana pemanfaatan biologi dalam bidang pertanian?
3. Bagaimana penerapan biologi dalam bidang pertanaian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu biologi terapan
2. Untuk mengetahui pemanfaatan biologi dalam bidang pertanian
3. Untuk mengetahui penerapan biologi dalam bidaang pertanian
D. Manfaat
1. Makalah ini bermanfaat untuk pemenuhan tugas mahasiswa yang diberikan oleh
dosen pengampuh.
2. Makalah ini sangat bermanfaat sebagai salah satu bahan referensi dan
penambahan wawasan bagi para pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biologi Terapan
Biologi terapan adalah penerapan pengetahuan dari beberapa bidang
yang di gunakan untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut kehidupan
kita sehari hari. Ilmu terapan adalah hal yang bermanfaat untuk kesejahteraan.
Biologi terapan adalah Cabang biologi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Pengetahuan mengenai makhluk hidup dimanfaatkan
untuk memecahkan berbagai macam masalah untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia.
Dalam pengembangan penerapan biologi yang dikenal sebagai biologi
terapan, biologi dapat dihubungkan dengan berbagai ilmu, contohnya kimia,
fisika, matematika serta teknologi informatika sehingga muncullah ilmu-ilmu
baru seperti biokimia (hubungan antara biologi dengan kimia) dan biofisika
(hubungan antara biologi dengan fisika) yang kemudian bergabung dan
membentuk suatu ilmu baru lagi yaitu biologi terapan atau biasa disebut
bioteknologi.
Selain itu, biologi juga berkaitan erat dengan ilmu sosial dan
membentuk ilmu-ilmu baru yang salah satu contohnya adalah psikologi dan
biogeografi. Ilmu terapan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan umat manusia di belahan bumi ini. Bidang yang tergolong biologi
terapan misalnya kedokteran, pertanian, perikanan, kesehatan, farmasi, dan
bioteknologi.
Jadi Biologi Terapan atau Bioteknologi adalah suatu cabang ilmu
biologi yang mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup dan penggunaan
biokimia, mikrobiologi, serta rekayasa kimia secara terpadu dengan tujuan
memperoleh penerapan teknologi di bidang industri, kesehatan atau
kedokteran, dan pertanian dari kapasitas mikroba, sel atau jaringan sebagai

3
kultur. Selain itu, bioteknologi juga menghasilkan barang atau jasa untuk
kepentingan makhluk hidup.
B. Pemanfaatan Biologi Dalam Bidang Pertanian
Bioteknologi pertanian telah memberikan pengaruh besar terhadap
peningkatan produksi dan kualitas hasil pertanian. Masyarakat memanfaatkan
bioteknologi pertanian sejak dahulu hingga sekarang Bioteknologi pertanian
berkembang dari bioteknologi konvensional menuju bioteknologi pertanian
modern.:
1. Bioteknologi pertanian konvensional
a. Kompos atau biogas
Pembuatan kompos atau biogas merupakan salah satu produk
bioteknologi pertanian konvensional. Kompos bioaktif merupakan
kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik
unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai
agnesia hayati pengendali penyakit tanaman.
2. Bioteknologi pertanian modern
Bioteknologi pertanian modern memiliki produk-produk unggulan,
diantaranya adalah kultur jaringan, pembastaran, teknologi nuklir,
pengelolaan lahan pertanian, hidroponik, dan rekayasa genetika.
a. Kultur jaringan
Kultur jaringan memiliki arti membudidayakan suatu jaringan makhluk
hidup menjadi individu baru yang mempunyai sifat sama seperti
induknya. Kultur jaringan tumbuhan dapat diterapkan berdasarkan teori
sel. Teori sel yang dimaksud, yaitu sel tumbuhan mempunyai kemampuan
setiap tumbuhan jika diletakkan lingkungan yang sesuai akan tumbuh.
b. Pembastaran atau persilangan
Pembastaran merupakan perkawinan antara dua individu tanaman yang
berbeda varietas, namun masih dalam satu spesies. Pembastaran disebut
juga dengan persilangan.

