Anda di halaman 1dari 12

Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)

Taksonomi Trichuris trichiura


- Kingdom : Animalia
- Filum : Nematoda
- Kelas : Enoplea
- Ordo : Trichocephalida
- Famili : Trichuridae
- Genus : Trichuris
- Spesies : Trichuris trichiura

Pengertian Trichuris trichiura


Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan melalui tanah (soil
transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit trichuriasis, cacing ini disebut juga
Trichocephalus dispar, Whip worm, Trichocephalus hominis, dan cacing cambuk karena
bentuknya yang menyerupai cambuk.

Siklus Trichuris trichiura

Cacing dewasa hidup di sekum (cecum) tapi pada infeksi yang berat dapat dijumpai dibagian
bawah ileum sampai rectum. Telur keluar bersama tinja, telur mengandung larva / menjadi
infektif dalam waktu 2 – 4 minggu. Apabila telur tertelan manusia, telur akan menetas
menjadi larva di istestinum tenue kemudian larva menembus villi-villi usus dan tinggal
didalamnya selama 3 – 10 hari. Setelah larva tumbuh , kemudian larva turun sampai sekum
kemudian menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan sejak tertelannya telur sampai
menjadi cacing dewasa yang siap bertelur kira-kira 90 hari.
Morfologi Trichuris trichiura

Ciri-ciri telur :
- berbentuk oval
- ukuran : panjang ± 50 μm dan lebar ± 23 μm
- dinding 2 lapis : lapisan luar berwarna kekuningan dan lapisan dalam transparan
- pada kedua ujung telur terdapat tonjolan yang disebut mucoid plug / polar plug / clear
knop
- telur berisi embrio

Kiri : Trichuris trichura betina ; kanan : Trichuris trichiura jantan

Ciri-ciri cacing dewasa :


- cacing dewasa berbentuk seperti cambuk dimana 3/5 dari panjang tubuhnya (sebelah
anterior) tipis seperti benang sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior) terlihat lebih
tebal
- cacing jantan panjangnya ± 4 cm
- cacing betina panjangnya ± 5 cm
- ujung posterior cacing jantan melingkar / melengkung ke arah ventral dengan sebuah
spicula di ujungnya
- ujung posterior cacing betina lurus dan tumpul membulat

Gejala Klinis Trichuriasis


Penyakit karena infeksi cacing ini disebut dengan trichuriasis atau trichocephaliasis atau
penyakit cacing cambuk. Pada infeksi ringan pada tempat-tempat perlekatan tidak ada
kerusakan mukosa, hanya kadang-kadang sedikit perdarahan kecil. Pada infeksi berat dapat
terjadi gejala :
- sakit perut
- diare yang kadang-kadang disertai bercak darah
- demam ringan
- sakit kepala
- berat badan menurun

Pada anak-anak sering terjadi prolapsus recti (keluarnya mukosa rectum dari anus), hal ini
terjadi karena : cacing mengeluarkan racun yang bersifat melemaskan otot rectum cacing
yang merupakan benda asing pada rectum sehingga menyebabkan otot-otot rectum berusaha
mengeluarkan cacing dengan cara meningkatkan gerakan peristaltik

Cara Diagnosis Infeksi Trichuris trichiura


Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja. Karena telur sulit
ditemukan pada infeksi ringan disarankan menggunakan prosedur konsentrasi.

Pencegahan dan Pengobatan Trichuriasis


Pencegahan :
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan
- Cuci, kupas atau masak sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan
- Mengajarkan pada anak-anak jangan bermain ditanah terutama tanah yang
kemungkinan terdapat kotoran manusia

Pengobatan :
Obat untuk trichuriasis adalah mebendazole, dosis tunggal 500 mg dapat memberikan tingkat
kesembuhan dari 40% – 75%. Obat alternatif dari mebendazole adalah albendazole, tetapi
khasiat obat ini sedikit lebih rendah daripada mebendazole. Suplemen zat besi juga
diperlukan jika orang yang terinfeksi menderita anemia.

Epidemiologi Trichuris trichiura

Insidensi penyakit trichuriasis biasanya tinggi tetapi intensitas infeksinya ringan. Pada negara
tropis rata-rata insidensi 80% sedangkan di Amerika Serikat hanya 0,05 – 10%. Anak-anak
lebih sering terkena infeksi daripada orang dewasa.
Diphyllobothrium latum

Taksonomi Dipylidium caninum


- Kingdom : Animalia
- Filum : Platyhelminthes
- Kelas : Cestoda
- Ordo : Pseudophyllidea
- Famili : Diphyllobothriidae
- Genus : Diphyllobothrium
- Spesies : Diphyllobothrium latum

Pengertian Diphyllobothrium latum


Diphyllobothrium latum merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang dapat
menyebabkan penyakit Diphyllobothriasis. Hospes definitif cacing ini adalah manusia,
anjing, kucing, babi, beruang, anjing laut, ikan paus, singa laut. Hospes intermedier 1 yaitu
golongan copepoda antara lain genus cyclops dan diaptomus, sedangkan hospes intermedier 2
yaitu ikan. Nama lain cacing ini adalah cacing pita ikan, the fish tape worm, Taenia lata,
broad tape worm, Dibothriocephalus latus.

Siklus Hidup Diphyllobothrium latum

Telur yang belum berembrio keluar bersama tinja → jika telur berada di air akan mengalami
embrionisasi dalam waktu sekitar 18 – 20 hari → menghasilkan onkosfer yang berkembang
menjadi coracidia (onkosfer yang bersilia) → dimakan hospes intermedier 1 → coracidia
kehilangan silia, menembus dinding usus dan berkembang menjadi larva procercoid →
dimakan hospes intermedier 2 (ikan kecil) → larva procercoid bermigrasi ke dalam daging
ikan dan berkembang menjadi larva plerocercoid (sparganum) → larva plerocercoid
merupakan bentuk infektif bagi manusia, karena manusia umumnya tidak makan ikan kecil
ini tidak mewakili sumber infeksi → ikan kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar →
sparganum dapat bermigrasi ke otot-otot ikan besar → manusia dapat terinfeksi jika
memakan ikan mentah atau setengah matang → larva plerocercoid berkembang menjadi
dewasa dan tinggal di usus halus → cacing dewasa menempel pada mukosa usus dengan
menggunakan dua jalur bilateral (bothria) pada scolex.

Morfologi Diphyllobothrium latum

cacing dewasa Diphyllobothrium latum :

Scolex Diphyllobothrium latum :

Ciri-ciri cacing dewasa Diphyllobothrium latum :


- Cacing dewasa berukuran 3 – 13 meter terdiri dari ± 3.000 proglotid
- Scolex memanjang ± 2 mm, mempunyai celah isap atau lekuk (bothria)
- Proglotid berbentuk empat persegi panjang
- Porus genitalis terlentak ventro medial, sehingga terlihat seperti kancing baju
- Ovarium terdiri dari 2 lobus
- Pada proglotid gravid uterus berkelok-kelok seperti bentuk roset
Telur Diphyllobothrium latum :

Ciri-ciri telur Diphyllobothrium latum :


- Berbentuk lonjong
- Ukuran panjang 55 – 76 μm dan lebar 41 – 56 μm
- Dinding tipis, terdapat tonjolan pada salah satu kutubnya
- Berwarna kuning kecoklatan
- Berisi sel ovum

Gejala Klinis Diphyllobothriasis


Diphyllobothriasis dapat menjadi infeksi yang berlangsung lama (beberapa dekade). Sebagian
besar infeksi tidak menunjukkan gejala. Manifestasi dapat meliputi ketidaknyamanan perut,
diare, muntah, dan penurunan berat badan. Kekurangan vitamin B12 dengan anemia
pernisiosa dapat terjadi. Infeksi masif dapat menyebabkan obstruksi usus. Migrasi proglotid
dapat menyebabkan kolesistitis/kolangitis (peradangan kantong empedu).

Cara Diagnosis Diphyllobothriasis


Diagnosis ditegakkan dengan menemukan proglotid gravid atau telur pada pemeriksaan tinja.

Pencegahan dan Pengobatan Diphyllobothriasis


Pencegahan Diphyllobothriasis :
- Menjaga sanitasi dengan tidak buang air besar sembarangan
- Tidak memakan ikan mentah atau setengah matang

Pengobatan Diphyllobothriasis :
Praziquantel, dengan dosis untuk dewasa 5-10 mg/kg secara oral dalam terapi dosis tunggal,
dosis untuk anak-anak sama dengan dosis dewasa. (Catatan: praziquantel harus diminum
dengan cairan selama makan.) Alternatif bisa menggunakan obat niclosamide dengan dosis
dewasa 2 gram sekali oral, anak-anak 50 mg/kg (maksimal 2 gram) secara oral. (Catatan:
niclosamide harus dikunyah secara menyeluruh atau dihancurkan dan ditelan dengan sedikit
air.)
Salmonella

Salmonella adalah bakteri gram negatif dan terdiri dari famili Enterobacteriacea. Salmonella
merupakan bakteri patogenik enterik dan penyebab utama penyakit bawaan dari makanan
(foodborne disease). Antigen salmonella terdiri dari tiga yakni antigen terluar O, flagella H
dan kapsul Vi (virulensi). Terdapat lebih dari 2500 serotipe salmonella yang dapat
menginfeksi manusia. Namun serotipe yang sering menjadi penyebab utama infeksi pada
manusia adalah Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C,
Salmonella cholerasius, Salmonella typhi

Spesies Salmonella dapat dibagi kepada dua yakni spesies typhoidal dan non typhoidal. Bagi
kelompok typhoidal bisa menyebabkan demam tifoid dan untuk spesies non typhoidal bisa
menyebabkan diare atau disebut enterokolitis. Spesies typhoidal adalah bakteri Salmonella
typhi dan Salmonella paratyphi dan bakteri Salmonella enteriditis

Morfologi

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang pertumbuhannya anaerob fakultatif.
Berukuran 1-3,5 μm x 0,5-0,8 μm, besar koloni rata-rata 2-4 mm. Salmonella mempunyai
flagela peritrika yang dapat memberikan sifat motil pada salmonella tersebut. Flagela
mengandung protein yang disebut flagellin yang memberi signal bahaya kepada sistem
kekebalan tubuh. Salmonella adalah organisme yang mudah tumbuh pada medium sederhana,
namun hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa dan sukrosa.

Taksonomi Salmonella sp

- kingdom : Bacteria
- divisi : Proteobacteria
- kelas : Gamma proteobacteria
- ordo : Enterobacteriales
- famili : Enterobacteriaceae
- genus : Salmonella
- spesies : Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyhphi B,
Salmonella choleraesius, Salmonella enteriditis.

Demam tifoid ini disebabkan oleh infeksi bakteri S. typhi yang merupakan bakteri gram
negatif, motil dan tidak menghasilkan spora. Bakteri ini dapat hidup pada suhu tubuh
manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70oC ataupun oleh
antiseptik.

S. typhi mempunyai 3 macam antigen yaitu :

- Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatik. Serupa dengan antigen O pada kuman
Enterobacteriaceae lainnya. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100oC, alkohol, dan asam.
Antibodi yang dibentuk terutama adalah IgM.
- Antigen H = Hauch, terdapat pada flagela dan bersifat termolabil. Antigen H rusak pada
pemanasan di atas 60oC, alkohol, dan asam. Antibodi yang dibentuk bersifat IgG.

- Antigen Vi = Kapsul = Merupakan polimer dari polisakarida yang bersifat asam, terdapat
pada bagian paling luar badan kuman. Antigen ini dapat rusak dengan pemanasan 60oC
selama 1 jam, juga pada penambahan fenol dan asam. Kuman yang mempunyai antigen Vi
ternyata lebih virulen, baik terhadap binatang maupun manusia. Antigen Vi juga menentukan
kepekaan kuman terhadap bakteriofaga.

Patogenitas

Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, dan Salmonella paratyphi B infektif bagi manusia.
Transmisi dari bakteri ini biasanya melalui fecal oral dan Salmonella sp. Ditularkan kepada
manusia, ketika manusia mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh bakteri tersebut. Selain
dari makanan juga bisa melalui hewan seperti kotoran reptil, ayam dan bebek yang
mengkontaminasi makanan maupun air, lalu makanan dan air tersebut di konsumsi oleh
manusia

Salmonella sp dapat menimbulkan penyakit pada tubuh manusia yang disebut dengan
Salmonellosis. Salmonellosis diakibatkan oleh makanan yang tercemar oleh Salmonella sp.
dikonsumsi oleh manusia. Salmonellosis ditandai dengan gejala demam yang timbul secara
akut, nyeri abdominal, diare, mual dan terkadang muntah

Cara Penyebaran Bakteri

Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna, masuk ke tubuh
manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui
muntahan, urin dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat
(kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-
buahan segar. Saat bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan manusia, sebagian bakteri
mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke dalam usus halus. Bakteri S. Typhi
yang berada diusus halus tepatnya ileum distal aktif sehingga menyebabkan perforasi usus
halus. Bakteri S. typhi yang berada di usus halus menuju ke kelenjer getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain)

