Anda di halaman 1dari 11

Abortus Berulang Toxoplasmosis

Javier Immanuel-102018102

PBL B12 Skenario 6

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

Email ; javier.2018fk112@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Toksoplasmosis adalah infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh parasit protozoa
Toxoplasma gondii (T. gondii) . Toxoplasma gondii yang hidup di darah dan jaringan manusia
dan hewan. T. gondii yang menginfeksi hospes definitifnya, yaitu keluarga kucing. Manusia dan
mamalia lain sebagai hospes perantaranya. Infeksi parasit T. gondii pada orang yang sehat
umumnya tidak membahayakan, karena sistem kekebalan tubuh dapat mengendalikan infeksi
parasit ini. Namun, jika infeksi ini menyerang seseorang dengan sistem imunitas rendah atau ibu
hamil dapat menyebabkan komplikasi yang berat.

Kata Kunci : Toxoplasmosis, Toxoplasma gondii, Pengobatan toxoplasmasis

Abstract

Toxoplasmosis is an infection in humans caused by the protozoan parasite Toxoplasma gondii


(T. gondii). Toxoplasma gondii that lives in the blood and tissues of humans and animals. T.
gondii that infects its definitive host, the cat family. Humans and mammals are categorized as
intermediary hosts. T. gondii parasitic infections in healthy people are not protected, because the
immune system can control this infection. However, if this infection attacks someone with a low
immune system or pregnant women can cause severe complications.

Keywords: Toxoplasmosis, Toxoplasma gondii, Toxoplasmasis treatment


Anamnesis

Pada anamnesis yang dilakukan, didapatkan informasi sebagai berikut:

1. Usia pasien : 37 tahun


2. Jenis kelamin : perempuan
3. Status perkawinan : menikah
4. Pekerjaan : dokter hewan
5. Keluhan utama : abostus berulang
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien, didapatkan informasi sebagai berikut:

1. Kesadaran: Compos Mentis


2. Tampak sakit ringan
3. TTV :
 RR : 16x/menit,
 Nadi 70x/menit,
 Suhu : 37,3°C,
 Tekanan darah : 120/70 mmHg.
4. Mata: normal
5. KGB (kelenjar getah bening): teraba pada area cervical (limfadenopati)

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang pada skenario ini adalah dilakukan pemeriksaan serologi. Pada
pemeriksaan serologi ini ditemukan antitoxoplasma IgM bernilai 2. Selanjutnya untuk
pemeriksaan antitoxoplasma IgG bernilai 200. Selain itu dilakukan pemeriksaan TORCH
(toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, and herpes simplex virus).

Working Diagnosis

Berdasarkan data yang didapat, ditetapkan working diagnosis pada pasien adalah abortus
berulang toxoplasmosis.
Pendahuluan

Toksoplasmosis adalah infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh parasit protozoa
Toxoplasma gondii (T. gondii) . Parasit ini ditemukan pada tinja binatang peliharaan seperti
kucing atau daging yang belum matang. Infeksi parasit T. gondii pada orang yang sehat
umumnya tidak membahayakan, karena sistem kekebalan tubuh dapat mengendalikan infeksi
parasit ini. Namun, jika infeksi ini menyerang seseorang dengan sistem imunitas rendah atau ibu
hamil dapat menyebabkan komplikasi yang berat sehingga perlu penanganan medis.1

Toksoplasmosis disebarkan dari hewan ke manusia, bukan antarmanusia, kecuali pada wanita
hamil yang dapat menyebarkan infeksi ini pada janinnya. Akibatnya, terjadi kehamilan dan
kelahiran bayi yang cacat.3

Etiologi

Toxoplasmosis disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii yang hidup di darah dan jaringan
manusia dan hewan. T. gondii yang menginfeksi hospes definitifnya, yaitu keluarga kucing.
Manusia sebagai hospes perantaranya, mamalia lainnya adalah unggas.4,8

Epidemiologi

Toxoplasmosa gondii tersebar luas di seluruh dunia. Berdasarkan data prevalensi serologi,
toxoplasmosis di dunia diasumsikan sebesar 30-40%. Negara dengan iklim tropis dan kondisi
cuaca yang hangat memiliki prevalensi yang lebih besar dibandingkan dengan daerah dingin
yang terletak di dataran tinggi.2,8

Indonesia

Prevalensi infeksi T.gondii pada manusia di Indonesia pernah dilaporkan sebesar 43–88%.
Prevalensi toxoplasmosis pada beberapa daerah di Jawa Tengah (seroprevalensi positif) pada
tahun 2016 adalah 62.5%.6