4
c. Teknologi nuklir
Teknologi nuklir termasuk ke dalam bioteknologi pertanian modern.
Teknologi nuklir dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
pangan.
d. Pengelolahan lahan pertanian
Pengelolahan lahan pertanian termasuk dalam bioteknologi pertanian
modern. Dalam penerapannya, pengelolahan lahan pertanian terdiri dari
ekstensifikasi dan intensifika.
e. Teknologi Hidroponik
Hidroponik adalah teknik budi daya tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai tempat menanam tanaman. Zat hara diberikan pada tanaman
dalam bentuk zat terlarut dalam air.
f. Aeroponik
Aeroponik adalah teknik budi daya tanam dengan cara posisi tanam
digantung pada pot, akar dibiarkan menggantung di udara tanpa
menempel pada media apapun. Zat hara diberikan melalui pengabutan di
udara sekitar tanaman.
g. Rekayasa genetika
Rekayasa genetika merupakan suatu usaha memanipulasi sifat genetik
suatu makhluk hidup. Tujuan rekayasa genetika untuk menghasilkan
makhluk hidup yang memiliki sifat yang diinginkan.
C. Penerapan Biologi Dalam Bidang Pertanian
Para ilmuwan sedang berupaya untuk mempelajari lebih banyak tentang genom
dari berbagai tumbuhan dan hewan yang penting dalam pertanian. Selama
beberapa tahun, mereka menggunakan teknologi DNA dalam upaya meningkatkan
produktivitas pertanian. Penerapan bioteknologi di bidang pertanian menunjang
keberhasilan budidaya pertanian. Penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian
dapat ditemukan pada produksi pupuk kompos, kultur jaringan, pemuliaan varietas

5
unggul, pupuk hayati, dan insektisida hayati. Penjelasan mengenai penerapan
bioteknologi dalam bidang pertanian adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan Kompos
Pembuatan pupuk kompos merupakan penerapan biorteknologi di
bidang pertanian. Mikroorganisme pengurai bahan organik akan ditambahkan
untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari
dedaunan atau rerumputan.

Gambar 2.1 Kompos


Mikroorganisme yang digunakan misalnya bakteri fotosintetik,
actinomicetes, bakteri asam laktat, ragi, dan jamur fermentasi. Fermentasi
bahan organik berlangsung lebih cepat dengan penambahan
mikroorganisme. Dengan demikian produksi pupuk kompos dapat terus
tersedia. Pupuk hijau atau pupuk kandang merupakan limbah organik yang
telah mengalami penghancuran sehingga bermanfaat bagi tanaman.
Langkah-langkah dalam pembuatan kompos bioaktif adalah sebagai berikut:

Gambar. 2.2 Pembuatan Kompos

6
a. Pengomposan mikroba
Limbah organik harus dihancurkan atau dikomposkan terlebih
dahulu oleh mikroba tanah. Pengomposan dimaksudkan agar unsur hara
dapat diserap oleh tanaman. Proses pengomposan alami terjadi dalam
waktu cukup lama, kurang lebih enam bulan sehingga setahun sampai
bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.
b. Percepatan pengomposan
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan
mikroba penghancur atau dekomposer yang berkemampuan tinggi.
Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari
beberapa bulan menjadi minggu saja.
c. Penggunaan produk biodekomposer
Produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses
pengomposan, diantaranya adalah SuperDec, OrgaDec, EM4, EM
Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain sebagainya.
2. Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan teknik produksi bibit menggunakan organ-
organ vegetatif tanaman secara in-vitro. Kultur jaringan memiliki manfaat
yang cukup besar di bidang pertanian, di anataranya adalah petani dengan
mudah memperoleh bibit-bibit yang seragam dan bibit-bibit yang sulit
disemaikan menggunakan benih, seperti bunga anggrek. Teknik kultur
jaringan juga dapat menyediakan bibit dalam jumlah banyak sekaligus.

