Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI II

IDENTIFIKASI JAMUR PENYEBAB PANU

OLEH :

NAMA : SEPTIANI NIMA ANGGRIANI


NIM : A201401013
KELAS : J1
KELOMPOK: III(TIGA)
DOSEN : ROSDARNI.S.SI,M.PH

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

2017
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki iklim yang tropis dan sangat memungkinkan
akan perkembangan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menginfeksi masyarakat.
Banyak masyarakat tidak menyadari bahwa dirinya terkena penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur. Bahkan, jamur bisa menginfeksi
seluruh bagian tubuh manusia dari kepala sampai ujung kaki. Jamur juga
bisa menginfeksi semua umur dari mulai bayi, dewasa dan lanjut usia.
Banyak orang meremehkan penyakit yang disebabkan oleh jamur, seperti
panu atau kurap. Penyakit ini dapat menular lewat sentuhan kulit atau
juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur .
Kejadian dermatomikosis semakin banyak dijumpai terutama di
daerah tropis. Hal tersebut tidak asing lagi karena Indonesia merupakan
salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban
tinggi sehingga baik bagi pertumbuhan jamur dan dapat ditemukan hampir
di semua tempat.
Malassezia furfur adalah spesies tunggal yang menyebabkan
penyakit Pityriasis versicolor (Panu). Pityriasis versicolor merupakan
infeksi jamur di permukaan kulit. Definisi medisnya adalah infeksi jamur
superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus dan
disertai rasa gatal. Jamur ini menyerang stratum korneum dari epidermis
kulit biasanya diderita oleh seseorang yang sudah mulai banyak
beraktifitas dan mengeluarkan keringat. Jamur Malassezia furfur sangat
mudah menginfeksi kulit orang yang selalu mengalami kontak langsung
dengan air dalam waktu yang lama dan kurangnya kesadaran akan
kebersihan diri dan lingkungan disekitar. Oleh karena itu,yang
melatarbelakangi praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui tata cara
pengambilansampel panu dan mengetahui keberadaan jamur penyebab
panu..
B.Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui tata cara identifikasi jamur penyebab panu.


2. Untuk melihat secara mikroskopik jamur penyebab panu

C.Manfaat Praktikum

1. Kita bisa mengetahui tata cara identifikasi jamur penyabab panu.


2. Kita bisa melihat secara mikroskopik jamur penyebab panu

BAB II
LANDASAN TEORI

Malassezia furfur merupakan jamur lopofilik yang normalnya hidup di


keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu.
Jamur ini merupakan bagian dari flora normal pada kulit manusia dan hanya
menimbulkan gangguan pada keadaan-keadaan tertentu misalnya pada saat
banyak keringat. Bagian tubuh yang sering terkena adalah punggung, lengan atas,
lengan bawah, dada, dan leher. Penyakit ini lebih sering ditemukan di daerah
beriklim panas (Zulkoni, 2010).

Morfologi Malassezia furfur Jamur tampak sebagai kelompok kecil pada


kulit penderita, sel ragi berbentuk lonjong uniselular atau bentuk bulat bertunas
(4-8 um) dan hifa pendek, berseptum dan kadang bercabang (diameter 2,5-4 um &
panjangnya bervariasi). Bentuk ini dikenal sebagai spaghetti dan meat ball, pada
biakan, Malassezia furfur membentuk khamir,kering dan berwarna putih sampai
krem. Pada kulit penderita jamur tampak sebagai spora bulat dan hifa pendek
Makrokonidianya berbentuk garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya
dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekatsekat atau butir-butir seperti kalung,
hifa tampak pendek, lurus atau bengkok disertai banyak butiran kecil yang
bergerombol.. Koloni Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan matur
dalam 5 hari dengan suhu 30-37 C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah
kuning krem (Sutanto, 2008).

Pemeriksaan secara makroskopis pada kulit Tinea versicolor jarang


menyebabkan nyeri, tetapi menimbulkan bercak-bercak putih di kulit dengan
batas tegas, bersisik halus, rata (tidak timbul) dan ketika berkeringat akan terasa
gatal. Orang yang secara alami memiliki kulit yang gelap akan memiliki bercak-
bercak terang atau pucat, sedangkan orang yang secara alami memiliki kulit
kuning langsat akan memiliki bercak yang lebih gelap. Kelainan ini sering
ditemukan pada kulit lengan, muka dan bagian yang tertutup pakaian seperti dada
dan punggun. Pada awalnya bercak kecil dan setelah itu akan bergabung menjadi
bercak yang lebih besar (Zulkoni,2010).
Menurut,Sutanto,(2008),Pemeriksaan laboratorium ialah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan mikroskopis
Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian
kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas
alkohol 70% lalu dikerok dengan skalpel steril dan hasil kerokan kulit
ditampung dalam lempeng-lempeng steril. Sebagian dari bahan tadi kita
periksa langsung dengan KOH 10%. Difiksasi sebentar, ditutup dengan
deck glass dan diperiksa dibawah mikroskop. Jamur tampak sebagai
kelompok sel ragi/spora bentuk lonjong uniseluler atau bulat bertunas
(buds form) dengan atau tanpa hifa pendek, berseptum dan kadang
bercabang. Bentuk ini dikenal sebagai spagethii dan meat ball.
2. Pembiakan pada media
Media yang dapat digunakan untuk pertumbuhan Malassezia
furfur adalah Sabouraud dekstoda agar, chocolateagar dan trypticase soy
agar yang ditambah dengan 5% darah kambing dan olive oil, pertumbuhan
ini optimal pada suhu 35C - 37C. Media perbenihan lainnya adalah
media yang berisi antibiotik dan sikloheksamid, agar Littman yang dilapisi
dengan olive oil steril atau Leeming-Notman (LNA) yaitu media yang
kaya lipid. Biakan ini diinkubasi pada suhu37C.
3. Pemeriksaan dengan sinar ultraviolet
Pemeriksaan dengan sinar ultraviolet (lampu woods) dapat
dipakai untuk membantu diagnosis. Bila kulit panu disinari dengan sinar
ultra violet, maka kulit terseut berfluoresensi hijau kebiru-biruan dan
reaksi disebut Woods light positif .

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa,Tanggal 9 Mei 2017
pukul 09.00 12.00 WITA bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No Alat Fungsinya
1 Objek gelas Sebagai tempat membuat preparat
2 Cover gelas Sebagai penutup preparat
3 Jarum ose Untuk mengisolasi sampel dalam media biakan
4 Bunsen Untuk menjaga kondisi teta steril
5 Mikroskop Untuk mengamati jamur pada preparat

2. Bahan
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No Bahan Fungsinya
Biakkan jamur Malassezes
1 furfur Sebagai sampel
2 Alkohol Untuk mendesinfektan
3 Methylen blue Sebagai reagen pewarna jamur
Sebagai larutan untuk pemeriksaan
4 KOH 20% jamur

C. Prosedur Kerja
1. Diambil koloni pertumbuhan jamur dengan menggunakan ose steril
kemudian goreskan di atas kaca objek steril
2. Diteteskan cat gram atau KOH kemudian diangin-anginkan
3. Diperiksan seluruh bagian preparat dibawah mikroskop dengan objektif
40x sampai terlihat kelompokkan yang terdiri dari banyak granula besar
4. Spora ini terlihat berwarna putih dengan latar belakang merah muda
5. Dicatat hasil pengamatan yang diperoleh : spora ukuran : diameter 3-8
um. Bentuk : bulat atau agak kotak, dindingnya tebal, tersusun dalam
suatu gugus atau kelompok, kadang-kadang tampak tampak tunas pada
spora jamur ini. Filament miselium : ukuran : panjang 20-40 um, lebar 5
um. Bentuk : batang bengkok terpilin yang bentuknya mirip jari tangan
dan bercabang-cabang

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 3 Hasil Pengamatan Jamur Penyebab Panu
No Sampel Gambar Keterangan
1 Sampel Koloni berwarna krem
kerokan kulit kekuning-kuningan
terinfeksi panu Berbentuk halus

Koloni jamur Berbentuk bulat tampak


2
dari sampel seperti spora yang
panu bertumpukkan

B. Pembahasan
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur, yaitu jamur yang bersifat lifopilik dimorfik
dan merupakan flora normal pada kulit manusia, ditandadi dengan bercak lesi
yang bervariasi mulai dari hipopigmentasi, kemerahan sampai kecoklatan
atau hiperpigmentasi. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik
dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang berskuama
halus. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat
di ketiak, lipat paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala
Praktikum kali ini yaitu identifikasi jamur penyebab panu pada kulit. Alat
dan bahan yang gunakan yaitu objek glass, mikroskop, alkohol, Methylen
blue dan biakan koloni panu pada media SDA. Tata cara identifikasi jamur
ini yaitu dilakukan penanman sampel kerokan kulit ditumbuhkan terlebih
dahulu pada media SDA. Setelah di inkubasi selama 4-5 hari pada suhu 37C
dibuat preparat pada objek glass dengan cara membersihkan kaca objek
terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol. Selanjutnya di ambil 1 ose
koloni biakan panu dan di buat apusan di atas objek glass dan kemudian di
fiksasi . Pada praktikum ini pembuatan preparat menggunakan bantuan zat
warna Methylen blue. Pemberian zat warna tersebut berfungsi untuk
memberikan warna pada badan sel jamur agar lebih mudah diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 40x
Berdasrkan hasil pengamatan pada tabel 1 sampel kerokan kulit
yang terinfeksi panu pada media SDA tmbuh koloni berwarna krem
kekuning-kuningan berbentuk halus dan pada saat dilakukan pemeriksaan
secara mikroskopik dengan menggunakan sampel yang berasal dari koloni
jamur yang diwarnai menggunaka mhetylen blue menunjukkan adanya
spora yang terlihat bertumpukkan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut bisa
dikatakan ciri-ciri dari jamur Malassezia Furfur. Pernyataan ini didukung
oleh Sutanto (2008) yang menyatakan bahwa warna koloni Malassezia
Furfur adalah kuning krem sedangkan Pengamatan Jamur secara
mikroskopik tampak sebagai kelompok sel ragi/spora bentuk lonjong
uniseluler atau bulat bertunas (buds form) dengan atau tanpa hifa
pendek, berseptum dan kadang bercabang. Bentuk ini dikenal sebagai
spagethi dan meatball.
Malassezia furfur merupakan bagian dari flora normal, dalam
bentuk yeast dan ditemukan terutama pada daerah kulit yang kaya dalam
produksi sebum. Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea akan
mempengaruhi pertumbuhan berlebihan dari organisme bersifat lipofilik
ini.produksi sebum berbeda pada tiap usianya. Isidensi terjadi pada saat
kelenjar sebasea paling aktif yaitu masa pubertas dan dewasa awal Faktor
predisposisi termasuk lingkungan yang panas dan lembab, keringat yang
berlebihan, pakaian yang tertutup rapat, tingkat kortisol plasma yang
tinggi, imunosupresi, kelebihan gizi, dan faktor genetik.
Infeksi karena jamur Malassezia furfur akan menimbulkan
penyakit pitiriasis versikolor atau panu. Gejalanya berupa bercak-bercak
putih, kadang kemerahan atau cokelat. Biasanya terdapat di badan tapi
bisa juga menyebar ke wajah dan disertai rasa gatal bila berkeringat. Jika
sudah sembuh, penyakit panu itu sering meninggalkan bercak putih yang
menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali ke kulit normal. Pitiriaris
versikolor timbul ketika ragi Malassezia furfur yang secara normal
mengkoloni kulit berubah dari bentuk yeast menjadi bentuk miselia yang
patologik, kemudian menginvasi stratum korneum kulit. Beberapa kondisi
dan faktor yang berperan pada patogenesis pitiriaris versikolor antara lain
lingkungan dengan suhu dan kelembaban tinggi, produksi kelenjar
keringat yang berlebih

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
1. tata cara identifikasi jamur penyebab panu yaitu diambil koloni
pertumbuhan jamur dengan menggunakan ose steril kemudian goreskan di
atas kaca objek steril kemudian diteteskan cat gram atau KOH kemudian
diangin-anginkan. Selanjutnya diperiksan seluruh bagian preparat
dibawah mikroskop dengan objektif 40x sampai terlihat kelompokkan
yang terdiri dari banyak granula besar.
2. Secara mikroskopik jamur penyebab panu yaitu Malassezia furfur dengan
bentuk sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal, hifanya berbatang pendek
dan tidak lurus.

A. Saran
Saran ini ditujukan kepada pihak laboratorium yaitu sebaiknya
menyiapkan dan memperhatikan alat-alat yang terdapat dalam
laboratorium masih layak digunakan atau tidak dalam praktikum
(RUSAK) agar kiranya praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, C, (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.
Bonang, G., 1979, Mikrobiologi Kedokteran, 43, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta Calderone, R.A., 2002, Candida and Candidiasis, 7,19, 21, 23,
ASM Press, Washington D.C

Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.

Jawetz, Melnick dan Adelberg.2008.Mikrobiologi Kedokteran Edisi


23.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tierney, L.M., 2002, Current Medical Diagnosis and Treatment, 1533, Lange
Medical Books, New York

Zulkoni,2010.Mikologi Dasar. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai