Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK 3

• Dewi Sekar Citra


• Dwyta Muhartanti
• Eftika Mauliati
• Faris Erlando Anggoro
• Fandi Hammam
RA LATEX TEST KIT

Kegunaan
• RA latex test kit untuk penentu kualitatif dan semi-kuantitatif penentu dari
RA dalam sampel serum manusia.
Peringatan
• Hanya digunakan untuk diagnosis in vitro
• Hanya digunakan untuk profesional
Peringatan K3
• Semua sampel pasien dan reagen harus diperlakukan sebagai sesuatu yang infeksius dan
pengguna harus menggunakan pelindung tangan (handscoon), pelindung mata dan jas lab
ketika sedang melakukan test.
• Peralatan bukan sekali pakai harus disterilisasi setelah dipakai dengan metode yang
tepat.Peralatan sekali pakai harus diperlakukan sebagai limbah berbahaya dan di autoklaf
atau insinerasi.
• Tumpahan bahan infeksius harus di lap dan dibuang .Tempat yang terkena tumpahan
harus disterilisasikan dengan densifektan atau alcohol 70%.
• Jangan pipet menggunakan mulut.
• Reagen control mengandung serum manusia. Serum manusia yang digunakann telah diuji
dan terbukti negatif untuk HIV, HCV dan HbsAg .Meskipun demikian reagen harus di
perlakukan sebagai bahan infeksius dan tindakan pencegahan yang tepat harus dilakukan
saat penanganan dari pembuangan .Produk juga mengandung garam penyangga termasuk
sodium asida untuk keamanan material.
Tindakan pencegahan analitik

• Jangan merubah prosedur test


• Jangan mengencerkan atau mengubah reagen dengan cara apapun
• Pastikan semua reagen pada suhu kamar (18- 30˚) sebelum digunakan
• Jangan menukar reagen dan perlengkapan yang berbeda

Komposisi
Isi Kit standar : Dapat bervariasi tergantung pada format yang disediakan
• Reagen Latex cukup untuk menguji 50-100 slide reagen Latex harus dihomogenisasi.
• Kontrol Positif. Serum ini adalah serum manusia yang positif RA. Reagen ini sudah siap
digunakan dan akan memberikan hasil positif ketika di uji dengan RA Latex Kit.
 Kontrol Negatif. Kontrol negatif ini adalah serum RA negatif. Reagen ini siap digunakan
dan akan memberikan hasil negative ketika diuji dengan reagen RA Latex.
 Buffer glisin konsentrasi 10x. Tambahkan 1-9 tetes aquades sebelum digunakan. Pada
pengenceran, pengenceran harus memiliki pH antara 8.0-8.2
 Pipet
 Slide aglutinasi yang dapat digunakan kembali
 Kit Insert

Penyimpanan
 Penyimpanan reagen, disimpan pada suhu 2-8˚C
 Reagen tidak boleh dibekukan
 Jangan gunakan reagen yang kedaluwarsa
 Buang reagen jika terkontaminasi atau tidak menunjukkan hasil yang benar
jika dibandingkan dengan control.
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan tapi tidak disediakan
 Tabung kaca/plastic kecil
 Pipet serologis

Persiapan specimen dan sampel


Gunakan serum segar yang diperoleh dan darah yang telah disentrifugasi.
Sampel dapat disimpan pada suhu 2-8˚C selama 48 jam sebelum
melakukan pengujian untuk jangka waktu yang lebih lama serum harus
debekukan. Serum yang terkontaminasi harus dibuang.
Prosedur
Prinsip
Protein abnormal banyak terdapat pada serum pasien yang menderita radang
sendi rheumatoid.Protein ini berprilaku seolah-olah antibodi IgM ditunjuk
terhadap determinan globulin IgG. Deteksi protein factor rheumatoid adalah
valuc dalam diagnosis rheumatoid arthritis . Singer dan plotz ( 1956:1958)
menggambarkan suatu metode untuk mendeteksi factor rheumatoid dengan
menggunakan suspense butiran plastic halus yang dilapisi globulin gamma
manusia yang diaglutinasi dengan adanya faktor rheumatoid. Reagen lateks RA
adalah tipe standar yang sensitive, dibuat dengan fraksi IgG manusia yang
dimurnikan dengan lateks polistiren terpilih.
Metode Kualitatif
1. Pastikan setiap komponen pada suhu kamar.
2. Kocok pereaksi Lateks hingga merata.
3. Teteskan satu tetes serum yang tidak diencerkan kedalam lingkaran slide uji.
4. Tambahkan satu tetes reagen Lateks disamping tetes serum.
5. Campur pereaksi dengan sampel serum dan ratakan ke seluruh area lingkaran uji.
6. Dengan hati-hati miringkan slide uji kebelakang dan kedepan setiap 2 menit kontrol positif dan
negatif harus disetarakan pada interval regular.Pada akhir test, bilas slide uji dengan air suling dan
keringkan tindakan pencegahan laboratorium yang normal harus di jaga.
Interpretasi Hasil
 Adanya aglutinasi yang banyak menunjukan tingkat RF pada sampel > 8 I.U./ml
 Kurangnya aglutinasi mennjukan tingkat RF pada sampel < 8 I.U./ml
Metode semi-kuantitatif

