Anda di halaman 1dari 16

Kepada Yth :

Rencana Baca : Tugas Pendahuluan


Tempat :

PEMERIKSAAN LABORATORIUM JAMUR


Erdayanti, Henny Fauziah, Irda Handayani
Program Studi Patologi Klinik FK UNHAS/RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

I. PENDAHULUAN
Mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur. Ditemukan
sekitar 80.000 spesies jamur, tetapi kurang dari 400 spesies yang bermakna
dalam ilmu kedokteran, dan kurang dari 50 spesies menyebabkan lebih dari
90% infeksi jamur pada manusia dan hewan lain. Jamur berperan dalam dunia
kesehatan dengan menyediakan metabolit-metabolit sekunder bioaktif yang
bermanfaat, seperti antiobiotik dan obat-obat imunosupresif. Jamur
merupakan organisme eukariot, dan tiap sel jamur memiliki setidaknya satu
nukleus dengan membran nukleus, retikulum endoplasma, mitokondria, dan
aparatus sekretorik. Infeksi jamur disebut mikosis. Kebanyakan jamur
patogen bersifat eksogenik, habitat alaminya adalah air, tanah, dan debris
organik. Mikosis dengan insidensi tertinggi yaitu kandidiasis dan
dermatofitosis, disebabkan oleh jamur yang merupakan bagian dari flora
mikroba normal. 1,2,3,4,8
Tabel 1. Mikosis yang utama dan jamur Penyebabnya 1,2

Kategori Mikosis Agen Jamur Penyebab Penyakit


Superfisial Pitiriasis versikolor Malassezia sp.
Tinea nigra Hortaea werneckii
Piedra putih Trichosporon sp.
Piedra hitam Piedraia hortae
Kutan Dermatofitosis Microsporum sp., Trichophyton sp., dan
Kandidiasis kulit, Epidermophyton floccosum Candida
mukosa, atau kuku albicans dan Candida sp.
Subkutan Sporotrikosis Sporothrix schenckii
Kromoblastomikosis Phialophora verrucosa, Fonsecaea
Misetoma pedrosoi, dan lainnya Pseudallescheria
Feohifomikosis boydii, Madurella mycetomatis

Tugas Pendahuluan 1
Oportunistik Kandidiasis sistemik Candida albicans dan Candida sp
Kriptokokosis Cryptococcus neoformans dan
Aspergilosis Cryptococcus gattii
Hyalohifomikosis Aspergillus fumigatus dan Aspergillus sp.
Feohifomikosis Spesies Fusarium, Paecilomyces,
Mukormikosis Trichosporon dan kapang hiali,
(zigomikosis) Cladophialophora bandana;

II. MORFOLOGI JAMUR


Jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar, seperti ragi dan kapang.
Koloni ini terdiri atas tubulus-tubulus silinder yang bercabang disebut hifa,
diameternya bervariasi mulai dari 2 μm hingga 10 μm. Massa hifa yang saling
bertaut dan bertambah banyak selama pertumbuhan aktif disebut sebagai
miselium. Beberapa hifa terbagi ke dalam sel-sel oleh dinding silang/septa,
biasanya terbentuk pada interval yang teratur selama pertumbuhan hifa. 1,2,3,5,9

Gambar 1: Morfologi jamur


Sumber: Microbiology For the Healt Science
III. KLASIFIKASI
Jamur dikelompokkan kedalam empat filum: Chytridiomycota,
Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Filum yang terbesar adalah
Ascomycota yang mencakup lebih dari 60% jamur yang telah diketahui dan
sekitar 85% patogen pada manusia. Jamur patogenik sisanya antara lain,
zigomisetes atau basidiomisetes. Spesies jamur dikelompokkan ke satu filum,
begitu pula Kelas, Ordo, dan Famili yang tepat, berdasarkan cara reproduksi
seksualnya, sifat fenotipnya (morfologi dan fisiologi), serta hubungan
filogenetiknya. Ada banyak spesies yang diberi nama berbeda yang

Tugas Pendahuluan 2
mencerminkan bentuk reproduksi seksual (teleomorfik) dan aseksualnya
(anamorfik).1,2,4,5,8,10

Gambar 2: Tipe jamur aseksual, a.multilateral blastokonidia, b. monopolar blastoconidia,


c.bipolar blastokonidia, d.fission, e.pseudohifa, f.klamidospora, g. triu hifa, h.artrokonidia,
i.endokonidia, j.ballistokonidia
Sumber: Practical Handbokk of Micribiology

IV. PERTUMBUHAN DAN ISOLASI


Kebanyakan jamur dijumpai di alam dan cepat tumbuh di tempat
sederhana yang mengandung nitrogen dan karbohidrat. Medium jamur yang
biasa dipakai, yaitu agar Sabouraud yang mengandung glukosa dan pepton
yang sudah dimodifikasi (pH 7.0), digunakan karena tidak menunjang
pertumbuhan bakteri. Ciri khas morfologi jamur yang digunakan untuk
identifikasinya dijabarkan dari pertumbuhan pada agar Sabouraud. Antibiotik
(seperti gentamisin, kloramfenikol) ditambahkan ke dalam medium untuk
menghambat bakteri dan cycloheximide untuk menghambat kapang saprofita.
1,2,3,5,6,7,11,12,13,14,15

IV.I. MIKOSIS SUPERFISIAL


IV.1.1 Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis versikolor adalah infeksi superfisial ringan kronis pada
stratum korneum akibat Malassezia globosa, M. restricta, dan anggota lain
dari kompleks M. furfur. Diagnosisnya ditegakkan melalui pemeriksaan
mikroskopi langsung terhadap kerokan kulit yang terinfeksi yang ditambah

Tugas Pendahuluan 3
dengan KOH 10-20%. Dapat terlihat hifa pendek tidak bercabang serta sel-
sel sferis. Lesi ini juga berfluoresensi di bawah lampu.1,2,3
IV.1.2 Tinea Nigra
Tinea nigra palmaris merupakan infeksi kronis superfisial dan
asimtomatik pada stratum korneum yang disebabkan oleh jamur
dematiaseus Hortaea (Exophiala) werneckii. Lesinya berupa diskolorasi
gelap (cokelat hingga hitam), sering kali pada telapak tangan. Pemeriksaan
mikroskop kerokan kulit dari tepi lesi akan menunjukkan adanya hifa
bercabang dan bersepta serta sel ragi yang bertunas dengan dinding sel
bermelanin. 1,2
IV.1.3 Piedra
Piedra hitam adalah infeksi nodular di batang rambut akibat
Hedraia hortai . Piedra putih yang merupakan infeksi Trichosporon sp.,
berupa nodul kekuningan yang lebih lembut dan berukuran lebih besar di
rambut . Rambut ketiak, pubis, janggut, dan kepala dapat terinfeksi. 1,2

Gambar 3: Mikroskopik Piedra Hitam dan Piedra Putih


Sumber: Practical Handbokk of Micribiology

IV.2 MIKOSIS KUTANEUS


IV.2.1 Dermatofitosis
Uji Laboratorium Diagnostik untuk dermatofita
a. Spesimen
Spesimen terdiri dari kerokan kulit dan kuku serta rambut yang
dicabut dari area yang terkena. Spora ektotriks di rambut yang terkena
Microsporum berfluoresens di bawah lampu Wood dalam ruang
gelap.1,2

Tugas Pendahuluan 4
b. Pemeriksaan mikroskop
Spesimen dibenamkan dalam setetes kalium hidroksida 10- 20% di
atas kaca objek, dengan atau tanpa putih calcofluor, yang merupakan
pewarna dinding sel jamur nonspesifik yang dapat dilihat dengan
mikroskop fluoresens. Sediaan ditutup dengan kaca penutup dan
spesimen segera diperiksa lalu diperiksa kembali setelah 20 menit. Di
kulit atau kuku, tanpa melihat spesies yang menginfeksinya, terlihat
hifa bercabangatau rantai artrokonidia. 1,2
c. Kultur
Spesimen diinokulasikan ke dalam agar Sabouraud yang
mengandung sikloheksimid dan kloramfenikol untuk menekan
pertumbuhan kapang dan bakteri, diinkubasi selama 1-3 minggu dalam
suhu ruang, dan diperiksa lebih lanjut dalam kultur kaca objek jika
perlu. Spesies diidentifikasi atas dasar morfologi koloni (laju per-
tumbuhan, tekstur permukaan, dan pigmentasi apapun), morfologi
mikroskopis (makrokonidia, mikrokonidia), dan dalam beberapa kasus,
kebutuhan nutrisi.1,2

Gambar 4: Gambaran 3 generasi dermatophita, A.Trichophyton Tonsurans


(elongated mikronidia), B. Mikrosporum gypseum (individual thin dan rough
walled makronidia), C. Epidermophyton floccosum (clun shape thin dan smooth
walled makronidia)
Sumber: Practical Handbokk of Micribiology

Tugas Pendahuluan 5
IV.3 MIKOSIS SUBKUTANEUS
IV.3.1 Sporotrikosis
Uji Laboratorium Diagnostik
a. Spesimen
Berupa materi biopsi atau eksudat dari lesi granulosa atau ulseratif.1,2
b. Pemeriksaan mikroskop
Meski spesimen dapat langsung diperiksa menggunakan KOH atau
pewarna putih calcofluor, raginya jarang ditemukan. Meski jarang ada di
dalam jaringan, sensitivitas potongan histopatologi bertambah dengan
pewarnaan rutin dinding sel jamur, seperti perak Methenamine Gomori
yang memberi warna hitam pada dinding sel, atau pewarna asam periodat-
Schiff yang memberi warna merah pada dinding sel. Selain itu, jamur
dapat diidentifikasi dengan pewarnaan antibodi fluoresens. Raginya
berdiameter 3-5 pm dan berbentuk sferis hingga memanjang.1,2
c. Kultur
Metode diagnosis yang paling terpercaya adalah kultur. Spesimen
dioleskan di atas agar kapang inhibitorik atau agar Sabouraud yang
mengandung antibiotik antibakteri lalu diinkubasi pada suhu 25-30°C.
Keberadaannya dikonfirmasi dengan pertumbuhan pada suhu 35° C dan
konversi menjadi bentuk ragi.1,2

Gambar 5: Sporotricosis
Sumber : Microbiology For the Healt Science

Tugas Pendahuluan 6
IV.3.2 Kromoblastomikosis
Uji Laboratorium Diagnostik
Spesimen biopsi atau kerokan dari lesi dimasukkan ke dalam KOH
10% dan diperiksa dengan mikroskop untuk mencari sel bulat dan gelap.
Terlihatnya badan sklerotik bersifat diagnostik untuk kromoblastomikosis,
apapun agen penyebabnya. Potongan jaringan mengungkap adanya
granuloma dan hiperplasia luas jaringan kulit.1,2
Spesimen harus dibiakkan di atas agar kapang inhibitorik atau agar
Sabouraud dengan antibiotik. Spesies dematiaseus dikenali melalui
struktur konidianya yang khas, seperti sudah dijelaskan di atas. Ada
banyak kapang dematiaseus saprofit yang serupa, tetapi berbeda dengan
spesies yang patogen karena tidak mampu tumbuh di suhu 37° C, tetapi
mampu mencerna gelatin.1,2

Gambar 6: Chromomycosis
Sumber : Microbiology For the Healt Science
IV.3.3 Misetoma
Uji Laboratorium Diagnostik:
Granula dapat dikeluarkan dari materi biopsi atau pus untuk
diperiksa dan dibiak di atas medium yang sesuai. Warna granula, tekstur
dan ukuran serta ada tidaknya hialin atau hifa berpigmen (atau bakteri)
bermanfaat menentukan agen penyebabnya. Misetoma yang mengeluarkan
cairan sering kali terkena superinfeksi oleh stafilokok dan streptokok.1,2

Tugas Pendahuluan 7
Gambar 7: Mycetoma
Sumber : Microbiology For the Healt Science
IV.4 MIKOSIS ENDEMIS
IV.4.1 Histoplasmosis
Uji Laboratorium Diagnostik
a. Spesimen
Spesimen untuk meliputi sputum, urine, kerokan dari lesi
superfisial, aspirat sumsum tulang, dan sel darah buffy Coat
Lapisan darah apusan sumsum tulang dan spesimen biopsui
diperiksa menggunakan mikroskop pada histoplasmosis
diseminata, kultur sumsum tulang seringkali menunjukkan hasil
positif.1,2
b. Pemeriksaan mikroskopis
Sel ovoid kecil dapat diamati berada di dalam makrofag pada
potongan histologis yang diwarnai dengan pewarna jamur
(misalnya, perak methenamine Gomori, asam periodat- Schiff, atau
putih calcofluor) atau pada darah atau sumsum tulang yang dipulas
dengan pewarna Giemsa 1,2
c. Kultur
Spesimen dibiakkan dalam medium yang kaya, seperti agar darah
glukosasistein pada suhu 37° C dan pada agar Sabouraud atau agar
kapang inhibitorik pada suhu 25-30° C. Kultur harus diinkubasi
minimal selama 4 minggu. Laboratorium harus diberitahu jika ada
kecurigaan histoplasmosis karena metode kultur darah khusus,

Tugas Pendahuluan 8
seperti sentrifugasi lisis atau medium kaldu jamur, dapat digunakan
untuk meningkatkan pemulihan H. capsulatum.1,2

Gambar 8: Koksidiomikosis
Sumber : Microbiology For the Healt Science
IV.4.2 Blastomikosis
Uji Laboratorium Diagnostik
a. Spesimen
Spesimennya terdiri atas sputum, pus, eksudat, urine, dan biopsi dari
lesi.1,2
b. Pemeriksaan mikroskopis
Preparat basah spesimen memperlihatkan tunas-tunas yang terutama
melekat pada sel ragi berdinding tebal. Gambaran ini juga dapat dijumpai
pada potongan histologi.1,2
c.Kultur
Biasanya muncul koloni dalam 2 minggu pada agar Sabouraud atau agar
darah yang diperkaya pada suhu 30”C. Identifikasi dikonfirmasi melalui
perubahannya menjadi bentuk ragi setelah ditanam di medium yang kaya
padasuhu 37°C, melalui ekstraksi dan deteksi antigen A spesifik B.
dermatitidis, atau melalui pelacak DNA yang spesifik.1,2

Gambar 9 : Blastomikosis
Sumber : Microbiology For the Healt Science

Tugas Pendahuluan 9
IV.4.4 Parakoksidioidomikosis
Uji Laboratorium Diagnostik :
Di dalam sputum, eksudat, biopsi, atau bahan lain dari lesi, raginya
sering muncul pada pemeriksaan mikroskopis langsung dengan KOH atau
putih calcofluor. Kultur pada agar Sabouraud atau agar ekstrak ragi
diinkubasi pada suhu ruang dan dikonfirmasi dengan perubahannya
menjadi bentuk ragi melalui pertumbuhan in vitro pada suhu 36" C. Uji
serologis merupakan uji yang paling bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis. 1,2

Gambar 10 : Parakoksidiomikosis
Sumber : Microbiology For the Healt Science
IV.5 MIKOSIS OPORTUNISTIK
IV.5.1 Kandidiasis
Beberapa spesies genus ragi Candida mampu menyebabkan
kandidiasis. Spesies tersebut adalah anggota flora normal di kulit,
membran mukosa, dan saluran gastrointestinal. Candida sp. membentuk
koloni di permukaan mukosa semua manusia selama atau segera setelah
lahir sehingga risiko infeksi endogen senantiasa ada. Kandidiasis
merupakan mikosis sistemik yang paling umum, dan agen yang paling
sering dijumpai adalah C. albicans, C. tropicalis, C. parapsilosis, C.
glabrata, C. guilliermondii, dan C. dubliniensis.1,2

Tugas Pendahuluan 10
Uji Laboratorium Diagnostik Mikosis Oportunistik
a. Spesimen
Spesimen meliputi apus dan kerokan lesi superfisial, darah, cairan
spinal, biopsi jaringan, urine, eksudat, dan materi dari kateter intravena
yang dilepas.1,2
b. Pemeriksaan mikroskopis
Biopsi jaringan, cairan spinal yang disentrifugasi, dan spesimen
lain dapat diperiksa dalam apusan yang dipulas Gram atau sediaan
histopatologis untuk melihat adanya pseudohifa dan sel tuna. Kerokan
kulit atau kuku pertama-tama ditempatkan di dalam tetesan kalium
hidroksida (KOH) 10% .1,2
c. Biakan
Semua spesimen dibiakkan pada medium jamur atau bakteriologis
pada suhu ruang atau pada suhu 37" C. Koloni ragi kemudian diperiksa
untuk mencari keberadaan pseudohifa. C. albicans dikenali melalui
pembentukan tabung tunas atau klamidospora. Makna diagnostik kultur
urine kuantitatif tergantung pada integritas spesimen dan populasi ragi.
Kateter Foley yang terkontaminasi dapat membuat hasil kultur urine
“positif semu”. Kultur darah positif mencerminkan kandidiasis sistemik
atau kandidemia transien akibat jalur intravena yang terkontaminasi.
Kultur sputum tidak bermakna karena Candida sp. merupakan bagian dari
flora oral. Kultur lesi kulit dapat menegakkan diagnosis.1,2

Gambar 12: Kandidiasis


Sumber : Microbiology For the Healt Science

Tugas Pendahuluan 11
V.5.2 Kriptokokosis
Uji Laboratorium Diagnostik Criptokokosis:
Spesimen, meliputi cairan serebrospinal, jaringan, eksudat, sputum,
darah, kerokan kulit, dan urine. Cairan spinal disentrifugasi sebelum
pemeriksaan mikroskopis dan pem- biakan. Pada pemeriksaan mikroskop
langsung, spesimennya sering diperiksa setelah disiapkan dengan basah,
baik secara langsung maupun setelah dicampur dengan tinta India untuk
memperjelas batas kapsul.1,2
Koloni terbentuk dalam beberapa hari di kebanyakan medium pada
suhu ruang atau suhu 37° C. Medium yang nengandung sikloheksimid
menghambat Cryptococcus sehingga tidak boleh digunakan. Kultur dapat
diidentifikasi dengan adanya pertumbuhan di suhu 37° C dan terdeteksinya
urease. Selain itu, di atas substrat diphenolic yang tepat, fenol oksidase
(atau lakase) milik C. neoformans dan C. gattii menghasilkan melanin
dalam dinding sel dan koloninya membentuk pigmen cokelat.1,2

Gambar 13 : Criptokokosis
Sumber : Microbiology For the Healt Science
V.5.3 Aspergilosis
Uji Laboratorium Diagnostik Aspergillosis
Sputum, spesimen saluran napas yang lain, dan jaringan. Ibiopsi
paru merupakan spesimen yang baik. Sampel darah jarang menunjukkan
hasil positif. Pada pemeriksaan langsung terhadap sputum dengan KOH
atau putih calcofluor atau dalam potongan histologis, hifa Aspergillus sp.
berhialin, berseptum, dan lebarnya seragam (sekitar 4 µm) dan bercabang

Tugas Pendahuluan 12
secara dikotomi. Aspergillus sp. tumbuh dalam beberapa hari di
kebanyakan medium pada suhu ruang. Spesies dikenali menurut morfologi
struktur konidianya.1,2

Gambar 14 : Aspergillosis
Sumber : Microbiology For the Healt Science
V. RINGKASAN
Mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur,sedangkan
infeksi jamur disebut mikosis.Mikosis dapat diklasifikasikan antara lain: 1).
Mikosis Superfisial,2). Mikosis Kutan,3). Mikosis Subkutan, 4). Mikosis
Sistemik, 5). Mikosis Oppertunistik. Jamur dikelompokkan ke dalam empat
filum: Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota.
Jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar, seperti ragi dan kapang.
Pertumbuhan dalam bentuk kapang terjadi melalui terbentuknya koloni-
koloni filamentosa multiseluler. Koloni ini terdiri atas tubulus-tubulus silinder
yang bercabang disebut hifa. Massa hifa yang saling bertaut dan bertambah
banyak selama pertumbuhan aktif disebut sebagai miselium. Beberapa hifa
terbagi ke dalam sel-sel oleh dinding silang atau septa, biasanya terbentuk
pada interval yang teratur selama pertumbuhan hifa.
Kebanyakan jamur dijumpai di alam dan cepat tumbuh di tempat
sederhana yang mengandung nitrogen dan karbohidrat. Medium jamur yang
biasa dipakai, yaitu agar Sabouraud yang mengandung glukosa dan pepton
yang sudah dimodifikasi (pH 7.0), digunakan karena tidak menunjang
pertumbuhan bakteri.

Tugas Pendahuluan 13
Pemeriksaan jamur meliputi :
a. Pemeriksaan langsung
Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat
langsung dari kerokan kulit,rambut dan kuku. Sediaan dituangi
laritan KOH 10-20 % dengan maksud melarutkan keratin kulit atau
k kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit
atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap,
dilihat di bawah mikroskop dimulai dengan pembesaran 10 kali.
Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat
kontur ganda. Selain itu, tampak juga bintik spora berupa bola
kecil seperti 1-3 mikro.
b. Pembiakan atau kultur
Pembiakan dilakukan pada media agar seboroud pada suhu kamar
(25-30 o C), kemudian dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah
ada perubahan atau pertumbuhan jamur. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
- Bentuk koloni
- Bentuk hifa
- Bentuk spora

Tugas Pendahuluan 14
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawets,Melnick dan Adelberg’s, Medical Micology in Medical Microbiology.
26th Edition, 671-694.
2. Paul G.Engerkirk,Janet Duben-Engerkirk. Introduction to Microbes and
Cellular Biology in Microbiology For the Healt Science. 10 th Edition. 81-85.
389-396.
3. Hogg, Stuart. The Fungi in Essential Microbiology. 2 th Edition.203-216
4. Goldman, Emanuel, dkk. Introduction to Yeasts in Practical Handbokk of
Micribiology. 2 th Edition. 767-792.
5. Basu, Srijoni, et al. Bioinformation in Evolution of bacterial and fungal
growth media.11.4 (2015): 182-184.
6. Hankin, Lester, and S. L. Anagnostakis. Mycologia in The use of solid media
for detection of enzyme production by fungi. 67.3: 597-607.
7. Booth,C.Methods of micribiology.Volume 4. 1971. Pages 49-94
8. Nurul Aini, Triastuti Rahayu. Alternatif Media for Fungal Growth Using a Different
Source of Carbohidrats . Surakarta. Indonesia.
9. Ridho Brilliantoro.Teknik Dasar Mikrobiologi. diakses pada 31 Agustus 2013.
10. Supervisor Blog MIPA . Siklus Hidup Jamur Secara Seksual dan Aseksual, Gambar,
Tahapan dan Penjelasannya. February 28. 2018
11. Kawuri, R., Y. Ramona dan I.B.G. Darmayasa. 2016. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Umum. Bali : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
12. Den’z,2008, htt:// Metode penanaman jamur.blogspot.com. Den’z /2008/ diakses
pada 12 oktober 2011,pukul 18:00 wib.
13. Waluyo, 2004. Mikrobiologi Umum.UMM Press:Jakarta
14. Pelczar, et.al.2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi.UI Press:Jakarta.
15. Medya,2010, http: //eprints. Undip.ac.id/2833/1/Jurnal Dina- Nufailah.PDF. Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2011 pukul 17.00WIB .

Tugas Pendahuluan 15
Tugas Pendahuluan 16

Anda mungkin juga menyukai