Anda di halaman 1dari 17

1

Toxoplasma gondii
Makalah untuk Memenuhi Tugas Mikrobiologi I Kelas B
yang diampu oleh Bapak Agung Suprihadi, S.Si. M.Si.
Disusun oleh:
ADILA NAWAN HASRIMI
24020113130066
FEBIASASTI TRIAS N
24020113120058
SHANTI TRISTA M. R.
24020113130069
SHAFIRA PURWADHANI
24020113120063
LINDA SAPUTRI
24020113120056

JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

DAFTAR ISI
Daftar Isi .............................................................................................................ii
Ringkasan ...........................................................................................................iii
BAB I. Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................3
BAB II. Tinjauan Pustaka...................................................................................4
2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Toxoplasma gondii. .................................4
2.2 Siklus Hidup Toxoplasma gondii......................................................6
2.3 Toksopalsmosis
.......................................................................................................
8
2.4 Gejala Klinis Toksoplasmosis
.......................................................................................................
10
2.5 Epidemiologi
.......................................................................................................
12
2.6 Pencegahan Taksoplasmosis
.......................................................................................................
13
BAB III. Penutup................................................................................................15
3.1 Kesimpulan .......................................................................................15
3.4 Saran..................................................................................................16
Daftar Pustaka.....................................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang menjadi
salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen pada manusia
dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum Aplicomplexa karena memiliki
organ kompleks sekreotik pada bagian apical. Organ sekrotik inilah yang
berperan dalam proses penetrasi dan invasi berbagai jenis sel dalam tubuh
hospes terutama sel yang berinti (Natadisastra, 2009).
Toksoplamosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma
gondii merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan.
Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar di seluruh dunia,
pada hean berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai
hosepes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes
definitif. Taxoplasma gandii siklus hidupnya terdiri atas 5 stadium utama,
kelima stadium tersebut ditemukan dalam tubuh satu-satunya yang diketahui
sebagai tuan rumah definitif, yaitu kucing, sedangkan dalam tubuh inang
perantara antara lain manusia, mamalia serta burung ditemukan hanya dua
stadium, yaitu bentuk trofozoit intraseluler atau proliferatif yang ditemukan
selama awal stadium akut suatu infeksi dan bentuk kista, ditemukan selama
masa kronik atau pada infeksi laten, parasit terdapat di dalam kista tersebut
(Cahyani, 2003).
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara dapatan (Aquired
taxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital
toxoplasmosis). Protozoa ini hidup dalam sel epitel usu muda hospes definitif,
sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini

terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah
atau kurang matang serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan.
Sebagai parasit, Tosoplasma gondii ditemukan dalam segala macam sel
jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Umumnya parasit ini ditemukan
dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat.
Pencegahan kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya toksoplasmosis karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista
dalam tinjanya yang dapat bertahan sampai satu tahum di dalam tanah yang
teduh dan lembab. Dapat dijaga terjadinya infeksi pada kucing untuk
mencegah hal ini yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Pencegahan terjadinya infeksi ookista
yang berada di dalam tanah dapat diusahakan mematikan ookista dengan
bagan kimia seperti formalin, amonia, dan iodin dalam bentuk larutan serta
air panas 70 C yang disiramkan pada tinja kucing. Oleh karena itu penulis
membuat makalah ini untuk memberikan pengetahuan tentang Toxoplasma
gondii.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi dan karakteristik umum Toxoplasma gondii?
2. Apa yang dapat menyebabkan Toksoplasmosis?
3. Bagaimana proses terjadinya Toksoplasmosis?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penlisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui klasifikasi dan karakteristik umum Toxoplasma gondii
2. Mengetahui penyebab Toksoplasmosis
3. Mengetahui proses terjadinya Toksoplasmosis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Toxoplasma gandii

