Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PATOGENESIS PENYAKIT 1

INFEKSI PADA SISTEM SARAF


“TOKSOPLASMOSIS”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Olivia Ruth Tio Yolanda S (22030119130060)
Lidya Alwina Jokhu (22030119130062)
Ainun Azzahra Mahardhika (22030119130064)
Ayu Zuliana (22030119130066)
Adelia Hapsari Sucipto (22030119130068)
Erika Nurul Larasati (22030119130070)
Arvestia Christi Wistiati (22030119130072)
Alvia Nida Syafira (22030119130074)
Suci Noviya Dewi (22030119130076)
Dupitosari (22030119130078)
Kelas A (Genap)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
2020
TOKSOPLASMOSIS

PENGERTIAN DAN ORGAN YANG DISERANG


Toksoplasmosis merupakan penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii yang merupakan golongan protozoa yang sifatnya parasite obligat
intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk atau tingkatan yaitu takizoit (bentuk
proliferative yang disebut juga tropozoit, bradizoit (terdapat pada kista jaringan), dan
sporozoit (dihasilkan oleh ookista). Penemu Toxoplasma gondii yang pertama kali
adalah Nicoe dan Splendro pada tahun 1908 pada hewan pengerat (Tenodactylus gundii)
pada bagian limfa dan hati di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil dan
disebut sebagai Toxoplasma gondii.1,2
Toxoplasma gondii berasal dari bahasa latin toxon artinya busur dan plasma
artinya bentuk atau bentuk yang serupa dengan busur. Toksoplasma adalah penyakit
yang terdapat pada hewan vertebrata dan mampu untuk menular ke manusia (zoonosis).2

Gambar 1. Struktur Toxoplasma gondii Gambar 2. Toxoplasma gondii


Toksoplasma bisa menyerang kelenjar getah bening di leher, menimbulkan
limfadenopati dan sering dikaitkan dengan kekakuan leher. Toksoplasma juga bisa
bermigrasi melalui aliran darah dan sistem limfatik menimbulkan masalah kesehatan
serius di organ vital lain seperti otak, mata, dan otot.3

Gambar 3. Kelenjar Getah Bening


Toksoplasmosis juga dapat menyerang ibu hamil. Toksoplasmosis pada wanita
hamil menyebabkan abortus, lahir mati, dan kelainan kongenital. Toksoplasmosis
kongenital dapat menimbulkan gangguan penglihatan, pendengaran, dan fungsi
intelektual anak.4

PENYEBAB DAN TRANSMISI


Toxoplasma gondii merupakan parasit protozoa yang menginfeksi hampir semua
hewan berdarah panas,manusia adalah infeksi utamanya melalui memakan makanan
yang kurang matang atau daging mentah yang mengandung kista toxoplasma tersebut
dan dapat juga melalui air yang terkontaminasi oleh ookista Toxoplasma gondii.
Toxoplasma gondii hanya mengalami proliferasi aseksual (schizogoni) dan seksual
(gametogoni) dalamhospes definitif dan felidaelainnya, sehingga hospes definitif
berfungsi sebagai satu-satunya tempat diproduksinya ookista. Ookista stabil di
lingkungan setelah dikeluarkan melalui feses. Ookista dapat menular selama kurang
lebih dua tahun, dan menyebabkan kontaminasi secara luas dan menjadi sumber infeksi
bagi manusia dan hospes perantaralainnya. Kucing termasuk dalam intermediet
host,hanya kucing yang dapat mengeluarkan tahap Toxoplasma gondii melalui feses.5
Ookista terbentuk sebagai hasil dari siklus seksual di dalam mukosa usus halus
kucing.hanya siklus aseksual yang terjadi di intermediate hostToxoplasma gondii.5
Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui tiga rute transmisi utama: makanan
yang dikonsumsi (konsumsi daging yang terinfeksi oleh kista jaringan). Penularan
hewan ke manusia (menelan ookista gudang dalam tinja kucing yang terinfeksi), dan
ibukejanin (infeksi kongenital melalui plasenta selama kehamilan).6Transmisi infeksi ini
juga dapat lewat transfusi dan transplantasi organ solid seperti hati, sumsum tulang,
ginjal, pankreas dan usus halus.Reaktivasi penyakit laten diakibatkan tidak sesuainya
donor organ seropositif dan penerima seronegatif (D + / R−) atau infeksi de novo
bertanggung jawab untuk penularan penyakit.7,8

JALUR MASUK
Toksoplasmosis bisa menjadi akut atau kronis. Akut infeksi dikaitkan dengan
bentuk proliferative (tachyzoite), sedangkan infeksi kronis berhubungan dengan kista
jaringan.5Transmisi toksoplasmosis dibagi menjadi 2 mekanisme, yaitu vertikal dan
horizontal. Penularan vertikal terjadi dari ibu hamil kepada janin. Penularan horizontal
berhubungan dengan pola hidup dan lingkungan.9Selama kehamilan, parasit hadir dalam
cairan amnion dan/atau jaringan janin.5
Toxoplasma ditemukan dalam intermediate host dalam 2 bentuk yaitu: bradizoit
dan takizoit.Bradizoit merupakan bentuk dormant, pertumbuhan lambat, dapat
ditularkan, berupa kista. Pada saat manusia memakan daging setengah matang berisi
kista yang mengandung bradizoit, dinding kista akan pecah di dalam lambung host dan
bradizoit yang tahan terhadap peptidase lambung dilepaskan dan menginvasi usus halus.
Bradizoit akan mengalami transformasi menjadi takizoit, bentuk yang membelah
dengan cepat, menyebabkan penyakit karena dapat merusak semua sel berinti,
bereplikasi di dalam vakuola parasitophorus, menghancurkan sel (egress) dan
menginfeksi sel tetangga yang sehat.10
Takizoit dapat menginfeksi hampir semua jenis sel berinti, baik hewan maupun
manusia bahkan dapat menginfeksi insekta. Akan tetapi terdapat beberapa jenis sel dan
oragan yang sering diinfeksi oleh katizoit, yang bergantung pada rute infeksi dan jenis
inangnya. Takizoit mampu membelah 6-8 jam pasca infeksi terjadi. Setelah menginfeksi
semua sel yang berinti, takizoit akan berkembang biak dengan cara endodiogeni.11
Takizoit cepat menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe atau melalui
darah ke hati kemudian menuju paru dan menyebar ke seluruh tubuh. Pada infeksi laten
(jenis infeksi yang dapat terjadi setelah fase akut, organisme patogennya masih ada
tetapi tidak ada gejalanya dan setelah beberapa waktu penyakit ini dapat muncul
kembali) replikasi takizoit melambat, dan bradizoit berkembang dan membentuk kista
jaringan yang menjadi awal dari dormansi parasit.11
Proses takizoit masuk ke sel sangat aktif dan singkat, hanya berkisar 15-30
detik. Sebaliknya fagositosis memerlukan waktu sekitar 2-4 menit. Proses masuknya
melibatkan tiga tahap yaitu pelekatan, penetrasi aktif dan pembentukan vokuola
parasitoforus yang membentuk dinding kista.11
Akibat infeksi T. Gondii menyebabkan terjadinya kerusakan massif pada
jaringan ataupun organ target. Infeksi takizoit T. Gondii galur RH mampu menyebabkan
kerusakan jaringan dalam waktu yang sangat singkat terutama pada leukosit. Kerusakan
paa jaringan maupun organ disebabkan adanya sikulus litik (lytic cycle) selama
perkembangan aseksual. Saat takizoit sudah menginfeksi sel di alam vokuola
parasitoforus maka perkembangan secara vegetatif akan dimulai. Pembelahan disi
takizoit tadi dikenal dengan endodiogeni atau poliendodiogeni. Pada periode yang sama
saat sel hancur atau lisis jumlah takizoit hasil pembelahan mencapai 256 takizoit baru.
Periode tersebut sama dengan periode dimana satu sel akan membelah secara mitosis
menjadi dua sel. Oleh karena itu, kecepatan replikasi takizoit tidak sebanding dengan
kemampuan sel untuk bermitosis.11
Toksoplasmosis ocular merupakan kerusakan mata yang disebabkan oleh parasit
Toxoplasma gondiiyang bisa bersifat bawaan atau didapat. Mekanisme dimana T.
gondii memasuki mata saat ini tidak diketahui. Beberapa penelitian telah mengatakan
bahwa parasit secara langsung memasuki mata dengan melakukan perjalanan dari usus
melalui aliran darah, sementara teori alternatif adalah bahwa mereka menginfeksi mata
dari otak melalui saraf optik. Komplikasi gangguan penglihatan, seperti ablasi retina,
kularisasi neo koroidal, dan glaukoma, dapat terjadi kapan saja selama perjalanan klinis
toksoplasmosis ocular.12

Gambar 4. Siklus Toxoplasma gondii

REAKSI TUBUH & GEJALA


Pengaruh Toksoplasmosis terhadap Perilaku Manusia
Hasil penellitian profil individu dan perilaku penderita toksoplasmosis di Ceko
menunjukkan adanya perubahan perilaku wanita dan laki-laki. Kepribadian penderita
laki-laki menunjukkan penurunan superego, peningkatan kewaspadaan, mudah curiga,
cemburu, dan dogmatic. Berbeda dengan wanita yang lebih lemah lembut, peningkatan
supergo, teliti, tekun, dan moralistic.Berdasarkan penelitian, infeksi T.gondii
meningkatkan level dopamin di rodentia. Kemungkinan melibatkan oelepasan faktor
inflamasi dopamin melalui peningkatan sitokin seperti interlukin-2.13
Ketidakseimbangan dopamin antara bagian mesombilic dan mesocortical otak
dicurigai berpengaruh dalam perkembangan schizophrenia, dimana beberapa observasi
menemukan asosiasi antara schizophrenia dan toxoplasmosis. Lebih lanjut, subjek
penelitian laki-laki terinfeksi toksoplasmosis mengalami peningkatan level testosteron,
dimana dapat melemahkan imunitas sel hospes dan selanjutnya akan meningkatkan
peluang keberlangsungan hidup T.gondii dalam sel hospes.13
Pengaruh Toksoplasmosis pada Fisiologi
Toksoplasmosis dapat hadir dengan gejala patologis yang parah, termasuk
retinochoroiditis, miokarditis, dan meningoensefalitis, berpotensi menyebabkan
kematian. Namun, lebih dari satu pertiga populasi manusia di dunia yang terjangkit
T.gondii tidak menimbulkan gejala karena imun sistem yang dimiliki dapat mencegah
parasit yang akan menyebabkan penyakit. Infeksi yang jangka waktunya lebih lama
(kronik) dan tidak disertai dengan gejala klinis yang jelas disebut toksoplasmosis laten
sementara infeksi yang menimbulkan gejala klinis yang berkelanjutan atau berulang
disebut kronis toksoplasmosis.14,15
Toksoplasmosis dan Kehamilan
Sensitivitas eksrepesi reaksi tubuh toksoplasmosis juga dipengaruhi Rh. Studi
menunjukkan efek toksoplasmosis lebih kuat pada subjek yang meimiliki Rh-negatif,
dan beberapa hanya ditemukan pada Rh-negatif.16 Salah satu gejala toksoplasmosis pada
wanita hamil adalah peningkatan berat badan pada usia 16 minggu kehamilan, pada sub
populasi RhD-negatif.Transmisi vertikal toksoplasmosis dari ibu ke janin, dapat
menghasilkan kongential toksoplasmosis. Sekitar 30% infeksi maternal menghasilkan
manifestasi klinis, gejala yang tidak spesifik: kelelahan, panas, dan nodus limpa yang
bermasalah.17Toksoplasma pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian dan keguguran
pada bayi karena infeksi saat dikandungan. Jika bayi lahir dengan keadaan sehat, tetapi
gejala klinis mungkin akan muncul setelah beberapa minggu, bulan, atau tahun setelah
bayi dilahirkan. Gejala klinis yang sering dijumpai adalah korioretinis (gangguan
penglihatan), strabismus (juling), atau hidrosefalus (penumpukan cairan pada
otak),kejang, dan defisit neurologis. Studi mengatakan, pada usia 18 bulan pertama
anak yang lahir dari ibu terinfeksi dapat mengalami perkembangan motorik yang
lambat.18,19,20
Gambar 5. Toksoplasmosis Pada Bayi

PREVALENSI TOKSOPLASMOSIS DI INDONESIA


Penyebab Masih Adanya Kejadian Toksoplasmosis di Indonesia
Prevalensi toksoplasmosis pada manusia di Indonesia berada pada kisaran angka 2-
51%. Kejadian tersebut tersebar di beberapa wilayah seperti Sulawesi Utara sebanyak
58%, Jakarta 10-12%, Surabaya 9%, Yogyakarta 20%, Boyolali 2%, Jawa Barat 51%,
Sumatera Utara 9%, Kalimantan Barat 3%, Kalimantan Selatan 31%, Sulawesi Tengah
27%, dan Palu sebanyak 16%. Penyakit toksoplasmosis diperkirakan akan menjadi
endemik di Indonesia. Data SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia)
menyebutkan bahwa dari tahun 2007 ke 2008 kejadian toksoplasmosis pada ibu hamil
mengalami peningkatan, yang semula 35% menjadi 47%.21,22 Meningkatnya angka
prevalensi penyakit toksoplasmosis di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Rendahnya kewaspadaan masyarakat Indonesia sehingga terkesan menyepelekan
masalah ini dan tidak segera melakukan pemeriksaan dini.21
2. Gaya hidup masyarakat Indonesia yang berubah seperti suka mengonsumsi daging
atau sayuran yang kurang matang saat pemasakan dan tidak dicuci dengan bersih
sehingga terpapar parasit.21,23
3. Buruknya sanitasi lingkungan dan banyaknya kucing sebagai penular utama, serta
iklim tropis di Indonesia dengan kelembaban tinggi yang menyebabkan parasit di
lingkungan cepat berkembang.24
Kondisi lingkungan sekitar mempengaruhi foodborne disease dan waterborne disease.
Apabila suatu lingkungan sesuai dengan tumbuh kembang jamur, bakteri atau parasit
yang mengontaminasinya, maka ookista tersebut akan bertahan dalam rentang waktu
yang lama di lingkungan tersebut.22
Cara Mengatasi
Karena penyakit ini paling banyak disebabkan oleh kucing, salah satu bentuk
pencegahan yang dapat kita lakukan adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat
khususnya yang memelihara kucing akan betapa berbahayanya penyakit ini. Selain itu
bagi yang memelihara kucing, dapat menjaga kebersihan kucingnya dengan selalu
dirawat kebersihannya agar tidak menimbulkan penyakit.