Oleh karena itu, feses dan urin penderita bisa mengandung bakteri S. typhi yang bisa
menginfeksi orang lain melalui makanan atau minuman yang dicemari, pada penderita yang
tergolong carrier (terinfeksi bakteri ini namun tidak menunjukkan gejala), bakteri Salmonella
bisa ada pada feses maupun urin. S. typhi hanya memiliki hospes manusia dan ditemukan
didaerah yang memiliki sanitasi dan hygiene yang rendah

Pengobatan salmonella

Keracunan Salmonella memerlukan waktu penyembuhan sekitar satu minggu tanpa perlu
pengobatan khusus jika penderitanya memiliki kekebalan tubuh yang baik.

Sebagai cara menyembuhkan salmonella, minumlah banyak air dan cairan lainnya untuk
menghindari dehidrasi jika mengalami diare. Namun, apabila mengalami gejala infeksi
salmonella memberat, sebaiknya segera memeriksakan diri ke Dokter Spesialis Penyakit
Dalam.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tinja, urin, dan pemeriksaan
laboratorium. Selain itu, jika gejala semakin parah, diare parah hingga muncul kotoran
berdarah, demam tinggi yang tak kunjung membaik, dan dehidrasi parah juga menandakan
Anda memerlukan obat-obatan antidiare, antibiotik, maupun perawatan medis lainnya.

Infeksi salmonella yang tidak tertangani bisa menyebabkan robeknya dinding usus dan
komplikasi lain yang lebih serius.

Cara mencegah salmonella

Menjaga kebersihan tubuh dan makanan adalah cara paling utama untuk mencegah terjadinya
salmonella. Pencegahan infeksi salmonella juga sangat penting dilakukan terutama jika di
dalam rumah terdapat anak atau orang tua dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa cara mencegah
salmonella, diantaranya:

• Pastikan semua unggas, daging, makanan laut, dan telur, dimasak dengan baik. Masak
makanan yang mengandung bahan-bahan ini ke suhu internal 73,8 ° C (165 ° F).
• Hindari mengkonsumsi susu mentah atau produk susu lainnya yang tidak dipasteurisasi.
• Hindari mengkonsumsi telur mentah atau setengah matang. Simpan telur dalam
lemari es.
• Jangan konsumsi telur yang sudah retak.
• Cuci bersih produk sebelum dikonsumsi.
• Cuci bersih semua peralatan, termasuk talenan, pisau, dan meja, setelah menangani
makanan mentah.
• Cuci tangan secara menyeluruh saat akan mengolah makanan, setelah kontak dengan
kotoran, maupun setelah memegang reptil atau burung
Shigella

Shigella merupakan kuman patogen pada manusia dan genus Shigella termasuk dalam tribe
eschericiae dan merupakan salah satu penyebab penyakit disentri pada manusia. Shigella
yang menyebabkan disentri adalah: Shigella shiga (dysentriae), Shigella flexneri, Shigella
boydii dan Shigella sonnei

Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella Dysentriae

Sifat dan Morfologi Bakteri Shigella dysentriae

Shigella dysentriae adalah batang gram-negatif yang ramping bentuk coccobacilli ditemukan
pada biakan yang muda. Biakan shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik
secara aerob. Koloninya berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh

Toksin Bakteri Shigella dysentriae


Shigella dysentriae memproduksi endotoksin dan eksotoksin.

a. Endotoksin

Semua Shigella mengeluarkan toksin liposakarida yang toksik pada autolisis. Shigella
Dysentriae type 1 juga bisa menghasilkan shiga toksin, yang mampu memberikan efek lebih
parah dan berbahaya (Brener, 2007).

b. Eksotoksin

Eksotoksin merupakan sebuah protein yang antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan
mematikan pada binatang percobaan. Eksotoksin yang dihasilkan oleh Shigella dysentriae
tidak tahan panas yang dapat mengenai usus dan sistem saraf pusat. Sebagai enterotoksin, zat
ini dapat menimbulkan diare. Pada manusia, enterotoksin juga menghambat penyerapan gula
dan asam amino pada usus kecil. Berlaku seperti neurotoksin, materi ini menyebabkan rasa
sakit yang hebat dan infeksi Shigella dysentriae yang fatal dan pada reaksi susunan saraf
pusat misalnya meningismus, koma (Jawets, 2008).

Patogenesis dan Patologi

Infeksi shigella hampir selalu terbatas di saluran cerna, jarang terjadi invasi ke aliran darah.
Shigella sangat menular, dosis infektifnya adalah 10 3 organisme. Proses patologi yang
penting adalah invasi ke sel epitel mukosa dari vakuola fagositik, bermultiplikasi dan
menyebar di dalam sitoplasma sel epitel, dan menyebar ke sel yang ada di dekatnya. Tanda-
tanda klinis yang umum adalah demam, rasa sakit perut yang parah dan diare cair secara
mendadak (Juneja, 2010).
Pada orang dewasa, demam dan diare menghilang spontan dalam 2-5 hari. Tapi, pada anak-
anak dan lanjut usia, kehilangan elektrolit dan air dapat menyebabkan dehidrasi bahkan
kematian.

Penyebab dan penularannya

Shigella dysentriae tersebar luas di seluruh dunia dan bersifat endemik. Kuman ini
disebabkan oleh serangga terutama lalat yang hinggap pada feses penderita dysentri dan
disebarkan pada makanan dan minuman. Infeksi melalui per oral

Gejala

Tanda dan gejala shigellosis umumnya timbul satu hingga dua hari setelah kontak dengan
bakteri Shigella. Akan tetapi bakteri ini terkadang membutuhkan waktu hingga satu minggu
untuk berkembang.

Tanda dan gejala yang dialami biasanya meliputi:

• Diare (sering kali disertai darah atau lendir)


• Nyeri atau kram pada perut
• Demam
Walaupun sebagian orang tidak mengalami gejala setelah terinfeksi dengan bakteri Shigella,
tetapi fesesnya tetap dapat memiliki efek tular hingga beberapa minggu.

Diagnosis

Diare, baik yang disertai darah maupun tidak, bisa terjadi akibat sejumlah penyakit. Untuk
memastikan adanya diagnosis shigellosis umumnya membutuhkan pengambilan sampel feses
untuk dievaluasi lebih lanjut di laboratorium.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium, bisa dipastikan adanya bakteri Shigella atau zat beracun
dari bakteri tersebut.

Penanganan

Infeksi shigellosis umumnya berlangsung selama 5–7 hari. Menggantikan cairan tubuh yang
hilang akibat diare merupakan salah satu elemen penting dari penanganan masalah.

Beberapa langkah penanganan yang umumnya dilakukan adalah:

• Pemberian antibiotik. Pada infeksi shigellosis yang berat, pengobatan dengan


antibiotik dinilai dapat memperpendek durasi keluhan pasien. Namun, sebagian
jenis bakteri Shigella juga diketahui bersifat resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik. Oleh sebab itu, pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan sesuai anjuran
dokter setelah dilakukan wawancara medis yang terinci dan pemeriksaan fisik secara
langsung.
• Antibiotik sering kali dibutuhkan dalam kasus yang terjadi pada anak-anak, individu
lanjut usia, dan individu dengan infeksi HIV. Pengobatan ini diperlukan terutama
pada situasi ketika terdapat risiko tinggi untuk penularan penyakit.
• Asupan cairan pengganti. Pada orang dewasa tanpa keluhan lain, mengonsumsi air
dalam jumlah yang cukup dapat membantu menghindari efek dehidrasi akibat diare.
Selain itu, cairan rehidrasi oral juga dapat bermanfaat.

Pencegahan

Saat ini, World Health Organization sedang melakukan penelitian untuk mengembangkan
vaksin untuk mencegah terjadinya shigellosis. Namun, beberapa cara dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencegah seseorang terinfeksi dari bakteri Shigella, di antaranya
adalah:

• Rajin mencuci tangan dengan seksama


• Mengamati anak saat mencuci tangan
• Membuang popok yang kotor pada tempatnya
• Mendisinfektasi tempat penggantian popok setelah setiap penggunaan
• Tidak menyiapkan makanan bagi orang lain saat mengalami diare
• Memastikan bahwa anak yang mengalami diare tidak bepergian ke sekolah, tempat
pengasuhan anak, atau kelompok bermain
• Mencegah menelan air dari kolam, danau, atau kolam renang yang tidak dibersihkan
• Menghindari aktivitas seksual dengan orang lain yang mengalami diare atau baru
saja sembuh dari diare

Anda mungkin juga menyukai