Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

EKOLOGI SERANGGA
“Perangkap Yellow Trap”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II

MUH FAHRI FIQHI AYU VISTAMIKA


MASITA HURAL AENI
NURUL AINI ARIP INDRAWAN
MILDAYANTI RAHMADINA (326)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Perangkap
Yellow Trap” dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Serangga.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dosen yang mengampuh mata kuliah ekologi serangga.
Orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral
maupun material.
Teman-teman yang telah banyak membantu penyusunan makalah ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi kelengkapan materi maupun dari segi penulisan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran maupun kritikan yang
bersifat membangun dari para pembaca.

Majene, 13 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .............. .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan............ .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Serangga ............................................................................. 3
B. Yellow Trap…. ............................................................................... 4
C. Kelebihan dan Kekurangan Yellow Trap ........................................ 5
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan ................................................................................. 7
B. Prosedur Kerja ................................................................................. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan ………………………………………………….. 8
B. Pembahasan ………………………………………………………... 9
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 13
B. Saran ……………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA……. ................................................................ ….. 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perangkap merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk
menangkap serangga yang di dalamnya terdapat umpan yang digunakan untuk
menarik hama tersebut masuk dalam perangkap. Pengendalian hama dengan
menerapkan pengendalian secara ramah lingkungan dapat dilakukan dengan
cara fisik mupun mekanik, salah satu cara fisik dalam pengendalian hama yang
ramah lingkungan adalah dengan menggunakan perangkap warna, sehingga
serangga tersebut dapat tertarik dengan warna yang disukai oleh serangga-
serangga biasanya yang berwarna kontras seperti kuning cerah (Pungky dewi
K, 2017).
Serangga yang menyerang tanaman (hama) memang sangat mengganggu
komoditas tanaman yang kita tanam baik itu skala pehobi ataupun komersial.
Banyak cara memang mengatasi hal ini, mayoritas petani masih menggunakan
cara – cara yang kurang bersahabat seperti membasminya dengan insektisida
dengan dosis yang luar biasa melebihi batas, alih – alih untuk membasmi hama,
namun pada saatnya nanti hama akan datang dengan kekebalan yang lebih
tahan dari sebelumnya (Anonim, 2017).
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan memanfaatkam
perangkap kuning (yellow trap). Konsep yang mendasari pengendalian dengan
perangkap kuning yaitu dengan memanfaatkan sifat motorik dari serangga
yang dimana saraf motorik serangga akan peka terhadap rangsangan warna dan
ketinggian untuk mengidentifikasi suatu tanaman. Kebanyakan serangga akan
dapat mendekteksi benda berwarna kuning lalu hijau biru dan sinar UV.
Perangkap kuning dapat menjadi solusi bagi petani untuk melakukan
pengendalian hama, karena perangkap kuning dapat menghemat biaya
pengendalian karena pada saat ini harga insektisida untuk pengendalian hama
pada tanaman kedelai cukup mahal (Nela oktha, 2017).
Pengaplikasian yellow trap mendapatkan antusias yang tinggi dari
pemerintahan desa terutama ketua RW dan masyarakat setempat. Adapun
proses pembuatannya yaitu dengan memanfaatkan akua botol yang sudah tidak
digunakan yang telah didesain dengan menggunakan kertas asturo kuning
untuk menarik perhatian hama serta lem tikus untuk menjerat hama yang
menempel pada botol. Yellow trap diaplikasikan di area persawahan yang
disimpan pada setiap sudut pesawahan. Selain itu, yellow trap dapat
diaplikasikan selama 1-2 hari untuk kemudian dapat dilihat hasil hama yang
terjerat (Anonim, 2017).
B. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu membuat dan mengaplikasin perangkap hawa berupa
perangkap berwarna kuning (Yellow Trap)
2. Melatih mahasiswa mampu merakit perangkap hama, pengaplikasian serta
dapat menganalisis atau mengamati jenis hama yang terperangkap.
C. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin/
Pukul : 10:00 Wita Sampai Selesai
Tempat : SMAN 3 MAJENE
- Titik 1 : Lapangan Basket
- Titik 2 : Samping Lab. Biologi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat


keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh
keragaman jenis cukup diperlukan kemampuan membedakan jenis meskipun
tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Krebs, 1978).
Keanekaragaman famili suatu ekosistem serangga dapat diambil untuk
menandai jumlah famili serangga dalam suatu daerah tertentu atau sebagian
jumlah famili diantara jumlah total individu yang ada diseluruh famili yang ada
(Michael, 1995).
Kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh
keanekaragaman dan kelimpahan pakan maupun sumber daya lain yang tersedia
pada habitat tersebut (Noviar, 2007).
Serangga merupakan salah satu golongan makhluk hidup yang
mendominasi di muka bumi yang berjumlah sekitar 85 % melebihi semua hewan
daratan lainnya praktis tersebar dimana-mana. Serangga dapat berperan sebagai
pemakan tumbuhan (hama), musuh alami, pemakan bangkai, polinator, eksporasit
dan vektor penyakit. Sebagian besar 50 % serangga adalah pemakan tumbuhan
(herbivora) atau fitophagus, dimana serangga tersebut memiliki inang yang
spesifik atau tidak spesifik.
Perangkap kuning merupakan perangkap yang digunakan di atas
permukaan tanah.berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, jumlah serangga
yang paling banyak tertangkap adalah dengan menggunakan perangkap kuning
(yellow trap). Hal ini disebabkan karena serangga yang ada di areal pertanaman
adalah serangga yang aktif dari pagi hingga sore hari, sedangkan pada perangkap
jatuh yang dilakukan hanya sedikit jumlah serangga yang dapat tertangkap. Faktor
lain yang mempengaruhi diduga adalah warna perangkap yang digunakan
(Aryoudi dkk., 2015).
Perangkap serangga memiliki bermacam-macam warna yang masing-
masing memiliki keefektifan tersendiri dalam menangkap serangga sasaran.
Thongjua et al, (2015) mengatakan bahwa desain eksperimen menggunakan
RCBD dengan 7 metode (trap warna) adalah: 1) kuning 2) ungu 3) putih 4) hijau
5) hitam. 6) biru dan 7) oranye. Untuk menentukan dan menghitung jumlah thrips
dan serangga lainnya dari perangkap warna setiap 2 minggu (14 hari) sebanyak 4
kali. Umumnya serangga tertarik pada warna hijau, kuning, dan merah. Warna
tersebut menyerupai bagian-bagian tanaman sehingga serangga dengan sangat
mudah mendekati perangkap (Pungky dewi K, 2017).
Serangga dapat membedakan warna – warna dikarenakan terdapatnya
perbedaan sel – sel retina pada mata serangga.Panjang gelombang yang dapat
diterima ooleh serangga berkisar 2540 – 6000 A. Sebenarnya warna kuning
menarik perhatian serangga karena warna tersebut memberikan stimulus makanan
yang disukai serangga. Serangga akan mengira bahwa warna tersebut adalah suatu
daun atau buah yang sehat (Mas’ud., 2011). Pengujian dapat dilakukan dengan
menggunakan sticky trap.Bentuk sticky trap silinder atau segi empat. Warna yang
digunakan sesuai dengan warna yang akan diamati yaitu warna kuning, merah,
hijau. Hal tersebut dilakukan untuk memantayu populasi hama yang tertangkap
(Idris et al., 2012). Pengaruh tinggi pemasangan perangkap berpengaruh nyata
terhadap efisiensi penangkapan hama, yakni semakin menjauhi kanopi tanaman
semakin sedikit jumlah hama yang terperangkap. Perangkap yang paling efisien
menangkap hama adalah yang dipasang di sekitar kanopi tanaman. Memberi
indikasi bahwa aktivitas terbang hanya terjadi di sekitar tinggi tanaman, ukuran
tubuh lalat yang relatif kecil (Sinubulan dkk., 2013).
Spesies serangga menunjukkan daya tarik yang kuat terhadap warna
tertentu sehingga memungkinkan penggunaan perangkap sebagai monitoring
populasi hama. Pada hasil penelitian, diketahui bahwa serangga yang dipantau
pada lingkungan pertanian banyak ditemukan pada perangkap kuning.Perangkap
warna yang lengket (dengan penambahan lem) sering digunakan dalam bidang
pertanian.Diantara beberapa warna yang digunakan sebagai perangkap, pada
perangkap warna kuning ditemukan banyak serangga yang lengket/ melekat. Oleh
karena itu perangkap warna kuning lebih disarankan untuk pemantauan populasi
hama (Saeed et al, 2013).
Perangkap kuning cenderung lebih menarik bagi serangga karena warna
kuning membuat kontras antara trap dan latar belakang bidang. Pigmen kuning
memiliki respon positif diduga karena serangga tergolong aktif mencari meskipun
terdapat beberapa variasi berbeda (Idris et al, 2012).Perangkap kuning mampu
menangkap serangga hama lebih banyak dibandingkan perangkap yang lain. Hal
ini dikarenakan warna dan kekontrasan warna digunakan oleh serangga untuk
membedakan antara tanaman inang dengan lingkungan sekitar.Hama merusak
dapat melihat spektrum warna berbeda seperti warna kuning.Umumnya serangga
hanya mempunyai dua tipe pigmen penglihatan yaitu pigmen yang dapat
menangkap warna hijau dan kuning terang serta pigmen yang dapat menangkap
warna biru dan ultra violet (Goncalves and Oliveira, 2013).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Perangkap berwarna kuning (Yellow Trap)
2. Double Tip
B. Prosedur Kerja
1. Membentuk kelompok yang terdiri dari 6-10 orang
2. Mengambil perangkap kuning (Yellow Trap) dari dosen untuk setiap
kelompok
3. Memasang perangkap kuning tersebut pada 2 titik yang berbeda dengan
cara menempelkannya pada dinding
4. Membiarkan perangkap tersebut selama 24 jam, kemudian mengamati
jenis serangga yang tertangkap dan jumlah seperti table berikut.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan
NO Nama Trap Trap Jumlah Pi LnPi H C e DMN
1 2
1. Semut 2 1 3 0 0 0 0 0 0
rang-rang
2. Semut 2 1 3 0 0 0 0 0 0
hitam
3. Kumbang 2 0 2 0 0 0 0 0 0
Karpet
4. Serangga 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
5. Serangga 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0
6. Serangga 3 1 0 1 0 0 0 0 0 0
7. Serangga 4 0 1 1 0 0 0 0 0 0
Total 9 3 12 0 0 0 0 0 2,3