Uji semi-kuantitatif dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti uji kualitatif yang
menggunakan pengenceran serum dalam larutan salin, PBS (Pospat Buffer Salin) atau
garam glisin sebagai berikut.

Pengenceran 1/2 1/4 1/8 1/16


Sampel serum 100µ I - - -
Larutan salin 100µ I 100µ I 100µ I 100µ I
→ 100µ I
→ 100µ I
→ 100µ I
Volume sampel 50µI 50µI 50µI 50µI
8 x n dan pengenceran 8x2 8x4 8x8 8 x16
MG/I.U./ML 16 32 64 128

Normal : Dewasa < 8 I.U./ml


Hasil
Titer dinyatakan sebagai balik dari pengenceran tertinggi yang menujukan aglutinasi
makroskopik : misal jika, terjadi pada pengenceran 3, titernya adalah 64.

Interpretasi hasil
Dengan menggunakan system lateks, hasil positif tidak selalu ditemukan pada setiap kasus
rematik artritis yang didefinisikan secara klinis. Jumlah positif yang dilaporkan menggunakan
berbagai jenis pereaksi lateks berkisar antara 70% sampai lebih dari 90%. Hasil positif palsu
juga terjadi pada berbagai kondisi patologis termasuk lupus erythematosus, hepatitis, sirosis
hati, limfoma, sklerodema dan berbagai infeksi lainnya. Frekuensi hasil positif palsu tidak
tinggi bahkan dalam kondisi ini namun kemungkinan harus diingat saat menafsirkan hasilnya.
Karakteristik Kinerja
 Sensitifitas Analitis : 8 (6-16 I.U./ml)
 Efek Prozone :Tidak ada efek prozone yang
terdeteksi sampai 800 I.U./ml
 Sensitifitas diagnosis : 100%
 Spesifisitas diagnosis : 98,8 %
Keterbatasan Metode
Kejadian hasil positif palsu sekitar 3-5%.Individu yang menderita infeksi mononucleosis,
hepatitis, sifilis serta orang lanjut usia dapat memberika hasil positif.
Diagnosis tidak boleh semata-mata didasarkan pada hasil metode latex tetapi juga dengan tes
Waaler Rose bersamaan dengan pemeriksaan klinis .
Catatan : Hasil yang diperoleh dengan metode latex tidak dibandingan dengan hasil
yang diperoleh dengan uji Waaler Rose. Perbedaan hasil tidak mencerminkan perbedaan
kemampuan mendeteksi factor rematik.
Hemoglobin (10 g/l ), bilirubin (20 mg/l), dam lipemia (10 g/l), tidak mengganggu. Hal-hal
lain mungkin mengganggu.

Pengendalian Kualitas Internal


Kendali sera harus digunakan untuk memverifikasi tes.
ASO LATEX TEST KIT

PENGGUNAAN YANG DIMAKSUD


Kit uji lateks ASO adalah penentuan kualitatif dan semi
kuantitatifantibodi anti-streptolysin O (ASO) pada serum
manusia.

PRINSIP KERJA
Tes ASO adalah salah satu prosedur (pemeriksaan) slide
aglutinasi cepat. Partikel lateks dilapisi dengan
streptolysin O, yang bila dicampur dengan sampel
yang mengandung antibodi ASO menunjukkan pola
aglutinasi.
CLINICAL SIGNIFICANCE
Titer serum yang meningkat (tinggi) dari ASO dihasilkan sebagai respons
terhadap infeksi bakteri oleh Streptococcus Beta-Haemolitik pada kelompok A, C
dan G.
Streptolysin O adalah protein ekstra seluler beracun dengan karakter enzimatik
dan sifat antigenik yang kuat. Penentuan antibodi ini untuk metabolit
streptococcus yang memberikan informasi berharga dalam penegakan diagnosis
demam Rheaumatoid, glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus.

PERINGATAN
Hanya untuk penggunaan in vitro. Untuk penggunaan profesional saja.
Peringatan Kesehatan dan Keselamatan:
• Semua sampel pasien dan reagen harus diperlakukan dianggap potensial menular
(berbahaya dan dapat menular) dan pengguna harus memakai sarung tangan pelindung,
pelindung matadan jas laboratorium saat melakukan tes (uji).
• Peralatan non disposable setelah digunakan harus disterilkan dengan metode yang tepat.
• Peralatan sekali pakai harus diperlakukan sebagai limbah biohazard (limbah berbahaya)
dandiautoklaf atau diinsinerasi.
• Tumpahan bahan berpotensi menular harus diserap dan dibuang seperti yang disebutkan
di atas. Tempat yang terkena tumpahan harus disterilkan dengan desinfektan atau
alkohol 70%.
• Jangan melakukan pemipetan dengan atau menggunakan mulut.
• Reagen kontrol mengandung serum manusia. Serum manusia yang digunakan telah diuji
dan terbukti negatif untuk HIV, HCV dan HbsAg.
• Meskipun demikian reagen harus diperlakukan sebagai berpotensi menular dan tindakan
pencegahan yang tepat harus dilakukan saat penanganan dan pada pembuangan. Produk
ini juga mengandung garam penyangga berair termasuk sodium azide sebagai pengawet
- lihat lembar data keamanan bahan
Hal yang diperhatikan Saat Analitik:
 Jangan memodifikasi mengganti prosedur uji.
 Semua reagen siap digunakan Jangan encer atau modifikasi reagendengan cara apapun.
 Biarkan semua reagen dan sampel mencapai suhu kamar (18 sampai 30ºC) sebelum
digunakan.
 Jangan mengganti reagen dari berbagai kemasan kit.
KOMPOSISI

 Isi Kit Standar: Mungkin bervariasi tergantung formatyang ada.


 Reagen Lateks cukup untuk tes slide 50/100. Reagen lateksnya harus diguncang dengan baik
sebelum digunakan untuk memastikan homogenitas.
 Positive Control. Serum ini positif serum ASO manusia. Reagen ini siap pakai dan akan memberi
hasil positif saat diuji dengan reagen lateks ASO.
 Negative Control. Reagen control ini adalah kontrol negatif serum ASO. Reagen ini siap pakai
dan akan memberi hasil negatif saat diuji dengan reagen lateks ASO.
LANJUTAN….

 10x konsentrasi Glisin Buffer Pengencer. Tambahkan satu bagian ke sembilan bagian
air suling (aquadest) sebelum digunakan. Dalam pengenceran pengencer memiliki pH
antara 8,0 dan 8,2.
 Pipet/Pengaduk/Slide aglutinasi yang dapat digunakan kembali.
 Pack insert.

PENYIMPANAN DAN WAKTU PENYIMPANAN


Simpan reagen tepat pada 2-8ºC.
JANGAN MEMBEKUKAN REAGEN LATEKS
Jangan gunakan reagen setelah tanggal kadaluwarsa.
Buang reagen jika terkontaminasi atau tidak didemonstrasikan aktivitas yang benar
dengan kontrol.
SEMUA REAGEN YANG ADA SIAP UNTUK DIGUNAKAN
PERALATAN TAMBAHAN YANG DIBUTUHKAN
Tabung gelas kecil atau tabung plastik / Serologi pipet

PERSIAPAN SAMPEL DAN SPESIMEN


Gunakan serum segar yang diperoleh dengan sentrifugasi darah bergumpal (darah tanpa
anti- koagulan). Sampel dapat disimpan pada suhu 2-8 ° C selama 48 jam sebelum
melakukan pengujian. Untuk jangka waktu yang lebih lama serum harus dibekukan. Serum
haematik, lipaemik atau terkontaminasi harus dibuang.

PROSEDUR KERJA

METODE KUALITATIF
1. Biarkan setiap komponen mencapai suhu kamar.
2. Dengan lembut goyangkan reagen lateks untuk menyebarkan partikel.
3. Teteskan setetes serum yang tidak diencerkan ke lingkaran slide uji.
Lanjutan….
4.Tambahkan satu tetes reagen lateks di samping tetes serum.
5. Sebarkan reagen dan sampel serum ke seluruh area lingkaran uji menggunakan pengaduk terpisah
untuk setiap sampel.
6. Perlahan miringkan slide uji ke belakang dan ke depan kira-kira setiap dua detik selama dua
menit. Positif dan negatif Kontrol harus disertakan secara berkala. Keduanya sudah siap untuk
penggunaan dan tidak memerlukan pengenceran lebih lanjut. Di akhir uji bilas slide uji dengan air
suling dan keringkan. Tindakan normal pencegahan laboratorium harus dijaga saat ditangani sampel
pasien.

PENENTUAN SEMI-QUANTITATIF (METODE SEMI-KUANTITATIF)

Uji semi kuantitatif dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti uji kuantitatif yang
menggunakan pengenceran serum dalam garam, garam buffer fosfat atau garam glisin sebagai
berikut: -
Pengenceran 1/2 1/4 1/8

Sampel Serum 100μl - -

Saline 100μl 100μl 100μl

100μl 100μl
→ → →

Volume sampel 50μl 50μl 50μl

Pengenceran200x Nº 200x2 200x4 200x8


I.U./ml 400 800 1600
Tingkat (keadaan) Normal :– Dewasa > 200 I.U./ml.

PENGHITUNGAN
Dalam uji Semi-kuantitatif titer dinyatakan sebagai timbal balik dari pengenceran
tertinggi yang menunjukkan aglutinasi makroskopik: mis. Jika ini terjadi pada
pengenceran 3, titernya adalah 1600.
INTERPRETASI HASIL
 Aglutinasi menunjukkan tingkat ASO dalam sampel yang sama atau> 200 I.U / ml.
 Tidak ada aglutinasi yang menunjukkan tingkat ASO dalam sampel <200 IU / ml.
 Hasil positif dapat mengindikasikan adanya infeksi Streptococcus akut dimana tes harus
diulangi pada interval mingguan untuk mengetahui perkembangan infeksi.

NILAI YANG DIHARAPKAN


Sembilan puluh lima persen orang dewasa sehat memiliki titer ASO kurang dari 200IU /
ml, anak remaja mungkin memiliki titer setinggi 250IU / ml. Penentuan ASO tunggal tidak
menghasilkan banyak informasi tentang keadaan sebenarnya dari penyakit. Titrasi pada
interval dua mingguan selama 4 atau 6 minggu dianjurkan untuk mengikuti evolusi
(perkembangan) penyakit. Diagnosis klinis tidak boleh dilakukan pada temuan hasil tes
tunggal, namun harus mengintegrasikan data klinis dan laboratorium.
KARAKTERISTIK KINERJA
 Sensitivitas analitis: 200 (± 50) IU / mL.
 Efek prozone: Tidak ada efek prozone yang terdeteksi sampai 1500 IU / mL.
 Sensitivitas diagnostik: 98%.
 Spesifisitas diagnostik: 97%.

PEMBATASAN METODE
Hasil positif palsu dapat diperoleh pada kondisi seperti periode awal dan akut rheumatoid arthritis,
demam scarlet, tonsilitis, beberapa infeksi streptococus dan Healthy Carriers.
Infeksi dini dan anak-anak dari 6 bulan sampai 2 tahun dapat menyebabkan hasil negatif yang salah
(negatif palsu).

SUBSTANSI PENGGANGGU
Hemoglobin (<10g / l), Bilirubin (<20mg / dl) Lipemia (<10g / l) tidak mengganggu hasil tes. Zat lain
yang tidak teruji bisa mengganggu.
CATATAN
Sensitivitas tes dapat berkurang pada suhu rendah. Keterlambatan dalam
membaca hasil dapat menyebabkan perkiraan titer yang berlebihan dan
antibodi.
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan metode lainnya di pasaran.
Kontaminasi kontrol, reagen atau spesimen dapat menyebabkan hasil yang
salah.
Jejak deterjen pada kartu uji dapat menyebabkan hasil yang salah. Cuci dan
bilaslah kartu uji hanya dalam air suling (aquadest) dan biarkan mengering di
udara. Jangan gunakan jenis pelarut apa pun.

PENGENDALIAN KUALITAS INTERNAL


Sera kontrol harus digunakan setiap hari untuk memverifikasi hasil tes.
Standar internasional tersedia secara komersial.
CRP Latex Test Kit

Kegunaan
• CRP latex test kit untuk penentu kualitatif dan semi-kuantitatif penentu
dari CRP dalam sampel serum manusia.
Peringatan
• Hanya digunakan untuk diagnosis in vitro
• Hanya digunakan untuk profesional
Peringatan K3

• Semua sampel pasien dan reagen harus diperlakukan sebagai sesuatu yang infeksius dan
pengguna harus menggunakan pelindung tangan (handscoon), pelindung mata dan jas lab
ketika sedang melakukan test.
• Peralatan bukan sekali pakai harus disterilisasi setelah dipakai dengan metode yang
tepat.Peralatan sekali pakai harus diperlakukan sebagai limbah berbahaya dan di autoklaf
atau insinerasi.
• Tumpahan bahan infeksius harus di lap dan dibuang .Tempat yang terkena tumpahan
harus disterilisasikan dengan densifektan atau alcohol 70%.
• Jangan pipet menggunakan mulut.
• Reagen control mengandung serum manusia. Serum manusia yang digunakann telah diuji
dan terbukti negatif untuk HIV, HCV dan HbsAg .Meskipun demikian reagen harus di
perlakukan sebagai bahan infeksius dan tindakan pencegahan yang tepat harus dilakukan
saat penanganan dari pembuangan .Produk juga mengandung garam penyangga termasuk
sodium asida untuk keamanan material.
Tindakan pencegahan analitik

• Jangan merubah prosedur test


• Jangan mengencerkan atau mengubah reagen dengan cara apapun
• Pastikan semua reagen pada suhu kamar (18- 30˚) sebelum digunakan
• Jangan menukar reagen dan perlengkapan yang berbeda

Komposisi
Isi Kit standar : Dapat bervariasi tergantung pada format yang disediakan
• Reagen Latex cukup untuk menguji 50-100 slide reagen Latex harus dihomogenisasi.
• Kontrol Positif. Serum ini adalah serum manusia yang positif CRP. Reagen ini sudah siap
digunakan dan akan memberikan hasil positif ketika di uji dengan CRP Latex Kit.
 Kontrol Negatif. Kontrol negatif ini adalah serum CRP negatif. Reagen ini siap digunakan
dan akan memberikan hasil negative ketika diuji dengan reagen CRP Latex.
 Buffer glisin konsentrasi 10x. Tambahkan 1-9 tetes aquades sebelum digunakan. Pada
pengenceran, pengenceran harus memiliki pH antara 8.0-8.2
 Pipet
 Slide aglutinasi yang dapat digunakan kembali
 Kit Insert

Penyimpanan
 Penyimpanan reagen, disimpan pada suhu 2-8˚C
 Reagen tidak boleh dibekukan
 Jangan gunakan reagen yang kedaluwarsa
 Buang reagen jika terkontaminasi atau tidak menunjukkan hasil yang benar
jika dibandingkan dengan control.
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan tapi tidak disediakan
 Tabung kaca/plastic kecil
 Pipet serologis

Persiapan specimen dan sampel


Gunakan serum segar yang diperoleh dan darah yang telah disentrifugasi.
Sampel dapat disimpan pada suhu 2-8˚C selama 48 jam sebelum
melakukan pengujian untuk jangka waktu yang lebih lama serum harus
debekukan. Serum yang terkontaminasi harus dibuang.
Prosedur
Prinsip
 Partikel lateks yang dilapisi dengan anti bodi CRP kambing (anti-human) mengalami aglutinasi ketika
dicampurkan dengan sampel yang mengandung CRP
 CRP dalah konstituen serum awalnya didefinisikan oleh kemampuannya untuk memicu polisakarida
pneumococcus polycharide. Karakter CRP muncul dalam serum individu dalam menanggapi berbagai
kondisi inflamasi dan nekiosis jaringan dan menghilang sebagai penyebab kondisi mereda.
 Hal ini secara rutin ditemukan dalam kasus-kasus infeksi bakteri, demam rematik aktif dan penyakit-
penyakit ganas dan hal ini sering terlihat dalam hubungannya dalam kasus arthritis rheumatoid, infeksi
virus dan tuberkulosis. CRP juga sudah terdeteksi pada pasien yang melakukan transfusi darah dan operasi
bedah dan juga pasien dengan luka bakar, pephigus vulgaris dan cesibullaous.
Metode Kualitatif
1. Pastikan setiap komponen pada suhu kamar.
2. Kocok pereaksi Lateks hingga merata.
3. Teteskan satu tetes serum yang tidak diencerkan kedalam lingkaran 22 mm slide uji.
4. Tambahkan satu tetes reagen Lateks disamping tetes serum.
5. Campur pereaksi dengan sampel serum dan ratakan ke seluruh area lingkaran uji.
6. Dengan hati-hati miringkan slide uji kebelakang dan kedepan setiap 2 menit kontrol positif dan
negatif harus disetarakan pada interval regular.Pada akhir test, bilas slide uji dengan air suling dan
keringkan tindakan pencegahan laboratorium yang normal harus di jaga.
Interpretasi Hasil
 Adanya aglutinasi yang banyak menunjukan tingkat CRP pada sampel sama atau > 6 mg/l
 Kurangnya aglutinasi mennjukan tingkat CRP pada sampel < 6 mg/l
Penentuan semi kuantitatif
Tes semi kuantitatif dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti tes kuantitatif
menggunakan pengenceran serum dalam sallne/PBS(phosphate buffered saline) atau
glisin saline sebagai berikut.

Pengenceran 1/2 1/4 1/8 1/16


Serum Sampel 100µl - - -
Saline 100µl 100µl 100µl 100µl
→ 100µl
→ 100µl
→ 100µl
Volume dari 50µl 50µl 50µl 50µl
sampel
6xNo . dari 6x2 6x4 6X8 6X16
pengenceran
Mg/LU/ml 12 24 48 96
Standar Normal : Dewasa < 6mg/l
Hasil
Titer dinyatakan sebagai balik dari pengenceran tertinggi yang menujukan aglutinasi makroskopik :
misal jika, terjadi pada pengenceran 3, titernya adalah 48

Interpretasi hasil
 Tingginya tingkat CRP diatas normal mengindikasi kerusakan jaringan, Inflamasi atau
keduanya dengan kehandalan.
 CRP lateks telah distandarisasi untuk mendeteksi tingkat CRP serum pada atau diatas 6 ug/mL,
yang aman dipertimbangkan konsentrasi terendah signifikansi klinis
 Pemantauan berkala dari tingkat CRP sering digunakan sebagai sarana menilai aktifitas
penyakit dan bimbingan terapi
 Penentuan CRP dianggap sebagai efek penting praktis daripada indikator lain penyakit
inflamasi. Sebagai contoh, ESR (tingkat sedimentasi eritrosit) mungkin menjadi meningkat
sebagai akibat dari kondisi non inflamasi. Dalam keadaan ini, penyakit inflamasi/peradangan
mungkin dikecualikan jika CRP absen (tidak ada).
KARAKTERISTIK KINERJA
 Sensitifitas analitik: 6 (5-10) mg/ L
 Efek prozone: tidak ada efek prozone yang terdeteksi sampai 1600 mg/L
 Sensitifitas diagnostik : 95,6% spesifitas diagnostik : 96,2%

KETERBATASAN METODE
Sampel konsentrasi tinggi CRP memungkinkan memberikan hasil negatif (efek prozone). Uji
ulang sampel kembali menggunakan tetesan sampe 20 mikroliter. Hemoglobin (10 g/ L,
bilirubin (20 mg/l) dan lipemia (10 g/ L0, tidak mengganggu. Faktor rheumatoid (100 IU/ ml),
mengganggu. Zat-zat lainnya mungkin mengganggu. Diagnosis klinis tidak boleh dibuat temuan
dari hasil tes, tetapi harus mengintegrasikan kedua klinis dan laboratorium data.

Pengendalian Kualitas Internal


Kontrol sera yang diberikan harus digunakan untuk memverivikasi prosedur uji

Anda mungkin juga menyukai