Gambar 2.3 Tumbuhan Kultur Jaringan

7
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode kultur jaringan
mencakup cara perbanyakan, tipe jaringan dan tahapan kultur jaringan.
Penjelasan mengenai metode berikut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Teknik Kultur Jaringan


1. Cara perbanyakan
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui
tiga cara, yaitu sebagai berikut:
a. Perbanyakan tunas dari mata tunasapikal.
b. Pembentukan tunas adventif.
c. Embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap
pembentukan kalus.
2. Tipe jaringan
Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam
pengerjaan kultur jaringan. Tipe-tipe jaringan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Meristematik
Tipe jaringan yang pertama adalah jaringan ristematik.
Meristematik merupakan jaringan muda yang belum mengalami
diferensiasi dan masih aktif membelah. Meristematikmemiliki

8
kemampuan regenerasi yang tinggi. Meristematik biasa ditemukan pada
tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun
kambium batang.
b. Parenkima
Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima. Parenkima
merupakan jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami
diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh parenkima, yaitu
jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar
yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
3. Tahapan kultur jaringan
Tahapan kultur jaringan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman,
yaitu sebagai berikut:
a. Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan
jenis tanaman yang akan diperbanyak. Rinciannya adalah sebagai
berikut:
1) Media yang dipakai
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan,
contohnya agar dan gula.
2) Variasi zat tambahan
Zat pengatur tumbuh atau hormon yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
3) Penempatan media
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau
botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan
dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

9
b. Insiasi
Insiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Tunas merupakan bagian tanaman yang sering
digunakan untuk kegiatan kultur jaringan.
c. Sterilisasi
Sterilisasi dalam kultur jaringan dimaksudkan bahwa segala
kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril,
yaitu di laminar flow. Selain itu, menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol
yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.
Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
d. Multiplikasi
Kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media disebut multiplikasi. Multiplikasi dilakukan di
laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang
menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah
ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat
yang steril dengan suhu kamar.
e. Pengakaran
Pengakaran merupakan fase ketika eksplan akan menunjukkan
adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan
yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan
setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar
sertauntuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur.
Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti
berwarna putih atau biru disebabkan jamur atau busuk disebabkan
bakteri.

10
f. Aklimatisasi
Kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng
disebut aklimatisasi. Proses pemindahannya adalah sebagai berikut:
1) Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
membersihkan sungkup.
2) Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan
serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
3) Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka
secara bertahap sungkup dilepaskan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generarif.
4. Pembastaran atau Persilangan
Salah satu contoh produk pembastaran diantaranya dapat diterapkan
pada padi. Padi dengan varietas X yang memiliki sifat produksi gabah tinggi
dan tidak cepat rebah kemudian dikawinkan dengan padi varietas Y yang
memiliki sifat tahan hama dan umurpanen pendek. Dengan demikian
melalui perkawinan ini, dapat dihasilkan padi varietas baru yang memiliki
sifat perpaduan dari keduanya. Padi produksi gabah tinggi, tahan lama,
tidak cepat rebah, dan umur panen pendek. Dapat dikatakan pembastaran
memberikan banyak keuntungan dan keunggulan.
5. Tekonologi Nuklir
Penerapan teknologi nuklir tersebut sebagai berikut:
1) Penerapan pada mutasi tanaman
Mutasi tanaman dilakukan guna mendapatkan varietas unggul.
Varietas unggul didapatkan dengan cara meradiasi sel atau jaringan
tanaman. Fungsi radiasi sel adasifat makhluk hidup telah terjadinya
perubahan gen yang dapat menyebabkan perubahan. Atomita I-IV
merupakan salah satu contoh varietas unggul yang menggunakan
teknologi ini.

11
2) Penerapan pada pemberantasan hama tanaman
Pemberatasan hama tanaman yang dilakukan menggunakan
sinar radioaktif. Pemberantasan hama tanaman dilakukan agar
memandulkan hama jantan.
3) Penerapan pada pemupukan tanaman
Unsur radioaktif dapat digunkan untuk mengetahui masa yang
paling tepat untuk melakukan pemupukan pada tanaman. Pemupukan
tanaman dalam waktu yang tepat sangat dibutuhkan, sebab tanaman
memiliki masa pertumbuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, perlu
pemupukan yang tepat sesuai dengan masa pertumbuhannya.
6. Pengolahan Lahan Pertanian
Dalam pengolahan lahan pertanian terdiri dari ekstensifikasi dan
intensifikasi. Ekstensifikasi merupakan usaha memperluas lahan pertanian,
sedangankan intensifikasi merupakan usaha meningkatkan kualitas dan
kuantitas hasil pertanian pada lahan terbatas. Berikut ini merupakan
pelaksanaan intensifikasi dalam pertanian.
1) Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan agar tanah dapat menyediakan bahan
berupa air dan unsur hara. Kondisi tanah harus gemburdan cukup rongga
udara. Selain itu juga mampu menahan air, kaya unsur hara,
mengandung bahan organik, dan mempunyai kadar asam dan basa
tertentu. Membajak atau mencangkul sawah, membangun sumur artesis,
membuat terasering pada lahan miring, dan mengatur jarak tanam serta
mengatur pola tanam merupakan cara pengolahan tanah yang tepat dan
baik.
2) Penggunaan bibit unggul
Penggunaan bibit unggul membantu kesuksesan dalam panen. Bibit
unggul merupakan bibit yang mempunyai sifat-sifat unggul

