B) PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Peningkatan bunyi usus/peristaltik
Peningkatan defekasi cair
Perubahan warna feses
Nyeri/kram abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
Peningkatan bunyi usus
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Mual, muntah, diare
3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status
kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis
(proses neoplasma)
Ditandai dengan:
Eksaserbasi penyakit tahap akut
Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
Iritabel
Fokus perhatian menyempit
4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang
adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem
pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
Menyatakan diri tidak berharga
Depresi dan ketergantungan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf
kanker.
Ditandai dengan :
keluhan nyeri
memfokuskan pada diri sendiri/ penyempitan fokus
distraksi/ perilaku berhati-hati
gelisah, respons autonomik
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan -Defekasi tiba-tiba dapat terjadi
alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tanpa tanda sehingga perlu
tirai dan segera buang feses setelah defekasi). diantisipasi dengan menyiapkan
2. Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral. keperluan klien.
3. Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat -Mencegah timbulnya maslah
memperburuk/mencetus-kan diare. kekurangan cairan.
4. Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan -Membantu klien menghindari agen
karakteristik feses. pencetus diare.
5. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, -Menilai perkembangan maslah.
penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan. -Mengantisipasi tanda-tanda bahaya
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program perforasi dan peritonitis yang
terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid). memerlukan tindakan kedaruratan.
-Antibiotika untuk
membunuh/menghambat
pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik untuk menurunkan
peristaltik usus dan menurunkan
sekresi digestif, kortikosteroid untuk
menurunkan proses inflamasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
-Menurunkan kebutuhan metabolik
untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.
-Meningkatkan kenyamanan dan
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca selera makan.
terapi -Asupan kalori dan protein tinggi
2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral perlu diberikan untuk mengimbangi
hygiene). status hipermetabolisme klien
3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang keganasan.
sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, -Pemberian preparat zat besi dan
bubur kasar, nasi biasa) vitamin B12 dapat mencegah
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi anemia; pemberian asam folat
(roborantia) mungkin perlu untuk mengatasi
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi defisiensi karen amalbasorbsi.
parenteral. -Pemberian peroral mungkin
dihentikan sementara untuk
mengistirahatkan saluran cerna.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan
status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang
simpatis (proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
-Informasi yang tepat tentang situasi
yang dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap
lingkungan sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima situasi
yang terjadi.
-Mengidentifikasi faktor
pencetus/pemberat masalah kecemasan
1. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap dan menawarkan solusi yang dapat
prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan. dilakukan klien.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan -Menunjukkan bahwa kecemasan
balik. adalah wajar dan tidak hanya dialami
3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang oleh klien satu-satunya dengan harapan
lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien dapat memahami dan menerima
klien saat ini. keadaanya.
4. Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) -Memobilisasi sistem pendukung,
selama fase kecemasan dan pertahankan mencegah perasaan terisolasi dan
ketenangan lingkungan. menurunkan kecemsan.
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif. -Menurunkan kecemasan,
6. Pantau dan catat respon verbal dan non verbal memudahkan istirahat.
klien yang menunjukan kecemasan. -Menilai perkembangan masalah klien.
4. Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d
intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis,
ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak
adekuat).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu klien mengembangkan strategi -Penderita kanker tahap dini dapat hidup surv
pemecahan masalah yang sesuai didasarkan mengikuti program terapi yang tepat d
pada kekuatan pribadi dan pengalamannya. pengaturan diet dan aktivitas yang sesuai
2. Mobilisasi dukungan emosional dari orang -Dukungan SO dapat membantu meningka
lain (keluarga, teman, tokoh agama, penderita klien untuk mengikuti program terapi.
kanker lainnya) -Terapi psikiatri mungkin diperlukan pad
3. Kolaborasi terapi medis/keperawatan psikiatri depresi/agresi yang berat dan lama sehin
bila klien mengalami depresi/agresi yang memperburuk keadaan kesehatan klien.
ekstrim. -Menilai perkembangan masalah klien.
4. Kaji fase penolakan-penerimaan klien
terhadap penyakitnya (sesuai teori Kubler-
Ross)
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
-Proses pembelajaran sangat
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
dan kemampuan/kesiapan belajar klien. mental klien.
2. Jelaskan tentang proses penyakit, -Meningkatkan pengetahuan klien
penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit tentang masalah yang dialaminya.
terhadap perubahan status kesehatan-sosio- -Meningkatkan partisipasi dan
ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial kemandirian klien untuk mengikuti
klien. program terapi.
3. Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan -Penderita kanker yang mengikuti
kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi program terapi yang tepat dengan
4. Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan status gizi yang adekuat meningkatkan
nutrisi dan cairan yang adekuat. kualitas hidupnya.
6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. saraf, infiltrasi saraf atau
suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen
terapi saraf kanker.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan -Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas kanker. Penggunaan skala rentang membantu
pada skala 0 – 10. pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
2. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal memberikan alat untuk evaluasi keefektifan
nyeri pasien analgesik, meningkatkan control nyeri
3. Catat kemungkinan penyebab nyeri -Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non
patofisiologi dan psikologi. verbal dapat memberikan petunjuk derajat
4. Dorong menyatakan perasaan nyeri, kebutuhan/ keefektifan intervensi.
tentang nyeri. -Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk
5. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai
diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya
-Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan
otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
-Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
I Putu Juniartha Semara Putra