PERCOBAAN I
PENGARUH PERBEDAAN TEMPAT TUMBUH TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN
OLEH :
A. Latar Belakang
budidayakan pada suatu ruang, untuk dipanen pada masa ketika telah
manusia, hewan, dan tumbuhan yang hidup memiliki kehidupan yang baik
pula. Untuk itu, lingkungan akan menjadi lebih baik jika dilestarikan oleh
penyakit, dan manusia), dan abiotik (tanah dan iklim). Faktor internal yaitu
yaitu faktor genetik (hereditas), enzim dan zat pengatur tumbuh (hormon).
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor dari luar
tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Praktikum
tanaman.
D. Manfaat Praktikum
berikut:
tanaman.
berkembang membentuk bunga dan buah atau biji sebagai alat perkembang
biakannya.
B. Pertumbuhan jagung
disebabkan oleh kebutuhan jagung dalam negara yang bertambah 3,77% tiap
tahun. Lutein dan zeaxanthin adalah karotenoid paling berlimpah yang
(retina, segmen, luar batang, dan lensa). Potensi ekstra jagung sebagai
kacang hijau mencapai 24% dan pada kacang hijau mentah memiliki daya
cerna sekitar 77% serta banyak dimanfaatkan menjadi bahan baku pangan,
mencapai 62% sehingga ini menjadi kendala dalam pemanfaatan kacang hijau
konsentrasi tinggi, dibuat protein dalam bentuk konsentrat atau isolat. Isolasi
protein pada prinsipnya didasarkan atas dua proses utama yaitu ekstraksi dan
koagulasi (penggumpalan).
tempat menghasilkan iklim yang berbeda baik secara biotik maupun abiotik.
volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) dapat diukur serta dapat
maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari tubuh
tumbuhan itu sendiri, seperti faktor genetika dan hormon. Sedangkan faktor
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2022, pukul 07.30
Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.1.
sebagai berikut:
C. Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.2.
sebagai berikut:
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini sebagai berikut:
A. Hasil Pengamatan
2. Gonad
Jantan Betina Jantan Betina
1
1. Testis
2
1 2. Ovarium
1
Jantan Jantan Jantan Betina
1. Testis
2 2
2. Ovarium
1 1
Hewan dapat dapat bereproduksi dengan dua cara yaitu seksual dan
sistem reproduksi jantan maupun betina dalam waktu yang sama atau biasa
jenis hewan yang memiliki kelamin ganda (hermaprodit) dikenal juga dengan
proses inversi seks. Inversi seks merupakan spesies stimulan yang dapat
kelamin ganda dapat ditemukan pada ikan yang disebabkan karena kondisi
lingkungan yang berbeda seperti letak atau keberadaan habitat dari suatu
spesies.
Prosedur kerja pada praktikum ini dimulai dengan menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Hewan uji kemudian dibius dengan
chloroform digunakan untuk membius atau mematikan hewan uji yang akan
uji, menunjukkan bahwa katak (Anura sp.), merpati (Columbidae sp.) dan
mencit (Mus musculus) memiliki organ reproduksi yaitu testis pada jantan
dan ovarium pada betina. Ikan lele (Clarias sp.) memiliki organ reproduksi
yaitu saluran urogenital pada jantan dan gonad pada betina. Menurut Sucipto
Katak (Anura sp.) terdiri atas dua jenis kelamin yaitu jantan untuk
menghasilkan sel telur. Sistem reproduksi pada katak terdiri atas organ
Katak jantan memiliki dua testis kecil berbentuk seperti kacang yang melekat
kulit yang lebih kasar dan lebih gelap dibandingkan dengan katak betina.
sepasang testis yang berbentuk oval dan terletak pada bagian sentral lobus
penis pada jantan. Betina menghasilkan ovarium yang terletak pada bagian
dorsal rongga abdomen. Ovarium dapat berkembang hanya pada bagian kiri
dan tidak tumbuh sempurna pada bagian kanan dengan bentuk yang kecil
daerah ujung oviduk dan ditandai dengan masuknya sel sperma ke dalam
oviduk. Ovum yang telah dibuahi kemudian bergerak mendekati kloaka dan
jantan memiliki sepasang testis berbentuk bulat telur. Testis berkembang pada
ujung dorsal rongga peritoneum dan terletak pada skrotum. Mencit betina
terdiri dari vulva dan klitoris yang tersusun atas sepasang ovarium dalam
rongga pelvis yang berisi sel-sel telur mencit. Menurut Samsinar (2018),
limpa pada mencit jantan 50% lebih besar daripada mencit betina. Mencit
reproduksi pada ikan lele dapat menghasilkan sel kelamin yaitu gonad.
Menurut Sudrajat & Rasid (2020), ciri-ciri gonad matang pada ikan lele
jantan diantaranya warna tubuh yang relatif lebih gelap, gerakannya lincah,
perut ramping dan tidak terlihat lebih besar daripada punggung, alat kelamin
berbentuk runcing dan berwarna merah merata. Ikan lele betina memiliki
warna relatif lebih cerah, tulang kepala berbentuk cembung, gerakan lambat,
perut mengembang dan lebih besar daripada punggung serta alat kelamin
berbentuk bulat.
dipengaruhi oleh jenis, ras serta tempat hidup yang dapat menyebabkan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Prosedur kerja dalam praktikum ini dimulai dengan penyiapan alat dan bahan,
vagina dan vulva. Katak (Anura sp.), merpati (Columbidae sp.) dan mencit
(Mus musculus) memiliki organ reproduksi yaitu testis pada jantan dan
ovarium pada betina, sedangkan ikan lele (Clarias sp.) memiliki organ
reproduksi yaitu saluran urogenital pada jantan dan gonad pada betina.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adha, G. I. (2020). Korelasi Antara Minat Belajar dan Hasil Belajar Peserta Didik
pada Konsep Sistem Reproduksi pada Manusia (Studi Korelasi di Kelas
XI MIPA SMA Negeri 8 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2019/2020).
Skripsi, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
Auliani, A. (2018). Analisis Miskonsepsi Gambar Struktur Tubuh Vertebrata pada
Mahasiswa Program Studi Tadris Biologi IAIN Palangkaraya. Skripsi,
IAIN Palangka Raya, Palangka Raya.
Ayuningtiyas, C. (2021). Modul Sistem Reproduksi Manusia dan Hewan. Skripsi,
UIN Raden Intan Lampung, Lampung.
Fitria, L. A., Mulyati, T. C., & Budi, A. S. (2015). Profil Reproduksi Jantan Tikus
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Galur Wistar Stadia Muda,
Pradewasa dan Dewasa. Jurnal Biol Papua, 7(1), 29-36.
Hayati, A. (2020). Biologi Reproduksi Ikan. Airlangga University Press,
Surabaya.
Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Primadevi, I. (2021). Kesehatan Reproduksi
Wanita di Sepanjang Daur Kehidupan. Syiah Kuala University Press,
Banda Aceh.
Moreira., Mello., Araújo., & Honji. (2019). Sex Inversion in Hermaphrodite
Teleosts. Journal of Fish Fish, 9(1), 1-43.
Primahatmaja, B., Sardjono, T. W., & Lestari, N. (2016). Perubahan Kecepatan
Pertumbuhan Larva Lalat Chrysomya sp. pada Bangkai Tikus yang
Mengandung Berbagai Kadar Morfin. Jurnal Majalah Kesehatan
FKUB, 1(4), 190-199.
Samsinar, S. (2018). Pengaruh Pemberian Tuak terhadap Morfologi Fetus Mencit
(Mus musculus) ICR. Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Makassar.
Sucipto, Wa, Jailani, S., & Safita, R. (2018). Pengembangan Album Koleksi
Hewan Vertebrata Berdasarkan Konsep Materi Klasifikasi Makhluk
Hidup sebagai Media Pembelajaran Siswa Sekolah Menengah 1.
Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Jambi.
Sudrajat, A. O., & Rasid, H. (2020). Induksi Pematangan Gonad Ikan Lele
(Clarias sp.) Menggunakan Oodev dan Kunyit (Curcuma longa)
melalui Pakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Jurnal Pusat
Inovasi Masyarakat (PIM), 2(1), 90-96.
Susetyarini, E., Wahyono, P., Latifa, R., & Nurrohman, E. (2019). Gambaran
Organ Reproduksi Jantan dan Spermatozoa Kelinci New Zealand dan
Kelinci Lokal. Journal Biology Education, 16(1), 151-157.
Ulfa, S. R., & Amaris, B. N. S. (2022). Pengaruh Pemberian Rebusan Batang
Bajakah (Spathholobus littoralis Hassk) dengan Paparan Asap Rokok
terhadap Morfometri Ovarium Mencit (Mus musculus). Nusantara
Hasana Journal, 1(9), 65-69.