Anda di halaman 1dari 30

BIOMONITORING

PAJANAN
TOKSOPLASMA
Beni Hari Susanto, S.KL.,M.KL
S1 Kesehatan Lingkungan
STIKes WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
Pendahuluan

● Toxoplasma gondii berasal dari bahasa latin yaitu toxon yang berarti busur dan plasma
yang berarti bentuk sehingga mempunyai arti suatu bentuk yang menyerupai busur
atau sering pula disebut berbentuk bulan sabit atau berbentuk pisang.

● Nama gondii diambilkan dari nama belakang Ctenodactylus gundii. Ctenodactylus


gundii adalah binatang pengerat di Afrika Utara dimana parasit ini pertama kali
ditemukan (Garcia dan Bruckner, 1996).

● Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena


berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian (Levine,
2010).
Tiga Bentuk Toksoplasma

● Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dlm tiga


bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista
(berisi sporozoit).

● Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit (crescent) dengan ujung yg runcing dan
ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 µm, lebar 2-3 µm dan mempunyai
selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain
seperti mitokondria dan badan golgi.

● Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom, tidak berpigmen. Bentuk ini


terdapat di dlm tubuh hospes perantara spt burung dan mamalia termasuk
manusia dan kucing sbg hospes definitif.

● Takizoit ditemukan pada infeksi akut dlm berbagai jar tubuh, dapat memasuki tiap
sel yang berinti. Takizoit merupakan trofozoit yg membelah dgn cepat (Garcia dan
Bruckner, 1996 ; Prasetyo, 2005).
Gambar 1. Takizoit Toxoplasma gondii
A : takizoit dalam sel mononuklear besar B : takizoit bebas dalam darah

Sumber: Toxoplasmosis. In: Tropical Medicine and Parasitology, Frenkel J. K, California, 1989
1. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yg membelah telah membentuk dinding.

2. Ukuran kista berbeda-beda, ada yg berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yg
ukuran 200 µm berisi 3000 bradizoit.

3. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot
bergaris.

4. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot.

5. Kista ini merupakan stadium istirahat dari Toxoplasma gondii.

6. Kista berisi bradizoit yg membelah lambat;

7. Menurut Levine (1990), pada infeksi kronis kista dapat ditemukan dalam jaringan organ tubuh dan
terutama di otak.
Ookista
1. Ookista yang keluar bersama tinja kucing berbentuk lonjong,
berukuran lebar 9-11 µm dan panjang 11-14 µm.

2. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah


menjadi dua sporoblas.

3. Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding


dan menjadi sporokista.

4. Masing-masing sporokista tersebut berisi empat sporozoit yang


berukuran 8x2 µm dan sebuah benda residu (Frenkel, 1989 ; Levine,
1990 ; Garcia dan Bruckner, 1996).
Epidemiologi

● Penyakit infeksi yang masih endemis dan dekat dengan masyarakat


adalah toksoplasmosis.

● Toksoplasmosis merupakan penyakit pada hewan yang dapat menular ke


manusia yang disebut juga penyakit zoonosis.

● Hal ini terjadi sebagai akibat keberadaan hidup manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari hewan;

● Hewan peliharaan terutama dari famili Felidae (kucing) dapat menjadi


sumber munculnya penyakit toksoplasmosis.
● Toksoplasmosis adalah penyakit yg disebabkan Toxoplasma gondii.

● Protozoa ini hidup dlm sel epitel usus muda Felidae sbg hospes definitif,
sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya.

● Hospes perantara yg mudah terinfeksi antara lain adalah hewan berdarah panas
dan mamalia lainnya termasuk manusia.

● Toxoplasma gondii dapat ditemukan di seluruh dunia;

● Infeksi terjadi dimana ada hewan dari famili Felidae termasuk kucing yg
mengeluarkan ookista bersama tinjanya.
● Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pada manusia atau hewan
lain;

● Angka prevalensi Toxoplasma gondii pada hewan ternak di Indonesia adalah pada
kambing berkisar 24-61%, babi 28%, domba 43%, sapi 36%, kerbau 27%, ayam 20%, itik 6%.
Pada hewan peliharaan kucing10-40%, anjing 10%, dan pada manusia 14-82% (Iskandar,
1999);

● Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gandahusada (1995), prevalensi zat anti
Toxoplasma gondii pada hewan kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75%
dan pada ternak lain kurang dari 10%.
Siklus Hidup

1. Siklus hidup Toxoplasma gondii dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu siklus
seksual dan aseksual yang hanya terjadi pada induk semang sejati yaitu kucing dan
sebangsanya (Felidae) yang menghasilkan ookista, sedang siklus aseksual terjadi
pada induk semang antara maupun induk semang sejati;

2. Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari Toxoplasma gondii. Di
dalam usus kecil kucing, sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi
trofozoit.

3. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang
pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni).
4. Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual.

5. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan


mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni).

6. Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja
kucing.

7. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista
yang masing- masing berisi empat sporozoit (sporogoni).
8. Bila ookista tertelan oleh mamalia lain atau burung (hospes perantara), maka
pada berbagai jaringan hospes perantara ini dibentuk kelompok-kelompok
trofozoit yang membelah secara aktif dan disebut takizoit (tachyzoit = bentuk
yang membelah cepat).

9. Kecepatan takizoit membelah berkurang secara berangsur dan terbentuklah


kista yang mengandung bradizoit (bentuk yang membelah perlahan), masa ini
adalah masa infeksi klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi laten.

10. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual, tetapi dibentuk stadium
istirahat, yaitu kista jaringan;

11. Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi,
maka terbentuk lagi berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus kecilnya.
12. Bila hospes perantara mengandung kista jaringan Toxoplasma gondii,
maka masa prepaten (sampai dikeluarkan ookista) adalah 3-5 hari,
sedangkan bila kucing makan tikus yang mengandung takizoit, masa
prepaten biasanya 5-10 hari.

13. Tetapi bila ookista langsung tertelan oleh kucing, maka masa prepaten
adalah 20-24 hari.

14. Kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista jaringan daripada oleh ookista
(Gandahusada et al., 1998).
Gambar 2. Daur Hidup Toxoplasma gondii, Sumber Infeksi pada Manusia
Sumber: Toxoplasmosis. In: Tropical Medicine and Parasitology, Frenkel J. K, California, 1989
Cara Infeksi Toxoplasma gondii

● Pada manusia toksoplasmosis dapat ditularkan melalui dua


jalan utama yaitu secara :

(1) Didapat (acquired) dan


(2) Secara kongenital
Gejala Subklinis

● Infeksi dengan Toxoplasma gondii bersifat subklinis tetapi dapat juga menimbulkan
gejala yang berat bahkan fatal, terutama pada penderita dengan defisiensi imun, dan
pada infeksi kongenital yang memberi angka kematian cukup tinggi,

● Sedangkan pada wanita hamil dapat menyebabkan terjadinya keguguran.

● Anak dengan toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan sindroma klinis, seperti


kalsifikasi serebral, korioretinitis, hidrosefalus, mikrosefalus, gangguan psikomotor,
konvulsi, kebutaan, mikrooftalmia dan katarakta bilateral (Handojo, 2004).
● Seringnya tenaga medik dan paramedik kontak dengan hewan yang sakit
maupun sehat dapat menjadi risiko penularan penyakit zoonosis.

● Salah satu penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai adalah toksoplasmosis.

● Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat
dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter
hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan
orang yang menangani daging mentah seperti juru masak (Cahaya, 2003).
Diagnosis Toksoplasma IgM dan IgG
● Toksoplasmosis kebanyakan tidak menimbulkan gejala klinis, tetapi bila ada gejala klinis yang
nampak tidak spesifik dan tidak bisa menggambarkan diagnosis yang pasti;

● Diagnosis toksoplasmosis dapat ditegakkan dengan menggunakan berbagai prosedur serologi


atau histologi;

● Namun, tes serologi seringkali merupakan tes pilihan untuk menegakkan diagnosis (Garcia dan
Bruckner, 1996).

● Tes serologi yang digunakan adalah Anti Toxoplasma IgM dan Anti Toxoplasma IgG.
● Individu yang terkena Toxoplasma gondii, selama beberapa minggu terjadi parasitema
yaitu parasit berada dalam darah sehingga tubuh akan membentuk antibodi terhadap
toksoplasmosis kelas IgM dan IgG.

● Antibodi yang muncul lebih dahulu adalah IgM dan kemudian disusul oleh IgG. IgM
cepat mengalami penurunan sedangkan IgG akan menetap dalam jangka waktu yang
lama bahkan seumur hidup

● Antibodi kelas IgM mulai diproduksi pada minggu pertama setelah infeksi, mencapai
puncaknya setelah 1-2 bulan, dan menurun lagi setelah 4 bulan, namun pada sekitar 50%
dari penderita yang terinfeksi dengan parasit Toxoplasma gondii, IgM masih dapat
dilacak sampai satu tahun pascainfeksi primer.

● Anti- Toxoplasma IgG timbul beberapa minggu setelah IgM, mencapai puncaknya
setelah 6 bulan, dan bertahan pada titer tinggi selama beberapa tahun, lalu menurun
perlahan-lahan, dan menetap pada kadar rendah seumur hidup (Handojo, 2004).
Gambar 3.
Pola Titer Anti-Toxoplasma pada Penderita yg Terinfeksi dgn Toxoplasma gondii
Sumber: Imunoasai Terapan pada Beberapa Penyakit Infeksi, Indro Handojo, Sbaya,
2004
Pencegahan

● Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi risiko transmisi dari penyakit
baik yang diketahui sumbernya atau tidak adalah dengan higiene perorangan.

● Kebersihan tangan dan kuku tangan adalah komponen dasar yang sering digunakan
dan metode yang paling efektif untuk mencegah transmisi penyakit melalui oral.

● Selain itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) juga diperlukan untuk kemungkinan
adanya kontak lebih lanjut terhadap sumber penyakit (WHO, 2007).
Langkah Cuci Tangan WHO (2012) :

● Basuh tangan dengan air, tuangkan sabun secukupnya, ratakan dengan kedua telapak
tangan.
● Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.
● Gosok kedua telapak tangan dengan sela-sela jari.
● Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
● Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
● Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
● Bilas kedua tangan dengan air mengalir, keringkan dengan handuk sekali pakai sampai
benar-benar kering, gunakan handuk tersebut untuk menutup kran.
Contoh kasus penelitian

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
● Menganalisis hub kejadian toksoplasmosis dgn higiene perorangan pada
karyawan di Klinik Hewan Dinas Peternakan JaTim.

Tujuan khusus
● Mengidentifikasi antibodi IgM dan IgG Toxoplasma dalam serum darah
karyawan yg kontak dgn hewan peliharaan yg diduga mengidap
toksoplasmosis di Klinik Hewan Dinas Peternakan JaTim

● Mempelajari higiene perorangan (meliputi kebersihan tangan, kuku


tangan dan penggunaan APD) pada karyawan yg kontak dgn hewan
peliharaan yg diduga mengidap toksoplasmosis di Klinik Hewan Dinas
Peternakan JaTim;

● Menganalisis hubungan kejadian toksoplasmosis dgn higiene perorangan


karyawan di Klinik Hewan Dinas Peternakan JaTim.
Hasil Penelitian
Kejadian Kebersihan Tangan Karyawan di
Toksoplasmosis Klinik Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur
pada Karyawan di Klinik Total
Hewan Dinas Peternakan
Jawa Timur Kurang Baik
N % N % N
Negatif 0 0,0 4 75,0 4

Positif 7 100,0 1 25,0 8

Total 7 100 5 100 12

Terdapat hubungan sangat signifikan kejadian toksiplasmosis dengan


kebersihan tangankaryawan Klinik Hewan (Fisher Exact Test, p <0.01)
Kebersihan Kuku Tangan Total
Kejadian Karyawan di Klinik Hewan
Toksoplasmosis Dinas Peternakan Jawa Timur
pada Karyawan di
Klinik Hewan Dinas Kurang Baik
Peternakan Jawa
Timur
N % N % N
Negatif 0 0,0 4 44,4 4

Positif 3 100,0 5 55,6 8


12
Total 3 100,0 9 100,0

Terdapat hubungan signifikan kejadian toksiplasmosis dengan


kebersihan kuku karyawan Klinik Hewan (Fisher Exact Test, p <0.05)
Penggunaan APD pada
Karyawan di Klinik Hewan Dinas
Kejadian Peternakan Jawa Timur
Toksoplasmosis Total
pada Karyawan di
Klinik Hewan Dinas Kurang Baik
Peternakan Jawa N % N % N
Timur
Negatif 2 25,0 2 50,0 4
Positif 6 75,0 2 50,0 8

Total 8 100,0 4 100,0 12

Tidak terdapat hubungan signifikan kejadian toksiplasmosis dengan


pemakaian APD karyawan Klinik Hewan (Fisher Exact Test, p >0.05)
Rekomendasi

Untuk karyawan di Klinik Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur :

● agar selalu memperhatikan kebersihan tangan dan penggunaan


APD lengkap saat kontak dengan hewan peliharaan yang
diduga mengidap toksoplasmosis.
Untuk Dinas Peternakan Jawa Timur agar meningkatkan kesehatan karyawan di
Klinik Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur khususnya toksoplasmosis dengan
cara:
● Meningkatkan faktor pendukung untuk meningkatkan status higiene
perorangan seperti peningkatan perbaikan fasilitas cuci tangan dengan;
● Menambahkan handuk bersih sekali pakai dan menambah fasilitas cuci tangan
di setiap ruangan yang memungkinkan karyawan kontak dengan hewan yang
diduga mengidap toksoplasmosis;

○ Mengadakan pengawasan terhadap penggunaan APD pada karyawan di


Klinik Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur;

○ Mengadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin terutama pada penyakit


yang berpotensi penularan dari hewan ke manusia (zoonosis) karena
sebelumnya belum pernah diadakan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai