Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL NEMATODA JARINGAN

MAKALAH

oleh:
Kelompok 3
Agustin Dian R.

122310101063

Muhamad Tutus P.

122310101071

Riska Umaroh

132310101023

Laili Fajariyatul Hasanah

142310101022

Mahda Febriyanti Eka P.P.

142310101069

Dhea Erlinda Ayu R.

152310101128

Wirawan Ardi R.

152310101319

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

ANALISIS JURNAL NEMATODA JARINGAN


MAKALAH
disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1B dengan
dosen Ns. Retno Purwandari, S.Kep., M.Kep.

oleh:
Kelompok 3
Agustin Dian R.

122310101063

Muhammad Tutus P.

122310101071

Riska Umaroh

132310101023

Laili Fajariyatul Hasanah

142310101022

Mahda Febriyanti Eka P.P.

142310101069

Dhea Erlinda Ayu R.

152310101128

Wirawan Ardi R.

152310101319

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
mengenai penyakit yang disebabkan oleh nematoda jaringan (filariasis limfatik)
dengan tepat waktu.
Saat menyelesaikan tugas ini, kami banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Ns.Retno Purwandari, S.Kep., M.Kep, selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah (PJMK) Ilmu Dasar Keperawatan 1B
2. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini.
Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas ini banyak kekurangan dari
teknik penulisan dan kelengkapan materi yang jauh dari sempurna. Kami juga
menerima kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk pembelajaran agar
meminimalisir

kesalahan

dalam

tugas

berikutnya.

Semoga

dengan

terselesaikantugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jember, 27 Januari 2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................
1.3 Tujuan Masalah............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN..............................................................................
2.1 Judul Jurnal..................................................................................
2.2 Penulis Peneliti.............................................................................
2.3 Nama Jurnal.................................................................................
2.4 Ringkasan Jurnal..........................................................................
2.4.1 Problem.............................................................................
2.4.2 Intervention........................................................................
2.4.3 Comparation.......................................................................
2.4.4 Outcome.............................................................................
BAB 3. ANALISIS JURNAL .....................................................................
3.1 Analisis Jurnal..............................................................................
BAB 4. IMPLIKASI ....................................................................................
4.1 Implikasi Keperawatan................................................................
BAB 5. PENUTUP.......................................................................................
5.1 Kesimpulan..................................................................................
5.2 Saran.............................................................................................
Daftar Pustaka

1
1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
5
6
6
9
9
10
10
10

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filariasis limfatik adalah infeksi oleh cacing filaria,Wucheria bancrofti, Brugia
malayi atau Brugia timori. Parasit ini ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk
yang terinfeksi dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam pembuluh
limfatik, menyebabkan kerusakan yang parah dan pembengkakan atau limfedema,
sehingga apabila tidak diobati, penyakit ini dapat menimblkan cacat seumur hidup
dan penderita tidak dapat bekerja secara optimal, sehingga menjadi beban keluarga
serta merugikan masyarakat dan negara (WHO, 2010; Tri Ramadhani, 2008)
Filariasis limfatik telah menginfeksi 120 juta penduduk di 86 negara di seluruh
dunia, terutama negera-negara di daerah tropis dan beberapa daerah di subtropis,
termasuk Indonesia. Di Indonesia, berdasarkan survei tahun 2000-2004 terdapat
lebih dari 8000 orang menderita klinis kronis filariasis yang tersebar di seluruh
Provinsi. Daerah endemi terdapat di banyak pulau di seluruh Nusantara, seperti di
Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku dan Irian Jaya
(Depkes RI, 2008, WHO, 2010)
Aspek yang berhubungan dengan penyakit-penyakit filariasis ini antara lain
pengetahuan, sikap, kebiasaan, persepsi, kepercayaan dan tradisi masyarakat.
(Bagus Febrianto dkk, 2008)
1.2 Rumusan Masalah
1.

Bagaimana ringkasan jurnal ditinjau dengan menggunakan PICO (Problem,

2.

Intervention, Comparation, Outcome) ?


Bagaimana hasil dari analisa jurnal tentang Pengaruh Lingkungan Biologi
Dan Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Kejadian Filariasis Limfatik Di

3.

Kabupaten Sarmi"?
Bagaimana implikasi yang berhubungan dengan jurnal tersebut?

1.3 Tujuan Masalah

1.
2.
3.

Untuk mengetahui bagaimana terjadinya penyakit filariasis yang ada di


indonesia
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit filariasis.
Untuk mengetahui hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit filariasis.

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi masyarakat:
1. Memberikan

informasi

kepada

masyarakat

tentang

penyakit

filariasis,

bagaimana cara pencegahan dan penularan penyakit filariasis.


2. Masyarakat lebih mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit
filariasis.
Bagi penulis:
1. Lebih memahami tentang penyakit filariasis
2. Lebih mengetahui faktor-faktor filariasis di setiap daerah, khususnya di
kabupaten Sarmi.

BAB 2. ISI JURNAL

2.1 Judul Jurnal


Pengaruh Lingkungan Biologi Dan Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap
Kejadian Filariasis Limfatik Di Kabupaten Sarmi"
2.2 Penulis/Peneliti
Sipayung, Mina. Wahyuni, C.U. Devy, S.R
2.3 Nama Jurnal
Jurnal berkala epidemiologi
2.4. Ringkasan Jurnal

(bisa menggunakan PICO (Problem, Intervention,

Comparation, Outcome))
2.4.1

Problem
Dalam jurnal berisi tentang penelitian untuk mengetahui pengaruh

lingkungan biologi dan upaya pelayanan kesehatan terhadap kejadian filariasis


limfatik di kabupaten Sarmi. Pengambilan sampel sebesar 32 untuk kelompok
kasus, perbandingan kasus dengan kontrol yaitu 1:1 sehingga besar sampel yang
akan diteliti adalah 64 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
dan kelompok kontrol tinggal diwilayah kampung. Pengambilan sampel
dilakukan dari anggota populasi secara acak (lotre) tanpa memperhatikan strata
pada anggota populasi. Sampel kelompok kontrol tinggal di wilayah (kampung)
yang sama dengan kelompok kasus tetapi tidak tinggal serumah dengan kasus.

2.4.2

Intervention
Pengumpulan data primer dilakukan berdasarkan wawancara terpimpin

(structured interviewe) terhadap responden yaitu dengan menggunakan


instrumen penelitian berupa kuesioner multiple choice. Observasi serta
pengamatan langsung dilapangan untuk memperoleh data primer dari variabel

lingkungan biologi serta faktor yang mempengaruhi diukur, secara bersamaan


dan pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan sesaat.

Analisis data

menggunakan uji statistik univariat dan kemudian dilanjutkan dengan bivariat,


analisis hubungan menggunakan uji Chi-Squere, dengan tingkat kemaknaan nilai
p < 0,05 dan ditindak lanjuti dengan analisis multivariat kandidat yang
mempunyai nilai p < 0,25 akan diikutkan, dengan menggunakan metode
backward LR menggunakan uji regresi logistik karena variabel dependennya
adalah variabel dikotomis (kategori).
2.4.3

Comparation
Beberapa penelitian sebelumnya sudah menguji terkait kejadian

filariasis. Peneliti pertama yang dilakukan oleh paiting, Y.S . Setiani, Onny.
Sulistiyani (2012) di kabupaten kepulauan yaapen provinsi papua. Penelitian
yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan kasus kontrol (case
control study). Populasi adalah semua penduduk yang berdomisili di Kampung
Saruman dan Kampung Windesi, Distrik Windesi, Kabupaten Kepulauan Yapen,
Provinsi Papua. Penentuan kasus dan kontrol dilakukan dengan cara
screeningtest terhadap warga Kampung Saruman dan Kampung Windesi pada
tanggal 30 s/d 31 Agustus 2010. Jumlah sampel ditentukan dengan perbandingan
satu kasus dan dua kontrol (1 : 2), jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30
responden yang terdiri dari 10 kasus dan 20 kontrol yang telah dilakukan
matching berdasarkan umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Hasil penelitian yang
dilakukan paiting dkk yaitu ada hubungan yang signifikan antara kelengkapan
pakaian saat menokok sagu dengan kejadian filariasis, dimana responden yang
menokok sagu tanpa menggunakan pakaian lengkap (baju lengan panjang dan
celana panjang) mempunyai risiko terinfeksi filariasis sebesar 7,327 kali lebih
besar dibandingkan dengan mereka yang menokok dengan menggunakan
pakaian lengkap.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yahya & Santoso (2012) dengan
penelitian studi endemisitas

filiriasis pasca pengobatan massal tahap III.

Penelitian ini dengan Pemeriksaan darah dilakukan pada 500 penduduk di lima
desa yang ada di wilayah Kecamatan Pemayung dengan batas umur lebih dari
dua tahun pada semua jenis kelamin dan darah yang diambil berasal dari jari

manis tangan kiri. Pada masing-masing Desa diperiksa minimal 100 penduduk.
Waktu pengambilan darah dimulai pukul 20.00. Hasil penelitian yang dilakukan
santoso dkk yaitu tingkat kepatuhan masyarakat yang tinggi (97%) terhadap
pengobatan massal filariasis telah menurunkan Mf rate dari 2,52% menjadi
0,15%. Kegiatan pengobatan massal yang dilakukan di Kabupaten Belitung
Timur disertai dengan kegiatan penyuluhan serta mendapat dukungan dari
instansi terkait sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap upaya penbotan massal filariasis.
2.4.4

Outcome
Hasil penelitian yang didapatkan pada responden yang mendapatkan upaya

pelayanan kesehatan kategori kurang adalah 7,779 kali lebih besar dari pada
responden yang

mendapatkan pelayanan kesehatan kategori cukup. Risiko

kejadian filariasis limfatik pada responden yang mendapatkan upaya pelayanan


kesehatan promotif kategori kurang adalah 15,385 kali lebih besar dari pada
responden yang mendapatkan upaya pelayanan kesehatan promotif kategori
cukup. Risiko kejadian filariasis pada responden yang mendapatkan upaya
pelayanan kesehatan tingkat preventif kategori kurang adalah 8,856 kali lebih
besar dari pada responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat
preventif kategori cukup. Risiko kejadian filariasis pada responden yang sekitar
rumah terdapat lingkungan biologi, yang mendukung breeding place dan resting
place vektor adalah 5,841 kali lebih besar dari pada responden yang tidak
terdapat lingkungan biologi.

BAB 3. ANALISIS JURNAL

3.1 ANALISIS ISI JURNAL (uraikan isi jurnal secara khusus disertai referensi
yang mendukung)
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening
dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan
saluran kelenjar getah bening (Masrizal, 2013). Seseorang dapat tertular atau
terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif
yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Kemudian memasuki
periode laten atau prepaten. Periode laten adalah waktu yang diperlukan antara
seseorang mendapatkan infeksi sampai dtemukannya rnikrofilaria di dalam
darahnya. Waktu ini sesuai dengan pertumbuhan cacing hingga dewasa sampai
melahirkan rnikrofilaria ke dalam darah dan jaringan.
Penyebaran nyamuk pembawa cacing filaria tidak lepas dari peranan
lingkungan di sekitar nyamuk baik fisik, biologis, ekonomi dan sosial budaya.
Menurut Masrizal (2013) lingkungan biologis adalah semua makhluk hidup yang
berada di sekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya,
wilayah dengan flora yang berbeda akan mampunyai pola penyakit yang berbeda.
Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus patogen, ulah
manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakit, bahkan
dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia. Lingkungan biologi yang
diteliti dalam jurnal meliputi keberadaan tumbuhan air, semak liar, genangan air di
sekitar rumah dan tinggal di pinggir pantai. Hasil dalam jurnal menunjukkan bahwa
risiko kejadian filariasi pada responden yang sekitar rumah terdapat lingkungan
biologi yang mendukung breeding place dan resting place vektor adalah 5,481 kali
lebih besar dari pada responden yang tidak memiliki lingkungan biologi. Hal ini
sama dengan yang disampaikan secara teori bahwa tempat perkembangbiakan
nyamuk adalah pada genangan air dan nyamuk betina dewasa yang memilih tempat

peletakkan

telur.

Pemilihan

tempat

yang

disenangi

sebagai

tempat

perkembangbiakan dilakukan secara turun temurun oleh seleksi alam misalnya


Cx.fatigans lebih menyukai genangan air dengan polusi

tinggi sedangkan

Anopheles tidak menyukainya (Depkes RI, 2004).


Setelah menggigit, selama menunggu waktu pematangan telur, nyamuk akan
berkumpul di tempat-tempat yang memiliki kondisi mendukung sebagai tempat
beristirahat, setelah itu bertelur dan menghisap darah lagi. Tempat-tempat yang
disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat selama menunggu waktu bertelur adalah
tempat-tempat gelap, lembab, dan sedikit angin misalnya rerumputan, tanah lembab
dan semak-semak (Depkes RI, 2004). Pada jurnal resting place yang dijelaskan
adalah semak liar sehingga hal tersebut merupakan tempat peristirahatan yang
nyaman untuk nyamuk.
Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa risiko kejadian filariasis
responden yang mendapatkan upaya kesehatan tingkat preventif kategori kurang 8
kali lebih besar dari responden yang mendapatkan pelayanan tingkat preventif
kategori cukup. Upaya pelayanan tingkat preventif adalah mencegah jangan sampai
terkena penyakit atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat. Upaya ini
dilakukan pada masa sebelum sakit yang berupa mempertinggi nilai kesehatan
(health promotion), perbaikan higyene dan sanitasi lingkungan (Kemenkes RI,
2011), dan berupa perbaikan higyene individu dan sanitasi lingkungan. Usaha
pencegahan akan memperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang
lebih murah dibandingkan usaha pengobatan kuratif maupun rehabilitatif
(Kemenkes RI, 2011).
Hasil penelitian ketiga menunjukkan bahwa risiko kejadian filariasis
limfatik pada responden yang mendapatkan upaya pelayanan kesehatan promotif
15x lebih besar daripada responden yang mendapatkan upaya pelayanan kesehatan
promotis kategori cukup. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2005). Melalui
promosi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat secara terus-menerus dan

berkesinambungan dapat mencapai perilaku kesehatan (healthy behaviour).


Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude),
melainkan harus dilaksanakan dalam hidup sehari-hari (practice). Tujuannya agar
masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style) (Notoatmodjo, 2003).
Sehingga secara teori menunjukkan bahwa upaya preventif dan promotif sangat
diperlukan untuk mencegah dan memberantas kejadian filariasis. Peran puskesmas
dan tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam menunjang upaya preventif dan
preventif selain dari pemerintah setempat.

BAB 4. IMPLIKASI

4.1 Implikasi Keperawatan


Penyakit filariasis limfatik merupakan penyakit menular menahun yang dapat
terinfeksi melalui nyamuk infektif yang mengandung larva cacing filaria. Penyakit
ini dapat menyerang siapa saja tidak pandang jenis kelamin maupun usia. Mayoritas
penyakit ini menyerang kaum laki-laki yang berusia produktif. Hal ini disebabkan
karena laki-laki lebih sering beraktivitas malam hari tanpa pelindung (lotion)
nyamuk. Selain itu lingkungan juga sangat mempengaruhi adanya nyamuk yang
mengandung larva filaria di daerah dataran rendah terutama di tempat genangan air.
Terdapat banyak faktor yang dapat menimbulkan terkenanya penyakit filariasis, salah
satunya adalah pengetahuan yang rendah tentang penyakit ini, dan kurangnya
informasi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.oleh sebab itu, tim tenaga
kesehatan di sini sangat di butuhkan untuk mencegah, dan terhindar dari penularan
dari penyakit filariasis ini.
Implikasi keperawatan dalam pemahaman berbagai penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk dapat menimbulkan berbagai macam penyakit salah satunya adalah
filariasis. Setiap penyakit yang ditumbulkan oleh nyamuk memiliki ciri tersendiri
namun faktor penyebab dari semua penyakit memiliki kesamaan. Oleh sebab itu
perawat perlu memperhatikan siklus hidup dari nyamuk tersebut supaya dapat
mencegah terjadinya penularan dan terserangnya penyakit tersebut. Tugas perawat
selain merawat pasien adalah sebagai education atau memberikan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit filariasis agar dan bagaimana cara pencegahannya,
mengobati , dan juga mengenal tanda dan gejala sejak dini. Proses keperawatan
sebagai kolaborator, maka perawat dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya seperti halnya dengan dokter, ahli gizi, apoteker untuk memberikan
pelayanan sebaik mungkin.

BAB 5. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Filariasis (penyakit gagi gajah) adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Cacing tersebut hidup di
saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam
berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening (Masrizal, 2013).
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut
digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3).
Penyebaran nyamuk pembawa cacing filaria tidak lepas dari peranan lingkungan di
sekitar nyamuk baik fisik, biologis, ekonomi dan sosial budaya.

1.2. Saran
Masyarakat harus lebih memperhatikan kebersihan lingkungan baik tumbuhan
liar maupun genangan air yang dapat mengundang larva nyamuk. Untuk tenaga
kesehatan untuk memberikan Health Promotion kepada masyarakat supaya dapat
menambahkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit filariasis limfatik.

10

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Departemen
Kesehatan Republik. Jakarta.
Kemenkes RI., 2011. Promosi Kesehatan. Panduan Bagi Petugas Kesehatan di
Puskesmas. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.
Masrizal.

2013.

Penyakit

Filariasis

diakses

melalui

http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=284171&val=7056&title=PENYAKIT%20FILARIASIS.

Pada

tanggal 23 Januari 2016 pukul 9.00


Notoatmodjo Soekidjo., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sarungu Y, Onni S, Sulistyani. 2012. Faktor Risiko Lingkungan dan Kebiasaan
Penduduk Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Distrik Windesi
Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/4144 .
diakses pada tanggal 23 januari 2016.
Sipayung, dkk. 2014. Pengaruh Lingkungan Biologi Dan Upaya Pelayanan
Kesehatan Terhadap Kejadian Filariasis Limfatik Di Kabupaten Sarmi.
Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Yahya, Santoso.r 2012. Studi Endemisitas Filariasis di Wilayah Kecamatan
Pemayung, Kabubaten Batanghari Pasca-Pengobatan Massal Tahap III.
Buletin Penelitian Kesehatan. file:///C:/Users/user/Downloads/30553366-1-SM.pdf . diakses pada tanggal 23 januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai