Diajukan untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Virus, Protista, dan Jamur
Dosen Pengampu : Dr. Andin Irsadi, S.Pd., M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 6
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
observasi Budidaya Jamur dengan lancar.
Laporan observasi ini merupakan salah satu tugas akhir semester 2 Pendidikan
Biologi B untuk melengkapi tugas mata kuliah Virus, Protista, dan Jamur.
Tentu saja, selama observasi, kami mendapat bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari
pihak-pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada:
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L.) merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang
cukup digemari masyarakat. Jamur tiram putih termasuk dalam kelompok Basidiomycetes, yakni
kelompok jamur busuk putih yang ditandai dengan tumbuhnya miselium berwarna putih
memucat pada sekujur media tanam (Sumarsih, 2010). Jamur tiram putih merupakan jenis jamur
kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu
lainnya. Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih
tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Djarijah dan Abbas, 2001).
Secara alami jamur tiram putih banyak ditemukan tumbuh di batangbatang kayu lunak yang telah
lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak di lokasi yang sangat
lembab dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase pembentukan miselium, jamur tiram putih
memerlukan suhu 22-28o C dan kelembapan 60-80%. Pada fase pembentukan tubuh buah
memerlukan suhu 16-22o C dan kelembapan 80-90% dengan kadar oksigen cukup dan cahaya
matahari sekitar 10% (Maulana, 2012). Jamur tiram putih mulai dibudidayakan pada tahun 1900
di Indonesia (Gunawan, 2001). Banyak eksportir yang masih menunggu dari petaninya sendiri,
hal ini disebabkan karena budidaya jamur ini belum memasyarakat.
Pengetahuan tentang jamur sendiri masih kurang dan belum tersosialisasi 2 penyebaranya di
kawasan Indonesia. Kebutuhan jamur di dalam negeri masih cukup tinggi, apa lagi didukung
dengan banyaknya turis asing yang datang mengkonsumsi jamur sebagai santapan sehari –hari.
Pasar jamur masih sangat potensial selain dikonsumsi di dalam negeri untuk memenuhi
kebutuhan ekspor (Harlistaria dkk, 2009).
Jamur tiram dapat dibudidayakan dalam suatu media buatan yang istilahnya adalah LOG yaitu
media buatan yang berasal dari kayu atau bahan lignin yang telah lapuk dan tersimpan atau
terbungkus plastik dan telah disetrilkan untuk tempat tumbuh jamur tersebut. Media yang dipakai
biasanya terdiri dari bahan lignin karena jamur tiram termasuk dari jenis jamur kayu
(Widiwurjani, 2010). Media yang digunakan terdiri dari bermacam-macam bahan selain
mengandung lignin juga mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram.
Kayu yang dipakai sebaiknya sudah lapuk dan berbentuk serbuk, hal ini dimaksudkan agar
senyawa-senyawa yang terkandung dalam bahan kayu tersebut mudah dicerna oleh jamur
sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang judul, maka kami menuliskan rumusan masalah yaitu :
“Bagaimana proses pembuatan jamur tiram, serta kandungan gizi apa saja yang terdapat pada
jamur tiram?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui manfaat budidaya jamur tiram
2. Untuk mengetahui cara budidaya jamur tiram
E. Manfaat Penelitian
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana budidaya jamur tiram dengan baik dan bagaimana
cara merawat jamur tiram sampai pemanenan.
A. Hasil Pengamatan
Sejarah
Usaha budidaya jamur tiram ini didirikan oleh bapak Agus Suwarno selaku pengelola dari rumah
budidaya jamur tiram yang terletak di Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Beliau
memulai usaha budidaya sejak tahun 2002. Awal mula berdirinya usaha budidaya jamur tiram ini
adalah dengan adanya ide atau gagasan dari teman Bapak Suwarno yang mengajak beliau untuk
memulai usaha budidaya jamur tiram.
Unsur-unsur
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Badan jamur terdiri dari benang-benang
yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif, Jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh
makanannya.
B. Pembahasan
1. Bagaimana proses pembuatan jamur tiram?
Terdapat beberapa tahap pembuatan jamur tiram dalam proses perkembangbiakan jamur tiram,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Sterilisasi.
Letakkan pada alat sterilisasi selama lebih kurang 3 jam.
Sterilisasi harus dilakukan guna untuk menonaktifkan mikroba pada media tanam jamur tiram
baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam.
Prinsip kerja sterilisasi adalah memanfaatkan panas uap air pada suhu 95-110°c.
Inokulasi
Baglog yang telah disterilisasi dipindahkan ke tempat inokulasi dan didiamkan selama lebih
kurang 24 jam untuk mengembalikannya ke suhu normal. Ruangan untuk inokulasi harus dalam
keadaan steril dan memiliki sirkulasi udara yang baik untuk meminimalisir tercemarnya baglog
dari bakteri.
Pembibitan jamur tiram.
Bibit jamur tiram yang digunakan adalah bibit jamur f3 (baglog jamur tiram putih). Keberhasilan
bibit f3 ditandai dengan kemunculan miselium berwarna putih dalam botol. Bibit f3 dapat
disimpan selama 1 bulan. Bibit f3 dapat langsung ditebar di media tanam.
Pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang terbilang rawan karena pada saat pembibitan
beresiko terkena jamur (Tricodherma sp.) yang dapat membuat jamur tiram gagal untuk tumbuh.
Inkubasi.
Inkubasi bertujuan untuk mendukung tumbuhnya miselium pada media tanam. Bila miselium
telah memenuhi baglog, pertanda baglog siap dipindahkan ke rumah kumbung untuk
dibudidayakan hingga proses pemanenan.
BAB III
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam laporan tentang budidaya jamur tiram ini dapat disimpulkan bahwa, budidaya jamur tiram
tidaklah sulit, namun dibutuhkan keahlian dan teknik khusus agar menghasilkan jamur tiram
yang lebih berkualitas. Modal atau bahan-bahan yang dibutuhkan bisa ditemukan di alam. Alat
yang digunakan dalam pengembangbiakan jamur tiram juga membutuhkan alat khusus agar
media tanam jamur tidak terkontaminasi dengan jenis tanaman jamur lainnya. Jamur tiram juga
merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan
mineral, rendah lemak serta kalori. Oleh karena itu jamur tiram aman untuk dikonsumsi setiap
hari dan baik untuk tubuh.
B. Saran
Semoga dengan laporan ini dapat membantu dalam memahami pembudidayaan jamur tiram,
kandungan yang terkandung dalam jamur tiram, dan manfaat jamur tiram bagi tubuh.
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Khairat, U. Basri. Fakhrurrozi, W. A. (2022). Monitoring Suhu Ruang Budidaya
Jamur Tiram Menggunakan Android Berbasis Arduino. Jurnal Technomedia ,
1-10.
Yusuf, Christianingrum, Yunita, A., & Prayoga, G. I. (2020). Program Inovasi Desa
Melalui Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Sebagai Upaya Peningkatan
Perekonomian Masyarakat Desa Bukit Kijang. Ikraith Abdimas, 83-94.
Zulfarina, dkk. (2019). Budidaya Jamur Tiram dan Olahannya untuk Kemandirian
Masyarakat Desa. Riau. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat.