Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PARASITOLOGI II

Penatalaksanaan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Serangga

Trypanosoma Rhodesiense

OLEH:

NAMA : JANNATI

NIM : 18150016

DOSEN PEMBIMBING :

Irdan S.Pd, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

2020

i
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Penatalaksanaan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Serangga

Trypanosoma Rhodesiense”  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas dosen pada mata kuliah “Parasitologi II”. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana sejarah, penyebaran,

taksonomi, morfologi, habitat, siklus hidup, penyebab penyakit, dan pencegahan

Trypanosoma rhodesiense bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Irdan S. Pd, SKM, M. Kes ,

selaku dosen mata kuliah “Parasitologi II” yang telah memberikan tugas ini

sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi

yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

i
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 29 Maret 2020

Jannati

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3

1.3 Tujuan...................................................................................................................3

1.4 Manfaat.................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1 Sejarah Trypanosoma Rhodesiense...................................................................5

2.2 Penyebaran Trypanosoma Rhodesiense............................................................6

2.3 Taksonomi Trypanosoma Rhodesiense.............................................................8

2.4 Morfologi Trypanosoma Rhodesiense...............................................................8

2.5 Habitat Trypanosoma Rhodesiense..................................................................11

2.6 Siklus Hidup Trypanosoma Rhodesiense........................................................12

2.7 Penyebab Penyakit Trypanosoma Rhodesiense..............................................13

2.8 Pencegahan Trypanosoma Rhodesiense..........................................................17

2.9 Penngobatan Trypanosoma Rhodesiense........................................................19

BAB III PENUTUP..............................................................................................20

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................20

3.2 Saran....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggota dari genus Trypanosoma dengan satu perkecualian

heteroksenosa dan ditularkan oleh invertebrate penghisap darah. Mereka

dapat berbentuk amastigophora, Promastigophora, Epimastigophora dan

Tripomastigophora dalam siklus hidupnya. Mereka terdapat pada semua kelas

vertebrata. Mereka merupakan parasit dari system sirkulasi dan cairan

jaringan, tetapi beberapa dapat menginfeksi sel. Sekitar 200 jenis telah diberi

nama. Sebagian besar tidak pathogen, tetapi parasit yang terdapat pada ternak

dan juga manusia.

Genus Trypanosoma terdapat didaerah tropis, menyebabkan penyakit

tidur di daerah Afrika Tengah, nagana pada ternak di Afrika, Surra pada

ternak di Asia dan Afrika dan sejumlah penyakit lainnya pada ternak.

Trypanosoma telah menghambat peningkatan ternak pada daratan seluas

kurang lebih 4,5 juta acre di Afrika tengah dan merupakan penyebab utama

dari Kwashiorkor yang disebabkan tidak cukupnya protein dalam makanan

dari berjuta-juta anak di Afrika.

1
Famili Trypanosomomatiadae hanya memiliki dua dari Sembilan

genus.Anggota dari familia ini memiliki bentuk seperti daun atau kadang-

kadang berbentuk bulat berisi satu inti. Mereka juga memiliki Golgi

apparatus, lisosom, Retikulum Endoplasmik, Ribosom serta memiliki

vesikula. 

Trypanosoma brucei rhodiensis, parasit ini lebih agresif dan memiliki

kemampuan berkembang biak lebih cepat dibandingkan Trypanosoma brucei

gabiensis. Penyakit ini dapat mengakibatkan fatal setelah 9 sampai 12 bulan

terinfeksi. Efeknya pada sistem syaraf berupa penurunan nafsu makan, dan

gangguan mental. Penyakit ini jarang dalam bentuk kronis (dalam jangka

waktu lama)' karena menyerang ginjal, dan otot-otot jantung yang dampaknya

sangat fatal bagi kelangsungan hidup penderita. 

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka

rumusan masalah dalam Makalah ini adalah :

1. Bagaimana sejarah Trypanosoma rhodesiense?

2. Bagaimana penyebaran Trypanosoma rhodesiense?

3. Bagaimana taksonomi Trypanosoma rhodesiense?

4. Bagaimana morfologi Trypanosoma rhodesiense?

5. Bagaimana habitat Trypanosoma rhodesiense?

6. Bagaimana siklus hidup Trypanosoma rhodesiense?

7. Bagaimana penyebab penyakit Trypanosoma rhodesiense?

8. Bagaimana pencegahan Trypanosoma rhodesiense?

9. Bagaimana pengobatan Trypanosoma rhodesiense?

1.3 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah Trypanosoma rhodesiense?

2. Untuk mengetahui penyebaran Trypanosoma rhodesiense?

3. Untuk mengetahui taksonomi Trypanosoma rhodesiense?

4. Untuk mengetahui morfologi Trypanosoma rhodesiense?

5. Untuk mengetahui habitat Trypanosoma rhodesiense?

3
6. Untuk mengetahui siklus hidup Trypanosoma rhodesiense?

7. Untuk mengetahui penyebab penyakit Trypanosoma rhodesiense?

8. Untuk mengetahui pencegahan Trypanosoma rhodesiense?

9. Untuk mengetahui pengobatan Trypanosoma rhodesiense?

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Membantu mahasiswa untuk memahami tentang Trypanosoma

rhodesiense.

2. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh nilai mata kuliah

parasitologi II.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Trypanosoma Rhodesiense

Trypanosoma rhodesiense erat hubungannya dengan Trypanosoma  ga

mbiense, morfologinya sulit dibedakan. Stephans dan fantham pada tahun

1910 menemukan Trypanosoma rhodesiense dalam darah seorang pasien

penyakit tidur. Mereka membedakannya dari Trypanosoma

gambiense berdasarkan vektor penularnya, virulensinya dalam tikus, dan

ditemukannya varian morfologi yang belum ada pada Trypanosoma

gambiense.

Trypanosoma rhodesiense atau penyakit tidur Afrika Timur

distribusinya lebih terbatas daripada Trypanosoma gambiense, yaitu

ditemukan di Afrika Timur bagian tengah. Infeksinya lebih cepat fatal

daripada infeksi Trypanosoma gambiense, dan binatang buruan seperti rusa

semak (bushbuck) merupakan hospes reservoar alamiahnya.

Gambar 1. Lalat tse tse.

5
Menurut perkiraan baru-baru ini, tahun-tahun kehidupan cacat

disesuaikan (9 sampai 10 tahun) (DALYs) hilang karena penyakit tidur

adalah 2,0 juta.

Perkiraan terakhir menunjukkan bahwa lebih dari 60 juta orang yang

tinggal di sekitar 250 lokasi beresiko tertular penyakit, dan ada sekitar

300.000 kasus baru setiap tahun.

Penyakit ini telah dicatat sebagai terjadi di 36 negara, semua di sub-

Sahara Afrika. Hal ini endemik di tenggara barat Uganda dan Kenya dan

membunuh lebih dari 40.000 Afrika tahun.

Menurut penelitian, penyakit unik ini berasal dari Afrika dan sudah

menjadi wabah mematikan di beberapa negara di Afrika. Hingga saat ini

tercatat 50.000 sampai 70.000 orang di Sub-Sahara Afrika terserang penyakit

tidur atau Human african trypanosomiasis, yang menyebar melalui gigitan

lalat tsetse. Setiap tahunnya juga dilaporkan sekitar 300.000 orang meninggal

akibat penyakit ini di Afrika.

2.2 Penyebaran Trypanosoma Rhodesiense 

berikut cara penyebaran penyakit tidur yang disebabkan oleh Trypanosoma

brucei rhodesiense:

1. Lalat tsetse Glossina palpalis yang mengandung Trypanosoma menggigit

manusia. Trypanosoma kemudian beredar dalam jaringan darah.

2. Trypanosoma hidup dan bereproduksi dengan cara pembelahan binner

memanjang didalam jaringan darah manusia, getah bening limfa, dan

6
berpotensi merusak saraf . Penderita akan mengalami demam, nyeri otot

dan sendi, tidak dapat berjalan, tidak dapat berbicara, dan banyak tidur di

siang hari tetapi tidak dapat tidur (insomia) dimalam hari. semakin lama

penderita tidak bisa dibangunkan, dan akhirnya meninggal dunia.

3.  Penyebaran kepada orang lain  dapat terus terjadi bila lalat tsetse

menggigit serta menghisap darah penderita, kemudian menularkannya

kepada orang lain.

4.  Trypanosoma hidup di dalam saluran pencernaan lalat tsetse selama 20-

30 hari.  Trypanosoma infekstif akhirnya menetap dikelenjer air liur lalat

tsetse. Lalat tsetse banyak terdapat disepanjang tepi sungai di afrika

bagian barat dan tengah. Lalat tersebut mampu terbang dengan jarak

jangkau hingga mencapai 3 mil dan biasanya menggigit pada waktu siang

hari.

Penyakit ini menyebar didaerah tropis benua Afrika antara 15 0LU dan

200LS, sesuai dengan daerah penyebaran lalat tsetse. Di daerah endemis 0,1%

- 2% penduduk terineksi. Pada saat terjadi KB prevalensi penyakit ini bisa

mencapai 70%. KLB dapat terjadi apabila karena sesuatu hal terjadi

peningkatan intensitas kontak antara manusia dan lalat tsetse atau strain

tripanosoma yang virulen masuk kedaerah dimana densitas lalat tsetse sangat

padat. Masuknya strain virulen dimungkinkan oleh karena adanya pergerakan

hospes manusia atau lalat tsetse yang terinfeksi ke suatu daerah.

Lalat Glossina palpalis merupakan vector utama, dibagian barat dan bagian

7
tengah Afrika. Infeksi biasanya terjadi disepanjang aliran sungai atau anak

sungai yang berbatasan dengan daerah yang berhutan.

G. fuscipes yang termasuk dalam kelompok palpalis merupakan vector

penular penyakit pada saat KLB penyakit tidur jenis rhodiense yang terjadi di

Kenya dan Zaire dan vector ini juga sejak tahun 1976 diketahui sebagai

vector pada penularan peridomestik di Uganda.

2.3 Taksonomi Trypanosoma Rhodesiense 

Taksonomi lalat tsetse yang menyebabkan Trypanosoma rhodesiense :   

Kingdom  : animalia

Filum        : arthropoda

Kelas        : insecta

Ordo         : diptera

Famili       : glossinidae (theoblad, 1903)

Genus       : wiedemann, 1830)

Spesies     : Trypanosoma rhodesiense

2.4 Morfologi Trypanosoma Rhodesiense 

Morfologi Trypanosoma mempunyai ukuran 14-33 x 1,5-3,5 µm (rata-

rata 15-20 µm) Membran bergelombang terdapat pada seluruh tubuh,

mempunyai 1 flagella pada ujung anterior, kinetoplas letaknya lebih ke

8
posterior dekat axonema, letak nukleus di tengah-tengah atau sentral. Bentuk

ini terdapat di dalam tuan rumah perantara maupun sebenarnya.

Trypanosoma masuk didalam tuan rumah perantara pada waktu

mengisap darah sebagai makanannya. Di dalam tubuh manusia Trypanosoma

hidup ekstra seluler di dalam darah, limfe dan cairan otak. Terdapat granula

spesifik, tidak berwarna, bergerak aktif, berkembang biak membelah

memanjang, bila diwarnai dengan Giemsa atau Wright, inti akan berwarna

merah udang, dan sitoplasma berwarna biru. Bentuk kritidia berukuran 15-20

µm (rata-rata 15 µm). Membran bergelombang terdapat pada bagian tubuh

keanterior, kinetoplas letaknya lebih ketengah dengan axonema, letak nukleus

di tengah-tengah, terdapat granula spesifik (seperti trypanosoma).

Terdapat sebagai stadium sementara pada lalat Genus glossina untuk

T.gambiense, T.rhodesiense, sedangkan untuk T.cruzi adalah serangga Genus

triatoma. Berkembang biak membelah dua dan memanjang, dan di dalam

kelenjar ludah lalat glossina tadi, kritidia tersebut mengalami metamorfose

menjadi trypanosoma yang siap ditularkan.

Secara umum Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk/morfologi yang

berbeda, yaitu:

1. Bentuk Amastigot (Leismanial form)

Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta

tidak mempunyai flagela. Bersifat intraseluler. Besarnya 2-3 mikron.

2. Bentuk Promastigot (Leptomonasform)

9
Bentuk memanjang mempunyai satu inti ditengah dan satu flagella

panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya

kinetoplas, belum mempunyai membran bergelombang, ukurannya 15

mikron.

3. Bentuk Epimastigot (Critidial form)

Bentuknya memanjang dengan kinetoplas didepan inti yang letaknya di

tengah mempunyai membrane bergelombang pendek yang

menghubungkan flagela dengan tubuh parasit,ukurannya15-25 mikron.

4. Bentuk Tripomastigot (Trypanosomeform)

Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti ditengah kinetoplas

dekat ujung posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva

membrane bergelombang, ukurannya 20-30mikron

Pada penderita Trypanosomiasi (juga pada hewan vertebrata yang

terinfeksi umumnya ditemukan bentuk Trypomastigot. Trypomastigot ini

memiliki bentuk mirip bulan sabit dengan ukuran panjang 15-35 mikrondan

lebar 1,5–3,5 mikron. Didalamnya terdapat organella antara lain :

• Inti besar berbentuk lonjong, terletak di tengah dan berfungsi untuk

menyediakan makanan. Disebut juga Troponukleus.

