Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 8

Filaria malayi dan Toxoplasma gondii

1. M HAFIZHALDI ALFARIZI (08061281722042)


2. GITA ALVIANI(08061181722026)
3. MEILITA RAHAMA(08061281722030)
4. PUTRI HARUM SKAR AYU(08061181722072)
Filaria malayi(Brugia malayi)
Klasifikasi

 Philum : Nemathelminthes

 Class : Nemathoda

 Ordo : Spirurida

 Family : Filarioidea

 Genus : Brugia

 Spesies : Brugia malayi


Hospes Dan Nama Penyakit

 Hospes definitive adalah manusia,anjing,kucing,kera


 Hospes perantara adalah nyamuk
(Anopheles,Aedes,Mansonia).
Habitat : cacing dewasa (saluran dan kelenjar limfe)
Mikrofilaria (darah dan limfe)
 Penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi
disebut Filariasis malayi,Brugiasis malayi,atau kaki
gajah malayi.
Distribusi Geografis

B.malayi hanya terdapat di Asia dari India sampai

ke Jepang,termasuk Indonesia.

Banyak ditemukan di daerah Asia terutama di

daerah Malaya dan Negara sekitar,di Indonesia


ditemukan daerah endemic dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
peta penyebaran cacing Brugia malayi
Siklus Hidup

Daur hidup parasit brugia malayi ini cukup panjang, masa


pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk kurang lebih 3 bulan.
Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya
di dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang
dalam otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini memendek
disebut L1, kemudian berganti kulit tumbuh lebih gemuk dan
panjang disebut L2, selanjutnya jadi L3 yang lebih kurus dan
makin panjang, L3 ini kemudian bermigrasi mula-mula ke
abdomen, kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila
nyamuk yang mengandung L3 (bentuk infekti) menggigit
manusia maka secara aktif larva tersebut masuk melalui luka
dan masuk ke tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe
setempat. Di dalam tubuh hospes larva mengalami pergantian
kulit dan menjadi cacing dewasa.
Siklus Hidup
Patologi dan Gejala Klinis

Gejala dan tanda klinis akut


Demam berulang selama 3 – 5 hari

Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada


luka) pada lipatan paha, ketiak, kemerahan,
panas dan sakit
Radang saluran kelenjar getah bening yang
menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau
lengan

Bagian yang bengkak dapat pecah mengeluarkan


darah serta nanah
Gejala dan tanda klinis

Pembesaran yang
menetap pada tungkai
bawah, lengan, dan
jarang sekali
menyerang skrotum
(genital eksterna).
Diagnosis

1) Diagnosis Klinik
Ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Faktor yang
mendukung diagnosis ini: gejala dan pengalaman limfadenitis,
limfadenitis berulang dan gejala menahun.
2) Diagnosis Parasitologik
Ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan darah jari pada malam hari.
3) Diagnosis Epidemiologik
Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan menentukan
microfilarial rate (mf rate), Acute Disease Rate (ADR) dan Chronic
Disease Rate (CDR) dengan memeriksa sedikitnya 10% dari jumlah
penduduk. Dengan ditemukannya satu penderita elefantiasis di antara
1000 penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita klinis akut dan
100 yang mikrofilaremik.
Kuratif

 Diethylcarbamazine (DEC) adalah obat pilihan


untuk mengatasi filariasis. Obat ini dapat
membunuh mikrofilaria dan beberapa cacing
dewasa. Efek samping dari obat ini adalah pusing,
mual, demam, sakit kepala, dan nyeri pada otot atau
sendi.
Preventif

1. Pemberantasan nyamuk dengan penyemprotan residu di dalam


rumah dan pemakaian larvisida

2. Perlindungan manusia dengan menutup ruangan dengan kasa kawat,

kelambu tempat tidur, pakaian yang melindungi dari gigitan nyamuk.

3. Menjaga kebersihan, hindari penampungan air yangdapat menjadi

tempat nyamuk berkembang biak.

4. Meminum obat anti penyakit gajah secara masa


Epidemilogi

 Person : Biasanya menyerang kelompok usia produktif.

 Time : sewaktu-waktu dapat terjadi, namun puncak


terjadinya penyebaran terjadi pada pergantian
musim dan musim penghujan

 Place : Di asia terutama di malaya, di Indonesia sendiri,


daerah pedesaan lebih banyak dari daerah perkotaan,
karena nyamuk vektornya hidup di rawa-rawa dan
sawah di pedesaan.
Toxoplasma gondii
Klasifikasi

 Kingdom : Animalia
 Sub-kingdom : Protozoa
 Filum : Apicomplexa
 Kelas : Sporozoasida
 Sub-kelas : Coccidiasina
 Ordo : Eucoccidiorida
 Sub-Ordo : Eimeriorina
 Family : Sarcocystidae
 Genus : Toxoplasma
 Spesies : Toxoplasma gondii
Hospes dan Nama Penyakit

 Hospes definitive T.gondiiadalah kucing dan


binatang sejenisnya (Felidae).
 Hospes perantaranya adalah manusia,mamalia
lainnya,dan burung.
 Parasit ini menyebabkan toksoplasmosis kongenital
dan toksoplasmosis akuista.
Distribusi Geografis

itemukan kosmpolit pada


n binatang, terutama di daerah
m panas dan lembab.
Siklus Hidup
Patologi dan Gejala Klinik

ta pada manusia didapat dari


da daging yang terinfeksi.
enyebar menyerang berbagai sel dan
sel darah merah (karena tidak

k setelah beberapa waktu dari


eksi, khususnya yang vital dan penting
enjar adrenal.
mproduksi toksin. Nekrosis pada
oleh multiplikasi intraselular

g sering dari toxoplasmosis akuisita


 Toxoplamosis kongenital .
~Toksoplasmosis berpengaruh pada janin dalam kandungan.
Bahkan bisa berakibat fatal, jika daya tahan ibu yang terinfeksi
lemah.
~Ibu hamil yang kena infeksi tokso pada trimester pertama,
kehamilannya bisa mengalami keguguran.
~Bila terjadi pada trimester kedua, janin dapat lahir dengan kondisi
cacat, misal kepala membesar (hidrosefalus) atau kepala mengecil
(mikrosefalus). Atau, bayi mengalami kebutaan (retinochoroid).
~Jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga, bayi akan lahir dengan
kelainan seperti sulit konsentrasi, retardasi mental, atau kejang-
kejang. Bisa juga, lahir prematur dengan radang pada otak dan
selaput otak (meningo-ensefalitis).
~Geiala-geiala terinfeksi tokso juga tidak jelas. Kadang muncul
demam, sakit kepala, badan pegal-pegal, mudah lelah, dan kurang
nafsu makan.
Diagnosis

 Untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit toksoplasmosis dapat


dilakukan beberapa cara yaitu bisa menggunakan cara serologi (metode
Elisa) ataupun pemeriksaan histopatologi.
 Tropozoit dapat ditemukan dan diidentifikasi pada pewarnaan kelenjar
limfe, sumsum tulang, otak.
 Pemeriksaan bisa berupa isolasi parasit dengan cara menginokulasi cairan
tubuh atau gerusan jaringan pada mencit yang bebas toxoplasma secara
intraperitoneal, setelah 7-10 hari cairan peritoneal diperiksa bentuk
proliferatif Toksoplasma .
 Pemeriksaan tubuh langsung bisa dilakukan dengan cara melihat
adanya dark spot pada retina, melakukan pemeriksaan darah untuk
melihat apakah parasit sudah menyebar melalui darah dengan melihat
perubahan yang terjadi pada gambaran darahnya, serta bisa menggunakan
CT scan untuk menemukan lesi akibat parasit tersebut.
 Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari sampel biopsi
tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR isolasi pada
hewan percobaan ataupun pembuatan preparat .
Kuratif

 Primetamin dan sulfonamid bekerja secara sinergistik, maka dipakai


sebagai kombinasi selama 3 minggu atau sebulan. Primetamin dapat
mengakibatkan trombositopenia dan leukopenia, bahkan bagi wanita hamil
bersifat teratogenik. Pencegahan akan efek samping ini adalah dengan
penambahan folinik atau ragi.
 Sulfonamid dapat menyebabkan trombositopenia dan hematuria.
Spiramisin adalah antibiotika macrolide, yang tidak menembus plasenta,
tetapi ditemukan dengan konsentrasi tinggi di plasenta. Spiramisin dapat
diberikan pada wanita hamil yang medapat infeksi primer.
 Klindamisin efektif untuk pengobatan toksoplasmosis, tetapi dapat
menyebabkan klitis pseudomembranosa ( colitis ulserative ), sehingga
tidak dianjurkan pada bayi dan wanita hamil.
 Toksoplasmosis akuisita yang asimtomatik tidak perlu diberi pengobatan.
Seorang ibu hamil dengan infeksi primer harus diberi pengobatan
profilaktik.
 Toksoplasmosis konginetal harus diberi pengobatan sedikitnya 1 tahun.
Penderita imunokompromais (AIDS,keganasan) yang terjangkit
toksoplasmosis harus diberi pengobatan
Preventif

 Menghindari mengkonsumsi daging yang kurang matang (memasak


daging dengan cara yang benar dan harus sampai matang sebelum
dikonsumsi),
 Mencuci tangan setelah memegang daging mentah (biasanya untuk para
penjual daging),
 Selalu menjaga kesehatan hewan peliharaan(memandikan dan membawa
ke dokter hewan secara rutin),
 Membasmi vector, misalnya tikus dan lalat,
 Menutup rapat makanan sehingga tidak dijamah lalat atau lipas,
 Memberi makan hewan peliharaan (terutama kucing) diberi makanan yang
matang, dan dicegah agar tidak berburu tikus atau burung.
 Pada orang yang bekerja di laboratorium, lebih berhati-hati, gunakan APD
dengan benar.
 Berhati-hati dalam melakukan tranfusi darah serta transplantasi organ
Epidemilogi

T.gondii pada binatang di Indonesia adalah


-73% pada kucing, 11-36% pada babi, 11-
, 75% pada anjing, dan kurang dari 10%

asmosis konginetal di berbagai Negara


ai berikut : Nederland 6,5 dari 1000
ew York 1,3%, Paris 3%, danvietnam 6-7%.
mosis di suatu daerah ditentukan oleh
rtikebiasaan makan daging kurang
cing yang terutama dipelihara sebagai
, adanya tikus dan burung yang sebagai
adanya lipas atau lalat yang sebagai vector
an ookista dari tinja kucing.

Anda mungkin juga menyukai