Disusun Oleh :
NIM : 18150028
FAKULTAS KESEHATAN
A. Latar Belakang
Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang dibentuk dalam
ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi oleh
tubulus(Hardjono dan Mangarengi, 2011). Urine dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah
penyakit yang ada di dalam tubuh. Analisis urine sering disebut dengan istilah urinalisis
(Mengko, 2013).
Urinalisis merupakan pemeriksaan medis yang digunakan di laboratorium klinik dan
biasanya berupa pengamatan mikroskopik. Sebelum adanya pengobatan modern, urine
digunakan untuk diagnosis penyakit.
Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta oleh dokter untuk
mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh. Analisis urine
dilakukan dengan dua macam cara yaitu pemeriksaan kimia urine dan pemeriksaan endapan
urine (Mengko, 2013).
Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari darah, ginjal
dan saluran kemih. Tes sedimen urine atau tes mikroskopik adalah salah satu tes urine yang
sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosis serta dapat memantau perjalanan
penyakit pada kelainan ginjal dan saluran kemih.
Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik (berasal
dari suatu organ atau jaringan) seperti epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan 2 unsur anorganik (tidak berasal dari suatu jaringan) seperti urat
amorf dan kristal (Hardjono dan Mangarengi, 2011)
Pemeriksaan sedimen urine merupakan bagian penting dalam pemeriksaan penyaring,
memberikan data mengenai saluran kencing mulai dari ginjal sampai ujung uretra yang tidak
mungkin diperoleh dengan pemeriksaan lain (Gandasoebrata, 2013). Tujuan dari pemeriksaan
sedimen urine adalah untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan yang tidak larut dalam urine
(Strasinger dan Lorenzo, 2008)
Leukosit dalam urine umumnya berupa segmen. Dalam urine asam, leukosit atau sel pus
biasanya mengerut. Pada urine lindi, leukosit akan mengembang dan cenderung mengelompok.
Leukosit umumnya lebih besar dari eritrosit dan lebih kecil dari sel epitel. Leukosit yang banyak
terlihat dalam urine kebanyakan adalah neutrofil. Secara mikroskopik, leukosit berbentuk bulat,
memiliki inti multilobus (poly morpho nuclear), granuler, dengan diameter sekitar 12 µm atau
kira-kira 1,5 – 2 kali ukuran eritrosit(Kosasih, 2003).
Pemeriksaan sedimen urine dapat diperiksa dengan metode manual (konvensional) dan
otomatis. Pemeriksaan sedimen urine memiliki unit pengukuran pada setiap alat dengan prinsip
kerja yang berbeda-beda. Pemeriksaan sedimen urine konvensional dengan menggunakan
mikroskop dilakukan dengan mengendapkan unsur sedimen menggunakan sentrifus. Endapan
kemudian diletakkan di atas kaca obyek dan ditutup dengan kaca penutup. Unsur sedimen
dilaporkan dalam rerata 10 lapangan pandang besar (LPB) atau lapangan kecil (LPK).
Sedangkan cara lain menggunakan sistem KOVA, yaitu dengan membuat kamar hitung untuk
standarisasi pemeriksaan sedimen urine, cara ini masih menggunakan cara manual dan dihitung
secara semikuantitatif dengan pelaporan unsur sedimen dalam LPB atau LPK(Mengko, 2013).
B. Tujuan pemeriksaan
Untuk mengtahui perbedaan hasil pemeriksaan sedimen urine menggunakan LPB/LPK
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel
lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan
infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi
endotel dan gagal ginjal.
Cara melaporkan hasil adalah sebagai berikut :
Keterangan: :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah
dinyatakan abnormal.
Eritrosit
Leukosit
Sel Epitel
Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat
dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah
Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.
Sel epitel transisional
Sel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria), atau uretra, lebih
besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel epitel ini
berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel
epitel transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang mana dia berasal. Sel epitel
skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin normal. Sel epitel ini tipis,
datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok
dengan ukuran bervariasi.
Sel skuamosa
Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal
dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau
saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk
pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya.
Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi
garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi
dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall
adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel
ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah
melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel
epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila
silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan
berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel
granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.
1. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari
mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel
tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih,
sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein
Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran
pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat
bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per
LPK. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit
glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle's
dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
2. Silinder Eritrosit
4. Silinder Granular
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami
degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem
saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi
awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat.
Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam
jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit
"kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal –
saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas.
Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai
pembentukan batu.
1. Kalsium Oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada
pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH,
terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari
cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi
dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter.
Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi
makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan
ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPK masih dinyatakan normal, tetapi
jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
2. Triple Fosfat
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai
bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma
empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang
juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam
asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam
setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin
setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil
urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan
meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
3. Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat,
berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau
mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam
urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih
merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya
tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi
urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan
limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan
konsentrasi asam urat.
4. Sistin (Cystine)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul
dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati
yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada
cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan
ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan
dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis
merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang
melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.
6. Kristal Kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular ,
transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi
panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi
memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak
jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat
bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan
biasanya disertai oleh proteinuria.
Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah :
1. Kristal dalam urin asam
Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset.
Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kesimpulan
Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk dikerjakan dengan
pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar
terlihat pada sediaan natif dapat terlihat jelas.
Cara melaporkan pemeriksaan sedimen urine LPB & LPK:
leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per LPB (Lapang Pandang Besar)
dengan objektif 40x.
epitel dan silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapang Pandang Kecil) dengan
objektif 10x.
unsur-unsur lain dan kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan :
(-) tidak ada (++) banyak
(+) ada (+++) banyak sekali
Nilai normal pemeriksaan sedimen urine:
eritrosit : 0-1 per LPB
leukosit : 1-5 per LPB
epitel : negatif
silinder : 0-1 per LPK
kristal-kristal dalam urine normal :
- dalam urine asam : asam urat, natrium urat, calsium sulfat
- dalam urine asam / netral / agak basa : calsium oksalat, asam hipurat
- dalam urine basa / netral / agak asam : triple fosfat, dikalsium fosfat
- dalam urine basa : calsium carbonat, calsium fosfat, amonium biurat
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1054/4/Chapter2.pdf
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-2-analisis-mikroskopik.html
http://yanialkarim.blogspot.com/2016/01/sedimentasi-urin.html
https://medlab.id/pemeriksaan-sedimen-urine/