Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

Nama : Sintiya Anugrah Rante Lembang

Nim : 1814142019

Kelompok : II (Dua)

Kelas : Biologi Sains A

Asisten : Muh. Ikram Hadi Putra

Koordinator Asisten : Suhardi Aldi

Dosen Penanggungjawab : Drs. Adnan, M.S

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Perkembangan Hewan dengan Judul


“Metamorfosis” disusun oleh:
nama : Sintiya Anugrah Rante Lembang
NIM : 1814142019
kelas : Biologi Sains A
kelompok : II (Dua)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten dan koordinator asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar, November 2019


Koordinator Asisten Asisten

Suhardi Aldi Muh. Ikram Hadi Putra


NIM. 1614042011 NIM. 1314440011

Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab

Dr. Adnan, M.S


NIP. 19650201 198803 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orang yang pertama yang menggunakan lalat buah sebagai objek
penelitian genetika adalah Thomas Hunt Margon (1990) yang berhasil
menemukan penemuan patuan seks. Spesies lalat buah, Drosophila
melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya yang
merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah
serangga yang mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat
dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangbiakkan
setiap dua minggu.
Lalat buah merupakan objek yang sering digunakan dalam penelitian ilmu
biologi lainnya karena mudah dikembangbiakkan dan juga mudah didapatkan
di alam bebas. Lalat buah biasanya ditemukan pada buah-buahan yang sudah
busuk. Hal ini dikarenakan makanan lalat buah adalah jamur yang tumbuh pada
buah. Biasanya untuk melakukan pengamatan tentang lalat buah dibuat sebuah
medium sebagai tempat pemeliharaan lalat buah tersebut yang dapat
memudahkan melakukan pengamatan tentang lalat buah khususnya mengenai
siklus hidup lalat buah.
Dari sekian banyak hewan yang ada di dunia ini, ada beberapa hewan yang
hidupnya harus melewati beberapa tahapan sebelum menjadi dewasa. Tahapan
tersebut bias dilihat dari perubahan struktur morfologinya. Tahapan-tahapan
yang dimaksudkan ini disebut juga “metamorfosis”. Sehingga metamorphosis
dapat diartikan sebagai tahapan-tahapan perkembangan makhluk hidup tertentu
dari awal penetasan oleh induknya hingga mencapai tahap kedewasaan. Hewan
yang mengalami metamorfosis cukup banyak, Di antaranya adalah katak,
kupu-kupu dan serangga-serangga tertentu lainnya.
Tahap metamorfosis masih belum dapat dipahami secara jelas, maka
dalam hal ini dibutuhkan suatu kegiatan untuk lebih mendalami lagi bagaimana
sebenarnya tahap-tahap metamorfosis. Metamorfosis terbagi atas dua, yaitu
metamorfosis sempurna dan tidak sempurna. Ada beberapa hewan yang
mengalami metamorfosis, misalnya lalat buah. Untuk mendalami tahap
metamorfosis yang terjadi pada lalat buah, maka kami melakukan praktikum
mengenai metamorfosis.

B. Tujuan Praktikum
Untuk mengamati dan mengetahui tahap-tahap metamorfosis

C. Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap metamorfosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lalat buah memiliki arti penting dalam budi daya tanaman buah-buahan dan
sayuran. Keberadaan lalat buah pada tanaman buah-buahan dan sayuran
merupakan kendala agribisnis yang dihadapi oleh petani. Kerusakan yang muncul
dapat berupa kerusakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu faktor
yang mempengaruhi keberadaan lalat buah di Indonesia adalah keberadaan inang
yang berperan sebagai sumber makanan (Larasati dkk, 2013).
Hama lalat buah, khususnya dari jenis Bactrocera spp, adalah hama yang
sangat merugikan. Kerugian yang diakibatkannya diperkirakan mencapai Rp 22
milyar per tahun. Serangan lalat buah mengakibatkan menurunnya ku-antitas dan
kualitas produk hortikultura, khususnya buah-buahan dan mengakibatan ekspor
buah-buahan ditolak. Hama ini telah terse-bar hampir di semua kawasan Asia-Pa-
sifik dengan lebih dari 26 jenis inang, antara lain belimbing, jambu biji, tomat,
cabai merah, melon, apel, nangka ku-ning, mangga, jambu air dan lainnya
(Kardinan, 2007).
Telah diteliti perubahan morfologis dan histologis yang terjadi pada alat
reproduksi jantan (testis) lalat mandul sebagai akibat iradiasi gamma. Kepompong
umur 9 hari diradiasi dengan sinar gamma 90 Gy dan lalat jantan umur 7 hari dan
14 hari yang muncul dari kepompong dibedah, untuk diisolasi testisnya. Testis
dari lalat iradiasi dan lalat normal kemudian diamati morfologinya, dan diukur
panjang dan lebarnya di bawah mikroskup, masing-masing dengan 10 kali
ulangan. Irisan testis kedua umur lalat tersebut diamati struktur histologinya
dibawah mikroskup perbesaran 400 x (Kuswadi, 2011).
Lalat buah berasal dari daerah tropis Asia dan Afrika serta subtropis
Australia dan Pasifik Selatan. Selanjutnya hama ini menyebar ke India, Pakistan
dan Asia Tenggara. Lalat buah masuk ke Indonesia sejak tahun 1920 dan
dilaporkan telah menyerang lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura. Pada
saat ini, hama lalat buah telah menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia
yaitu Sumatera, Jawa, Madura dan kepulauan Riau. Di Indonesia pada saat ini
telah dilaporkan ada 66 spesies lalat buah. Diantaranya species itu, yang dikenal
sangat merusak yaitu Bactrocera spp. Pada iklim yang sejuk, kelembaban yang
tinggi dan angin yang tidak terlalu kencang intensitas serangan dan populasi lalat
buah akan. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap sebaran dan perkembangan
hama (Herlinda dkk, 2007).
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan
yang melibatkan perubahan penampilan dan atau struktur setelah kelahiran atau
penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel
atau proses yang terlihat dalam organisme multisel yang secara radikal berbeda.
Metamorfosis kupu-kupu sempurna yaitu metamorfosis yang mempunyai empat
tahap pertumbuhan. Tahapan tersebut yaitu, telur, larva, pupa dan imago
(Wahyudi dkk, 2018).
Lalat buah tidak hanya ditemukan pada tipe habitat yang beragam, tetapi juga
ditemukan pada area dengan ketinggian yang berbeda. Berdasarkan hasil
pengambilan sampel yang dilakukan di tiga kelompok wilayah dengan ketinggian
yang berbeda serta kategori tipe habitat yang berbeda, ditemukan bahwa jumlah
spesies dan individu lalat buah tertinggi ditemukan pada daerah dataran sedang.
Dataran rendah dan dataran tinggi memiliki keanekaragaman spesies lalat buah
serta persentase individu yang rendah. Selain dengan melakukan pemasangan
perangkap, keberadaan lalat buah juga dapat diketahui dengan melakukan
pemeliharaan inang (Larasati dkk, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 7 hari panjang dan lebar
testis lalat iradiasi masing-masing lebih kecil 25,9% dan 30,2%, dibandingkan
testis lalat normal, sementara pada umur 14 hari perbedaannya menurun lebih
besar, yaitu 39.20% dan 44.42%. Kemandulan pada lalat jantan iradiasi terjadi
karena adanya kerusakan pada sel-sel germinal yang menyebabkan proses
spermatogenesis terganggu. Selain ukuran testis yang lebih kecil, pengamatan
menunjukkan bahwa preparat testis iradiasi ditemukan adanya sel germinal yang
mati. Perubahan morfologi ini juga merupakan ciri yang membedakan antara lalat
normal dan lalat mandul iradiasi (Kuswadi, 2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa, 1 Oktober 2019
Waktu : Pukul 13.00-14.40 WITA
Tempat : Laboratorium Kebun Percobaan Biologi
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol selai (3 buah)
b. Tutup busa (3 buah)
c. Serbek (3 buah)
d. Blender (1 buah)
2. Bahan
a. Drosophila Melanogaster
b. Pisang (2 sisir)
c. Agar-agar (2 bungkus)
d. Alkohol 70% (Secukupnya)
e. Gula merah (Secukupnya)
C. Prosedur Kerja
Mencampur gula merah
Memblender pisang
dan aquades dan
dimasak sampai mendidih sampai lumat

Menuangkan adonan
Mencampurkan pisang yang
kedalam botol
sudah diblender kedalam air
dan agar-agar yang sedang
mendidih dan diaduk sampai
rata
Letakkan kertas
serbet yang telah
dilipat pada medium
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

