Anda di halaman 1dari 6

Hari, Tanggal : Senin, 14

Oktober – 04 November
Waktu : 10.00 – 12.30 WIB
Dosen : Drh. Titiek Sunartie,
M.Si

IDENTIFIKASI KAPANG PENYEBAB DERMATOFITOSIS PADA


KUCING

Kelompok 4

Riko Saputra B04160007


Siti Asri Fuzianti B04160008
Aulia Dina Kristina B04160009

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN


MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kapang penyebab
dermatofitosis pada kucing.
TINJAUAN PUSTAKA

METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum mata kuliah Penyakit Bakterial dan Mikal dilaksanakan pada hari
Senin, 14 Oktober sampai 04 November 2019, pukul 10.00-12.30 WIB. Praktikum
dilaksanakan di Ruang Praktikum Kitwan 1.

Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan adalah kerokan kulit, Saboraud Dextrose
Agar (SDA), KOH 10%, Lactophenol Cotton Blue, alkohol, akuades, dan kertas
saring. Alat- alat yang digunakan yaitu gelas objek, cover glass, ose, needle,
bunsen, selotipe, gunting, cawan petri, pipa U, skalpel, pinset, dan mikroskop.

Prosedur
Kulit yang diduga terinfeksi jamur dibersihkan dahulu dengan kapas alkohol
70%. Pada bagian yang mengalami kelainan kulit, pinggir yang aktif dari lesi
dikerok skalpel. Selanjutnya bahan kerokan diletakkan pada objek glass yang sudah
dilabel dan diteteskan 1 tetes KOH 10% lalu ditutup dengan kaca penutup.
Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop. Hasil positif jika ditemukan hifa jamur.
Hasil positif dari pemeriksaan natif kemudian dilakukan pembuatan kultur untuk
identifikasi jenis jamur penyebab infeksi. Penumbuhan dilakukan pada medium
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) pada suhu kamar 25-30oC selama 2 minggu.
Setelah 2 minggu biakan dilakukan pengamatan secara makroskopis berupa tekstur,
warna, dan topografi. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Lactophenol Cotton Blue
(LPCB). Pewarnaan dilakukan dengan meneteskan Lactophenol Cotton Blue pada
objek glass. Setelah itu dengan selotip biakan jamur diambil dan diletakkan pada
objek glass yang telah ditetesi dengan Lactophenol Cotton Blue. Di bawah
mikroskop diamati adanya makrokonidia dan mikrokonidia. Selanjutnya dilakukan
penanaman pada slide culture menurut Riddel. Cara pembuatan slide culture
dengan cara menyusun cawan petri berisi potongan kertas saring, pipa U, gelas
objek, dan penutup gelas objek. Potongan SDA berukuran 1x1 cm2 kemudian
diletakkan diatas gelas objek. Dengan menggunakan ose/ ose jarum isolat diambil
kemudian disentuhkan pada ke empat titik dari setiap sisi potongan SDA.
Selanjutnya potongan SDA ditutup dengan gelas penutup. Untuk menjaga
kelembaban kertas saring dibasahi dengan akuades steril. Inkubasi pada suhu ruang
atau suhu 35oC selama 2-3 hari atau seminggu. Setelah inkubasi selama seminggu
dilakukan pewarnaan menggunakan Lactophenol Cotton Blue. Cara pewarnaan
yaitu dengan meneteskan Lactophenol Cotton Blue diatas gelas objek. Kemudian
dengan pinset gelas penutup pada slide culture diambil dan diletakkan pada gelas
objek yang telah diberi dengan Lactophenol Cotton Blue. Pengamatan dibawah
mikrokop dilakukan untuk mengamati makrokonidia. Hasil pengamatan digunakan
untuk mengidentifikasi jenis jamur yang tumbuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pengamatan Hasil Gambar
Pemeriksaan langsung Adanya kumpulan hifa
(KOH 10%) (miselium). Tidak
ditemukan makrokonidia

Makroskopis Pertumbuhan kapang


Sifat koloni lambat, pigmen bagian
(pertumbuhan, pigmen, permukaan krem dan
tekstur, dan topografi bagian bawah berwarna
kuning, bertekstur
cottony dan bertopografi
rugose

Mikroskopis Hifa bersepta dan


Morfologi isolat kapang bersekat. Mikrokonidia
berbentuk seperti tetesan
air mata, tersusun
sepanjang hifa. Tidak
ditemukan adanya
makrokonidia

PEMBAHASAN
Dermatofitosis adalah penyakit jamur yang menyerang jaringan yang
mengandung zat tanduk (keratin) pada kuku, rambut dan stratum korneum pada
epidermis yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Jamur dermatofita
tersebut digolongkan dalam tiga genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton (Bernardo et al. 2005). Ringworm atau dermatofitosis adalah
infeksi oleh kapang pada bagian kutan (kulit). Pada kucing, penyakit ini sangat
tidak berestetika sebagai hewan peliharaan yang dekat dengan manusia..
Dermatofitosis ini dapat menular antar sesama hewan, dan antara manusia dengan
hewan (antropozoonosis) dan hewan ke manusia (zoonosis) dan merupakan
penyakit nikotik yang yang tertua di dunia. Kejadian penyakit ini ditemukan pada
hewan piara, ternak, satwa liar lainnya (Adzima et al. 2013).
Hasil pemeriksaan langsung secara mikroskopis pada sampel kerokan kulit
dengan KOH 10% menunjukkan adanya kumpulan hifa (miselium) yang
mencirikan agen penyebab adalah kapang. Namun dalam pemeriksaan ini tidak
ditemukan adanya makrokonidia. Hasil isolasi sampel pada SDA menunjukkan
adanya pertumbuhan koloni kapang setelah diinkubasi selama 7 hari, tetapi koloni
matang setelah 14 hari. Pertumbuhan kapang lambat. Gambaran koloni kapang
diperoleh pigmen bagian permukaan krem dan bagian bawah berwarna kuning,
bertekstur cottony dan bertopografi rugose. Gambaran mikroskopis kapang hasil
isolasi dari slide culture menurut Riddel dan pewarnaan Lactophenol Cotton Blue
(LCB) menunjukkan hifa bersepta dan bercabang. Mikrokonidia berbentuk seperti
tetesan air mata tersusun sepanjang hifa. Tidak ditemukan adanya makrokonidia
pada beberapa spesies (Indrawati et al. 2016).
Berdasarkan gambaran pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, kapang
hasil isolasi tersebut diidentifikasi sebagai kapang Tricophyton sp. Tricophyton sp.
merupakan jamur berfilamen keratinofilik yang memiliki kemampuan untuk
menyerang jaringan keratin. Jamur ini memiliki beberapa enzim seperti proteinase,
elastase, keratinase yang merupakan faktor virulensi utama dari Tricophyton sp.
Jamur ini dapat menyebabkan infeksi pada pasien imunocompromised. Tricophyton
rumbrum adalah agen penyakit dermatofitosis paling umum di seluruh dunia
(Emeka 2011).
Trycophyton ini merupkan penyebab umum infeksi pada kulit dan rambut
pada anjing, kucing, kambing, dan hewan lain. Kapang ini menyebar secara radial
pada lapisan kulit berkeratin dengan pembentukan cabang hifa dan kadang-kadang
artrospora. Peradangan jaringan hidup di bawahnya sangat ringan dan hanya terlihat
sedikit yang bersisik kering. Biasanya terjadi iritasi, eritema (merah-merah
menyebar pada kulit), edema (akumulasi berlebihan zan alir serum didalam
jaringan), dan berbentuk gelembung pada bagian tepi yang menjalar (Adzima et al.
2013).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, penyebab
dermatofitosis atau ringworm pada sampel kucing merupakan kapan jenis
Tricophyton sp.
DAFTAR PUSTAKA

Adzima V, Jamin F, Abrar M. 2013. Isolasi dan identifikasi kapang penyebab


dermatofitosis pada anjing di kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal
Medika Veterinaria. 7(1): 46-48.
Emeka, I.N. 2011. Dermatophytoses in domesticated animalsrev. Inst. Med. Trop
Sao Paulo. 53(2):95-99.

Indrawati I, Fakhrudin SD. 2016. Isolasi dan identifikasi jamur patogen pada air
sumur dan air sungai di pemukiman warga Desa Karawangsari, Cianjur,
Jawa Barat. Jurnal Biodjati. 1(1): 27-38.

Anda mungkin juga menyukai