Anda di halaman 1dari 11

PARASITOLOGI

Dosen Pembimbing :
Dewi Inderiati, S.Si, M.Biomed

Rhizopoda : Entamoeba coli

KELOMPOK 3

1. Hafsoh Susadma P3.73.34.2.15.015


2. Lulu Afifah Octavia P3.73.34.2.15.020
3. Nisrina Asysyifa P3.73.34.2.15.029
4. Rizki Amaliyah P3.73.34.2.15.033

D IV Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Tujuan .......................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 4
2.1 Definisi Rhizopoda ............................................................................................................ 4
2.2 Klasifikasi .......................................................................................................................... 4
2.3 Hospes .............................................................................................................................. 4
2.4 Distribusi geografik........................................................................................................... 4
2.5 Daur hidup ........................................................................................................................ 5
2.6 Morfologi .......................................................................................................................... 5
2.7 Patologi dan Gejala Klinik ................................................................................................. 8
2.8 Diagnosis .......................................................................................................................... 8
2.9 Penularan dan Pengobatan .............................................................................................. 9
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di sebagian besar negara, masalah kesehatan masih menjadi fenomena yang sangat
perlu diperhatikan, khususnya di wilayah yang sanitasinya masih buruk. Lingkungan yang
kurang bersih kerap kali merupakan tempat subur berkembangnya berbagai macam bibit
penyakit. Organisme penyebab penyakit pada manusia umumnya bersifat parasit misalnya
amoeba.
Manusia merupakan hospes enam spesies ameba yang hidup dalam rongga usus
besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Jodamoeba
butschlii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana, dan satu spesies ameba yang hidup
dalam rongga mulut yaitu Entamoeba gingivalis. Di mana semua spesies Entamoeba ini
tidak pathogen dan hidup sebagai komensal pada manusia kecuali Entamoeba histolytica.
Entamoeba coli termasuk protozoa apatogen dimana infeksi Entamoeba coli
bersifat asimptomatis. Entamoeba coli penting dipelajari untuk membedakan dengan
Entamoeba histolytica yang merupakan agen penyebab amoebiasis.. Namun parasit
Entamoeba coli sering dijumpai pada infeksi Entamoeba histolytica pada penderita
amebiasis. Sementara diferensiasi ini biasanya dilakukan dengan pemeriksaan visual dari
kista parasit melalui mikroskop cahaya.
Oleh karena itu perlunya menambah wawasan tentang spesies rhizopoda yaitu
Entamoeba coli, sehingga dapat membedakan dengan Entamoeba histolytica.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi Entamoeba coli
2. Mengetahui hospes Entamoeba coli
3. Mengetahui distribusi geografik Entamoeba coli
4. Mengetahui morfologi tiap stadium Entamoeba coli
5. Mengetahui patologi dan gejala klinis Entamoeba coli
6. Mengetahui cara diagnosa Entamoeba coli
7. Mengetahui penularan dan pengobatan Entamoeba coli

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rhizopoda


Protozoa merupakan makhluk hidup bersel satu yang menyerupai hewan,yang terdiri
dari nucleus dan sitoplasma. Protozoa hidup di air tawar (selokan, parit, sungai, dan waduk),
air laut, permukaan tanah yang lembap, rendaman jerami, dan di dalam tubuh makhluk hidup
lain atau di dalam jasad yang mati. Pada keadaan tertentu protozoa dapat membentuk dirinya
menjadi kista. Protozoa dapat berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual.
Protozoa dibagi menjadi enam filum, yaitu Rhizopoda (berkaki semu), Actinopoda,
Foraminifera, Flagellata atau Mastigophora (bercambuk), Ciliata (berambut getar), dan
Sporozoa (penghasil spora).
Rhizopoda mempunyai alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia). Tubuh rhizopoda
bersel tunggal dan bentuk selnya dapat berubah-ubah. Hewan dari filum ini hidup bebas di air
tawar, air laut, atau tempat berlumpur.

2.2 Klasifikasi
Kingdom : Protozoa
Filum : Plasmodroma
Kelas : Rhizopoda
Ordo : Amoebidae
Genus : Entamoeba
Spesies : Entamoeba coli

2.3 Hospes
Hospes Entamoeba coli adalah manusia, monyet dan babi.

2.4 Distribusi geografik


Amoeba ini di temukan kosmopolit. Di Indonesia frekuensinya antara 8-18%.

4
2.5 Daur hidup
Daur hidup Entamoeba coli sama dengan Entamoeba histolytica, hanya saja untuk
Entamoeba coli tidak terdapat ekstra intestinal.
Kista matang dikeluarkan bersama tinja penderita (1). Infeksi Entamoeba coli oleh
kista matang berinti delapan (2). Tinja terkontaminasi pada makanan, air, atau, oleh
tangan. Terjadi ekskistasi (3) terjadi dalam usus dan berbentuk tropozoit (4) selanjutnya,
bermigrasi ke usus besar. Tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri dan
menjadi kista (5), menumpang dalam tinja (1).karena untuk mempertahankan dirinya, kista
akan dapat betahan beberapa hari sampai dengan berminggu-minggu pada keadaan luar
dan penyebab penularan.
Bentuk tropozoit selalu ada pada tinja diare, namun dengan cepat dapat
dihancurkan oleh tubuh, dan jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati
lambung dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju lumen usus (A:
noninvasive infection) pada carier yang asimtomatik, kista ada dalam tinjanya. Pasien yang
diinfeksi oleh tropozoit di dalam mukosa ususnya (B: intestinal disease).

2.6 Morfologi
Mempunyai 3 bentuk stadium, yaitu bentuk tropozoit, bentuk prekista, bentuk kista.

1) Bentuk Tropozoit
Stadium trofozoit 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau bulat. Biasanya ditemukan
dalam tinja yang lembek atau cair.
a. Ektoplasma
 Batas ektoplasma dengan endoplasma tidak jelas
 Pseudopodia agak membulat
 Gerakannya lambat dan tidak bertujuan
b. Endoplasma
 Didapatkan adanya bakteri-bakteri
 Adanya kromatin bodi
 Terdapat adanya tumbuh-tumbuhan
 Eritrosit tidak ada
c. Nukleus (inti)
 Letak kariosom eksentrik
 Perifer kromatin kasar (membran inti kasar)
 Terdapat halo

2) Bentuk Prekista
 Sitoplasma granuler
 Nukleus terlihat sebagai cincin refraktil
 Inklusi mungkin batang kormodial ramping atau tidak kelihatan

5
3) Bentuk Kista
 Ukuran 10-33 mikron
 Berbentuk bulat
 Dinding jelas refraktil dan berlapis dua
 Inti antara 1-8, dengan kariosom eksentrik
 Inklusi hanya merupakan batang kromodial yang ramping rudimeter
 Glikogen; vakuola jelas dan nyata pada stadium a,b,c
 Bentuk kista pada stadium dewasa (matur) terdapat 8 inti

Trofozoit Prekista Kista

Trofozoit

6
Perbedaan Bentuk Tropozoit Kista Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli

ect = ektoplasma
end = endoplasma
k = kariosom
n = nucleus
rbc = eritrosit

Morfologi Ent. histolytica Ent. coli


TROPOZOIT
ukuran 20-40 mikron 15-30 mikron
pergerakan aktif lambat
ektoplasma lebar, batas jelas sempit, batas tidak jelas
pseudopodia seperti jari lebar dan tumpul
vakuola glikogen sedikit banyak
bakteri tidak ada ada
nukleus jumlah 1 jumlah 1
kariosom konsentris eksentris
inklusi ada eritrosit tidak ada eritrosit
KISTA
bentuk bulat bulat
jumlah inti 1- 4 1-8
kariosom konsentris eksentris
vakuola glikogen ada Jarang
ukuran 12-20 mikron 15-25 mikron
badan kromatoid berujung bulat besar berujung kecil

7
2.7 Patologi dan Gejala Klinik
Entamoeba coli tidak patogen, tetapi penting dipelajari untuk membedakan dengan
Entamoeba histolytica.

2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan menemukan stadium trofozoit atau stadium kista dalam tinja.
Metode pemeriksaan :
Ada 3 cara pemeriksaan langsung yang lazim dipakai, yaitu:
1) Sediaan langsung tanpa pewarna (dengan garam faal)
Digunakan untuk pmeriksaan parasit bentuk stadium vegetatif dan kista. Cara kerja :
 setetes larutan ditaruh diatas kaca sediaan yang bersih dan kering
 dengan sebatang lidi sebutir tinja diemulsikan dalam tetes larutan itu. Bagian kasar
dikeluarkan.
 Letakkan deck glass diatasnya, jangan terjadi gelembung
 Sediaan harus tipis
 Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100X. Bila sudah ditemukan
parasit, periksa dengan perbesaran 400X

2) Sedian langsung dengan larutan eosin


Cara ini untuk pemeriksaan bentuk stadium vegetatif dan kista. Cara kerja :
 Dengan pipet, satu tetes larutan eosin 1% diletakan di atas kaca sediaan yang
kering
 Ambillah sedikit tinja dengan sebatang lidi lalu di aduk ke dalam tetes larutan
eosin pada kaca sediaan. Bagian-bagian kasar di keluarkan
 Sebuah kaca tutup di letakkan di atasnya perlahan-lahan hingga cairan merata di
bawah kaca tutup tanpa terjadi gelembung udara
 Sediaan harua tipis sehingga warnanya menjadi jambu merah muda. Bila warna
merah jambu tua atau jingga, maka itu berarti sediaan terlampau tebal
 Periksa di bawah mikroskop dengan pemeriksaan lemah 100X bila sudah di
temukan parasit periksalah dengan perbesaran 400X

3) Sediaan langsung dengan larutan Idoium (larutan lugol)


Cara pembuatan sediaannya sama dengan eosin. Hanya sediaan tidak usah terlalu tipis.
Yang di pakai disini larutan iodium yang terdiri atas :
a) Iodium 1
b) Iodetum calicum 2
c) Aquadest 10

8
2.9 Penularan dan Pengobatan
Entamoeba coli tidak bersifat patogen sehingga jarang menyebabkan insiden. Akan
tetapi kalau jumlahnya melebihi ambang batas maka bisa menyebabkan penyakit.
Biasanya Entamoeba coli ditemukan pada infeksi Entamoeba histolytica. Pada umumnya
penularan terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista amoeba matang.
Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam
lambung. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara berikut:
1. Persediaan air yang terpolusi
2. Tangan infected food handler yang terkontaminasi
3. Kontaminasi oleh lalat dan kecoa
4. Penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
5. Hygiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi
Pengobatan tidak diperlukan karena protozoa ini non pathogen. Namun dalam beberapa
kasus diare yang disebabkan konsentrasi E.coli yg berlebih di dalam tubuh manusia, dapat
diberikan pengobatan berupa oralit untuk menjaga elektrolit tubuh pasien.

9
BAB III

KESIMPULAN

Entamoeba coli termasuk protozoa apatogen dimana infeksi Entamoeba coli bersifat
asimptomatis. Entamoeba coli penting dipelajari untuk membedakan dengan Entamoeba
histolytica yang merupakan agen penyebab amoebiasis..
Namun parasit Entamoeba coli sering dijumpai pada infeksi Entamoeba histolytica
pada penderita amebiasis. Sementara diferensiasi ini biasanya dilakukan dengan pemeriksaan
visual dari kista parasit melalui mikroskop.
Entamoeba coli mempunyai 3 bentuk stadium, yaitu bentuk tropozoit, bentuk prekista,
bentuk kista. Pada umumnya, penularan terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar
oleh kista matang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, dan Yandi Mursal. 1997. ATLAS PARASITOLOGI KEDOKTERAN.


Diterjemahkan dari Viqar Zaman. ATLAS OF MEDICAL PARASITOLOGI 2/E. Jakarta:
Hipokrates.
Chairlan, dan Estu Lestari. 2011. PEDOMAN TEKNIK DASAR UNTUK LABORATORIUM
KESEHATAN Edisi 2. Diterjemahkan dari MANUAL OF BASlC TECHNIQUES FOR A
HEALTH LABORATORY, 2ad Ed. Jakarta: EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1989. Parasitologi Medik Jlid 1 : Protozoologi. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Staf Pengajar Dep. Parasitologi FKUI Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S(Editor).
2008. Parasitologi Kedokteran Edisi keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

11

Anda mungkin juga menyukai