12
3) Pemupukan
Pemupukan yang baik dilakukan sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
Pemupukan dilakukan untuk mengembalikan unsur hara yang hilang.
Dalam penerapannya, pemupukan dilakukan denfan memerhatikan jenis
pupuk, dosis, dan masa pertumbuhan.
4) Pengairan
Pada lahan tadah hujan, pengairan bergantung pada hujan. Untuk
mengganti sipasinya dibuatlah bendungan untuk mengairi sawah.
5) Pemberantasan hama, gulma, dan penyakit
Pemberantasan ini dilakukan dengan cara pemberantasan secara
biologis menggunakan pemangsa hama tersebut, secara kimiawi dengan
menggunkan pestisida, dan secara ekologis dengan mengadakan
tanaman serta radiasi dengan memandulkan hewan jantan.
7. Tanaman Hidroponik

Gambar 2.4 Tanaman Hidroponik dan Teknik


Media yang digunakan dalam hidroponik beragam diantaranya
adalah kerikil, sekamarang, pasir, sabut kelapa, dan potongan kayu.
Prinsipnya, pada hidroponik suatu tanaman dapat tumbuh tanpa tanah,
dengan syarat diberikan cukup air dan garam-garam mineral. Secara
sederhana cara bertanam hidroponik dengan mencuci tanaman agar bebas

13
dari penyakit. Setelah itu, media dan wadah hidroponik dibersihkan, barulah
ditanami tanaman.
8. Aeroponik

Gambar 2.5 Tanaman dan Teknik Aeroponik


Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam di udara tanpa mengunakan
tanah. Di dalam aeroponik, tanaman tidak diberi media untuk tumbuhnya akar,
melainkan dibiarkan terbuka dan menggantung pada suatu tempat yang telah dijaga
kelembabannya. Sebenarnya, sistem aeroponik ini tidak jauh berbeda dengan sistem
hidroponik. Hanya saja, sistem aeroponik ini memerlukan air yang sudah berisi larutan
hara yang nantinya akan disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut.
Selanjutnya, akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara
tersebut. Untuk memulai budi daya dengan sistem aeroponik, ada beberapa hal yang
perlu disiapkan terlebih dahulu. Beberapa di antaranya adalah menyiapkan alat-alat
seperti jaringan irigasi sprinkler, jet pump, nozzle sprinkle, PVC, rockwool, styrofoam,
larutan nutrisi dan benih tanaman.
Selanjutnya, sebelum dilakukan penanaman, benih terlebih dahulu disemai di
rockwool yang disusun pada tray pembibitan. Sebelum disemai, benih direndam pada
air untuk memacu perkecambahan. Rockwool diberi lubang, setiap lubang ditanami
satu benih agar pertumbuhannya baik, kemudian benih disimpan di ruangan gelap agar
cepat berkecambah. Setelah tumbuh minimal dua helai daun, bibit pada rockwool
dipindah tanamkan pada styrofoam yang telah dilubangi dengan posisi akar
menggantung. Akar tanaman sayuran ini nantinya akan menjuntai bebas ke bawah. Di

14
bawah styrofoam terdapat sprinkler (alat pengabut) yang akan memancarkan kabut
larutan nutrisi ke atas hingga mengenai akar. Sprinkler ini berfungsi untuk menciptakan
uap air di sekeliling tanaman dan juga untuk memberikan lapisan air pada akar,
sehingga suhu sekitar daun akan menurun dan evapotranspirasi akan berkurang.
Pengabutan dapat diatur secara intermittend, nyala-mati (on-off) bergantian
menggunakan timer, asal lama mati (off) tidak lebih dari 15 menit karena dikhawatirkan
tanaman akan layu. Bila pompa dimatikan, butiran larutan yang melekat pada akar bisa
bertahan selama 15-20 menit. Pengabutan dapat diberikan pada siang hari saja, namun
cara ini kurang dianjurkan karena kesempatan pemberian nutrisi pada tanaman akan
menyusut. Salah satu kunci keunggulan budidaya aeroponik ialah oksigenasi dari tiap
butiran kabut halus larutan hara yang sampai ke akar. Selama perjalanan dari lubang
sprinkler hingga sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara hingga
kadar oksigen terlarut dalam butiran meningkat. Dengan demikian proses respirasi
pada akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi. Selain itu dengan
pengelolaan yang terampil, produksi dengan sistem aeroponik dapat memenuhi
kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Penggunaan sprinkler ini dapat menjamin ketepatan waktu penyiraman, jumlah
air dan keseragaman distribusi air di permukaan tanah secara terus-menerus selama
produksi tanaman. Selain itu, sistem ini sangat cocok untuk digunakan pada tanaman
yang memiliki masa panen sekitar satu bulan setelah pindah tanam, seperti selada,
kangkung dan bayam.
9. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika dapat dilakukan dengan menambah, mengurangi, atau
menggabungkan dua materi genetik (DNA) yang berasal dari dua organisme berbeda.
Hasil penggabungan dua materi genetik yang berasal dari dua organisme disebut DNA
rekombinan. Organisme hasil dari rekayasa genetika disebut organisme transgenik.
Para ilmuwan pertanian telah memberikan gen-gen pengode sifat sifat yang
diinginkan pada sejumlah tanaman pangan, misalnya sifat penundaan pematangan buah
serta resistensi terhadap pembusukan dan penyakit. Tumbuhan lebih mudah direkayasa

15
genetik dari pada sebagian besar hewan. Untuk banyak spesies tumbuhan, sel jaringan
tunggal yang ditumbuhkan didalam kultur dapat tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Dengan demikian manipulasi genetik dapat dilakukan pada sel somatik biasa, dan sel
itu kemudian digunakan untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat baru.
Vektor yang paling umum digunakan untuk mengintroduksi gen-gen baru
kedalam sel-sel tumbuhan adalah sebuah plasmid, disebut plasmid Ti (Ti plasmid), dari
bakteri tanah Agrobacterium tumefaciens. Plasmid ini mengintegrasikan salah satu
segmen DNA nya, dikenal sebagai DNA T kedalam DNA kromosom sl tumbuhan
inangnya. Dengan tujuan membuat vektor, para peneliti menggunakan versi plasmid
itu yang tidak menimbulkan penyakit (tidak seperti versi wild-type) dan telah
direkayasa untuk mengangkut gen-gen yang dikehendaki dalam segmen DNA T-nya.
Ilmuwan dapat mengintroduksi plasmid-plasmid Ti rekombinan kedalam sel-sel
tumbuhan melalui elektroporasi. Kemungkinan yang lain, plasmid rekombinan dpat
dikembangkan dalam Agrobacterium. Tanaman yang rentan atau sel-sel tanaman yang
diumbuhkan dalam kultur kemudian diinfeksi dengan bakteri yang mengandung
plasmid rekombinan.
Rekayasa genetik juga berpotensi meningkatkan nilai gizi tanaman pangan.
Misalnya, ilmuwan telah mengembangkan tanaman padi transgenik yang
menghasilkan bulir beras kuning yang mengandung beta karoten, ya digunakan tubuh
kita untuk membuat vitamin A.
Untuk beberapa teknik yang digunakan dalam bidang bioteknologi pertanian
antara lain sebagai berikut :
1. Seleksi Perkawinan Konvensional dan Hibridisasi
Rekayasa genetik pada tanaman bukanlah suatu hal yang baru. Sejak
berkembangnya bidang pertanian, para petani telah melakukan seleksi benih sesuai
sifat-sifat yang diinginkan. Meskipunperkawinan silang yang dilakukan dapat
meghasilkan tongkol-tongkol jagung yang besar, apel yang mengandung banyak
air, dan bibit unggul yang diperoleh secara modern, namun cara ini membutuhkan
waktu yang lama dan tidak tentu. Untuk mendapatkan bibit unggul sesuai sifat-

16
sifat yang diinginkan dilakukan dengan perkawina silang antara 2 jenis tanaman
dan mengulang kembali perkawinan silang antara keturunan hibrid dengan salah
satu induknya. Pada kenyataanya, tanaman dari spesies yang berbeda pada
dasarnya tidak dapat dihibridisasi, akibat sifat genetik tidak dapat diisolasi dari
tanaman. Dengan bioteknologi, keterbatasan tersebut dapat diatasi. Para ilmuwan
sekarang dapat memindahkan gen-gen khusus untuk sifat yang diinginkan kedalam
tanaman. Proses ini berjalan cepat dan pasti karena tanaman menunjukkan
beberapa keuntungan bagi para ahli genetik.

Gambar 2.6 Teknik Rekayasa Genetika Pada Tanaman


Perbandingan gen pada varietas yang dihasilkan dari hibridisasi konvensional
dan transformasi genetik. Teknik konvensional ini memiliki keuntungan dan juga
kelemahan. Keuntungan dari teknik konvensional adalah dapat menghasilkan bibit
unggul sedangkan kelemahannya adalah hanya bisa dilakukan pada spesies (jenis)
yang sama
2. Kloning (menumbuhkan tanaman dari sel tunggal)
Pada umumnya sel-sel tanaman berbeda dengan hewan, tetapi satu ciri khas sel
tanaman yang penting untuk bioteknologi adalah beberapa tanaman dapat
melakukan regenerasi dari satu sel. Tumbuhan baru yang terbentuk memiliki tiruan
baru (klon) dari sel induk. Kemampuan alami sel tanaman ini membuatnya
menjadi ideal untuk penelitian genetik. Setelah materi genetik yang baru
dihasilkan di dalam sel tanaman, maka sel tersebut dengan cepat membentuk

17
tanaman dewasa dan para peneliti dapat mengetahui hasil modifikasi genetik pada
waktu yang relatif singkat
3. Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat darimulai
tanaman tingkat rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas
merupakan gabungan protoplas dengan protoplas lain dari beberapa spesies,
kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Hibridisasi
somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk menggabungkan sifat lain dua
spesies atau genus yang tidak dapat digabungkan secara seksual ataupun aseksual.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies
yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies),
atau antargenus dari satu famili (inter-genus).
Adapun contoh-contoh aplikasi bioteknologi modern sat sekarang ini. Beberapa
jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi adalah
sebagai berikut:
1. Padi Golden Rice
Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi
prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah
banyak mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi
pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah
pari jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini
dapat membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian
dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk
penglihatan, respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi,
hingga penting untuk pertumbuhan embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning
menyerupai emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan
metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena
tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.

18
2. Kentang Russet Burbank
Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang.
Baik dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika
untuk meningkatkan sifat- sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat
ini teknik kultur jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan me-
mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang identik dengan
induknya. Contoh varietas kentang baru adalah kentang Russet Burbank yang
memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng
dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit
minyak ketika digoreng..
3. Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman
hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu
jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat
berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi
rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke tempat
yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.
4. Tembakau Rendah Nikotin
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan
karena kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk
mengatasi permasalahan ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas
kandungan nikotin. Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi
resiko serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin, sentuhan
bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya dengan
meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang
telah berhasil adalah mengabungkannya dengan aroma buah lemon.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Biologi terapan adalah penerapan pengetahuan dari beberapa bidang
yang di gunakan untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut kehidupan
kita sehari hari. Ilmu terapan adalah hal yang bermanfaat untuk kesejahteraan.
Biologi terapan adalah Cabang biologi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Penerapan bioteknologi di bidang pertanian menunjang
keberhasilan budidaya pertanian. Dalam penerapan bioteknologi bidang
pertanian dapat ditemukan pada produksi pupuk kompos, kultur jaringan,
pemuliaan varietas unggul, dan insektisida hayati.
B. Saran
Sebagai penyusun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini termasuk jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca sangat diperlukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, etc. 2008. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Kristiyanto, Sidan. 2013. Buku Paten Biologi. Yogyakarta: Laksana.

Nikmah, R. 2017. Bioteknologi. Solo: Azka Pressindo Book Publishing.

21

Anda mungkin juga menyukai