KEHIDUPAN MANUSIA
Disusun oleh :
Oleh karena itu, tidak mungkin menguasai ilmu terapan tanpa menguasai biologi.
Biologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk hidup, dan di dalam biologi
memiliki bidang khusus pendalaman materi, yang merupakan ciri khas dari cabang
biologi itu sendiri.
B. PEMBAHASAN
Biologi, sebagai ilmu alam, diklasifikasikan menurut manfaat langsung dan
tidak langsung. Yang pertama Ilmu Terapan atau Ilmu Umum (Applied Science) dan
yang kedua Ilmu Murni atau Ilmu Dasar. Ilmu murni dipopulerkan sebagai “ilmu
pengetahuan”, sedangkan ilmu terapan dipopulerkan sebagai “ilmu kesejahteraan”
(Dwidjoseputro, 1973).
Pengetahuan biologi digunakan untuk memecahkan berbagai masalah untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia. Berbagai masalah yang berkaitan dengan
sandang, pangan, perumahan, energi, lingkungan, kesehatan bahkan masalah sosial
dapat diselesaikan dengan biologi. Beberapa contoh manfaat yang dibawa oleh biologi
untuk kehidupan meliputi:
A. Penerapan Biologi Dalam Bidang Pertanian
Mengambil contoh biologi pertanian, biologi menjadi dasar ilmu pertanian,
terutama dalam penemuan spesies tumbuhan unggul dan rekayasa genetika hewan dan
tumbuhan. Misalnya, pengetahuan tentang ciri-ciri tanaman berdasarkan analisis sel
(biologi) memungkinkan manusia menerapkan metode budidaya yang tepat dan
mengolah hasil pertanian dengan lebih baik. Melalui rekayasa genetika, teknologi
modifikasi genetik bioteknologi digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman
untuk mendapatkan varietas unggul, hasil tinggi, dan kemampuan tahan hama,
patogen, dan herbisida.
Kemajuan dalam biologi molekuler telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap kemajuan pemuliaan tanaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perbaikan genetik melalui pemuliaan tanaman secara tradisional telah memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam penyediaan pangan dunia. Fiksasi nitrogen oleh
mikroba pada tanaman memungkinkan pembuatan pupuk sendiri, yang bisa sangat
menguntungkan bagi petani. Demikian juga, membiakkan tanaman yang dapat
mentolerir tanah kering. Mikroba hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan hasil
panen dengan cara lain, seperti meningkatkan kapasitas rhizobia dalam mengikat
nitrogen. Rhizobia hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan hasil kedelai hingga
50%. Upaya rekayasa genetika lainnya adalah upaya mengembangkan strain bakteri
penambat nitrogen yang dapat menempel dan bereproduksi pada akar tanaman non-
kacang-kacangan yang sedang tumbuh seperti jagung, sehingga menyapih tanaman
jagung dari ketergantungan pada pupuk amoniak (pupuk buatan).
Hama tanaman merupakan salah satu kendala utama budidaya tanaman. Untuk
mengatasi masalah tersebut, masyarakat menggunakan insektisida. Namun, pestisida
terbukti menimbulkan banyak dampak negatif, antara lain kematian organisme bukan
sasaran, keracunan hewan dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh karena
itu, perlu dicari terobosan untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang lebih aman.
Kita tahu bahwa mikroorganisme di alam ini banyak sekali, dan setiap
mikroorganisme memiliki sifat yang berbeda-beda. Di antara sekian banyak jenis
mikroorganisme, terdapat kelompok mikroorganisme yang bersifat patogen (dapat
menyebabkan penyakit) bagi beberapa hama, tetapi tidak menyebabkan penyakit bagi
organisme lain. Contoh dari mikroorganisme semacam itu adalah bakteri Bacillus
thuringiensis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu
menghasilkan protein yang bersifat racun bagi serangga, khususnya serangga dari
Bacillus thuringiensis. ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif
menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran pencernaan serangga.
Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan sebagai
biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan dapat
mengurangi dampak negatif yang timbul dari pemakaian peptisida kimia. Dengan
berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang lebih efektif lagi
untuk membasmi hama. Peran mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam
teknologi kompos bioaktif dan dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi
tanaman (biofertilizer). Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan
bantuan mikroba lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan
berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos
bioaktif ini menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu mempercepat proses
pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan tetap
hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah,
mikkroba akan berperan untuk mengendalikan organisme.
Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman (biofertilizer),
aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting
bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74%
kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh mikroba
dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman.
Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula yang bersimbiosis. Mikroba
penambat N simbiotik antara lain: Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar
tanaman kacang-kacangan ( leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik
misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya
bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-
simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan dalam penyediaan unsur hara adalah
mikroba pelarut unsur fosfat (P) dan kalium (K). Kandungan P yang cukup tinggi
(jenuh) pada tanah pertanian kita, sedikit sekali yang dapat digunakan oleh tanaman
karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peran mikroba. pelarut P yang
melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak
sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp.
Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi
melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Pada saat ini sudah dikembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap
hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan cara rekayasa genetika. Gen yang
mengkode pembentukan protein toksin yang dimiliki oleh B. thuringiensis dapat
diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel beberapa tanaman budidaya. Dengan cara
ini, diharapkan tanaman tersebut mampu menghasilkan protein yang bersifat toksis
terhadap serangga sehingga pestisida tidak diperlukan lagi. Pembuatan tanaman yang
mampu mengikat nitrogen dari udara bebas dengan menginjeksi bakteri Rhizobium
kedalam tanaman tersebut.
2. Produksi Protein Sel Tunggal (PST) atau Single Cell Protein (SCP) Protein sel
tunggal merupakan bentuk makanan baru yang diperoleh dengan memanfaatkan
biomassa mikroorganisme baik dari bakteri, ragi, jamur, dan alga/ganggang
Beberapa faktor yang mendorong budi daya mikroorganisme penghasil PST antara
lain, yaitu:
1. Laju pertumbuhan sangat cepat dan waktu penggandaan relative
singkat,serta masih mungkin diperpendek untuk menghasilkan massa pangan
yang setara.
2. Dapat menggunakan berbagai macam substrat bergantung dari jenis
mikroba yang digunakan.
3. Dapat dilakukan perencanaan produksi, sebab produksi PST tidak
bergantung perubahan iklim dan musim.
4. Memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada hewan dan tumbuhan.
Tahapan produksi PST antara lain sebagai berikut:
1. Pemilihan dan penyiapan sumber karbon.
2. Penyiapan media yang mengandung nitrogen, fosfor, dan unsure lain
yang penting, sumber karbon,sumber
3. Pencegahan kontaminasi media sterilisasi.
4. Pembiakan mikroba yang diperlukan.
5. Pemisahan biomassa mikroba dari cairan fermentasi.
6. Penanganan lanjut biomassa dengan purifikasi(pemurnian)
D. Penerapan Biologi Dalam Bidang Kehutanan
Hutan merupakan salah satu sumberdaya yang bersifat dapat dipulihkan
(renewable atau funding resource). Oleh karena itu pengelolaannya harus berdasarkan
pada prinsip-prinsip sustainable (sustainable-based principle) dari semua manfaat
yang bisa diperoleh dari hutan sebagai sumberdaya sekaligus sebagai ekosistem.
Berhubung di alam ini antara ekosistem yang satu berinteraksi dengan
ekosistem yang lain, maka konteks pengelolaan hutan harus berdasarkan pada
anggapan bahwa hutan merupakan salah satu bagian integral dari ekosistem yang
lebih besar dimana hutan tersebut berada, yaitu suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai satu kesatuan bentang darat.
Dalam rangka mencapai azas kelestarian (sustainable), laju ekstraksi
sumbedaya hutan tidak boleh melebihi laju daya pemulihan dari ekosistem hutan
tersebut. Dalam konteks penebangan kayu, besar volume kayu yang ditebang tidak
boleh melebihi riap volume tegakan hutan, sedangkan dalam konteks pemanfaatan
secara umum, pemanfaatan hutan sebagai ekosistem tidak boleh melebihi daya
dukung maksimum dari ekosistem tersebut.
Secara ideal, derajat pemanfaatan hutan harus diupayakan pada tingkat daya
dukung optimalnya atau paling tinggi berada pada kisaran nilai antara daya dukung
optimal dengan daya dukung maksimumnya. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan
hutan tidak menimbulkan derajat gangguan lingkungan yang melebihi daya asimilatif
dari ekosistem hutan tersebut. Hutan dapat menghasilkan berbagai macam barang
(kayu dan hasil hutan bukan kayu) dan jasa lingkungan (air, oksigen, keindahan alam,
penyerap berbagai polutan, dan lain-lain), sehingga hutan bersifat multimanfaat.
Pemanfaatan biologi dalam bidang kehutanan, misalnya kita dapat
mempelajari karakteristik tumbuhan, hewan dan lingkungan sekitar hutan serta
meningkatkan daya guna hutan, penelitian di bidang agroforestri, maupun konservasi.
Terjaganya flora dan fauna adalah peranan biologi dalam bidang konservasi,
manfaatnya dapat menjaga, kelestarian sumber daya hayati. Menjaga kelestarian flora
berarti menjaga kelestarian sumber air dimuka bumi ini.
C. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Kita bisa melihat manfaat biologi di bidang pertanian,
seperti pemilihan bibit yang berkualitas untuk jenis tanaman super dan hasil panen yang
melimpah. Pengetahuan hayati manusia juga memungkinkan penerapan cara budidaya
tanaman yang benar dalam hal pengelolaan lahan dan penentuan waktu tanam yang tepat.
Seperti halnya pertanian, di sektor industri penerapan ilmu biologi bisa sangat membantu.
Pesatnya perkembangan zaman berbanding lurus dengan perkembangan industri yang
memenuhi kebutuhan manusia dengan berbagai cara. Salah satu aplikasi ilmu biologi dalam
bidang pengolahan pangan adalah bioteknologi. Bioteknologi dalam produksi pangan
menggunakan mikroorganisme untuk mengubah pangan menjadi bentuk lain melalui proses
fermentasi. Ada juga aplikasi biologi di bidang kehutanan, misalnya kita dapat mempelajari
karakteristik tumbuhan, hewan dan lingkungan hutan, meningkatkan efisiensi hutan,
penelitian di bidang agroforestri dan konservasi.
D.DAFTAR PUSTAKA
Dilla. 2014. makalah biologi. http://rizqiarifani.blogspot.co.id/ 2014/08/makalah-
biologi.html. Diakses pada tanggal 29 September 2016. Sastri, Mirwanto. 2015.
Makalah Biologi Terapan. http://mariberbagi- ilmu2.blogspot.co.id/2015/11/makalah-
biologi- terapan.html._Diakses pada tanggal 29 September 2016. Maskuro, Aini.
2012. Biologi dan Penerapannya dalam Kehidupan
Sehari-hari. https://
aimarusciencemania.wordpress.com/2012/04/22/biologi-dan-penerapannya- dalam-
kehidupan-sehari-hari/ Diakses pada tanggal 29 September 2016. Dudung. 2015.
Makalah Bioteknologi, Belajar Biologi. http://asetbimantara.
blogspot.co.id/2014/12/makalah-bioteknologi_14.html Diakses pada tanggal 29
September 2016.
Rahmawaty. 2004. Hutan Fungsi dan Peranannya Bagi Masyarakat.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1028/1/hutan-rahmawaty6.pdf
diakses 27 Februari 2015
Sumarjito, Biologi, Strategi Tembus SMU Favorit dan Sukses UAN SLTP/MTS,
Primagama/Penerbit Andi, 2003, Yogyakarta