5 Oktober 2019 6 Oktober 2019 7 Oktober 2019


Lalat buah Telur belum terlihat Lalat betina mulai
dimasukkan ke bertelur
dalam medium

8 Oktober 2019 10 Oktober 2019 11 Oktober 2019


Telur menetas menjadi Perkembangan larva Perkembangan larva
larva (Instar I) (Instar II)

13 Oktober 2019 14 Oktober 2019 16 Oktober 2019


Perkembangan larva Larva berubah menjadi Perkembangan pupa
(Instar III) pupa
17 Oktober 2019 19 Oktober 2019 20 Oktober 2019
Perkembangan pupa Perkembangan pupa Pupa berkembang
menjadi imago

B. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap metamorfosis


Drosophila melanogaster. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan
metamorfosis Drosophila melanogaster yaitu telur – larva – pupa - imago.
Pada pengamatan Drosophila, menghasilkan telur yang berbentuk oval.
Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis
yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Korion) di
bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai tipis. Korion mempunyai
kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut. Kemudian pada tahap larva
terjadi dua kali pergantian kulit dan periode di antara masa pergantian kulit
dinamakan stadium instar. Di akhir stadium instar, larva keluar dari media
makanan menuju ke tempat yang lebih kering untuk berkembang menjadi
pupa.
Tahap pupa berlangsung sekitar 2 hari sampai 4 hari. Lalat dewasa yang
baru keluar dari pupa sayapnya belum mengembang, tubuhnya berwarna
bening. Kemudian akan berkembang hingga tahap imago. Dari pengamatan
siklus hidup Drosophila ini dapat diketahui bahwa metamorfosis pada
Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I –
larva instar II – larva instar III – pupa – imago.
Setelah melakukan pengamatan diperoleh bahwa ukuran Drosophila
betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada Drosophila jantan.
Ujung abdomen tumpul pada Drosophila jantan sedangkan Drosophila betina
memiliki ujung abdomen runcing. Pada ujung abdomen Drosophila
jantan terdapat bintik hitam yang tidak dimiliki oleh Drosophila betina. Selain
itu, terdapat 5 segmen pada Drosophila jantan dan memiliki sex comb pada
bagian tungkai, sedangkan Drosophila betina memiliki 7 segmen dan tidak
memiliki sex comb pada tungkai depan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan dalam praktikum, maka
dapat disimpulkan bahwa serangga seperti Drosophila melanogaster
mengalami metamorfosis sempurna sebagaimana yang dialami dari fase telur
yang menetas menjadi larva, larva terus berkembang menjadi pupa dan
akhirnya menjadi serangga dewasa.
B. Saran
1. Untuk praktikan selanjutnya
Praktikan selanjutnya diharapkan agar sebelum melakukan praktikum agar
dapat mengetahui apa yang akan dipraktikumkan.
2. Untuk laboratorium
Laboratorium diharapkan agar lebih melengkapi fasilitas yang diperlukan.
3. Untuk Asisten
Asisten diharapkan agar dapat membimbing praktikan dengan sungguh-
sungguh dan lebih maksimal untuk dapat meminimalisir kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Herlinda, Siti, Reka Mayasari, Triani Adam, Yulia Pujiastuti. 2007. Populasi Dan
Serangan Lalat Buah Bactrocera Dorsalis Serta Potensi Parasitoidnya Pada
Tanaman Cabai. Seminar Nasional dan Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah
Barat, Palembang

Kardinan, Agus. 2007. Pengaruh Campuran Beberapa Jenis Minyak Nabati


Terhadap Daya Tangkap Lalat Buah. Bul. Littro. Vol.XVIII. No.1

Kuswadi, Achmad Nasroh 2011. Kerusakan Morfologis dan Histologis Organ


Reproduksi Lalat Buah Bactrocera Carambolae. Jurnal Ilmiah Aplikasi
Isotop dan Radiasi. Vol.7. No. 7

Larasati, Anik, Purnama Hidayat, Damayanti Buchori. 2013. Keanekaragaman


dan Persebaran Lalat Buah Tribe Dacini di Kabupaten Bogor dan
Sekitarnya. Jurnal Entomologi Indonesia. Vol.10. No.2

Wahyudi Andria Kusuma, Freandy Fernando Mewo, Sabatino Ganda. 2018.


Perangkat Visualisasi Metamorfosis Kupu-kupu Menggunakan Animated
Augmented Reality. Jurnal Ilmiah Sisfotenika. 8(1)

Anda mungkin juga menyukai