B. Pembahasan
Yellow trap atau perangkap kuning merupakan pengendalian serangga atau
hama yang dirancang berdasarkan kecenderungan serangga terhadap suatu warna
tertentu. Perangkap kuning telah dilumuri lem atau vaselin yang memiliki tujuan
untuk mengikat hama. Hama yang dapat diperangkap dengan hama ini antara lain
Aphids, kutu hijau, kutu daun, dan semua golongan serangga yang tertarik dengan
gelombang yang dipancarkan benda yang berwarna kuning. kemungkinan warna
kuning pada plastik dipilih karena lebih kontras dan mengkilap, sehingga hama
lebih tertarik dibandingkan jenis perangkap lainnya. Plastik kuning juga lebih
tahan terhadap hujan dan cahaya matahari, sehingga mengakibatkan lebih melekat
lebih awet atau lebih lama.
1. Semut rang-rang
Semut rangrang merupakan hewan sosial, selalu ditemukan dalam
kelompok besar atau koloni.Dalam setiap koloni bisa terdapat hingga
setengah juta ekor semut.Satu koloni semut terdiri dari beberapa
sarang.Setiap sarang dihuni oleh sekitar 4.000-5.000 ekor semut, tergantung
ukurannya.
Semut rangrang membangun sarangnya dari daun-daunan yang dianyam
sedemikian rupa.Oleh karena itu disebut juga sebagai semut
penganyam.Pohon yang disukai semut rangrang memiliki daun yang lentur
dan lebar, atau daun yang kecil-kecil namun rimbun. Dalam ekosistem, koloni
semut rangrang berperan sebagai predator hama. Di beberapa tempat seperti
kebun jeruk dan kebun buah-buahan lain keberadaan semut jenis ini justru
dipelihara untuk mengendalikan hama.
2. Semut hitam
Semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith merupakan spesies semut
yang daerah penyebarannya tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di
daerah dengan ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas permukaan
laut.Semut hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk, kakao, kopi, dan
mangga (Kalshoven, 1981).Sarang semut hitam biasanya berada di atas
permukaan tanah (tumpukan seresah daun kering) dan juga pelepah daun
kelapa (jika kakao ditanam bersama dengan kelapa) atau di tempat-tempat
lain yang kering dan gelap serta tidak jauh dari sumber makanan (Way and
Khoo, 1992).
Semut hitam D. thoracicus biasanya keluar dari sarangnya pada waktu pagi
dan sore hari ketika suhu tidak terlalu panas. Semut akan menuju pucuk-
pucuk tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari sambil menjalankan
aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari ketika suhu udara panas, semut akan
bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung dari sengatan sinar
matahari secara langsung, seperti di dalam sarang, di balik dedaunan, di
tanah, dan lain-lain (Elzinga, 1978 dalam Rahmawadi, 1997).
3. Kumbang karpet
Kumbang karpet ini Terdiri dari ukuran, warna yang berbeda tetapi
umumnya mereka menyerupai kumbang dan warnanya beragam dari hitam ke
coklat bahkan putih dan kuning.Panjang dewasanya mencapai 2-3 mm.
dewasa bukan hama di rumah Anda karena mereka cenderung hidup di luar
memakan nectar dan pollen. Tetapi, menjelang akhir musim panas, mereka
sangat mungkin memasuki rumah Anda dan bertelur mencapai 40 telur di
karpet atau korden rumah Anda.Telurnya menjadi larva dalam waktu 2 atau 3
minggu dan larvanya (disebut juga Wooly Bears) ini yang merusak karena
makanananya adalah serat alami seperti karpet, pakaian dan benda-benda
lembut.
Berdasarkan hasil praktikum penggunaan yellow trap pada 2 titik terdapat
beberapa spesies yang terperangkap pada trap. Titik 1 terdapat 7 spesies dan 4
spesies yang tidak diketahui namanya, adapun jumlah individu tiap spesies
yaitu: 2 ekor semut rang-rang, 2 ekor semut hitam, 2 ekor kumbang karpet.
Titik 2 terdapat pula 7 spesies danada 4 spesies yang tidak diketahui
namanya, adapun jumlah individu yang tiap spesies yaitu: 1 ekor Semut rang-
rang, 1 ekor Semut hitam, 0 Kumbang karpet, 0 serangga 1, 0 serangga 2, 0
serangga 3, dan 1 ekor serangga 4.
1) Indeks dominani
Berdasarkan data yang diperoleh dari didapatkan hasil datanya 0,
yang menunjukkan bahwa indeks dominansinya rendah sesuai dengan
indikatornya bahwa C<1.
2) Indeks Keanekaragaman
Pada indeks ini menunjukkan hasil datanya 0, dari hasil indeks
rendah sesuai dengan indikatornya bahwa H’<1.3
3) Indeks kemerataan
Pada indeks ini menunjukkan hasil datanya 0 dari hasil indeks
kemerataan rendah sesuai dengan indicator bahwa e<1
4) Indeks kekayaan
Pada indeks ini menunjukkan hasil datanya 0 yang membuktikan
bahwa indeks kekayaan tinggi sesuai indicator pada indeks ini yang
menyatakan bahwa DMN>1
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perangkap kuning atau yellow trap adalah salah satu pengendalian
mekanis yang digunakan untuk perangkap yang prinsipnya untuk menjebak
hama menggunakan pemikat tertentu dengan menggunakan perangkap warna
kuning dengan menggunakan double tip agar serangga tersebut dapat
menempel pada perangkap tersebut. Perangkap ini baik diaplikasin untuk
mengendalikan hama lalat buah.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perangkap kuning atau yellow
trappopulasi hama diarea lahan, ketinggian tempat pemasangan, kondisi lem
yang digunakan serta kondisi iklim diarea sekitar.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan berhasil karena sebagian besar telah terlihat adanya serangga
yang terperangkap meskipun jenis dan jumlahnya hanya sedikit.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar tidak hanya membaca akan tetapi harus
memperhatikan apa-apa saja isi dari laporan ini agar dapat lebih mengetahui
lebih jelas mengenai cara pengaplikasian, kelbihan dan kelemahan dari
perangkap yellow trap ini agar lebih menguasai tehnik dengan menggunakan
perangkap ini sehingga ilmu yang didaptkan juga kan bermanaat.
DAFTAR PUSTAKA

Aryoudi, A., M. I. Pinem dan Marheni. 2015. Interaksi Tropik Jenis Serangga di
atas Permukaan Tanah (Yellow Trap) dan pada Permukaan Tanah (Pitfall
Trap) pada Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.) di
Lapangan.Agroekoteknologi, 3(4): 1250-1258.
Anonim, 2014. Penjelasan tentang semut hitam (online) (https://biologi-
indonesia.blogspot.com) diakses pada hari Senin, 02 Desember 2019
Pukul 13:53 Wita
Anonim, 2017. Penggunaan perangkap sederhana yellow Trap
(online)(https://desahegarsarikknsisdamas2017.wordpress.com) diakses
pada hari Senin, 02 Desember 2019 Pukul 13:57 Wita
Nela oktha, 2017. Yellow Trap (online) (http://nelaoktha.blogspot.com) diakses
pada hari Senin, 02 Desember 2019 Pukul 14:07 Wita
Pungky dewi kumbarawati, 2017. Laporan praktikum tipp (online)
(http://pungkydewikumbarawati.blogspot.com) diakses pada hari Senin,
02 Desember 2019 Pukul 14:03 Wita
Penjesan mengenai semut rangrang (online) (https://alamtani.com) diakses pada
hari Senin, 02 Desember 2019 Pukul 14:05 Wita

Anda mungkin juga menyukai