Gambar 6. Pembersihan Kandang Hewan Peliharaan

Gambar 7. Contoh Perawatan Kucing

Saran dari sebuah penelitian, kita dapat melakukan pencegahan toksoplasmosis


dengan menjaga kebersihan tangan dan kuku seperti cuci tangan setelah kontak dengan
kucing dan terutama sebelum makan untuk mengurangi kemungkinan menempelnya
ookista pada tangan, serta memotong kuku secara rutin minimal satu kali dalam
seminggu, memakai APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker dan sarung tangan etika
membersihkan habitat kucing atau kontak dengan kucing, dan menjaga kebersihan
rumah dan halaman rumah dengan cara menyapu dan mengepel rumah minimal sekali
dalam sehari.24
Gambar 8. Vaksin Kucing
Selain itu, orang yang memelihara kucing juga dapat memberikan vaksin toksoplasma
secara berkala kepada kucing agar imunitas kucing meningkat dan tidak mudah
terinfeksi toksoplasmosis sehingga tidak menularkan pada manusia.21
DAFTAR PUSTAKA
1. Triana A. Faktor Determinan Toksoplasmosis pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.2015; 11(1):.p.25-31
2. Agustin PD, Mukono J. Gambaran Keterpaparan terhadap Kucing dengan Kejadian
Toksoplasmosis pada Pemeliharaan dan Bukan Pemelihara Kucing di Kecamatan
Mulyorejo Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan.2015; 8(1):.p.103-117
3. Putri DSA, Salsabela A, Wahyuliswari D, et al. Resiko Arthtritis pada
Toxoplasmosis. Jawa Timur: Universitas Jember Indonesia. 2018
4. Ayunita SGP. Kehamilan yang Disertai dengan Toksoplasmosis. Jawa
Timur:Universitas Negeri Jember. 2018
5. Febriana H., dan Arif Y.P. Diagnosis Toksoplasma Gondii Toxoplasmosis. Medula.
2018; 8(1): 127-130
6. Ani T. Faktor Determinan Toksoplasmosis Pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2015; 11(1):25-31
7. Iskandar A, Mayashinta DK, Indra MR. Mengenal Toxoplasma Gondii, Obesitas,
dan Sindrom Metabolik. Malang: Universitas Brawijaya Press; 2018 Nov 30.
8. Khurana S, Batra N. Toxoplasmosis in Organ Transplant Recipients: Evaluation,
Implication, and Prevention. Tropical Parasitology. 2016 Jul;6(2):123.
9. Febianingsih, N. P. E., Artama, W. T. & Indriani, C.Seroprevalensi toksoplasmosis
di Gianyar Bali. Berita Kedokteran Masyarakat.2017; 33(2), pp. 61-66.
10. Hamdan, A. Toxoplasmosis Dalam Kehamilan. Intisari Sains Medis, 2015;2(1), 13-
18.
11. Kementerian Pertanian.Manual Penyakit Hewan Mamalia. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Hewan.2014.
12. Hosseini, S. M. et al. Assessment of Ocular Toxoplasmosis Patients Reported At
ATertiary Center in The Northeast of Iran. Int Ophthalmol.2018; Volume 38, p.
2527–2533.
13. Johnson HJ, Koshy AA. Latent Toxoplasmosis Effects on Rodents and Humans:
How Much is Real and How Much is Media Hype. mBio. 2020;11(2):e02164-19.
Published 2020 Mar 17. doi:10.1128/mBio.02164-19.
14. Halimatunisa F, Prabowo AY. Diagnosis Toxoplasma Gondi dan Toksoplasmosis.
medula. 2018;8(127–130).
15. Flegr J, Prandota J, Sovičková M, Israili ZH. Toxoplasmosis – A Global Threat.
Correlation of Latent Toxoplasmosis with Specific Disease Burden in a Set of 88
Countries. Fernandez-Reyes D, editor. PLoS One. 2014 Mar 24;9(3):e90203
16. Sebankova B, Jaraslov F. Physical and Mental Health Status in Toxoplasma-
Infected Women before and 3 Years after They Learn about Their Infection:
Manipulation or Side-Effects of Impaired Health. Frontiers in Ecology and
Evolution. 2017;5(144):1.
17. Wallon M, Farncois P.Congenital Toxoplasmosis: A Plea for a Neglected Disease.
Pathogens. 2018;7(25):2-9. doi:10.3390/pathogens7010025
18. Flegr J, Šebánková B, Příplatová L, Chvátalová V, Kaňková Š. Lower performance
of Toxoplasma-infected, Rh-negative subjects in the weight holding and hand-grip
tests. PLoS One. 2018;13(7):e0200346. Published 2018 Jul 12.
doi:10.1371/journal.pone.0200346.
19. Andriyani R, Megasari K. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Infeksi Toksoplasma pada Ibu Hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun
2010-2013. J Kesehat Andalas [Internet]. 2015 May 1;4(2). Available from:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/278
20. Rostami A, Riahi SM, Contopoulos-Ioannidis DG, Gamble HR, Fakhri Y, Shiadeh
MN, et al. Acute Toxoplasma infection in pregnant women worldwide: A systematic
review and meta-analysis. Sinnis P, editor. PLoS Negl Trop Dis [Internet]. 2019 Oct
14;13(10). Available from: http://dx.plos.org/10.1371/journal.pntd.0007807
21. Infeksi Toksoplasmosis Kronis pada Anggota Organisasi Pembiak Kucing di
Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 31 Januari 2020; 12(1): 48-58.
22. Utami RI dan Sriningsih R. Model Matematika Penyebaran Penyakit
Toksoplasmosis. Journal of Mathematics. 2018; 1: 54-58.
23. Darmawan A, Karolina ME, Hanina. Kadar Interferron Gamma (IFNγ) pada Pasien
Toksoplasmosis yang Asimptomatik. Jambi Medical Journal. Mei 2019; 7(1): 68-72.
24. Rachmawati, I. Analisis Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian
Toksoplasmosis pada Komunitas Pemelihara Kucing “Bungkul Cat Lovers” di
Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2019;11(2): 116-122.

Anda mungkin juga menyukai