• Kinetoplas, berbentuk bulat atau batang. Ukuran lebih kecil dari inti dan

terletak didepaidepan atau dibelakang inti. Kinetoplas terdiri dari 2

bagian yaitu benda parabasal dan blefaroplas.

10
• Flagela merupakan cambuk halus yang keluar dari blefaroplas dan

berfungsi untuk bergerak.

• Undulating membrane (membran bergelombang), adalah selaput yang

terjadi karena flagella melingkari badan parasit, sehingga terbentuk

kurva-kurva. Terdapat 3-4 gelombang membrane.

Pada stadium akhir, didalam darah penderita, Trypomastigot memiliki

beberapa bentuk yang berbeda, yaitu:

• Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagella

• Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela

• Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior.

2.5 Habitat Trypanosoma Rhodesiense 

T.b. gambiense, manusia merupakan reservoir utama, sedangkan

peranan binatang peliharaan dan binatang buas sebagai reservoir tidak jelas.

Binatang buas terutama babi hutan dan sapi peliharaan merupakan reservoir

utama T.b. rhodiense.  Adapun habitatnya berada dalam darah.

11
2.6 Siklus Hidup Trypanosoma Rhodesiense 

Gambar 2. Siklus hidup lalat tsetse.

Lalat tsetse menjalani metamorfosis sempurna yang terdiri 4 fase :Fase

telur, larva belatung ( maggot ), kepompong, dan lalat dewasa. Jika diamati

secara seksama dan kemudian dibandingkan dengan siklus hidup lalat lain,

siklus hidup dari lalat tsetse biasa dikatakan unik. Contoh keunikan dari

siklus hidup lalat tsetse adalah saat sudah wktunya bertelur, induk lalat tsetse

akan tetap menyimpan telur tersebut di dalam tubuhnya sehingga menetas

menjadi larva yang baru menetas tersebut tetap berada di dalam tubuh

induknya dan hidup dengan mengkomsumsi senyawa mirip cairan susu yang

dihasilkan oleh kelenjar induknya.

Jika larva sudah memasuki ukuran tertentu, barulah larva lalat tsetse

keluar dari tubuh induknya dan “lahir” ke dunia. Masa hidup larva di dunia

relatif singkat karena hanyya dalam waktu beberapa jam usai keluar dari

tubuh induknya, larva lalat tsetse segera mencari tempat yang terlindung

12
untuk berubah menjadi pupa. Masa pupa atau kepompong berlangsung

selama beberapa hari dan sesudah itu lalat tsetse dewasa akan keluar. Di fase

dewasa ini, lalat tsetse hanya hidup dari mengisap darah mamalia dan bisa

hidup hingga usia 4 bulan.

2.7 Penyebab Penyakit Trypanosoma Rhodesiense 

Tidur adalah keadaan dimana kita merelaksasikan semua organ tubuh

yang lelah. Hampir semua manusia menghabiskan sepertiga dari waktu

hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja karena kelelahan tetapi juga karena

kebiasaan dan pola hidup.

Penyebab penyakit adalah Trypanosoma brucei gambiense dan T.b.

rhodesiense, flagelata darah. Kriteria untuk diferensiasi spesies tidaklah

mutlak; isolat yang diambil dari kasus virulen dengan perjalanan penyakit

yang sangat progresif dianggap sebagai  T. B rhodesiense, terutama apabila

infeksi terjadi di Afrika bagian timur. Sedangkan jika infeksi didapatkan di

Afrika bagian barat dan tengah, biasanya perjalanan penyakit lebih kronis

biasanya disebabkan oleh T.b. gambiense.

Penyakit ini disebut African trypanosomiasisatau nama lainnya

penyakit tidur. Penyakit ini adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf

dan disebabkan oleh protozoatrypanosoma yang masuk ke dalam tubuh

melalui gigitan lalat tsetse. Lalat tsetse adalah salah satu spesies lalat yang

menghisap darah mamalia.

13
Gambar 3. Orang yang terkena penyakit trypanosomiasis.

Menurut penelitian, penyakit unik ini berasal dari Afrika dan sudah

menjadi wabah mematikan di beberapa negara di Afrika. Hingga saat ini

tercatat 50.000 sampai 70.000 orang di Sub-Sahara Afrika terserang penyakit

tidur atau Human african trypanosomiasis, yang menyebar melalui gigitan

lalat tsetse. Setiap tahunnya juga dilaporkan sekitar 300.000 orang meninggal

akibat penyakit ini di Afrika.

Gigitan lalat ini menyebabkan rasa sakit dan bengkak merah di bekas

gigitan. Infeksi ini akan menyebar melalui darah dan mengakibatkan gejala

awal demam, sakit kepala, sakit sendi, gatal-gatal pada kulit, dan lemas.

Kemudian bakteri ini menyerang otak dan menyebabkan penyakit-penyakit

serius lainnya seperi pembengkakan kelenjar limfa, anemia, dan penyakit

ginjal.

Orang yang terjangkit akan mengalami kejang-kejang dan sulit berpikir.

Serta pola tidur yang lebih lama dari biasanya. Penyakit ini sangat sulit

dideteksi karena memiliki gejala awal seperti penyakit malaria.

14
Apabila seseorang terjangkit, penderita akan merasakan kantuk yang

sangat hebat disiang hari. Tetapi penderita akan menjadi insomnia atau susah

tidur pada malam hari. Apabila pola tidur semakin sulit dikendalikan,

penderita bisa mengalami koma bahkan hingga kematian.

Penyakit ini tidak hanya menyerang manusia tetapi juga mamalia

lainnya. Hewan yang terserang penyakit ini akan mengalami penurunan

produktifitas dan akhirnya mati.

Metode penyebaran penyakit ini mirip dengan penyebaran penyakit lain

yang membutuhkan perantara. Ketika lalat tsetse menghisap darah penderita

penyakit tidur, mikroba trypanosoma akan ikut terhisap. Mikroba yang

terhisap akan tinggal dan tidak mati di dalam tubuh lalat.

Ketika lalat yang sama menghisap darah orang yang sehat,

mikroba trypanosomatanpa sengaja masuk kedalam tubuh orang yang dihisap

darahnya. Selain melalui lalat tsetse, penyakit ini juga bisa ditularkan melalui

transfusi darah.

15
Gambar 5. Bakteri trypanosoma dalam darah.

Sebelumnya, menurut penelitian untuk menyembuhkan penyakit ini

harus melakukan terapi. Selain itu, penderita juga di harapkan meminum obat

untuk menyembuhkan penyakit ini. Namu cara yang kedua ini sangat

beresiko karena 5%-20% penderita meninggal akibat komplikasi dari obat

yang digunakan.

Pada akhir Maret 2010 lalu, ilmuwan asal Kanada dan Inggris berhasil

menemukan obat yang bisa menyerang enzim parasit tersebut yang

diharapkan bisa mempertahankan hidup seseorang. Obat itu sudah di uji klinis

(percobaan pada manusia) dalam 18 bulan.

Ilmuan asal Belgia juga menemukan cara untuk menyembuhkan

penyakit yang disebabkan lalat tsetse ini. Para ilmuwan menjelaskan bahwa

ada sebuah bakteri yang disebut Sodalis Glossinidius yang hidup pada lalat

tsetse yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Gen bakteri akan diubah

untuk mendapatkan antibodi yang dapat melawan parasit yang menyebar di

tubuh manusia.

Dr David Horn dari London School of Hygiene and Tropical Medicine

mengatakan, “Ini adalah konsep yang menjanjikan, dan sekarang sedang

diupayakan untuk membuat anti-trypanosomal.”

Karena penyakit yang berbahaya ini, manusia berusaha menekan

keberadaan lalat tsetse yang menjadi perantara ini. Beberapa metode

16
dilakukan seperti melakukan penyemprotan memakai insektisida,

pemasangan jebakan, dan melepaskan lalat jantan steril (mandul) ke alam liar

agar telur hasil perkawinan tidak dapat menetas.

2.8 Pencegahan Trypanosoma Rhodesiense 

1. Cara-cara Pencegahan

Memilih cara pencegahan yang tepat harus di dasari pada

pengetahuan dan pengenalan ekologi dari vektor dan penyebab penyakit

disuatu wilayah. Dengan pengetahuan tersebut,  maka suatu

daerah  dengan keadaan geografis tertentu, dapat dilakukan satu atau

beberapa langkah berikut sebagai langkah prioritas dalam upaya

pencegahan :

• Berikan Penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara

perlindungan diri terhadap gigitan lalat tsetse.

• Menurunkan populasi parasit melalui survei masyarakat untuk

menemukan mereka yang terinfeksi, obati mereka yang terinfeksi.

• Bila perlu hancurkan habitat lalat tsetse, namun tidak

dianjurkan  untuk menghancurkan vegetasi secara tidak merata.

Membersihkan semak-semak dan memotong rumput disekitar desa

sangat bermanfaat pada saat terjadi penularan peridomestik. Apabila

pada wilayah yang telah dibersihkan dari vegetasi liar dilakukan

17
reklamasi dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian maka masalah

vektor teratasi untuk selamanya.

• Mengurangi kepadatan lalat dengan menggunakan perangkap dan

kelambu yang sudah dicelup dengan deltametrin serta dengan

penyemprotan insektisida residual (perythroid sintetik 5%, DDT,

dan dieldrin 3% merupakan insektidida yang efektif). Dalam situasi

darurat gunakan insektisida aerosol yang disemprotkan dari udara.

• Melarang orang-orang yang pernah tinggal atau pernah mengunjungi

daerah endemis di Afrika untuk menjadi donor darah.

2. Penanggulangan Wabah

Dalam keadaan KLB lakukkan survei massal yang terorganisasikan

dengan baik dan berikan pengobatan bagi penderita yang ditemukan serta

lakukan pengendalian lalat tsetse.

Bila terjadi lagi KLB di daerah yang sama walaupun sudah

melaksanakan upaya-upaya pemberantasan, maka upaya-upaya yang

tercantum pada butir 9A harus dilakukan dengan lebih giat.

3. Penanganan Internasional

Meningkatkan upaya kerjasama lintas sektor di daerah endemis.

Penyebar luasan informasi dan meningkatkan tersedianya bahan dan alat

diagnosa sederhana untuk skrining dan upaya sederhana pengendalian

vektor.

18
Kembangkan sistem yang efektif pendistribusian reagen dan obat-

obatan. Kembangkan sistem pelatihan pada tingkat nasional dan

internasional. Manfaatkan pusat-pusat kerjasama WHO.

2.9 Penngobatan Trypanosoma Rhodesiense 

Pengobatan tahap pertama yaitu menggunakan

obat pentamidin atau suramin. Pengobatan tahap kedua

menggunakan eflornitin atau kombinasi nifurtimoks dan eflornitin untuk

Trypanosoma brucei gambiense. Meskipun melarsoprol manjur untuk kedua

tahap tersebut, biasanya hanya digunakan untuk Trypanosoma brucei

rhodesiense, karena adanya efek samping yang serius. (Wikipedia)

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trypanosoma brucei rhodiensis, parasit ini lebih agresif dan memiliki

kemampuan berkembang biak lebih cepat dibandingkan Trypanosoma brucei

gabiensis. Penyakit ini dapat mengakibatkan fatal setelah 9 sampai 12 bulan

terinfeksi. Efeknya pada sistem syaraf berupa penurunan nafsu makan, dan

gangguan mental. Penyakit ini jarang dalam bentuk kronis (dalam jangka

waktu lama)' karena menyerang ginjal, dan otot-otot jantung yang dampaknya

sangat fatal bagi kelangsungan hidup penderita. 

3.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat

mengetahui trypanosoma rhodesiense serta agar pembaca dapat mengetahui

cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut. Kritik dan

saran penulis tetap harapkan demi perbaikan selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://kesehatan.bandungkab.go.id/index.php?

option=com_mtree&task=rate&link_id=14&Itemid=109 (diakses: 5 april 2014).

http://lutfhieekaseptian.blogspot.com/2012/02/penyakit-tidur.html

(diakses: 5 april 2014).

http://republik-tawon.blogspot.com/2012/05/lalat-tsetse-sang-penyebar-

penyakit.html (diakses: 5 april 2014).

http://internetuniversityid.blogspot.com/2012/01/penyakit-tidur-afrika-barat.html

(diakses: 5 april 2014).

http://putrinspiration.blogspot.com/2012/06/trypanosoma.html

(diakses: 5 april 2014).

http://www.pantonanews.com/1871-lalat-tsetse-dan-penyakit-tidur

(diakses: 5 april 2014).

http://ceriffeta.blogspot.com/2011/10/penyakit-tidur-yang-mematikan.html

(diakses: 5 april 2014).

https://evinursyafitrisyamsul.blogspot.com/2015/03/makalah-trypanosoma-

rhodesiense.html

21

Anda mungkin juga menyukai