Morfologi dan Daur Hidup


T.gondii adalah spesies dari Coccidia yang mirip Isospora. Di dalam usus halus kucing yang
terinfeksi Toxoplasma, parasit berkembang dalam daur aseksual (skizogoni) dan seksual
(sporogoni,gametogoni) yang menghasilkan ookista (Gambar A) yang dikeluarkan bersama
tinja.2,8

Ookista berbentuk lonjong dengan ukuran 12,5 mikron menghasilkan 2 sporokista yang masing-
masing mengandung 4 sporozoit. Pada saat ookista tertelan oleh mamalia lain atau unggas
(hospes perantara), maka akan dibentuk kelompok trofozoit yang membelah secara aktif, disebut
takizoit (Gambar B).2

Kecepatan pembelahan takizoit Toxoplasma berkurang secara bertahap dan membentuk kista
yang mengandung bradizoit (Gambar C). Masa tersebut adalah masa infeksi klinis menahun
yang pada umumnya merupakan infeksi laten. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium
seksual, tetapi stadium istirahat, yaitu kista jaringan. Siklus perkembangan dalam kucing
berlangung selama 20-24 hari setelah terinfeksi oleh ookista, namun hanya 3-5 hari apabila
menelan daging yang terinfeksi dengan kista.2

Bentuk takizoit seperti bulan sabit yang langsing dengan salah satu ujungnya runcing sedangkan
ujung lainnya tumpul, ukuran 2 x 5 mikron, terdapat inti parasit di tengah parasit. Pada manusia,
takizoit merupakan parasit obligat intraseluler.2,3

Takizoit berkembangbiak secara endodiogeni di dalam sel. Pada saat sel penuh dengan takizoit,
maka sel akan pecah dan takizoit akan memasuki sel-sel lain atau difagositosis oleh sel
makrofag. Kista jaringan dibentuk di dalam sel hospes nila takizoit yang membelah membentuk
dinding.2

Kista jaringan dapat ditemukan di dalam hospes seumur hidup terutama di dalam otak, otot
jantung, dan otot bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di otot kista
mengikuti bentuk sel otot.2
Morfologi A) Ookista B) Takizoit C) Bradizoit

(Sumber : https://hmkuliah.wordpress.com/2017/08/18/toxoplasma-gondii/)

Daur Hidup Toxoplasma

(Sumber :https://www.cdc.gov/dpdx/toxoplasmosis/)
Transmisi

Penularan dapat terjadi melalui cara dapatan (acquired) pada anak maupun orang dewasa, dan
secara kongenital penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya.

Penularan secara oral dapat terjadi, bila makan daging mentah atau kurang matang yang tercemar
takizoit Toxoplasma. Transmisi dapat terkadi di laborium pada orang yang bekerja dengan
hewan percobaan yang diinfeksi T.gondi dan juga pada saat mengerjakan autopsi. Penularan
melalui kulit terjadi akibat kontak dengan jaringan misalnya daging yang infektif atau sekret
hewan yang sakit. Selain itu toxoplasmosis dapat ditularkan melalui transplantasi organ dan
transfusi darah.8

Pada Toxoplasmosis kongenital, penularan pada janin terjadi melalui plasenta dari ibu hamil
yang menderita toxoplasmosis. Penularan yang terjadi pada awal kehamilan, akan menyebabkan
terjadinya abortus pada janin, atau anak lahir dalam keadaan meninggal. Pada infeksi
toxoplasmosis yang terjadi pada trimester akhir kehamilan, janin yang berada dalam kandungan
tidak menunjukan kelainan. Gejala-gejala klinis toxoplasmosis pada bayi baru lahir terlihat dua
tiga bulan pasca kelahiran. Selain itu melalui plasenta, Toxoplasma gondii dapat ditularkan dari
ibu ke anak melaui air susu ibu, jika ibu tertular parasit ini pada masa nifas (pueperium).8

Patologi dan Gejala Klinis

Pada orang dewasa imunokompeten umumnya tidak menimbulkan gejala asimtomatik. Gejala
klinis yang ringan antara lain pembengkakan ringan kelenjar limfe dan nyeri otot yang hanya
berlangsung selama beberapa minggu. Pada bayi dan penderita imunokompromais misalnya
penderita HIV/AIDS akan menunjukkan gejala-gejala klinis toxoplasmosis yang berat berupa
demam, sakit kepala, gangguan kesadaran , dan gangguan koordinasi. Penderita akan sering
mengalami kekambuhan dan re-infeksi yang berulang-ulang.2,8

Kista dibentuk bila sudah ada kekebalan dan berlangsung seumur hidup. Kerusakan pada
jaringan tubuh tergantung dari2:
• Umur
• Immunocompromised
• Virulensi strain toksoplasma
• Jumlah parasit
• Organ yang diserang

Toxoplasmosis akuista. Gejala jarang ditemukan (asimtomatik) pada orang dewasa yang
terinfeksi. Manifesti klinis yang sering ditemukan adalah limfadenopati (servikal, supravesikular,
axial, inguinal dan oksipital), rasa lelah, demam, nyeri otot, dan rasa sakit kepala.
Retinokoroiditis jarang ditemukan, dapat ditemukan sebagai kelanjutan infeksi kogenital yang
mungkin merupakan reaktivasi infeksi laten pada pubertas dan dewasa. Manifesti lain yang
ditemukan adalah korioretinitis dan yang agak jarang pneumonitis dan miokarditis.8

Toxoplasma kongenital. Gejala toxoplasmosis tampak jelas pada ibu hamil yang menderita
toxoplasmosis karena dapat mengalami abortus, janin lahir mati atau bayi yang dilahirkan
menunjukan tanda-tanda toxoplasmosis. Ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma gondii pada
trimester pertama kehamilan umumya akan mengalami abortus atau janin lahir mati. Frekuensi
transmisi secara konginetal meningkat seiring bertambahnya usia janin. Sebaliknya dampak berat
kerusakan organ pada janin berbanding terbalik dengan usia kehamilan. Pada saat lahir, bayi
tampak normal atau beberapa saat setelahnya, akan timbul gejala seperti eritoblastosis, hidrops
fetalis, dan triad klasik yang terdiri atas hidrosefalus, retinokoroiditis, dan kalsifikasi
intrakranial. Disebut juga Sabin tetrad bila ditemukan juga gangguan psikomotor beserta triad
klasik.3

Diagnosis

Untuk menetapkan diagnosis pasti toxoplasmosis harus dilakukan pemeriksaan mikroskopik


histologis secara langsung atau hasil biopsi atau fungsi atau otopsi atas jaringan organ penderita,
atau pemeriksaan atas jaringan berasal dari hewan coba yang dinokulasi dengan bahan infektif.
Parasit mungkin ditemukan pada pemeriksaan langsung atas darah penderita sputum, tinja, cairan
cerebrospinal, dan cairan amnion.1,8
Isolasi T.gondii dapat dilakukan dengan inokulasi mencit. Isolasi darah atau cairan tubuh lainnya
dapat digunakkan untuk diagnosis akut atau kronis. Namun tindakan ini tidak dapat menentukan
sifat infeksi dan memerlukan waktu yang lama. Selain itu deteksi DNA T.gondii dengan PCR
dapat dilakukan untuk menetapkan diagnosis pasti dengan menggunakan primer gen B1.2,8

Pada pemeriksaan serologi titer imunoglobulin G (IgG) yang tinggi menunjukkan bahwa
seseorang telah terinfeksi dengan parasit ini, sedangkan titer IgM yang tinggi menunjukkan
bahwa seseorang sedang terinfeksi Toxoplasma gondii. Untuk menunjang diagnosis
toxoplasmosis pemeriksaan serologi yang sering dilakukan adalah uji serologi dengan Sabin-
Feldman Dye Tes, Uji Fiksasi Komplemen, Tes Hemaglutinasi tak langsung (IHA), Tes
toxoplasmin, Uji netralisasi antibodi dan uji ELISA.1,4,8

Diagnosis Banding

Banyak penyakit yang dapat dikategorikan sebagai diagnosis banding berdasarkan lokasi lesi
yang ditemukan. Dapat dikemukakan abses otak, sarkoidosis, TBC, dan beberapa penyakit
fungsi. Dalam uji laboratorium dasar bisa saja ditemukan limfositosis. Penemuan yang
menetapkan diagnosis adalah penyangatan lesi berbentuk cincin multipel yang berhubungan
dengan udem otak.1

Pengobatan

Penderita yang sedang menderita toxoplasmosis diobati dengan terapi antiparasit yang diberikan
dalam bentuk kombinasi Primetamin dengan Sulfonamid (Sulfadiasin,Sulfametasin. Sulfaetasol),
sebaiknya disertai pemberian Asam Folinat untuk mencegah terjadinya efek samping seperti
depresi sumsum tulang, ditandai dengan terjadinya anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
Pengobatan diberi dengan tata cara sebagai berikut2;

 Pirimetamin untuk dewasa, dosis : 50-75mg/hari, selama 3 hari lslu dikurangi menjadi
25mg (0,5 -1 mg/kg BB/hari)untuk penyakit berat, diberikan selama beberapa minggu.
Waktu paruh pirimetamin adalah 4-5 hari, oleh karena itu dapatdiberikan 2 hari sekali
atau 3-4 hari sekali.
 Asam folinat diberikan 2-4mg sehari.
 Sulfonamid, dosis ; 50-100mg/kg BB/ hari selama beberapa minggu atau bulan.

Untuk ibu hamil tidak diberikan Pirimetamin karena obat tersebut bersifat teratogenik. Maka
diberikan Spiramisin, yang tidak menembus plasenta, tapi dapat mencegah parasit masuk
plasenta. Dosis diberikan adalah 100mg/kg BB/ hari selama 30-45 hari.2

Pemberian obat Klindamisin adalah obat efeketif terhadaoa toxoplasmosis, namun harus
dipertimbangkan karena dapat menyebabkan efek samping seperti kolitis pseudomonas.
Kortikosteroid digunakan sebagai anti-inflamasi, tetapi tidak dapat digunakan sebagai obat
tunggal. Obat macrolide seperti kalritomisin, roksitromisin, dan asitromisin yang dikombinasi
dengan pirimetamin juga efektif terhadap toxoplasmosis.1,2

Pada penderita imunokompromais (HIV/AIDS), pemeberian obat dilakukan seumur hidup karena
dapat rekurensi dengan mudah, lebih mudah lagi bila pengobatan diberikan kurang dari 8
minggu.3

Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan toksoplasmosis, antara lain7:

 Kebutaan. Kondisi ini terjadi pada penderita toksoplasmosis yang mengalami infeksi
mata, yang tidak diobati dengan sempurna.
 Ensefalitis. Infeksi otak serius dapat terjadi pada penderita toksoplasmosis dengan sistem
imunitas rendah karena penyakit HIV/AIDS.
 Gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, dan retardasi mental. Komplikasi ini
dapat menimpa penderita toksoplasmosis bayi baru lahir.’

Prognosis
Toxoplasmosis yang terjadi pada anak atau orang dewasa, prognosis penyakitnya tergantung
pada jenis dan beratnya kerusakan organ yang terserang. Pada orang dewasa toxoplasmosis
umunya tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). Pada bayi yang menderita toxoplasmosis akut
umumnya fatal akibatnya, meskipun ibu tidak menunjukkan gejala. Anak yang menderita infeksi
toxoplasmosis prenatal, meskipun jarang menimbulkan kematian akan mengalami cacat yang
bersifat permanen.3

Pencegahan

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi toksoplasmosis,
yaitu8:

 Memasak Makanan dan minuman terlebih dahulu harus dengan baik.


 Menghindari kontak langsung dengan daging atau jaringan organ hewan yang sedang
diproses
 Menjaga kebersihan lingkungan
 Tidak megadakan kontak dengan kucing,
 Tidak membersihkan tempat sampah
 Selalu menggunakan sarung tangan jika berkebun, dan
 Selalu mencuci tangan sesudah berkebun, sesudah mencuci daging mentah, dan sebelum
makan.

Kesimpulan

Pemeriksaan antitoxoplasma IgG bernilai 200 menunjukkan bahwa pasien mungkin memiliki
riwayat terinfeksi toxoplasmosis sebelumnya. Selain itu keluhan utama, yaitu abortus merupakan
salah satu gejala klinis Toxoplasmosis kongenital dan juga dapat dikatakan bahwa infeksi
tersebut terjadi pada trimester awal/ awal kehamilan yang menyebabkan abortus atau bayi yang
lahir meninggal.

Daftar Pustaka
1. Hadidjaja P dan Margono S. Dasar Parasitologi Klinik. Ed.1. Jakarta : Perhimpunan Dokter
Spesialis Parasitologi Klinik Indonesia ; 2011; h.41-9

2.Sutanto I., dkk. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Ed. 4. Jakarta : Badan Penerbit FKUI :
2017 ; h.162-71

3.Natadisastra D dan Agoes R. Parasitologi Kedokteran ; Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Jakarta : EGC ; 2009 ;233-47

4. Furtado, JM. (2011). Toxoplasmosis: A Global Threat. Journal of Global Infectious Diseases,
3(3), pp. 281–284.

5. Montoya, JG, Rosso, F. (2005). Diagnosis and Management of Toxoplasmosis. Clinics in


Perinatology, 32(3), pp. 705-26.

6. Retmanasari A, Widartono BS, Wijayanti MA, et al. Prevalence and risk factors for
Toxoplasmosis in Middle Java, Indonesia. EcoHealth, 2017;14:162-170

7. Mayo Clinic (2017). Diseases & Conditions. Toxoplasmosis. Diakses pada 2019, November
18. Cited dari ; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/toxoplasmosis/diagnosis-
treatment/drc-20356255

8. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto ; 2011;h.72-7

Anda mungkin juga menyukai