Toxoplasma gondii
Makalah untuk Memenuhi Tugas Mikrobiologi I Kelas B
yang diampu oleh Bapak Agung Suprihadi, S.Si. M.Si.
Disusun oleh:
ADILA NAWAN HASRIMI
24020113130066
FEBIASASTI TRIAS N
24020113120058
SHANTI TRISTA M. R.
24020113130069
SHAFIRA PURWADHANI
24020113120063
LINDA SAPUTRI
24020113120056
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
DAFTAR ISI
Daftar Isi .............................................................................................................ii
Ringkasan ...........................................................................................................iii
BAB I. Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................3
BAB II. Tinjauan Pustaka...................................................................................4
2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Toxoplasma gondii. .................................4
2.2 Siklus Hidup Toxoplasma gondii......................................................6
2.3 Toksopalsmosis
.......................................................................................................
8
2.4 Gejala Klinis Toksoplasmosis
.......................................................................................................
10
2.5 Epidemiologi
.......................................................................................................
12
2.6 Pencegahan Taksoplasmosis
.......................................................................................................
13
BAB III. Penutup................................................................................................15
3.1 Kesimpulan .......................................................................................15
3.4 Saran..................................................................................................16
Daftar Pustaka.....................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang menjadi
salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen pada manusia
dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum Aplicomplexa karena memiliki
organ kompleks sekreotik pada bagian apical. Organ sekrotik inilah yang
berperan dalam proses penetrasi dan invasi berbagai jenis sel dalam tubuh
hospes terutama sel yang berinti (Natadisastra, 2009).
Toksoplamosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma
gondii merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan.
Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar di seluruh dunia,
pada hean berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai
hosepes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes
definitif. Taxoplasma gandii siklus hidupnya terdiri atas 5 stadium utama,
kelima stadium tersebut ditemukan dalam tubuh satu-satunya yang diketahui
sebagai tuan rumah definitif, yaitu kucing, sedangkan dalam tubuh inang
perantara antara lain manusia, mamalia serta burung ditemukan hanya dua
stadium, yaitu bentuk trofozoit intraseluler atau proliferatif yang ditemukan
selama awal stadium akut suatu infeksi dan bentuk kista, ditemukan selama
masa kronik atau pada infeksi laten, parasit terdapat di dalam kista tersebut
(Cahyani, 2003).
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara dapatan (Aquired
taxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital
toxoplasmosis). Protozoa ini hidup dalam sel epitel usu muda hospes definitif,
sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini
terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah
atau kurang matang serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan.
Sebagai parasit, Tosoplasma gondii ditemukan dalam segala macam sel
jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Umumnya parasit ini ditemukan
dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat.
Pencegahan kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya toksoplasmosis karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista
dalam tinjanya yang dapat bertahan sampai satu tahum di dalam tanah yang
teduh dan lembab. Dapat dijaga terjadinya infeksi pada kucing untuk
mencegah hal ini yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Pencegahan terjadinya infeksi ookista
yang berada di dalam tanah dapat diusahakan mematikan ookista dengan
bagan kimia seperti formalin, amonia, dan iodin dalam bentuk larutan serta
air panas 70 C yang disiramkan pada tinja kucing. Oleh karena itu penulis
membuat makalah ini untuk memberikan pengetahuan tentang Toxoplasma
gondii.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi dan karakteristik umum Toxoplasma gondii?
2. Apa yang dapat menyebabkan Toksoplasmosis?
3. Bagaimana proses terjadinya Toksoplasmosis?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penlisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui klasifikasi dan karakteristik umum Toxoplasma gondii
2. Mengetahui penyebab Toksoplasmosis
3. Mengetahui proses terjadinya Toksoplasmosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Toxoplasma gandii
ketebalan
berbeda-beda,
seperti
mikroorganisme
keluarga
Sering kali infeksi awal ini relatif ringan sehingga tidak diketahui oleh
penderita. Selama stadium akut, parasit bentuk proliferatif terdapat pada
berbagai jaringan, akan tetapi pada fase kronis, terdapat dalam bentuk kista
yang dapat ditemukan pada otot serta berbagai jaringan antara lain sering kali
ditemukan dalam susunan saraf pusat (Cahyani, 2003).
Siklus hidup pada tubuh kucing terjadi keduanya, baik multiplikasi
aseksual (skizogoni) maupun reproduksi seksual (gametogoni) yang
keduannya dapat terjadi pada sel epitel mukosa usus halus. Hasil akhir dari
fase seksual adalah makrogamet fertil atau zigot dengan dinding tipis, akan
tetapi cukup kuat untuk dapat melindungi organisme ini. Kemudian akan
keluar dan ditemukan di dalam tinja sebagai ookista yang belum matang,
belum mengalami sporulasi dan siklusnya akan berulang seperti telah
diuraikan di atas (Juanda, 2006).
yang
bertindak
sebagai
sumber
penularan
tersebut.
adalah
demam,
pusing,
disorientasi,
serta
tremor
(Natadisastra, 2009).
Taxoplasmosis gondii ketika menginfeksi hewan piaraan atau ternak,
parasit ini berkembang biak di tempat penularan, kemudian menyebar ke
seluruh tubuh dan menyerang pada alat-alat atau jaringan tubuh, Parasitparasit ini dapat dilepaskan dari sel-sel hospes yang pecah dan dapat
dilepaskan dari sel-sel hospes yan pecah dan dapat menyebar secara lokal
yaitu melalui peredaran darah, saluran limfe, dan dapat menginvasi tipe sel
apapun, tetapi yang sangat umum sel retikulo-endothelial (Cahyani, 2003).
Proses infeksi sel inang melibatkan sekresi protein dari organela
sekretori apikal, yaitu mikronema dan roptri. Protein mikronema digunakan
beberapa
minggu
sampai
beberapa
tahun.
Ada
gambaran
writoblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terditi dari hidrosefalus,
kororetinitis dan perkapuran intakranial atau tetrade sabin yang disertai
kelainan psikomotorik. Toksoplamosis kongenital dapat menunjukkan gejala
yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit
telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga sistem sayraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya
retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikaktriks
pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.
Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat
infeksi kongenital (Cahyani, 2003).
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering
terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat
infeksi pada ibu selama kehamilan trisemester pertama, dapat berupa
kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi
dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, klasifikasi
serebral dan korioretinitis. Gejala klinis pada anak yang lahir prematur lebih
berat
daripada
anak
yang
lahir
cukup
bulan,
dapat
disertai
10
menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak
yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya dapat
dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter
hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan, dan
orang yang menangani daging mentah seperti juru masak. Krista Toxoplasma
gondii
dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -4C sampai tiga
minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu
-15 C selama tiga hari dan pada suhu -20 C selama dua hari. Daging dapat
menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65 C selama empat sampai
lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung
kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan
garam dan nitrat (Cahyani, 2003).
2.6 Pencegahan Taksoplasmosis
Pencegahan kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya toksoplasmosis karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista
dalam tinjanya yang dapat bertahan sampai satu tahum di dalam tanah yang
teduh dan lembab. Dapat dijaga terjadinya infeksi pada kucing untuk
mencegah hal ini yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Pencegahan terjadinya infeksi ookista
yang berada di dalam tanah dapat diusahakan mematikan ookista dengan
bagan kimia seperti formalin, amonia, dan iodin dalam bentuk larutan serta
air panas 70 C yang disiramkan pada tinja kucing.
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun,
juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum
makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih karena
11
ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang matang harus
ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat
memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut ().
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi, dan ayam)
sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya samapai 66
C atau mengasap dan sampai matang sebelum diamakan. Ibu yang memasak
jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang
daging mentah (tukang jagal, penjual daging, dan tukang masak) sebaiknya
cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Komponen yang paling penting
dicegah adalah terjadinya toksoplasmosi kongenital karena akan yang lahir
cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik. Pencegahan dengan
tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 2124 minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50%
karena lebih dari 50% toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer
pada trimester teakhir kehamilan. Pencegahan dengan obat-obatan terutama
pada ibu hamil yang menderita infeksi primer dengan Toxoplasma gomdii
dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk mencegah infeksi
toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.
12
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
3.3.1 Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang
menjadi salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen
pada manusia dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum
Aplicomplexa karena memiliki organ kompleks sekreotik pada bagian
apical.
3.3.2 Toxoplamosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
Genus Toxoplasma. Toxoplamosis pada manusia adalah suatu keadaaan
seorang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii yang biasanya berasal dari
binatang, baik binatang oeliharaan misalnya kucing, anjing, burung dan
sebagainya, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing dan
sebagainya yang bertindak sebagai sumber penularan tersebut.
3.3.3 Setelah terjadi infeksi Taxoplasma gondii ke dalam tubuh akan
terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana
parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan
menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling banyak
terjadi pada jaringan retikuloendothelial dan otak, di mana parasit
memiliki afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap
kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga merupakan fase kronil,
terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang
sifatnya menertap tanpa menyebabkab peradangan lokal.
3.2.
SARAN
Materi tentang Toxoplasma gondii dapat digunakan sebagai referensi
untuk menambah pengetahuan pembaca. Setelah mengetahui tentang
13
14
DAFTAR PUSTAKA
15