BAB 1
PENDAHULUAN
kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi
protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh
kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang
sumber penularan(1).
gondii,merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang
gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya
termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae
Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan
2
parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa factor seperti sanitasi
(Felidae)(4,5).
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired
ini. Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan
tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang serta
transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi protozoa ini
dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes
serologi(3,6).
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh
kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel
1.2 Tujuan
Bertitik tolak dari masalah tersebut di atas, dalam tugas ini penulis mencoba
1.3 Manfaat
Toxoplasma gondii.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal
dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak
terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak
memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis
2.2 Epidemiologi
Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan
parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa factor seperti sanitasi
populasinya. Umumnya kondisi lingkungan yang panas dan kering disertai dengan
pula menular kepada manusia. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di
Indonesia, penyakit ini bersifat endemic pada hewan maupun manusia, meskipun
kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi,
sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-
hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai
yang geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran
bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa sedemikian hebatnya hingga setiap
serodiagnostik dari beberapa hewan peliharaan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini(9):
1. Anjing 59%
2. Kucing 34%
3. Babi 30%
4. Sapi 47%
5. Kambing 48%
bersamaan dengan usia dan pajanan. Sebagai contoh, di AS 5-30% individu yang
berusia 10 -19 thn dan 10-67% pada individu yang berusia > 50 thn, memperlihatkan
per tahun(9).
7
2.3 Etiologi
dalam sub klas Coccidia. Parasit ini pertama kali ditemukan pada rodensia liar
Ctenodactylus gondii tahun 1908. Sejak sat itu parasit dapat ditemukan pada berbagai
Toksoplasma gondii. Habitat T.gondii yang dapat berada pada anjing, kucing,
tikus, burung, ayam, kerbau, babi, domba atau kambing. Penyakit ini dapat ditularkan
kepada manusia. Manusia dapat terkena infeksi jika menelan ookista yang mencemari
2.4 Patomekanisme
2. Bentuk reproduktif ( seksual ), terjadi pada usus kucing sebagai penjamu definitif,
dosebut juga siklus feline ( feline = kucing ). T.gondii dapat tumbuh dalam semua sel
mamalia kecuali sel darah merah yang bisa dimasuki tapi tanpa terjadi pembelahan.
Selama infeksi akut, parasit dapat ditemukan dalam banyak organ tubuh.
Begitu melekat pada sel penjamu dan sel secara aktif mengadakan penetrasi
pembelahan. Waktu pembelahan sekitar 6 8 jam untuk strain yang virulen. Bila
jumlah parasit dalam sel mendekati masa kritis ( 64 128 dalam kultur ), sel
tersebut akan ruptur dengan melepaskan takizoit dan menginfeksi sel didekatnya.
Dengan cara ini organ yang terinfeksi segera memperlihatkan bukti adanya proses
sitopatik(11).
Sebagian besar takizoit akan dieliminasi dengan bantuan respon imun dari
penjamu, baik humoral maupun seluler. Sekitar 7 -10 hari sesudah infeksi sistemik
oleh takizoit terbentuklah kista di dalam jaringan yang berisi bradizoit. Kista jaringan
9
ini terdapat dalam sejumlah organ tubuh, tetapi pada prinsipnya di dalam SSP dan
otot parasit tersebut berada sepanjang siklus penjamu(11). Kalau kista tersebut
termakan ( misalnya manusia memakan produk daging yang tidak dimasak sampai
matang ) membrane kista akan segera dicerna dengan adanya sekresi asam lambung
usus halus dan mengadakan transformasi menjadi takizoit yang membelah dengan
cepat, terjadilah infeksi takizoit sistemik akut, ini diikuti oleh pembentukan kista
stadium kronik, ini melengkapi siklus nonfeline. Infeksi akut yang terjadi pada
penjamu dengan daya imun lemah paling besar kemungkinannya disebabkan oleh
pelepasan spontan parasit yang tebungkus dalam kista dan mengalami transformasi
Siklus kehidupan yang penting dari parasit tersebut terdapat dalam tubuh
pembentukan ookista di dalam penjamu feline. Siklus entero epithelial ini dimulai
dengan termaknnya kista jaringan yang menjadi bradizoit dan akan memuncak
mikrogamet(11).
10
dinding yang kaku. Zigot ini disekresikan dalam feses sebagai ookista tanpa
sporulasi. Setelah 2 -3 hari terkena udara pada suhu sekitarnya, ookista yang non
mengadakan sporulasi tersebut dapat termakan oleh penjamu antara, seperti wanita
hamil yang membersihkan kotoran kucing, babi yang mencari makan di sekitar
peternakan, ataupun termakan mencit. Setelah dibebaskan dari ookista melalui proses
nonfeline dan memproduksi takizoit aseksual yang tumbuh dengan cepat dan
membentuk bradizoit(11).
Penularan transplasental :
T.gondii dapat ditularkan kepada janin jika ibu mendapatkan infeksi primer
sebelum kehamilan. dari semua wanita yang terinfeksi dalam masa kehamilannya
akan menularkan parasit tersebut ke janinnya. Dari berbagai faktor yang menentukan
hasil akhir janin, usia kehamilan pada saat infeksi merupakan faktor yang paling
menentukan. Ada beberapa data yang menyatakan peranan infeksi maternal yang baru
saja terinfeksi sebagai sumber penyakit congenital. Jadi wanita dengan seropositif
sebelum kehamilan biasanya justru terlindung terhadap infeksi yang akut dan tidak
Pedoman secara umum ini dapat diikuti untuk infeksi congenital. Pada
dasarnya resiko tidak akan terjadi apabila ibu sudah terinfeksi 6 bulan / lebih sebelum
terjadi pembuahan. Jika infeksi terjadi dalam waktu < 6 bulan sebelum pembuahan,
Sebagian besar perempuan yang terinfeksi semasa hamil akan melahirkan bayi
yang normal dan tidak terinfeksi. Sekitar akan menularkan infeksi tersebut pada
menduduki tempat paling rendah ( 15% ) tetapi penyakit yang terjadi pada neonatus
paling berat. Jika infeksi terjadi pada trimester III, insidensi infeksi treansplasental
paling tinggi (65%), tetapi bayi biasanya asimptomatik pada saat dilahirkan(11).
Namun bukti paling akhir yang diperoleh menunjukkan bahwa bayi yang
serta defek neurologist kronis yang lebih tinggi pada anak yang tidak terinfeksi.
Hanya sejumlah kecil wanita ( 20% ) yang terinfeksi T.gondii menunjukkan tanda
klinis infeksi. Diagnosa infeksi sering diketahui secara tidak sengaja ketika tes
spesifik(11).
12
subklinis. Bila infeksi postnatal terjadi secara oral melalui ookista, infeksi prenatal
terjadi hanya jika terjadi infeksi primer sebelum kehamilan. Infeksi maternal diikuti
fetus secara hematogen. Berat ringannya gejala klinis pada fetus tergantung lamanya
paparan fetus pada parasit. Infeksi pada awal kehamilan biasanya terjadi lahir mati /
kehamilan, tetapi tanpa adanya gejala dan tanda klinis pada bayi. Hanya sebagian
kecil neonatus dengan congenital toxoplasmosis mempunyai ketiga tanda trias klasik
pada saat lahir ( congenital toxoplasmosis ), dan yang lain hanya sub klinis, namun
dapat terjadi kegagalan visual / retinokoroiditis di kemudian hari jika tidak diterapi.
Anak dengan infeksi subklinis juga ada kemungkinan mengalami sequele neurologis
Couvreur(11):
3. Anak dengan kelainan sedang dan tanda infeksi prenatal Hepatospenomegali dan
jaundice dengan atau tanpa trombositopenia atau gejala yang non spesifik.
- Trimester I :
Kematian fetus dan abortus terjadi karena pada sel yang terinfeksi toxoplasma
lain pihak, terlalu banyak interferon dapat menyebabkan kematian fetus yang
diakibatkan reaksi imunopatologis. Hal ini terjadi pada saat pembentukan fetus.
- Trimester II :
kehamilan terjadi proses migrasi neuron dari germinal ke korteks. Gangguan pada
DNA. Trisomi 21, Trisomi 18, Trisomi 9, 13, 15, namun perlu diingat bahwa
- Trimester III :
patologis terjadi lesi inflamasi fundus yang terdiri dari sel-sel mononuclear, limfosit
makrofag, epiteloid dan sel-sel plasma. Hal ini mengakibatkan retinal vaskulitis yang
ukuran mata terlalu kecil dan volume bola mata berkurang sampai dengan dari
nyeri okuler ringan, pandangan kabur, tampak gambaran bercak melayang pada
vaskulitis, oklusi vena retinal, tergantung peradangan dan berapa aktif virus
kekuningan, lesi korioretinal dan sel sel vitreus, dapat juga terjadi lesi inaktif(12).
2.6 Diagnosa
kebocoran lewat plasenta ). Penurunan titer IgG harus diulang setiap 612 minggu /
kali. Peningkatan titer IgM yang berlangsung melebihi minggu pertama merupakan
2.7 Terapi
spesifik kecuali jika terdapat gejala yang persisten dan berat. Pasien dengan okuler
5075 mg / hari, ditambah sulfadiazin 46 g / hari dalam dosis terbagi 4. Selain itu
diberikan pulakalsium folinat 10-15 mg / hari selama 6 minggu. Semua preparat ini
16
hanya bekerja aktif terhadap stadium takizoit pada toxoplasmosis. Jadi setelah
hidup dengan pirimetamin (25-50 mg) dan sulfadiazin ( 24 g). Jika pemberian
sulfadiazin tidak dapat ditolerir dapat diberikan kombinasi pirimetamin (75 mg / hari)
/hari) mungkin sudah cukup untuk terapi supresif yang lama. Neonatus yang
terinfeksi secara congenital dapat diobati dengan pemberian pirimetamin oral (0,51
mg /kg BB) dan sulfadiazine (100 mg / kgBB ).Di samping itu terapi dengan
2.8 Komplikasi
2.9 Prognosis
Untuk hewan dan manusia yang sehat, prognosisnya adalah baik. Penyakitnya
Bagi manusia yang emiliki siste imun yang lemah, prognosisnya tidak baik.
Penyakit ini akan menurunkan kerja dari obat yang dikonsumsi dan
suatu kebutaan.
Jenis infeksi ini biasanya fatal jika tidak dilakukan perawatan yang baik
2.10 Pencegahan
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi
toksoplasmosis, yaitu(14):
4. Cucilah semua peralatan dapur dengan bersih setelah memasak daging mentah.
terbuat darinya.
7. Hindari kotoran kucing pada wadah kotoran kucing atau tanah, terutama bagi
Bagi orang yang memelihara kucing, beberapa hal di bawah ini bisa mengurangi risiko
3. Gunakan sarung tangan dan masker muka saat membersihkan wadah kotoran.
19
BAB 3
3.1 Kesimpulan
gondii,merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang
menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh
hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes
perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Infeksi
yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia
sumber penularan.
Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan ookistanya
dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya ookista
dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang serta transplasental pada
waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan
mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi.
20
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh
kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel
3.2 Saran
dan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya penularan dari toxoplasma
gondii karena gejala klinisnya ringan dan sering kali luput dari pengamatan tenaga-
tenaga kesehatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
terhadap Toxoplasma gondii pada Kucing di beberapa Rumah Sakit dan Pasar
cipta, Bandung.
J.O. (eds): Infectious Diseases of the Fetus and Newborn Infant.W.B Saunders
(Jurnal).
22
10. Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia Volume
14. Dharmana, Edi , 2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang