Etiologi
Penyakit yang disebabkan oleh beberapa spesies Trichostrongylus spp. Trichostrongylus spp. memiliki host definitif hewan pemamah biak (sapi, kambing, kerbau, domba, dll), tetapi juga dapat mengenai manusia. Manusia tertular karena memakan atau meminum sesutau yang terkontaminasi feses manusia atau hewan yang terinfeksi. Habitatnya di usus halus, yaitu duodenum dan jejunum bagian atas.
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Phylum : Class : Ordo : Family : Genus : Animalia Nematoda Chromadorea Rhabditida Trichostrongylidae
Trichostrongylus
Spesies
T. colubriformis T. orientalis
Spesies-spesies lainnya pada manusia, yaitu : T. T. T. T. T. T. T.
Morfologi
Panjangnya 7 mm dengan ciri yang paling khas adalah lekukan di daerah esofagus, spikula tebal, tidak mempunyai kapsula bukalis yang nyata dan tidak bercabang, pada T. axei tidak simetris ekor yang betina mengecil secara tiba-tiba dan tidak ada penutup vulva. Telur diatur sedemikian rupa sehingga berjajar teratur, ujung yang satu dengan yang lainnya berlekatan secara longitudinal.
Lanjutan
Ciri-ciri cacing dewasa : - panjang -Jantan: 4 - 6 mm. -Betina: 5 - 8 mm. - Bentuk : bulat dan langsing - Tanpa warna. - Struktur buccal lancip - Memilikibursa kopulatriks Ciri-ciri telur : - Ukuran 40 x 90 mikron. - Bentuk ellipsoidal, ujung agak runcing. - Warna hyaline. - Tanpa operculum - Dinding telur tipis dan memiliki lapisan ganda - Mengandung morula pada sediaan segar
TelurTrichostrongylus spp
Cacing Trichostrongylus spp
Siklus Hidup
Siklus hidupnya langsung dan fase preparasitik tipikal trichostrongyloid, kecuali pelepasan pembungkus terjadi di abomasum Pada kondisi yang optimal telur berubah menjadi larva infektif dalam tempi 1-2 minggu. Fase parasitik bersifat nonmigratori dan masa prepaten pada ruminansia 2-3 minggu. Waktu keluar bersama tinja, telur Trichostrongylus sudah bersegmen. Di luar tubuh, dalam waktu 24 jam, telur menetas, keluar larva rhabditiorm berbentuk khas, yaitu ada benjolan pada ekornya. Pada suhu panas dan lembap, pada tempat teduh dan berumput atau tanaman yang menutupi tanah, dalam waktu 3-4 hari, larva rhabditiform akan berubah menjadi larva pseudofilariform. Larva ini akan tertelan bersama rumput atau sayuran yang terkontaminasi akan masuk ke dinding usus, kemudian ke luar ke rongga usus, untuk menjadi dewasa dalam waktu 21 hari. Cacing betina lalu bertelur yang kemudian akan dikeluarkan ke lingkungan eksternal. Parasit ini tidak terjadi imigrasi dalam aliran darah dan bersiklus ke paru-paru.
Trichostongylus spp.
Patogenesa
Gejala yang terjadi hampir mirip dengan yang ditimbulkan oleh cacing tambang. Infeksi ringan biasanya tanpa gejala (asymptomatic). Infeksi berat dapat terjadi peradangan pada tempat cacing melekat, dapat menimbulkan gejala sakit perut, diare, anemia sekunder, darah pada feces, dan emaciation. Jika cacing terdapat pada ductus choledocus akan menimbulkan gejala klinis cholesistitis. L3 menembus bagian dalam kelenjar lambung. T. axei terdapat diantara kelenjar epitel. Setelah dewasa atau 10 sampai 12 hari kemudian, menyebabkan erosi pada permukaan mukosa. Dalam duodenum, vili yang diubah dan ditangkap sehingga mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk penyerapan usus. Dalam perut/abomasum mengandung lesi nodular yang mengembang sehingga cacing dapat diamati. Pada kuda, T. axei, hyperemic dapat menghasilkan gastritis parah. Perubahan patologis dapat menyebabkan hilangnya darah , khususnya protein plasma. Pada infeksi yang parah dapat menyebabkan diare dan penurunan berat badan. Hewan, terutama domba, dengan infeksi yang signifikan bisa mati. T. axei menghasilkan gastritis hyperemic pada kuda.
Diagnosa
Didasarkan pada diagnosis laboratorium yang ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau cairan duodenum. Karena telunya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang, untuk diagnosis yang paling tepat dilakukan pembiakan, sehingga akan keluar larva yang memiliki morfologi spesifik, yaitu mempunyai benjolan.
Pencegahan
Menghindari memakan rerumputan (penggembalaan) dipagi hari. Kesuksesan dalam vaksinasi sangat terbatas. Pada hewan, regular deworming (cacingan biasa) dan pasture management (manajemen penggembalaan) yang sesuai akan membantu dalam kontrol penyebaran. Dalam perbaikan manusia dibidang pangan, lingkung an dan kebersihan pribadi serta menghindari sayuran mentah di daerah endemis akan membantu untuk mencegah infeksi pada manusia.
Pengobatan
Levamisol adalah obat pilihan. Derivat benzimidazole seperti thiabendazole, fenbendazole, mebendazole yang digunakan pada hewan dilaporkan telah menimbulkan resistensi. Oleh sebab itu, pemberiannya pada manusia juga harus mempertimbangkan kemungkinan ini. Jika terdeteksi adanya resistensi, dapat dicoba pyrantel pamoate atau pyrantel embonate.
Referensi
Adiwinata, G. Dan Sukarsih . 1992. Gambaran darah
24 (43) : 13-16. Beriajaya Dan Suhardono. 1997. Penanggulangan nematodiosis pada ruminansia kecil secara terpadu antara manajemen, nutrisi dan obat cacing. Prosiding Seminar Nasional Peternakan
domba yang terinfeksi cacing nematoda saluran pencernaan secara alami di Kab. Bogor (Kec. Cijeruk, Jasinga dan Rumpin). Penyakit Hewan
Georgi, Jay R And V.J. Theodorides. 1980. Parasitology for Veterinarians. ThirdEdition. Identification of egg, ocyts and larvae : 161-195.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH