Anda di halaman 1dari 6

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KEROKAN KULIT

DISUSUN OLEH :

ZELLA MARGARETA TAMA 01160041B

TEKNOLOGI LABORATURIUM MEDIK

POLITEKNIK SANTO PAULUS SURAKARTA


ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KEROKAN KULIT

1. TUJUAN

Agar mahasiswa dapat mengamati dan mengenali morfologi jamur penyebab infeksi pada
manusia.

2. LANDASAN TEORI

Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut
antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit. Panu, kadas, dan kurap
merupakan topik yang akhirnya redup, seiring dengan meningkatnya kualitas hidup
masyarakat. Seorang yang terkena penyakit kulit di atas, biasanya cenderung merasa gengsi
atau malu untuk memeriksakannya. Penyakit ini merujuk pada masyarakat tradisional yang
kebersihannya kurang terjaga.

Pada kulit manusia, jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan
toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya
bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris.
Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis
jamur yang menyerang. Sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya
jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.
Padahal, penyakit ini dengan mudah menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari
pakaian yang terkontaminasi spora jamur.

Pada umumnya jamur bersel banyak, tetapi ada pula yang bersel satu. Berdasarkan sifat
ini pula, maka ukuran jamur sangat bervariasi dari sangat kecil / mikroskopik sampai
berukuran cukup besar / makroskopik.

Jamur atau fungi adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa organic
untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut
saprofit. Saprofit mengancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian dikembalikan
kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya.
3. METODE
ALAT DAN BAHAN
3.1.1 objeekglass
3.1.2 mikroskop
3.1.3 lar KOH 10% / Tinta Cina / lactophenol blue
3.1.4 minyak emersi

3.2 CARA KERJA

Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir terlebih
dahulu dibersihkan dengan alkohol 70 % lalu dikerok dengan skapel sehingga
memperoleh skuama yang cukup letakkan diatas gelas obyek dan dituangi KOH 10 %
lalu tutup dengan cover glass lalu periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x-40x

3.2.1 Identifikasi Langsung Secara Mikrokopis


 Menyiapkan sampel dari kuku
 Meletakkan sampel kuku pada objek glass kemudian ditambah dengan 1
tetes tinta cina / koh % kemudian diamkan selama 20 menit
 Mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X

3.2.2 Isolasi dan Identifikasi secara Langsung

 Melakukan penggoresan sampel kuku pada cawan petri yang berisikan


media PDA
 Kemudian diinkubasi selama 1 minggu dalam suhu ruangan
 Membaca hasil dan mengamati koloni yang terbentuk

3.2.3 Isolasi dan Identifikasi secara Mikroskopis

 Dari hasil isolasi pada media PDA kemudian dilakuakan pengecatan lagi
dengan menggunakan cat lactopenol blue
 Diamati morfologi funginya dan ditulis dalam laporan
4. HASIL

A. SGA KULIT

B. PDA KULIT

C. konida kerokan kulit

D. Hifa Kerokan kulit


5. PEMBAHASAN

Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur adalah penyakit jamur superficial
yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak skuama halus
yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang
menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang
berambut. Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah
tropis. Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis
versikolor ialah Ptyrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Ptyrosporum ovale yang
berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan
lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban.

Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut
antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit. Panu, kadas, dan kurap merupakan
topik yang akhirnya redup, seiring dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Seorang
yang terkena penyakit kulit di atas, biasanya cenderung merasa gengsi atau malu untuk
memeriksakannya. Penyakit ini merujuk pada masyarakat tradisional yang kebersihannya
kurang terjaga.

Pada kulit manusia, jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan
toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya
bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris.
Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis
jamur yang menyerang. Sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya
jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.
Padahal, penyakit ini dengan mudah menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian
yang terkontaminasi spora jamur.

Pada percobaan kali ini dilakukan pemeriksaan kulit untuk mengetahui adanya jamur
Malassezia furfur . Tempat hidup atau habitat dari jamur ini adalah pada kulit, dibagian
belakang selain itu juga dapat ditemukan pada kulit wajah manusia, jamur ini berada pada
kulit karena kulit yang selalu berada dalam keadaan yang banyak menghasilkan keringat
sebab jamur ini menyukai tempat yang lembab dan memiliki pH yang asam, sehingga apabila
kondisi tempat jamur ini menempel sesuai dengan yang diinginkannya ia akan berkembang
biak dan membentuk bercak – bercak putih pada kulit.

Jamur ini bukan merupakan salah satu golongan flora normal dalam tubuh
manusia. Jamur ini juga dapat menempel pada kulit akibat faktor lingkungan dan agen
penyebab seperti hewan peliharaan baik itu anjing, dan kucing. Infeksi karena jamur
Malassezia furfur akan menimbulkan penyakit pitiriasis versikolor atau panu. Gejalanya
berupa bercak-bercak putih, kadang kemerahan atau cokelat. Biasanya terdapat di badan tapi
bisa juga menyebar ke wajah dan disertai rasa gatal bila berkeringat. Jika sudah sembuh,
penyakit panu itu sering meninggalkan bercak putih yang menetap dalam beberapa bulan
sebelum kembali ke kulit normal.

6. KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini dilakukan pemeriksaan kulit hasilnya terdapat adanya jamur
Malassezia furfur pada seorang praktikan

7. DAFTAR PUSTAKA

Riecka.2012.http://rieckamissziiph.blogspot.com/2012/03/pengamatan-morfologi-fungi-
praktikum.html. diakses tanggal 2 desember 2018 pukul 21.15

Pracaya, 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Trie. Ita. 2012. http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-pengamatan-


jamur.html. diakses tanggal 2 desember 22.00

Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar


Publisher

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta.

Yosephine, D. H. 2008. Candida albicans.


http://farmakologi.files.wordpress.com/2011/02/antijamur.pdf Diakses pada tanggal 20
Januari 2013

Budimulja, U., 2005, Mikosis, dalam Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S. (eds), Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th ed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta :
89 – 105.

Daili, E.S.S., Menaldi S.L. dan Wisnu, I.M., 2005, Penyakit Kulit Yang Umum Di
Indonesia Sebuah Panduan Bergambar, PT Medical Multimedia Indonesia, Jakarta : 27 –
37.

Anda mungkin juga menyukai