Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

PERCOBAAN I
PENGARUH PERBEDAAN TEMPAT TUMBUH TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN

OLEH :

NAMA : AJENG NING SAGITA


STAMBUK : F1D223031
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman merupakan beberapa jenis organisme yang sengaja ditanam, di

budidayakan pada suatu ruang, untuk dipanen pada masa ketika telah

mencapai tahap pertumbuhan tertentu. Tanaman mempunyai peranan penting

dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat yang tinggal dipulau terluar

yang umumnya hidupnya tergantung dengan keadaan tanah yang ada

disekitarnya, sehingga tanaman ini dijadikan sebagai bahan pangan dalam

kelangsungan hidupnya terlebih tanaman buah-buahan yang memiliki

berbagai manfaat dalam kebutuhan sehari-hari.

lingkungan merupakan bagian dari sumber daya alam yang terpenting

dari sebuah kehidupan. Manusia memanfaatkan lingkungan tersebut sebagai

tempat mereka tinggal dan keberlangsungan hidup. Adanya lingkungan hidup

mampu menopang segala kebutuhan manusia dalam mempertahankan

kehidupan. Adanya lingkungan yang baik, menjadikan kehidupan bagi

manusia, hewan, dan tumbuhan yang hidup memiliki kehidupan yang baik

pula. Untuk itu, lingkungan akan menjadi lebih baik jika dilestarikan oleh

manusia, yang merupakan makhluk hidup dengan kata tertinggi, sebagai

bentuk tanggung jawab dalam mempertahankan roda kehidupan.


Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman dapat dibagi atas

dua faktor yaitu lingkungan dan genetik. Lingkungan tumbuh tanaman

sendiri dapat dikelompokkan atas lingkungan biotik (tumbuhan lain, hama,

penyakit, dan manusia), dan abiotik (tanah dan iklim). Faktor internal yaitu

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari dalam tumbuhan

yaitu faktor genetik (hereditas), enzim dan zat pengatur tumbuh (hormon).

Selain faktor eksternal, pertumbuhan dan perkembangan tanaman

dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor dari luar

tumbuhan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. bagaimana pengaruh pertumbuhan tanaman yang disimpan di rumah kaca

dengan tempat terbuka?

2. bagaimana hubungan antara faktor iklim terhadap pertumbuhan tanaman?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini sebagai berikut:

1. untuk mengetahui pertumbuhan tanaman yang disimpan di rumah kaca

dengan tempat terbuka.

2. untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim terhadap pertumbuhan

tanaman.
D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mengetahui pertumbuhan tanaman yang disimpan di rumah kaca

dengan tempat terbuka

2. Dapat mengetahui hubungan antara faktor iklim terhadap pertumbuhan

tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman

Perkembangan adalah proses menuju dewasa. Proses perkembangan

berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda dengan pertumbuhan,

perkembangan merupakan proses yang tidak dapat diukur yaitu bersifat

kualitatif, tidak dapat dinyatakan dengan angka. Pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan dimulai sejak perkembangan biji, kecambah

kemudian berkembang menjadi tumbuhan kecil yang sempurna. Setelah

tumbuh hingga mencapai ukuran dan usia tertentu, tumbuhan akan

berkembang membentuk bunga dan buah atau biji sebagai alat perkembang

biakannya.

B. Pertumbuhan jagung

Jagung ialah salah satu komoditas yang diprogramkan pemerintah

Indonesia buat menggapai swasembada serta sasaran ekspor.perihal tersebut

disebabkan oleh kebutuhan jagung dalam negara yang bertambah 3,77% tiap
tahun. Lutein dan zeaxanthin adalah karotenoid paling berlimpah yang

ditemukan di kernel jagung. Dalam tubuh manusia lutein disimpan di mata

(retina, segmen, luar batang, dan lensa). Potensi ekstra jagung sebagai

pencegahan katakan senilis

C. Pertumbuhan kacang hijau

Kacang hijau adalah salah satu kelompok kacang-kacangan yang

mengandung protein tinggi, tetapi rendah lemaknya. Kandungan protein

kacang hijau mencapai 24% dan pada kacang hijau mentah memiliki daya

cerna sekitar 77% serta banyak dimanfaatkan menjadi bahan baku pangan,

pakan ternak, dan kosmetik. Kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat

yang tinggi. Dalam 100 g kacang hijau kandungan karbohidratnya adalah

mencapai 62% sehingga ini menjadi kendala dalam pemanfaatan kacang hijau

sebagai bahan dasar pembuatan tahu. Untuk memperoleh protein dalam

konsentrasi tinggi, dibuat protein dalam bentuk konsentrat atau isolat. Isolasi

protein pada prinsipnya didasarkan atas dua proses utama yaitu ekstraksi dan

koagulasi (penggumpalan).

C. Pengaruh tempat tumbuh pertumbuhan tanaman

Indonesia sebagai negara tropis memiliki perbedaan kondisi

lingkungan berdasarkan keberadaan tempat tersebut. Perbedaan ketinggian

tempat menghasilkan iklim yang berbeda baik secara biotik maupun abiotik.

Kondisi lingkungan yang dapat diamati dari perbedaan ketinggian tempat

diantaranya adalah suhu, kelembapan, intensitas cahaya, intensitas curah

hujan dan kecepatan angin. Kondisi lingkungan tersebut akan membentuk


suatu sistem yang dapat berpengaruh pada tumbuhan yang tumbuh pada

lingkungan tersebut. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada proses

fisiologis tumbuhan baik berupa metabolisme primer maupun sekunder.

E.faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

Proses pertumbuhan tanaman sangat di pengaruh oleh

lingkungannya. Pertumbuhan tanaman sebagai proses kenaikan massa dan

volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) dapat diukur serta dapat

dinyatakan dengan angka atau bersifat kuantitatif. Pertumbuhan tanaman tidak

terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi, baik yang bersifat internal

maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari tubuh

tumbuhan itu sendiri, seperti faktor genetika dan hormon. Sedangkan faktor

eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan meliputi cahaya, nutrisi, air, kelembapan dan suhu.

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2022, pukul 07.30

WITA - selesai dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Zoologi, Program

Studi Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu Oleo, Kendari.


B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.1.

sebagai berikut:

Tabel 3.1. Bahan dan Kegunaan


No Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Katak (Anura sp.) - Sebagai organisme yang diamati
2. Ikan lele (Clarias sp.) - Sebagai organisme yang diamati
3. Merpati (Columbidae) - Sebagai organisme yang diamati
4. Mencit (Mus musculus) - Sebagai organisme yang diamati
5. Chloroform - Sebagai larutan pembius
6. Handscoon - Sebagai pelindung tangan
7. Tisu - Sebagai pembersih
8. Kapas - Untuk membantu pembiusan
9. Masker - Sebagai pelindung

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.2.

sebagai berikut:

Tabel 3.2. Alat dan Kegunaan


No Nama Alat Jumlah Kegunaan
1 2 3 4
1. Alat bedah (Scalpel, silet dan 1 Untuk membedah organisme
gunting)

Tabel 3.2. Lanjutan


1 2 3 4
2. Pinset 1 Untuk menjepit organisme
3. Jarum Pentul 1 pack Untuk merekatkan organisme uji
4. Lup 1 Untuk memperbesar objek yang diamati
5. Toples 2 Untuk menyimpan organisme uji saat
dibius
6. Styrofoam - Untuk media pembedahan organisme uji
7. Alat tulis - Untuk mencatat hasil pengamatan
8. Kamera - Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan

D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Membius semua hewan uji dengan menggunakan bahan chloroform dalam

toples yang telah disediakan.

3. Mengambil hewan yang sudah terbius dan meletakkan hewan di atas

styrofoam, lakukan pembedahan sampai terlihat isi dalam perutnya dan

pastikan posisi masing-masing organ tidak berubah.

4. Mengamati secara morfologi perbedaan kelamin jantan dengan betina

(warna, bentuk dan ukuran).

5. Mengamati organ reproduksinya dan mencatat perbedaannya (warna,

bentuk dan ukuran).

6. Mengambil gambar hasil pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Organ Reproduksi Hewan Vertebrata


No. Gambar Literatur Keterangan
1 2 3 4
1. Katak (Anura sp.)
1. Testis
2
2 1
2. Ovarium
1

Jantan Betina Jantan


Betina
2. Ikan Lele (Clarias sp.)
1
1 2
1. Saluran
2 urogenital

2. Gonad
Jantan Betina Jantan Betina

3. Merpati (Columbidae sp.)

1
1. Testis
2
1 2. Ovarium
1
Jantan Jantan Jantan Betina

Tabel 4.1. Lanjutan


1 2 3 4
4. Mencit (Mus musculus)

1. Testis
2 2
2. Ovarium
1 1

Jantan Betina Jantan Betina


B. Pembahasan

Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk

menghasilkan keturunan baru yang bertujuan untuk mempertahankan jenis

agar tidak punah. Reproduksi dapat membantu keseimbangan alam dan

menjaga rantai makanan. Sistem reproduksi vertebrata jantan terdiri dari

sepasang testis, saluran reproduksi, kelenjar seks akesoris dan organ

kopulatoris. Reproduksi vertebrata betina terdiri dari ovarium, oviduk, uterus,

vagina dan vulva. Menurut Mayasari (2021), reproduksi merupakan proses

yang terjadi dalam kehidupan suatu individu untuk menghasilkan keturunan.

Hewan dapat dapat bereproduksi dengan dua cara yaitu seksual dan

aseksual. Hewan vertebrata dapat bereproduksi dengan cara aseksual melalui

pembelahan, pertunasan, fragmentasi dan regenerasi. Individu dapat memiliki

sistem reproduksi jantan maupun betina dalam waktu yang sama atau biasa

disebut dengan hermaprodit. Hermaprodit merupakan individu yang dapat

mengubah jenis kelamin selama masa hidupnya. Menurut Moreira (2019),

jenis hewan yang memiliki kelamin ganda (hermaprodit) dikenal juga dengan

proses inversi seks. Inversi seks merupakan spesies stimulan yang dapat

memiliki ovarium dan testis secara bersamaan. Spesies yang memiliki

kelamin ganda dapat ditemukan pada ikan yang disebabkan karena kondisi

lingkungan yang berbeda seperti letak atau keberadaan habitat dari suatu

spesies.
Prosedur kerja pada praktikum ini dimulai dengan menyiapkan alat

dan bahan yang akan digunakan. Hewan uji kemudian dibius dengan

menggunakan chloroform dalam toples. Menurut Primahatmaja (2016),

chloroform digunakan untuk membius atau mematikan hewan uji yang akan

dijadikan sebagai subjek penelitian. Hewan yang telah terbius kemudian

dibedah dengan menggunakan alat bedah secara hati-hati di atas styrofoam.

Proses pembedahan dilakukan hingga organ terlihat sempurna dan posisi

masing-masing organ tidak berubah. Hewan uji diamati secara morfologi,

mencatat perbedaan dan mendokumentasikan hasil pengamatan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada hewan vertebrata sebagai hewan

uji, menunjukkan bahwa katak (Anura sp.), merpati (Columbidae sp.) dan

mencit (Mus musculus) memiliki organ reproduksi yaitu testis pada jantan

dan ovarium pada betina. Ikan lele (Clarias sp.) memiliki organ reproduksi

yaitu saluran urogenital pada jantan dan gonad pada betina. Menurut Sucipto

(2018), hewan vertebrata merupakan jenis hewan bertulang belakang,

susunan saraf berada di rongga tulang belakang dan mempunyai otak di

dalam kranium (tengkorak). Hewan vertebrata terbagi menjadi lima kelas

diantaranya pisces, amphibia, reptilia, aves dan mamalia.

Katak (Anura sp.) terdiri atas dua jenis kelamin yaitu jantan untuk

menghasilkan sperma dan membuahi sel telur serta betina untuk

menghasilkan sel telur. Sistem reproduksi pada katak terdiri atas organ

reproduksi atau gonad untuk menghasilkan sel kelamin dan saluran

reproduksi tempat sel melintas meninggalkan tubuh. Ciri-ciri gonad yang


matang ditunjukkan oleh testis yang mulai memanjang, licin dan halus serta

berwarna putih kemerahan. Menurut Auliani (2018), dua gonad betina

(ovarium) melekat secara dorsal dan ditopang oleh sebuah mesenterium.

Katak jantan memiliki dua testis kecil berbentuk seperti kacang yang melekat

di dekat ginjal oleh mesenterium. Testis memiliki massa tubulus seminiferus

yang bergulung-gulung tempat sperma dihasilkan. Katak jantan memiliki

kulit yang lebih kasar dan lebih gelap dibandingkan dengan katak betina.

Merpati (Columbidae sp.) memiliki organ reproduksi yang terdiri atas

sepasang testis yang berbentuk oval dan terletak pada bagian sentral lobus

penis pada jantan. Betina menghasilkan ovarium yang terletak pada bagian

dorsal rongga abdomen. Ovarium dapat berkembang hanya pada bagian kiri

dan tidak tumbuh sempurna pada bagian kanan dengan bentuk yang kecil

(rudimenter). Menurut Ayuningtiyas (2021), fertilisasi pada burung terjadi di

daerah ujung oviduk dan ditandai dengan masuknya sel sperma ke dalam

oviduk. Ovum yang telah dibuahi kemudian bergerak mendekati kloaka dan

membentuk telur. Pertumbuhan embrio pada burung dipengaruhi oleh suhu

tubuh induk saat proses pengeraman. Suhu berpengaruh terhadap

perkembangan embrio karena semakin tinggi suhu akan memacu

metabolisme embrio dan mempercepat proses inkubasi.

Mencit (Mus musculus) merupakan jenis hewan mamalia yang

memiliki siklus kelamin poliestrus yang berulang sepanjang tahun. Mencit

jantan memiliki sepasang testis berbentuk bulat telur. Testis berkembang pada

ujung dorsal rongga peritoneum dan terletak pada skrotum. Mencit betina
terdiri dari vulva dan klitoris yang tersusun atas sepasang ovarium dalam

rongga pelvis yang berisi sel-sel telur mencit. Menurut Samsinar (2018),

limpa pada mencit jantan 50% lebih besar daripada mencit betina. Mencit

betina memiliki 5 pasang kelenjar ambing, 3 pasang terletak pada bagian

ventral toraks dan 2 pasang lainnya pada bagian inguinal.

Ikan lele (Clarias sp.) dapat bereproduksi pada musim hujan

sedangkan pada musim kemarau tidak dapat melakukan reproduksi. Organ

reproduksi pada ikan lele dapat menghasilkan sel kelamin yaitu gonad.

Menurut Sudrajat & Rasid (2020), ciri-ciri gonad matang pada ikan lele

jantan diantaranya warna tubuh yang relatif lebih gelap, gerakannya lincah,

perut ramping dan tidak terlihat lebih besar daripada punggung, alat kelamin

berbentuk runcing dan berwarna merah merata. Ikan lele betina memiliki

warna relatif lebih cerah, tulang kepala berbentuk cembung, gerakan lambat,

perut mengembang dan lebih besar daripada punggung serta alat kelamin

berbentuk bulat.

Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

reproduksi hewan vertebrata diantaranya lingkungan, genetik dan hormon

tiroksin yang dapat mengendalikan pertumbuhan hewan. Menurut Susetyarini

(2019), organ-organ reproduksi dan sistem reproduksi hewan vertebrata

dipengaruhi oleh jenis, ras serta tempat hidup yang dapat menyebabkan

perbedaan pada organ reproduksinya. Vertebrata umumnya memiliki fungsi

organ-organ reproduksi internal dan eksternal yang sama, namun karena


perbedaan jenis dan ras akan memiliki gambaran organ reproduksi yang

berbeda baik dari segi ukuran maupun bobotnya.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah cara mempelajari, mengenal

dan memberi pengetahuan tentang keragaman sistem organ reproduksi pada


organisme melalui pengenalan organ-organ reproduksi hewan vertebrata.

Prosedur kerja dalam praktikum ini dimulai dengan penyiapan alat dan bahan,

membius hewan uji, membedah, mengamati morfologi dan organ reproduksi

kemudian mendokumentasikannya. Sistem reproduksi jantan terdiri atas

sepasang testis, saluran reproduksi, kelenjar seks akesoris dan organ

kopulatoris. Reproduksi vertebrata betina terdiri dari ovarium, oviduk, uterus,

vagina dan vulva. Katak (Anura sp.), merpati (Columbidae sp.) dan mencit

(Mus musculus) memiliki organ reproduksi yaitu testis pada jantan dan

ovarium pada betina, sedangkan ikan lele (Clarias sp.) memiliki organ

reproduksi yaitu saluran urogenital pada jantan dan gonad pada betina.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah:

1. Saran untuk laboratorium, diharapkan untuk melengkapi fasilitas

laboratorium untuk kelancaran kegiatan praktikum.

2. Saran untuk asisten pembimbing, diharapkan agar memperdalam

penjelasan pada penyusunan laporan berikutnya.

3. Saran untuk teman sesama praktikan, diharapkan agar lebih menjaga

sikap dan semangat dalam melaksanakan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Adha, G. I. (2020). Korelasi Antara Minat Belajar dan Hasil Belajar Peserta Didik
pada Konsep Sistem Reproduksi pada Manusia (Studi Korelasi di Kelas
XI MIPA SMA Negeri 8 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2019/2020).
Skripsi, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
Auliani, A. (2018). Analisis Miskonsepsi Gambar Struktur Tubuh Vertebrata pada
Mahasiswa Program Studi Tadris Biologi IAIN Palangkaraya. Skripsi,
IAIN Palangka Raya, Palangka Raya.
Ayuningtiyas, C. (2021). Modul Sistem Reproduksi Manusia dan Hewan. Skripsi,
UIN Raden Intan Lampung, Lampung.
Fitria, L. A., Mulyati, T. C., & Budi, A. S. (2015). Profil Reproduksi Jantan Tikus
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Galur Wistar Stadia Muda,
Pradewasa dan Dewasa. Jurnal Biol Papua, 7(1), 29-36.
Hayati, A. (2020). Biologi Reproduksi Ikan. Airlangga University Press,
Surabaya.
Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Primadevi, I. (2021). Kesehatan Reproduksi
Wanita di Sepanjang Daur Kehidupan. Syiah Kuala University Press,
Banda Aceh.
Moreira., Mello., Araújo., & Honji. (2019). Sex Inversion in Hermaphrodite
Teleosts. Journal of Fish Fish, 9(1), 1-43.
Primahatmaja, B., Sardjono, T. W., & Lestari, N. (2016). Perubahan Kecepatan
Pertumbuhan Larva Lalat Chrysomya sp. pada Bangkai Tikus yang
Mengandung Berbagai Kadar Morfin. Jurnal Majalah Kesehatan
FKUB, 1(4), 190-199.
Samsinar, S. (2018). Pengaruh Pemberian Tuak terhadap Morfologi Fetus Mencit
(Mus musculus) ICR. Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Makassar.
Sucipto, Wa, Jailani, S., & Safita, R. (2018). Pengembangan Album Koleksi
Hewan Vertebrata Berdasarkan Konsep Materi Klasifikasi Makhluk
Hidup sebagai Media Pembelajaran Siswa Sekolah Menengah 1.
Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Jambi.
Sudrajat, A. O., & Rasid, H. (2020). Induksi Pematangan Gonad Ikan Lele
(Clarias sp.) Menggunakan Oodev dan Kunyit (Curcuma longa)
melalui Pakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Jurnal Pusat
Inovasi Masyarakat (PIM), 2(1), 90-96.
Susetyarini, E., Wahyono, P., Latifa, R., & Nurrohman, E. (2019). Gambaran
Organ Reproduksi Jantan dan Spermatozoa Kelinci New Zealand dan
Kelinci Lokal. Journal Biology Education, 16(1), 151-157.
Ulfa, S. R., & Amaris, B. N. S. (2022). Pengaruh Pemberian Rebusan Batang
Bajakah (Spathholobus littoralis Hassk) dengan Paparan Asap Rokok
terhadap Morfometri Ovarium Mencit (Mus musculus). Nusantara
Hasana Journal, 1(9), 65-69.

Anda mungkin juga menyukai