Gambar 1. Morfologi Toxoplasma gondii


(Natadisastra, 2009)
Menurut Soulsby dalam Juanda (2006), secara umum klasifikasi
Toxoplasma gondii adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Protista
Filum
: Apicomplexa
Kelas
: Sporozoa
Ordo
: Eucoccidiidae
Famili
: Sarcocytidae
Genus
: Toxoplasma
Spesies
: Toxoplasma gandii
Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang menjadi
salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen pada manusia
dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum Aplicomplexa karena memiliki
organ kompleks sekreotik pada bagian apical. Organ sekrotik inilah yang
berperan dalam proses penetrasi dan invasi berbagai jenis sel dalam tubuh
hospes terutama sel yang berinti (Natadisastra, 2009).
Morfologi trofozoit Taxoplasma gondii dapat lebih mudah diamati
dengan pewarnaan. Morfologi trofozoit yaitu memiliki bentuk menyerupai
bulan sabit, panjang 3,5-6 mm dan lebar 1,5-3 mm, satu ujung lebih tumpeul

dari ujung lainnya. Pewarnaan giemsa dengan berbagai variasi menunjukkan


sitoplasma berwarna biru dengan inti sferis atau oval kemerah-meahan yang
terlihat dejat ujung yang tumpul. Umumnya parasit ditemukan intraseluler,
terletak dalam vakuola, pada sitoplasma, serta menimbulkan sedikit
kemunduran pada sel yang diserang (Cahyani, 2003).
Parasit ini memiliki kompleks membran yang terdiri dari membran dalam
dengan

ketebalan

berbeda-beda,

seperti

apikompleksa yang lainnya, T. Gondii

mikroorganisme

keluarga

juga memiliki struktur kompleks

apikal yang terlibat dalam penetrasi parasit dan kemampuannya bertahan


hidup secara intrasel dalam sel inang. Organela khas yang dimiliki oleh T.
gondii adalah roptri, mikronema, dan granula gelap. Sebagai parasit intrasel,
T. gondii dapat menginvasi berbagai sel inang, baik sel fagositik maupun sel
nonfagositik, dengan kecenderungan berbiak dalam sel fagosit makrofaga.
Taxoplasma gondii masuk ke dalam sel inang dengan cara invasi aktif dan
sama sekali tidak melibatkan aktivitas sel inang. Invasi parasit ke dalam sel
inang membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit (Nurcahyo, 2007).
Toxoplasma gondii yang berada di dalam sel inang yang telah terinfeksi
membentuk vakuola parasitofor yang menghalangi proses asidifikasi
kompartment lisomal dan secara cepat melakukan pembelahan diri. Vakuola
parasitofor dikelilingi oleh lapisan retikulum endoplasma dan mitokondria sel
inang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme parasit. Oleh
karena itulah kemampuan fagositosi sel inang menjadi tidak berfungsi,
sehingga pararasit dapat bertahan dan berkembang biak dalam sel inang
(Nurcahyo, 2007).
2.2 Siklus Hidup Toxoplasma gandii

Taxoplasma gandii siklus hidupnya terdiri atas 5 stadium utama, kelima


stadium tersebut ditemukan dalam tubuh satu-satunya yang diketahui sebagai
tuan rumah definitif, yaitu kucing, sedangkan dalam tubuh inang perantara
antara lain manusia, mamalia serta burung ditemukan hanya dua stadium,
yaitu bentuk trofozoit intraseluler atau proliferatif yang ditemukan selama
awal stadium akut suatu infeksi dan bentuk kista, ditemukan selama masa
kronik atau pada infeksi laten, parasit terdapat di dalam kista tersebut
(Cahyani, 2003).
Takizoit merupakan parasit yang berkembang cepat merupakan bentuk
proliferatif dan trofozoit. Biasa tampak pada infeksi akut sedangkan bradizoit
adalah bentuk multiplikasi yang lambat, berada di dalam kista terjadi pada
infeksi kronis. Takizoit Taxoplasma gondii bermutiplikasi di dalam sel tuan
rumah dengan cara pembelahan yang khas disebut endodiogeni (Nurcahyo,
2007).
Selama infeksi primer untuk waktu kurang 2 minggu, kucing melalui
tinjanya mengeluarkan ookista yang belum mengalami sporulasi dengan
ukuran kurang lebih 10-12 m dan berisi sebuah protoblast. Ookista ini belum
infektif, untuk menjadi infektif diperlukan sporulasi pada suhu ruangan 20-22
C yang membutuhkan waktu 3-4 hari. Selama waktu ini, sporoblast primer
terbelah menjadi dua sporoblast dan di dalam tiap sporoblast akan tumbuh 4
sporozoit. Ookista yang sedang mengalami proses pembentukan sporozoit di
dalamnya disebut sporokista yang relatif toleran terhadap perubahan
lingkungan serta dapat tetap infektif di dalam tanah selama kurang lebih satu
tahun (Cahyani, 2003).
Tertelannya sporokista infektif oleh burung atau mamalia yang sesuai
merupakan awal dari infeksi akut yang biasanya berlanjut menjadi kronis.

Sering kali infeksi awal ini relatif ringan sehingga tidak diketahui oleh
penderita. Selama stadium akut, parasit bentuk proliferatif terdapat pada
berbagai jaringan, akan tetapi pada fase kronis, terdapat dalam bentuk kista
yang dapat ditemukan pada otot serta berbagai jaringan antara lain sering kali
ditemukan dalam susunan saraf pusat (Cahyani, 2003).
Siklus hidup pada tubuh kucing terjadi keduanya, baik multiplikasi
aseksual (skizogoni) maupun reproduksi seksual (gametogoni) yang
keduannya dapat terjadi pada sel epitel mukosa usus halus. Hasil akhir dari
fase seksual adalah makrogamet fertil atau zigot dengan dinding tipis, akan
tetapi cukup kuat untuk dapat melindungi organisme ini. Kemudian akan
keluar dan ditemukan di dalam tinja sebagai ookista yang belum matang,
belum mengalami sporulasi dan siklusnya akan berulang seperti telah
diuraikan di atas (Juanda, 2006).

Gambar 2. Siklus hidup Toxoplasma gondii


(Juanda, 2006)
2.3 Taksoplasmosis
Toxoplamosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
Genus Toxoplasma. Toxoplamosis pada manusia adalah suatu keadaaan

seorang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii yang biasanya berasal dari


binatang, baik binatang oeliharaan misalnya kucing, anjing, burung dan
sebagainya, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing dan
sebagainya

yang

bertindak

sebagai

sumber

penularan

tersebut.

Toxoplasmosis, manifestasi klinis terutama pada bayi dan anak-anak, dapat


berupa subakutensefalomielitis dan khlorioretinis, sedangkan pada dewasa
dan orang tua berupa demam akut (Juanda, 2006).
Penularan secara perolehan pada manusia dapat melalui makanan yang
tercemar oosista yang telah mengalami sporulasi di alam bebas, maupun
akibat makan daging atau organ lain yang mengandung sista. Wanita yang
teinfeksi waktu hamil dapat menularkan infeksi kepada janin yang
dikandungnya, demikian juga pada hewan dapat menyebabkan kematian janin
atau lahir cacat. Tidak seperti pada berbagai penyakit lainnya, taksoplasmosis
umumnya tidak menunjukkan gejala klinis, baik pada inang utama maupun
inang antara. Akan tetapi gejala yang mula-mula terlihat pada penderita
taksomplasmosis

adalah

demam,

pusing,

disorientasi,

serta

tremor

(Natadisastra, 2009).
Taxoplasmosis gondii ketika menginfeksi hewan piaraan atau ternak,
parasit ini berkembang biak di tempat penularan, kemudian menyebar ke
seluruh tubuh dan menyerang pada alat-alat atau jaringan tubuh, Parasitparasit ini dapat dilepaskan dari sel-sel hospes yang pecah dan dapat
dilepaskan dari sel-sel hospes yan pecah dan dapat menyebar secara lokal
yaitu melalui peredaran darah, saluran limfe, dan dapat menginvasi tipe sel
apapun, tetapi yang sangat umum sel retikulo-endothelial (Cahyani, 2003).
Proses infeksi sel inang melibatkan sekresi protein dari organela
sekretori apikal, yaitu mikronema dan roptri. Protein mikronema digunakan

untuk pengenalan ssel inang, perlekatan dan pergerakan gliding pararasit.


Protein roptri digunakan untuk pembentukan 2vakuola parasitofor dan protein
yang berasala dari granula gelap digunakan untuk perubahan bentuk vakuola
menjadi kompartemen yang aktif untuk keperluan metabolisme. Rangsangan
dan mekanisme seluler yang menyebabkan sekresi protein dan organela
apikal ini belum diketahui secara pasti (Nurcahyo, 2007).
2.4 Gejala Klinis Taksoplamosis
Setelah terjadi infeksi Taxoplasma gondii ke dalam tubuh akan terjadi
proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit
menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan
sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling banyak terjadi pada jaringan
retikuloendothelial dan otak, di mana parasit memiliki afinitas paling besar.
Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi.
Tahap ketiga merupakan fase kronil, terbentuk kista-kista yang menyebar di
jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menertap tanpa menyebabkab
peradangan lokal (Cahyani, 2003).
Berdasarkan garis besar cara penularan dan gejala klinisnya,
toksoplamosis dapat dikelompokkan atas toksoplasmosis akuisita (dapatan)
dan tokosoplamosis kongenital. Baik toksoplasmosi dapatan maupun
kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat
bersifat akut dan kemusia menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak
sering tidak sepesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Taksoplamosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan
gejala. Seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada
kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplamosis

kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak


umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam
dan sakit kepala. Limfadenopati pada infeksi akut sering dijumpai pada
kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut dapat
disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat
taksomplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit pada
demam titus, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia
interstinal (Cahyani, 2003).
Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam.
Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbil
setelah

beberapa

minggu

sampai

beberapa

tahun.

Ada

gambaran

writoblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terditi dari hidrosefalus,
kororetinitis dan perkapuran intakranial atau tetrade sabin yang disertai
kelainan psikomotorik. Toksoplamosis kongenital dapat menunjukkan gejala
yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit
telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga sistem sayraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya
retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikaktriks
pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.
Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat
infeksi kongenital (Cahyani, 2003).
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering
terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat
infeksi pada ibu selama kehamilan trisemester pertama, dapat berupa

kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi
dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, klasifikasi
serebral dan korioretinitis. Gejala klinis pada anak yang lahir prematur lebih
berat

daripada

anak

yang

lahir

cukup

bulan,

dapat

disertai

hepatosplenomegali, ikteus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusar dan


lesi mata (Cahyani, 2003).
2.5 Epidemiologi
Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi dimana
ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah
bentuk yang infektif dan dapat menular pada manusia atau hewan lain. Seekor
kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu,
Ookista di dalam tanah yang lembab dan teduh dapat hidup lama sampai lebih
dari satu tahun, sedangkan tempat yang terkena sinar matahari langsung dan
tanah kering dapat memperpendek hidupnya. Apabila ookista tertelan oleh
tikus tikus terinfeksi dan dakan membentuk kista dalam otot dan otaknya.
Bila tikus dimakan oleh kucing, maka kucing akan tertular lagi. Bila ookista
ini tertelan oleh manusia atau hewan lain, maka akan terjadi infeksi. Misalnya
kambing, sapi, dan kuda pemakan rumput yang mungkin tercemar tinja
kucing yang mengandung ookista dapat terifeksi. Manusia juga dapat
terinfeksi sayuran mentah yang tercemar tinja kucing, atau setelah berkebun
lupa mencuci tangan sewaktu mau makan. Anak balita yang bermain di tanah
juga dapat terinfeksi oleh ookista (Natadisastra, 2009).
Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia,
termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari
penduduk Amerika Serikar positif terhadap pemeriksaan serologis, yang

10

menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak
yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya dapat
dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter
hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan, dan
orang yang menangani daging mentah seperti juru masak. Krista Toxoplasma
gondii

dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -4C sampai tiga

minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu
-15 C selama tiga hari dan pada suhu -20 C selama dua hari. Daging dapat
menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65 C selama empat sampai
lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung
kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan
garam dan nitrat (Cahyani, 2003).
2.6 Pencegahan Taksoplasmosis
Pencegahan kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya toksoplasmosis karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista
dalam tinjanya yang dapat bertahan sampai satu tahum di dalam tanah yang
teduh dan lembab. Dapat dijaga terjadinya infeksi pada kucing untuk
mencegah hal ini yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Pencegahan terjadinya infeksi ookista
yang berada di dalam tanah dapat diusahakan mematikan ookista dengan
bagan kimia seperti formalin, amonia, dan iodin dalam bentuk larutan serta
air panas 70 C yang disiramkan pada tinja kucing.
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun,
juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum
makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih karena

11

ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang matang harus
ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat
memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut ().
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi, dan ayam)
sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya samapai 66
C atau mengasap dan sampai matang sebelum diamakan. Ibu yang memasak
jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang
daging mentah (tukang jagal, penjual daging, dan tukang masak) sebaiknya
cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Komponen yang paling penting
dicegah adalah terjadinya toksoplasmosi kongenital karena akan yang lahir
cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik. Pencegahan dengan
tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 2124 minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50%
karena lebih dari 50% toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer
pada trimester teakhir kehamilan. Pencegahan dengan obat-obatan terutama
pada ibu hamil yang menderita infeksi primer dengan Toxoplasma gomdii
dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk mencegah infeksi
toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.

12

BAB III
PENUTUP
3.1.

KESIMPULAN
3.3.1 Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang
menjadi salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen
pada manusia dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum
Aplicomplexa karena memiliki organ kompleks sekreotik pada bagian
apical.
3.3.2 Toxoplamosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
Genus Toxoplasma. Toxoplamosis pada manusia adalah suatu keadaaan
seorang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii yang biasanya berasal dari
binatang, baik binatang oeliharaan misalnya kucing, anjing, burung dan
sebagainya, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing dan
sebagainya yang bertindak sebagai sumber penularan tersebut.
3.3.3 Setelah terjadi infeksi Taxoplasma gondii ke dalam tubuh akan
terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana
parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan
menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling banyak
terjadi pada jaringan retikuloendothelial dan otak, di mana parasit
memiliki afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap
kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga merupakan fase kronil,
terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang
sifatnya menertap tanpa menyebabkab peradangan lokal.

3.2.

SARAN
Materi tentang Toxoplasma gondii dapat digunakan sebagai referensi
untuk menambah pengetahuan pembaca. Setelah mengetahui tentang

13

pengetahuan dasar tentang Tosoplasma gondii dan penyebab terjadinya


toksoplasmosis pembaca dapat melakukan langkah pencegahan terjadinya
toksoplasmosis.

14

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Indra. 2003. Epidemiologi Toxoplasma gondii. Artikel. Bagian


Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Nurcahyo, Wisnu. Priyowidodo, Dwi dan M. Hanafish. 2007. Pengaruh Infeksi
Toxoplasma gondii Isolat Lokal terhadap Gambaran Darah pada Mencit.
Jurnal Sain Veterinari. 22(1): 68-73
Juanda, H.A. 2006. TORCH (Toxo, Rubella, CMV, dan Herpes) Akibat dan
Solusinya. Solo: Wangsa Jatra Lestari
Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran:
Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai